UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI ROWOBONI 02

KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014

 

Joko Purwono

Sekolah Dasar Negeri Rowoboni 02 Kec. Banyubiru, Kab. Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Rowoboni 02 melalui penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilaksanakan di kelas V SDN Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Pelaksanaan tindakan dilakukan melalui 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 3 tahapan yaitu Perencanaan, Implementasi RPP dan Observasi serta Refleksi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis ketuntasan dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Hasil perbandingan antar siklus yakni rerata skor pada prasiklus 63,3 siklus I meningkat menjadi 68,0 dan naik menjadi 74,95 pada siklus ke II. Ketuntasan hasil belajar klasikal dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70, pada kondisi prasiklus sebesar 40%, Siklus I menjadi 55 %, siklus II meningkat menjadi 95%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: example non example

 

PENDAHULUAN

Salah satu mata pelajaran dalam kurikulum jenjang pendidikan dasar sampai tingkat lanjutan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dilaksanakan melalui keterampilan proses dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam memperoleh pengetahuannya yang terjadi melalui interaksi timbal balik antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan lingkungan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan standar proses pendidikan untuk membuat pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran bermakna yaitu pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dapat bermanfaat untuk merancang dan membuat karya melalui penerapan konsep IPA secara ilmiah dan bijaksana. Pembelajaran bermakna dapat berlangsung jika dilaksanakan pendidik yang profesional.

Salah satu sekolah yang memiliki tujuan untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang bermakna adalah SDN Rowoboni 02. Pembelajaran yang bermakna akan menghasilkan hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui hasil tes atau nilai tes. Berdasarkan hasil Ulangan Akhir Semeter (UAS) I, ditemukan bahwa beberapa siswa kelas V belum dapat mencapai ambang batas ketuntasan belajar untuk mata pelajaran IPA. Ketuntasan belajar yang dicapai dari 20 peserta didik adalah: 8 anak (40%) tuntas dan 12 anak (60%) belum tuntas dengan KKM ≤ 70. Hasil tersebut tentu memprihatinkan, dan harus ditemukan solusi untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu solusi untuk masalah tersebut adalah menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa kelas V SDN Rowoboni 02. Salah satu model pembelajaran yang dapat dicoba untuk dapat dijadikan solusi permasalahan di SDN Rowoboni 02 adalah dengan penerapan model pembelajaran Examples Non Examples.

Model pembelajaran Examples Non Examples dirasa sangat sesuai karakteristik dan kebutuhan peserta didik di kelas V. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri atas Examples dan Non-Examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta peserta didik untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas. Non-Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas (Hamdayama, 2014: 97). Model pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran yang sulit dipahami dalam model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan suatu penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V SDN Rowoboni 02 pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples. Penerapan model pembelajaran Examples Non Examples ini diharapkan dapat menjadi solusi dari masalah belum tuntasnya beberapa siswa kelas V SDN Rowoboni 02 pada mata pelajaran IPA.

KAJIAN TEORI

Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran dalam kurikulum Sekolah Dasar. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran dari IPA yaitu mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Proses Pembelajaran ini menuntut peserta didik terlibat secara aktif melalui interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungan. Proses pembelajaran dirancang secara sistematis untuk mendukung terciptanya pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran bermakna yaitu supaya pembelajaran yang diberikan oleh guru untuk mendorong peserta didik merancang dan membuat karya melalui penera Tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal jika ada keterlibatan aktif antara guru dan peserta didik. Kegiatan ini sering dikenal dengan istilah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred). Peserta didik terlibat baik secara fisik maupun emosional. Proses pembelajaran yang dirancang guru harus dilengkapi dengan penggunaan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran, alat peraga, media pembelajaran dan karakteristik siswa.

Secara rinci, tujuan pembelajaran IPA diuraikan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 sebagai berikut: 1)Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2)Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3)Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4)Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5)Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6)Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7)Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: Makhluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik. SK dan KD Semester II mata pelajaran IPA kelas V terdiri dari tiga (3) SK dan sebelas (11) KD.

