ANALISIS KESULITAN BELAJAR DALAM MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SD NEGERI LAMPER TENGAH 02 SEMARANG

 

Yuliana Setyaningtyas

Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas PGRI Semarang

Ikha Listyarini

Henry Januar Saputra

Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, kesulitan yang dialami siswa berupa belum mengenal huruf abjad, kesulitan dalam membedakan huruf, kesulitan merangkai huruf menjadi sebuah kata atapun kalimat. Fokus penelitian ini adalah “ Apa saja Kesulitan Belajar dalam Membaca Permulaan Siswa Kelas I SDN Lamper Tengah 02?”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan dalam belajar membaca permulaan yang dialami siswa kelas I SDN Lamper Tengah 02 Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian ini d SD Negeri Lamper Tengah 02 Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca permulaan terlaksana dengan baik. Dengan hasil yang didapatkan terdapat 29 jumlah siswa 18 siswa mendapatkan nilai dibawah kkm dan 11 siswa mendapatkan nilai diatas kkm. Dengan presentase aspek 1 mengenal huruf memiliki presentase 58,62%, aspek 2 membaca kata bermakna memiliki presentase 51,72%, aspek 3 membaca kata yang tidak mempunyai arti memiliki presentase 66,38%, dan aspek 4 Kelancaran membaca dan pemahaman bacaan meliliki presentase 61,21%.

Kata kunci: membaca permulaan                     

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan aspek yang terpenting dalam hidup setiap manusia, sejak dulu hingga sekarang. Pendidikan dianggap penting karena sebagai penentu nasip setiap manusia dalam membangun bangsa agar lebih baik kedepannya. Maka dari itu, pemerintah harus berperan aktif dalam aspek pendidikan dengan cara mewajibkan setiap warga negaranya mempunyai kebebasan wajib belajar 9 tahun. Hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa pentingnya pendidikan bagi setiap warga negara. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepriadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Belajar merupakan suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, perubahan tingkah laku terseut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) ( Siregar, Nara 2014:3). Dalam proses belajar seringkali anak-anak mengalami kesulitan dalam proses pemelajaran, kesulitan yang dialami anak pada saat proses pembelajaran dapat diatasi melalui metode-metode pembelajaran yang efektif. Kesulitan belajar merupakan suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran dan tulisan ( Adurrahman, 2003:6).

Salah satu kedudukan Bahasa Indonesia merupakan sebagai alat komunikasi dan sebagai bahasa nasional, karena Bahasa Indonesia merupakan salah satu kebanggaan bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai sosial dan budaya Indonesia dan mendasari rasa kebangsaan. Pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan untuk menyampaikan dan mengutarakan maksud yan ingin disampaikan kepada orang lain secara lisan dan tertulis, selain itu sebagai proses berbagi pengalaman dan belajar dari yang lain dan meningkatkan kemampuan intelektualnya. Sejalan dengan perkembangan ilmu penetahuan, teknologi dan informasi pada materi bahasa Indonesia, maka perkembangan bahasa Indonesia tidak saja ditempuh melalui pengucapannya dalam kehidupan sehari-hari, namun juga ada proses pembelajarannya pembelajaran bahasa indonesia yaitu salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya membawa indonesia ke arah perkembangan zaman yang lebih modern.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Di Sekolah Dasar, pembelajaran keterampilan berbahasa dibelajarkan secara terintegrasi. Ketrampilan membaca sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang serba modern ini, karena membaca dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreatif serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi pada anak.

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan informasiyang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca (Dalman, 2013:5). Maka dari itu membaca sangat penting untuk diajarkan kepada anak usia dini agar anak tidak ketinggalan zaman serta anak tidak mengalami buta huruf.

