Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Pendekatan SETS
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENDEKATAN SETS
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BLIMBINREJO
KECAMATAN NALUMSARI KABUPATEN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Kaliyem
SD Negeri 3 Blimbingrejo Nalumsari Jepara
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi Pesawat Sederhana melalui Metode Science, Environment, Technology and Society (SETS) pada siswa kelas V SD Negeri 3 Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017.Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Penelitian menggunakan dua siklus, dalam setiap siklus meliputi tahap persiapan, observasi, implementasi tindakan, observasi dan interpretasi, dan refleksi. Tempat penelitian di Kelas IV SD Negeri 3 Blimbingrejo. Obyek penelitian ini berupa meningkatkan prestasi siswa khususnya pada materi pesawat sederhana. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dilakukan melalui tenik tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan SETS dapat meningkatkan prestasi siswa kelas V dalam mata pelajaran IPA materi Pesawat Sederhana di SD Negeri 3 Blimbingrejo. Hasil penelitian ditandai dengan dengan peningkatan hasil observasi yaitu hasil observasi prestasi siswa meningkat dari 66,7 % pada siklus I menjadi 76,7 % pada siklus II.
Kata Kunci: prestasi belajar IPA, SETS
Pendahuluan
Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar dikembangkan dengan mengacu pada pengembangan IPA yang ditujukan untuk mendidik siswa agar mampu mengembangkan observasi dan eksperimental serta berfikir atas asas. Hal ini disadari oleh tujuan IPA yakni mengamati,memahami, dan memanfaatkan gejala–gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi. Kemampuan observasi dan eksperimen ini lebih ditekankan pada melatih kemampuan berfikir eksperimental yang mencakup tatalaksana percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam pengukuran baik di dalam laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan siswa. Dengan keberhasilan pembelajaran IPA, siswa akan mempunyai kemampuan observasi dan menganalisa masalah dengan baik.
Hasil ulangan harian semester I kelas V SD Negeri 3 Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2016/2017 masih jauh dari harapan, yaitu sebagian besar siswa belum tuntas belajar. Pengertian tuntas belajar siswa setiap sekolah berbeda–beda. Untuk kelas V SD Negeri 3 Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2016/2017 pada bidang studi IPA adalah siswa yang dapat mencapai skor minimal 60 untuk suatu kompetensi dasar, atau siswa menguasai 60% seluruh materi yang berkaitan dengan kompetensi dasar tertentu. Hasil ulangan harian semester I kelas V SD Negeri 3 Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2016/2017 untuk bidang studi IPA adalah sebagai berikut: 50% memperoleh nilai di bawah 60 dan 50% siswa tuntas belajar yaitu memperoleh nilai minimal 60. Rendahnya hasil ulangan harian semester I merupakan salah satu indikasi bahwa penguasaan konsep IPA oleh siswa masih rendah.
Fokus penelitian ini adalah meningkatkan jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar IPA melalui materi pembelajaran IPA berwawasan SETS dengan pendekatan SETS. Target peningkatan yang hendak dicapai sekurang- kurangnya 20% dari kondisi awal.
Materi pembelajaran IPA berwawasan SETS adalah suatu materi pembelajaran IPA yang mengkaitkan konsep sains dengan teknologi dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Sedangkan yang dimaksud pendekatan SETS adalah suatu kegiatan belajar dengan mengkaitkan materi ajar dengan kehidupan nyata siswa. Kegiatan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan sejawat di SD Negeri 3 Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara. Kolaborator setiap periode tertentu melakukan diskusi reflektif untuk meningkatkan validitas pengamatan.
Berdasarkan pada data-data dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA materi Pesawat Sederhana melalui Metode Science, Environment, Technology and Society (SETS) pada siswa kelas V SD Negeri 3 Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Dalam penelitian untuk mendapatkan kebenaran yang representatif dan mengarah pada tujuan harus memilih prosedur secara tepat. Memilih prosedur penelitian yang tepat merupakan bagian yang ikut menentukan tingkat kesahihan hasil penelitian. Oleh karena itu penjelasan mengenai prosedur penelitian sebagai pertanggungjawaban metode yang digunakan sangat diperlukan.
Prosedur penelitian sebagai pertanggungjawaban metode pada penelitian ini adalah jenis penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, instrumen dan teknik pengumpulan data, dan analisis data.
Waktu penelitian adalah saat berlangsungnya penelitian mulai dari persiapan sampai penelitian dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan Desember 2017.
Penulis melakukan penelitian ini di kelas V SD Negeri 3 Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari, Jumlah murid di kelas tersebut sebanyak 30 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
Pemilihan lokasi penelitian di SD Negeri 3 Blimbingrejo karena peneliti mengajar di sekolah tersebut, di samping karakteristik siswanya yang bervariasi, karenanya membutuhkan perhatian yang lebih dari guru kelasnya, juga prestasi belajar siswanya khususnya untuk pelajaran IPA masih kurang.