Hasil Belajar

Darmansyah (Jumanta, 2006:13), menyatakan hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Wardani (2012), menyatakan bahwa hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes). Teknik pengukuran proses belajar adalah teknik non tes dan teknik pengukuran hasil belajar menggunakan teknik tes. Sementara itu, Bloom (Suprijono, 2011:5) menyebutkan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh aspek kemampuan siswa yang meliputi pengetahuan, sikap, ketrampilan, emosi.

Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar siswa, diperlukan instrumen evaluasi. Terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen penilaian, yaitu bentuk tes dan non-tes. Tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur indikator/kompetensi tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama. Evaluasi pembelajaran dan hasil belajar siswa juga dapat dilakukan melalui teknik non tes dengan pengamatan, penugasan, melakukan wawancara, penyebaran angket, memeriksa/menganalisa dokumen. Teknik pengukuran melalui nontes digunakan dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari ranah sikap dan ketrampilan, sedangkan untuk teknik tes lebih kepada ranah proses berfikirnya.

Model Pembelajaran Examples Non Examples

Model Pembelajaran examples non examples adalah strategi pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan (Santoso, 2011). Strategi yang diterapkan dari model ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari example dan non example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.

Menurut Buehl (Santoso, 2011) keuntungan dari model example non example antara lain: (1)Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek; (2)Siswa terlibat dalam satu proses penemuan yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example non example; dan (3)Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian karakter konsep bagian examples.

Langkah-langkah pembelajaran model example non example menurut Suprijono (2012:125) yaitu: (1)Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai tujuan pembelajaran, yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar; (2)Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau OHP, dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus pembentukan kelompok siswa; (3)Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis gambar; (4)Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas yang disediakan; (5)Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya; (6)Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai; dan (7)Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.

METODE PENELITIAN

PTK yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan model spiral, yang dikemukakan oleh C. Kemmis dan Mc Taggart (1988). Setiap siklus/penelitiannya terdiri atas tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SDN Rowoboni 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas V SDN Rowoboni 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang berjumlah 20 anak.

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian tindakan ini ada dua yaitu data primer dan sekunder. Data primer berupa hasil belajar yang diperoleh melalui skor tes dan skor non tes. Data sekunder berupa dokumen skor tes pada UAS I. Teknik pengumpulan data hasil belajar dalam penelitian ini adalah tes dan nontes. Penggunaan model examples non examples, dinyatakan berhasil apabila 90% dari seluruh peserta didik tuntas sesuai dengan nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah teknik deskriptif kuantitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisa data sesuai dengan gambaran apa adanya tentang peningkatan prestasi siswa pada siklus berdasarkan frekuensi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pra-Siklus

Hasil dari refleksi awal nilai hasil belajar mata pelajaran IPA yang dirujuk dari nilai ulangan akhir semester I kelas V tahun pelajaran 2013/2014 sebelum dilakukan tindakan pada siklus I. Hasil belajar peserta didik pada kondisi prasiklus menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM (70) sebanyak 12 anak (60%), sedangkan yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 8 anak (40%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak siswa yang belum mampu mencapai ambang batas ketuntasan belajar dibanding dengan siswa yang mampu mencapai KKM pada mata pelajaran IPA.

Hasil Tindakan Siklus 1

Hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples siklus I diketahui bahwa Peserta didik yang mendapatkan nilai 40-59 sebanyak 1 anak (5%), yang mendapat nilai 60-69 sebanyak 8 anak (40%), yang mendapat nilai 70-79 sebanyak 9 anak (45%), sedangkan yang mendapat nilai 80-89 sebanyak 1 anak (5%). Rerata nilai hasil belajar adalah 68,8 sedang nilai tertinggi 83. Berdasarkan data tersebut, telah tampak peningkatan hasil belajar siswa kelas V untuk mata pelajaran IPA, hal ini diketahui dari prosentase ketuntasan belajar siswa.