Membaca permulaan merupakan suatu ketrampilan awal pengenalan bentuk huruf yang harus dipelajari dan dikuasi anak. Anak diperkenalkan dengan bentuk huruf abjad dari A/a sampai dengan Z/z. Huruf-huruf tersebut perlu dilafalkan dan dihafalkan anak sesuai dengan bunyinya. Setelah anak di perkenalkan dengan bentuk huruf abjad dan melafalkannya, anak juga dapat diperkenalkan cara membaca suku kata, kata dan kalimat. Dalam hal ini, anak perlu diperkenalkan untuk merangkai huruf-huruf yang telah dilafalkannya agar dapat membentuk suku kata, kata dan kalimat. ( Dalman, 2013:85 ).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kelas I SD Negeri Lamper Tengah 02 Semarang yaitu Ibu Agnes Rinawati, S.Pd menyatakan bahwa siswa kelas I SD Negeri Lamper Tengah 02 Semarang memiliki jumlah 29 siswa, terdiri dari 18 laki-laki dan 11 perempuan, dari jumlah 29 siswa tersebut terdapat 13 anak yang mengalami kesulitan dalam belajar memabaca dan ada beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi dalam membaca. Dengan demikian dalam mata pelajaran bahasa indonesia materi membaca masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, dengan perolehan hasil dari 29 siswa sebanyak 18 atau 63% nilai masih dibawah KKM, sedangkan 11 siswa atau 37% sudah mengalami ketuntasan dengan nilai diatas KKM. Kesulitan dalam belajar membaca permulaan yang dialami siswa meliputi: siswa masih kesulitan mengenali huruf, siswa kesulitan dalam membedakan huruf yang mirip misalnya “b” dan “d”, “w” dan “m”, “p” dan “q”, siswa kesulitan merangkai huruf menjadi seuah kata atapun kalimat, siswa masih terbata-bata dalam mengeja, siswa kesulitan dalam berkonsentrasi. Penyebab dari kesulitan anak dalam belajar membaca macam-macam diantaranya: sebelum memasuk ke sekolah dasar anak tersebut tidak menempuh sekolah taman kanak-kanak terlebih dahulu jadi anak belum mengenal abjad, kata maupun kalimat, kurangnya perhatian orang tua dalam membimbing anak belajar pada saat dirumah, orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehingga lalai untuk mendidik anaknya untuk belajar, anak menjadi korban brokenhome sehingga anak tersebut hanya hidup berdua dengan neneknya dan tidak ada perhatian, mengingatkan maupun mengarahkan si anak untuk belajar, anak merasa kurang percaya diri dalam belajar membaca di dalam kelas.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan pedekatan deskriptif. Menurut Sugiono (2018: 9) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, ( sebagai lawannya adalah eksperimen ) dimana penulis adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi ( gabungan ) Triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi teknik pengumpulan data. Dalam triangulasi data, penulis akan menggunakan penugasan, observasi, wawancara dan dokumentasi tetang kesulitan belajar dalam membaca permulaan. , analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini membahas tentang kemampuan siswa tentang kesulitan belajar dalam membaca permulaan pada siswa kelas I SDN 02 Lamper Tengah Kota Semarang. Adapun data yang diperoleh sebagai berikut Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SDN Lamper Tengah 02. Keadaan kelas terlihat nyaman untuk melakukan proses pembelajaran, dan bagi anak yang mengalami kesulitan belajar membaca permulaan tempat duduk siswa berada paling depan supaya terlihat dan dijangkau oleh guru kelas. Serta tidak ada fasilitas dari sekolahan untuk menunjang proses belajar membaca permulaan, guru hanya menggunakan potongan kardus yang ditempeli huruf abjad. selain itu adapula data hasil wawancara guru, diantaranya Berdasrkan hasil wawancara dengan guru kelas I SDN Lamper Tengah 02 yaitu dengan ibu Agnes Rinawati S.Pd beliau menyatakan bahwa dalam kelas yang diampu beliau terdapat 4 murid yang belum bisa membaca sama sekali. Empat murid tersebut terdiri dari 1 perempuan dan 3 laki-laki. Dan ditambah lagi 13 siswa mengalami kesulitan dalam membaca. Menurut ibu Agnes salah satu faktor yang mempengaruhi anak mengalami kesulitan dalam belajar membaca berupa kurangnya perhatian orang tua dalam membimbing anak belajar dirumah, orang tua lebih memilih sibuk dengan pekerjaan masing-masing daripada membimbing anaknya untuk belajar membaca. Selain itu tidak adanya fasilitas dari pihak sekolah untuk menunjang kegiatan belajar dalam membaca permulaan, setiap kali belajar membaca guru kelas yang berinisiatif membuat media pembelajarannya.