Subyek penelitian ini meliputi kepala sekolah, guru IPA kelas V, siswa, dan peneliti. Kepala SD Negeri 3 Blimbingrejo sebagai subyek yang membantu dalam memberikan ijin penelitian ini. Guru IPA kelas V sebagai subyek yang memberikan tindakan dan mengawasi jalannya penelitian tindakan di kelas. Seluruh siswa kelas SD Negeri 3 Blimbingrejo yang keseluruhan berjumlah 30 siswa sebagai subyek yang bertugas untuk melaksanakan tindakan.
Data dalam penelitian ini di peroleh dari hasil belajar siswa setiap akhir bulan dalam bentuk tes tertulis yang merupakan data primer yaitu berupa nilai ulangan dan data hasil pengamatan di peroleh dari teman sejawat, siswa, pengamatan, dan dokumen.
Peneliti menggunakan model dari Kemmis dan Mc Taggart, dengan alasan karena komponen-komponen yang terdapat dalam model Kemmis dan Mc Taggart sesuai dengan yang peneliti lakukan dalam melaksanakan tindakan. Dalam tindakan yang peneliti lakukan terdapat kelebihan, yaitu: 1) komponen-komponen yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi merupakan kesatuan komponen dalam satu siklus, sehingga akan memudahkan peneliti untuk melakukan tindakan ataupun melakukan pengamatan secara runtut, 2) apabila terjadi suatu permasalahan pada siklus sebelumnya dapat diselesaikan pada siklus berikutnya. Namun juga memiliki kelemahannya, yaitu: 1) membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengatasi suatu permasalahan dalam kelas yang sulit diselesaikan, 2) peneliti harus berupaya keras dengan melakukan siklus secara berulang-ulang untuk dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mengantisipasi kelemahan tersebut, yaitu dengan melakukan perbaikan pada tahap refleksi, sehingga kendala masalah yang terjadi dapat secepatnya teratasi dan tercapai peningkatan yang diharapkan.
Langkah-langkah model penelitian tindakan atau siklus PTK menurut Kemmis & Mc Taggart yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang di manfaatkan maka Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain: 1. Teknik tes Pada teknik ini peneliti menggunakan test untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dengan cara mengerjakan ulangan dan lembar kerja soal Ilmu Pengetahuan Alam materi pesawat sederhana.
2. Teknik non tes
Teknik non tes yang digunakan yaitu: teknik wawancara, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh dua orang antara pewawancara dengan terwawancara melalui proses tanya jawab untuk memperoleh informasi.
Penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara tak berstruktur. Wawancara tak berstruktur atau terbuka adalah wawancara yang bebas dilakukan di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2010:320). Dalam penelitian ini metode wawancara digunakan untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih jelas mengenai prestasi siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri 3 Blimbingrejo Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2016/2017.
Teknik observasi, pada teknik ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap perilaku dan prestasi siswa saat pembelajaran berlangsung. Tujuanya dilakukan observasi yaitu untuk mengetahui tingkat kesulitan siswa dalam memahami materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Dokumen, teknik dokumentasi merupakan penyelidikan untuk mencatat tentang gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa agar memperoleh keterangan-keterangan atau informasi dari guru atau otoritas sekolah. Menurut Koentjoroningrat, (1983: 63) dokumentasi adalah teknik yang mendapatkan informasi data melalui tulisan atau catatan maupun benda. Teknik ini diterapkan untuk mendapatkan data melalui pengumpulan dokumen-dokumen atau arsip berupa Kurikulum, Silabus, RPP IPA kelas V, daftar nilai IPA kelas V.
Validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen†(Arikunto, 2006:168). Selain itu, validitas diartikan sebagai “kesesuaian antara alat ukur dengan suatu yang hendak diukur, sehingga hasil ukur yang didapat akan mewakili dimensi ukuran yang sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan†(Herdiansyah, 2010:190). Rumusan lain mengenai validitas yaitu “derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti†(Sugiyono, 2010:363). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa validitas data adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat ketepatan antara data sebenarnya dengan objek penelitian yang menunjukkan ukuran sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Data yang valid merupakan data yang tidak jauh berbeda antara data yang sebenarnya dengan objek yang sedang diteliti.
Penelitian yang berhubungan dengan validitas terdapat suatu cara yang dimaksud dengan triangulasi. Triangulasi adalah “usaha memahami data melalui berbagai sumber, subyek peneliti, cara (teori, metode, teknik) dan waktu†(Ratna, 2010:241). Rumusan lain mengenai triangulasi yaitu “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain†(Moleong, 2004:330). Triangulasi dalam penelitian berfungsi untuk menguji apakah seseorang peneeliti sudah bersikap obyektif. Untuk itu, diperlukan analisis data terlebih dahulu.