Hasil Tindakan Siklus II

Nilai tertinggi hasil belajar pada siklus II adalah 87 dan nilai terendah adalah 68, rerata nilai kelas 74,95. Data ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran mengalami kenaikan dibandingkan dengan nilai siklus I. Peserta didik yang mendapat nilai 60-69 sebanyak 1 anak (5%), yang memperoleh nilai 70-79 sebanyak 15 anak (75%) sedangkan yang memeproleh nilai 80-89 sebanyak 4 (20%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa peserta didik yang tuntas (≥70) sebanyak 19 anak (95%), belum tuntas 1 anak (5%).

Berdasarkan analisa yang telah disajikan pada kegiatan ini, dapat diketahui perbandingan perolehan nilai peserta didik dari kondisi prasiklus, siklus I dan siklus II. Perbandingan hasil belajar pada kondisi prasiklus, siklus I dan siklus II disajikan pada tabel berikut:

Perbandingan Distribusi Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

No

Nilai

Prasiklus

Siklus I

Siklus II

f

%

f

%

f

%

1

40-59

9

45%

1

5%

0

0%

2

60-69

3

15%

8

40%

1

5%

3

70-79

4

20%

9

45%

15

75%

4

80-89

3

15%

2

10%

4

20%

5

90-100

1

5%

0

0%

0

0%

Jumlah

20

100

20

100

20

100

Rata-rata

63,60

68,8

74,95

Minimal

46

48

68

Maksimal

90

83

87

 

Tabel tersebut menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan, hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata, minimal, dan maksimal yang diperoleh peserta didik dari prasiklus hingga siklus II. Peningkatan dari prasiklus hingga siklus II terjadi dengan cukup signifikan terutama pada nilai terendah dan rerata kelas. Namun, pada nilai tertinggi Prasiklus lebih tinggi dari pada siklus I dan II, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan materi semester I dan semester II. Akan tetapi pada siklus I dan II, terdapat peningkatan dari 83 menjadi 87. Peningkatan nilai rata-rata, nilai minimal dan nilai maksimal dapat dilihat dengan jelas melalui gambar diagram garis berikut ini:

Berdasarkan gambar diagram tersebut, nampak bahwa nilai hasil hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan. Rerata nilai dari prasiklus 63,6 menjadi 68,8 pada siklus I dan kemudian naik menjadi 74,95 pada siklus II. Nilai Tertinggi siklus I 83, setelah siklus II naik menjadi 87. Begitupun nilai minimal terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari prasiklus ada peserta didik yang mendapat nilai 46, kemudian pada siklus I naik menjadi 48 dan pada siklus II naik menjadi 68. Sejalan dengan perolehan nilai rata-rata, nilai maksimal dan minimal yang meningkat, ketuntasan hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa model pembelajaran Examples non examples terbukti dapat bekerja secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa model pembelajaran Examples non examples lebih efektif dibanding dengan model pembelajaran yang diterapkan sebelumnya.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Dari penelitian tindakan yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Rowoboni 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester II Tahun 2013/2014.

Rekomendasi

1.     Model pembelajaran examples non examples dapat dideseminasikan minimal pada tingkat Gugus karena strategi yang dapat menjadikan kegiatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan

2.     Penerapan model examples non examples dapat dicoba dalam mata pelajaran lainnya sesuai dengan karakter pendekatan model ini

3.     Kepala sekolah sebaiknya memotivasi guru yang lain agar pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang inovatif terutama model pembelajaran examples non examples di kelas masing-masing yang ternyata dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

_________________ 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2006.belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kemmis, S. and R McTaggart, 1988. Action Research – some ideas from The Action Research Planner, Third edition, ed. Deakin University.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. 2006. Jakarta: BNSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasan dan Menengah. 2007. Jakarta: BNSP

Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru. 2008. Jakarta

Santoso, Ras Eko Budi. 2011. Model Pembelajaran Example Non Example. http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-example-nonexample.htpml. Diakses 25/01/13.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3. 2003. Jakarta: Sekretaris Negara RI.

Wardani, Naniek Sulistya, dkk. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang: Widya Sari.