Ibu Agnes mengatakan bahwa untuk melancarkan proses pembejalaran membaca permulaan ibu Agnes mengunakan metode Ebjad, Eja, Suku Kata, Kata. Dengan menggunakan metode tersebut lumayan memudahkan proses pembelajaran berlangsung. Anak yang mengalami kesulitan membaca sedikit lebih mengerti walaupun memakan waktu yang lama dalam proses pembelajarannya. Selain itu dalam proses pembelajaran ibu Agnes juga memberikan kesempatan membaca bagi anak yang mengalami kesulitan belajar akan tetapi hasil yang di dapat siswa akan diam dan nunduk dan tidak merespon pertanyaan yang diajukan ibu guru. Dampak yang ditimbulkan dari keterbatasan siswa dalam membaca permulaan terhadap tingkat akademik nya jelas kurang akan tetapi pada bidang studi lain anak yang mengalami kesulitan membaca ini lebih unggul contohnya pada bidang studi olahraga, anak – anak tersebut nilainya bahkan lebih unggul dari teman – temannya. Untuk mengejar ketinggalan siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca permulaan ibu Agnes berinisiatif meluangkan waktu nya untuk memberikan jam tambahan setelah selesai jam pelajaran.Dampak yang ditimbulkan dari keterbatasan siswa dalam membaca permulaan dalam tingkat interaksi sosialnya berupa siswa sering menjadi bahan ejekan teman-temannya, selalu menyendiri main sendiri tidak ada yang mau bermain dengan siswa tersebut. Dampak untuk kondisi psikologisnya anak jelas kurang percaya diri dalam segala bidang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi anak mengalami kesulitan dalam belajar membaca permulaan berupa kurangnya perhatian orang tua dalam membimbing anak belajar dirumah, orang tua lebih memilih sibuk dengan pekerjaan masing-masing daripada membimbing anaknya untuk belajar membaca. Orang tua lebih memasrahkan anak nya pada lembaga sekolahan untuk mendidik putra putrinya. Sedangka waktu untuk anak belajar di sekolah hanya 4 jam selebihnya jam 4 itu anak sudah menjadi tanggung jawab orang tua masing-masing.

Hasil yang dicapai dalam kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas I yang mendapat nilai di bawah KKM 18 siswa sedangkan yang mendapatkan nilai tercapai atau di atas KKM terdapat 11 siswa. Pada interval 0 sampai 54 diperoleh frekuensi 10 yaitu 12,5 , 18,75 , 25 , 31,25 , 37,5 , 43,75 , 43,75 , 50, 50 , 50. Pada interval 55 sampai 69 diperoleh frekuensi 8 yaitu 56,25 , 56,25 , 62,5 , 62,5 , 62,5 , 62.5 , 68,75 , 68,75. Pada interval 70 sampai 84 diperoleh frekuensi 10 yaitu 75 , 75 , 75 , 75 , 75 , 81,25 , 81,25 , 81,25 , 81,25 , 81,25 , dan interval 85 sampai 100 diperoleh frekuensi 1 yaitu 87,5.

Sedangkan presentase nilai siswa yang berada disetiap aspeknya. Pada aspek 1 mengenal huruf memiliki presentase sebesar 58,62% dengan presentase tersebut kesulitan yang dialami siswa rata-rata berupa menyebutkan huruf abjad vocal yang terletak pada soal dibawahnya, sedangkan pada aspek 2 membaca kata bermakna memiliki presentase sebesar 51,72% dengan presentase terendah dari ketiga aspek lainnya kesulitan yang alami siswa pada aspek ini berupa membaca kata yang di beri kalimat imbuhan lah, pada saat mengeja siswa terbata-bata dan ketika selesai mengeja pada saat menyebutkan kata yang di eja tadi salah tidak sesuai dengan kata yang sebenarnya., sedangkan aspek 3 membaca kata yang tidak mempunyai arti memiliki presentase sebesar 66,38% dengan presentase tertinggi dari ke tiga aspek lainnya kesulitan yang di alami siswa berupa membaca kata yang tidak mempunyai arti, membaca kata yang tidak mempunyai arti disini berupa suatu kalimat yang terdiri dari huruf-huruf acak yang sulit untuk dibaca siswa dan yang tidak memiliki arti apapun. Pada saat membacanya siswa menggunkan metode eja akan tetapi pada saat mengucapkan kalimat yang sudah di eja tadi siswa salah mengucapkan, pada aspek 3 ini nilai tertinggi diperoleh pada menjodohkan kalimat, siswa-siswa ini rata-rata benar dan mendapatkan poin ketika menjodohkan kalimat. dan yang terakhir aspek 4 Kelancaran membaca dan pemahaman bacaan meliliki presentase sebesar 61,21% dengan presentase tersebut kesulitan yang dialami siswa berupa kelancaran dan pemahaman bacaannya, sedangkan yang sudah lumayan bisa untuk membaca hanya beberapa siswa dan membacanya juga belum begitu lancar sehingga jika mengandalkan untuk siswa yang membaca akan memakan waktu yang lama dan dapat protes dari temen-temennya yang lain jadi pada aspek ke 4 ini saya yang membacakan paragraf tersebut, akan tetapi sebelum saya membacakan saya memberi kesempatan kepada siswa-siswa yang ingin membacanya agar mendapat tambahan nila pada aspek 4 ini dan ada beberapa siswa yang ingin membaca paragraf tersebut. Dan bagi siswa yang tidak bisa membaca dapat menjawab pertanyaan di bawahnya jika benar jawabannya siswa yang tidak bisa membaca akan mendapatkan nilai dari hasil jawabannya dan bagi siswa yang ikut membaca paragraf terseut nilainya di tambahakan dengan nilai hasil jawaban di bawahnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari ke 4 aspek tersebut, aspek 3 ( membaca kata yang tidak mempunyai arti) yang menjadi presentase tertinggi sebesar 66,38%. Sedangkan presentase terendah terdapat pada aspek 2 ( membaca kata bermakna ) sebesar 51,72%.