Terkait dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi yang masing-masing akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber, berupa informasi dari guru IPA dan siswa kelas V SD Negeri 3 Blimbingrejo melalui metode wawancara untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran IPA.
2. Triangulasi teknik, berupa penggunaan metode wawancara dan metode observasi. Metode wawancara untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran IPA mengenai rendahnya prestasi.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan dalam periode tertentu. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2010:337). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis model alir. Menurut Miles dan Huberman (1992:15-19), analisis data terdiri dari empat alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang terjadi secara bersamaan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun langkah-langkah teknik analisis data tersebut yaitu sebagai berikut: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Sekolah Dasar Negeri 3 Blimbingrejo di desa Blimbingrejo, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara. Situasi lingkungan aman dan nyaman,karena jauh dari keramaian yang memungkinkan suasana belajar mengajar yang kondusif.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah di tetapkan maka di perlukan adanya koordinasi yang lebih efektif dan efisien.Untuk menjadi organisasi yang baik dituntut adanya sekelompok manusia yang melakukan kerjasama dengan teratur dan harmonis untuk mencapai tujuan tertentu.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai unsur atau bagian, semuanya memerlukan suatu tatanan kerjasama yang baik, ketentuan tugas, baik yang menyangkut hak, kewajiban serta tanggung jawab dapat mengkoordinir pelaksanaan tugas dan kelancaran penyelenggaraan program di sekolah tersebut, maka diperlukan suatu sruktur dan penetapan tugas dan hubungan antar suatu personil dengan personil yang lain.
SD Negeri 3 Blimbingrejo didesain dan dikelola secara serius oleh praktisi pendidikan alumni Universitas yang berkualitas. Dalam merekrut karyawan dan guru baru SD Negeri 3 Blimbingrejo bersifat terbuka, yaitu para calon karyawan dan guru akan melalui seleksi ketat sehingga dengan seleksi tersebut akan terpilih menjadi karyawan dan guru yang berkompeten, professional, berkomitmen, dan konsistensi tinggi. Dalam proses rekrutmen ini, yang bertugas sepenuhnya adalah panitia Penerimaan Guru Baru (PGB) dengan diawasi dan dibimbing oleh kepala sekolah.
Lingkungan belajar siswa dapat terlaksana di dalam kelas, diluar kelas, laboratorium komputer, dan perpustakaan. SD Negeri 3 Blimbingrejo ini memiliki lingkungan yang cukup kondusif karena letaknya yang strategis dan menguntungkan dalam lingkup pendidikan.
Disamping itu, gedung SD Negeri 3 Blimbingrejo sangat menunjang dan memadai untuk melaksanakan kegiatan belajar. Berikut adalah data keadaan SD Negeri 3 Blimbingrejo Kecamatan Jmantono Kabupaten Jepara Tahun 2016/2017.
Kegiatan yang dilakukan di SD Negeri 3 Blimbingrejo sama dengan yang dilakukan pada sekolah-sekolah lain pada umumnya. Dalam melaksanakan program pendidikan dan pengajaran perpedoman pada kurikulum KTSP yang menekankan pada keterampilan proses yang mengacu pada CBSA dan kurikulum berbasis keislaman yang menuntut siswa untuk terlibat secara fisik, mental dan emosional, intelektual dalam proses belajar mengajar tanpa meninggalkan syariat Islam pada khususnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghendaki anak dapat berkembang dalam tiga aspek utama, yaitu kognitif yang berkaitan dengan sikap dan cara berpikir (akademik), afektif yang berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa, dan psikomotorik yang berkaitan dengan ketrampilan siswa.
Perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah penerapan metode SETS. Dalam penerapan metode ini menuntut siswa mengetahui sendiri inti materi, siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui buku, majalah dan sumber lain berkaitan dengan materi yang dipelajari. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
Pada kegiatan inti siswa secara berkelompok individu memahami materi melalui buku sumber dan penjelasan guru. Melalui kegiatan tanya jawab guru selalu berusaha mengoptimalkan interaksi siswa baik dengan teman sejawatnya maupun dengan guru. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan diskusi dalam kelompoknya ataupun diskusi kelas. Pada akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi untuk mendapatkan umpan balik.
Tingkat keaktifan siswa pada siklus I masih belum optimal, siswa yang aktif dalam proses pembelajaran masih terbatas pada siswa tertentu saja yang biasanya aktif dalam pembelajaran. Siswa yang belum aktif dapat diakibatkan dari belum memahami inti dari materi pembelajaran, mersa takut salah pendapatnya, malu ataupun takut bertanya, takut ditertawakan, kurang percaya diri. Masih belum optimalnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran pada siklus I yang berakibat pada rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.
Pada perbaikan siklus I tingkat ketuntasan klasikal walaupun meningkat, tetapi masih sangat rendah, yaitu 66,7% dengan nilai rata-rata 59,7. Siswa yang turut aktif dalam kegiatan pembelajaran, turut menemukan konsep akan lebih mudah memahami dan mengerti tentang materi pembelajaran dibandingkan siswa yang pasif, hanya sekedar melihat dan mengamati. Menurut Darsono (2000), bahwa siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil yang lebih cepat dan pemahaman
yang mendalam. Jadi siswa mengalami sendiri pembelajaran itu, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Salah satu faktor pendukung keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran adalah keterlibatan siswa secara aktif. Oleh sebab itu guru harus mengupayakan agar siswa selalu aktif berinteraksi dalam menemukan sendiri suatu konsep dari materi pembelajaran. Guru sebagai fasilitator berusaha mengarahkan siswa melakukan serangkaian kegiatan seperti melakukan ekplorasi artikel, observasi atau pengamatan langsung, diskusi dan melakukan percobaan-percobaan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan guru. Pendapat Mulyana (2004), menyatakan bahwa guru sebagai fasilitator merupakan pembimbing proses, orang sumber, orang yang menunjukkan dan mengenalkan kepada peserta didik tentang masalah yang dihadapi. Menurut darsono (2000) bahwa siswa belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang mendalam.
Melihat hasil analisis data pada siklus I, maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Guru harus banyak memberi motifasi untuk membangkitkan minat belajar, keaktifan, sehingga siswa memiliki kepercayaan diri untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat memberikan bimbingan dan pemantauan pada proses jalannya diskusi secara menyeluruh kepada semua kelompok. Dengan demikian kegiatan berdiskusi dalam kelompok dapat berkembang dengan baik karena guru dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan siswa yang dihadapi dalam berdiskusi dan dapat memberikan alternatif cara pemecahannya.
Guru juga dituntut untuk selalu dapat menyajikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, inovatif dan memungkinkan siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran secara aktif.
Dalam proses perbaikan pembelajaran siklus I data-data menunjukkan adanya peningkatan baik itu peran guru, prosentase ketuntasan belajar, meningkat pula rata-rata hasil tes. Akan tetapi peningkatan itu belum dapat dikatakan maksimal, ini teridentifikasi pada kegiatan refleksi bahwa masih ada beberapa catatan atau kegiatan yang perlu diadakan perbaikan diantaranya media pembelajaran yang digunakan masih belum optimal.
Pada siklus II penelitian perbaikan pembelajaran difokuskan pada penggunaan metode SETS yang lebih optimal dengan memberi kata kunci untuk memahami materi, sehingga siswa terlihat lebih aktif dalam proses perbaikan pembelajaran. Hasil dari siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut ; tingkat ketuntasan mencapai 76,7 %, meskipun belum mencapai 100% namun dapat dikatakan telah memenuhi kriteria dalam mencapai ketuntasan. Kriteria yang memenuhi standar ketuntasan belajar adalah 75%.
Dengan hasil siklus II tersebut, walaupun secara klasikal dapat dikatakan tuntas, akan tetapi masih terdapat beberapa anak yang belum berhasil mencapai hasil tuntas karena berbagai faktor kendala masih dialami oleh siswa tertentu. Batas nilai tuntas telah ditetapkan bersama saat penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu Kurikulum SDN 3 Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara, yang menetapkan kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran IPA kelas V adalah 60, dengan demikian masih terdapat 7 siswa yang belum mencapai ketuntasan dengan prosentase yang belum tuntas 23,3 %.
Simpulan
Berdasarkan rangkaian penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh peneliti terlihat adanya perubahan yang merupakan hasil penelitian sebagai upaya meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri 3 Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Tahun Ajaran 2016/2017. Bertitik tolak dari tindakan yang telah dilaksanakan pada penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: pendekatan SETS memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi siswa sebanyak 76,7% dari 30 siswa yang hadir. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari tahapan penelitian tindakan yang meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan/evaluasi tindakan. Selain itu, prestasi belajar siswa meningkat dari 50 % dari jumlah siswa keseluruhan yang berjumlah 30 siswa. Selanjutnya setelah penerapan pendekatan SETS, hasil tindakan siklus I meningkat sebanyak 66,7 %, kemudian pada hasil tindakan silkus II jumlah siswa yang aktif meningkat signifikan sebanyak 76,7 % dari 30 siswa yang hadir.
Simpulan di atas memberikan implikasi bahwa penerapan pendekatan SETS dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.Rineksa Cipta.
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru.Bandung: Remaja Rosdakarya.