Kendala yang di alami siswa pada saat mengerjakan soal ini berupa kurangnya fokus pada saat mendengarkan perintah – perintah mengerjakan soal dan kurangnya fokus dalam mengerjakan soal, rame sendiri dengan teman sekelilingnya, bagi siswa yang belum bisa memaca siswa tersebut tidak mau mnegerjakan dan mengganggu temen yang fikus mengerjakan.. Jadi hasil yang di dapat pada poin poin aspek kurang maksimal.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan Seluruh siswa kelas I SDN Lamper Tengah 02 Semarang dengan jumlah 29 siswa. Terdapat 4 siswa yang mengalami kesulitan membaca dan 14 siswa lainnya mengalami sulitnya pemahaman sehingga setelah di eja salah dalam pengucapan kata. Dalam proses penelitian ini dimulai dengan memberikan tes bacaan pada siswa. Pada tes bacaan mencakup 4 aspek, aspek 1 mengenal huruf, aspek 2 membaca kata bermakna, aspek 3 membaca kata yang tidak mempunyai arti, aspek 4 kelancaran membaca dan pemahaman bacaan. Jika Keempat aspek tersebut bisa dilewati dengan baik maka siswa dengan mudahnya untuk mbelajar membaca. Akan tetapi dari data diatas masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam melewati setiap aspek tersebut. Adapun beberapa karakteristik kesulitan yang dijumpai siswa dalam setiap aspeknya meliputi: kesulitan mengidentifikasi huruf, dan merangkai susunan huruf, membalik huruf, mengubah kata, mengucapkan kata yang salah, mengeja terbata-bata kurangnya memperhatikan bacaan serta tidak memahami isi bacaan dan sulitnya untuk berkonsentrasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat aspek terdapat aspek 2 membaca kata bermakna yang memiliki presentase terendah dengan presentase 51,72%, dengan kesulitan yang alami siswa pada aspek ini berupa membaca kata yang di beri kalimat imbuhan lah, pada saat mengeja siswa terbata-bata dan ketika selesai mengeja pada saat menyebutkan kata yang di eja tadi salah tidak sesuai dengan kata yang sebenarnya. Sedangkan aspek yang memiliki presentase tertinggi adalah aspek 3 membaca kata yang tidak mempuyai arti dengan presentase 66,38%, dengan kesulitan yang di alami siswa berupa membaca kata yang tidak mempunyai arti, membaca kata yang tidak mempunyai arti disini berupa suatu kalimat yang terdiri dari huruf-huruf acak yang sulit untuk dibaca siswa dan yang tidak memiliki arti apapun. Pada saat membacanya siswa menggunkan metode eja akan tetapi pada saat mengucapkan kalimat yang sudah dieja tadi siswa salah mengucapkan, pada aspek 3 ini nilai tertinggi diperoleh pada menjodohkan kalimat, siswa-siswa ini rata-rata benar dan mendapatkan poin ketika menjodohkan kalimat

Setelah dilakukan penelitian, saran yang sampaikan kepada guru siswa berupa. Bagi guru Sebaiknya guru membuat pembelajaran inovatif dan kreatif agar siswa tertarik dan fokus dalam mengikuti proses pembelajaran. Dan bagi siswa Sebaiknya bagi siswa yang masih kesulitan dalam belajar membaca permulaan harus selalu membiasakan belajar mengal huruf, belajar mengeja, dan membaca satu kalimat. Serta meminta bantuan orang tua untuk membimbing belajar pada saat dirumah agar terbiasa dan menjadi bisa untuk membaca.

DAFTAR PUSTAKA

­Abdurahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Dalman. 2013. Ketrampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Eveline Siregar & Hartini Nara. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

______. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD. Bandung: CV. Alfabeta.

  1. NO.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.