PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING

TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII

SMP PGRI 01 SEMARANG

 

Feri Ana Awalia

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas PGRI Semarang

Supardi

Ismah

Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP PGRI 01 Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah true eksperimental dengan pretest-posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII pada semester 1 di SMP PGRI 01 Semarang, yang terdiri dari lima kelas dengan jumlah 152 siswa, satu kelas digunakan untuk try-out, sedangkan sampelnya terdiri dari satu kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian. Jumlah keseluruhan sampel adalah 30 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam peneliti ini adalah menggunakan teknik cluster random sampling. Nilai kemandirian belajar diperoleh dari nilai pre-test dan post-test. Analisis yang digunakan untuk menguji validitas adalah korelasi product moment dan reliabilitas menggunakan rumus alpha. Hasil perhitungan menggunakan rumus t-test diperoleh diketahui bila tingkat kesalahan 5% dengan dk 28, maka harga t tabel = 2,101. (dk = n1 + n2 = 28). Ternyata harga thitung= 2,966 jauh lebih besar dari pada ttabel 2,101. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan keputusan uji hipotesis thitung> ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu hipotesisnya berbunyi bahwa ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIIISMP PGRI 01 Semarang. Saran yang dapat peneliti sampaikan hendaknya guru pembimbing di sekolah memberikan layanan lebih lanjutan melalui kegiatan konseling kelompok berkenaan dengan kemandirian belajar siswa.

Kata kunci: Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing, Kemandirian  Belajar.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fuad Nashori (dalam Nohfitasari, 2015: 5) menyatakan bahwa salah satu fenomena yang menjadi keprihatinan bangsa Indonesia adalah kemandirian belajar dikalangan siswa-siswi. Siswa-siswi di Indonesia umumnya tidak memperoleh latihan yang cukup untuk menanggung hidupnya sendiri. Generasi muda Indonesia tidak memperoleh pelatihan sejak dini, akibatnya ketika siswa-siswi memasuki gerbang pintu kehidupan dewasa, siswa-siswi tidak mampu memperoleh kemandirian belajarnya, hal tersebut digambarkan adaikata dalam pelaksanaan ujian tidak ada pengawasnya, maka diperkirakan tidak ada satupun siswa yang mengerjakan tugasnya secara mandiri.

Menurut Aunurrahman (2009: 279) kemandirian merupakan kemampuan orang untuk tidak bergantung pada orang lain, serta tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Kemandirian seseorang tidak terbentuk begitu saja, proses perkembangan kemandirian diawali dengan ketergantungan anak terhadap orang lain, orang tua, dan orang dewasa lainnya. Dari pendapat tersebut ditekankan bahawa kemandirian belajar adalah bagaimana siswa bertanggung jawab dengan kegiatan belajar yang dilakukan.

Elaine (2004: 154) menyebutkan kemandirian belajar adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu orang, biasanya satu kelompok. Murti (2015) menyatakan bahwa salah satu fenomena yang menjadi keprihatinan bangsa Indonesia adalah kemandirian belajar dikalangan remaja. Remaja Indonesia umumnya tidak memperoleh latihan yang cukup untuk menanggung hidupnya sendiri.

SMP PGRI 01 Semarang merupakan salah satu sekolah menengah pertama di kota Semarang. Permasalahan yang nampak pada siswa berkaitan dengan kurangnya pemahaman tentang kemandirian belajar, kemandirian belajar seharusnya bukan merupakan permasalahan karena sebagai pelajar hampir setiap hari melakukan proses belajar mengajar di sekolah, tetapi kenyataannya masih kurangnya perencanaan siswa dalam belajar yang mengakibatkan siswa seperti lupa dalam membawa alat tulis dan sebagainya, kemudian inisiatif siswa dalam belajar yang kurang dimana siswa hanya belajar di lingkungan sekolah saja tanpa mengikuti kursus-kursus lain untuk memperoleh ilmu dari luar lingkungan sekolah, tanggung jawab belajar siswa yang masih kurang dimana siswa belum menanamkan bahwa belajar adalah sebagai tugas seorang siswa, kemudian belajar secara kritis dan terbuka. Dapat dilihat dari hasil DCM yang disebarkan peneliti pada bulan Agustus 2017 yang ada dari pernyataan: saya tidak teratur waktunya 64,7%, saya belajar hanya malam hari 40,6%, saya sering merasa malas belajar 48,2%, dan pernyataan saya tidak tahu cara belajar yang baik 40,6%, merupakan permasalahan yang dialami siswa di SMP PGRI 01 Semarang. Dan dari hasil wawancara pada bulan Desember 2017 dengan guru BK yang menyebutkan banyak siswa yang datang dan berkonsultasi masalah terkait kemandirian belajar seperti kurang bisa membagi waktu belajar, sering lupa membawa alat tulis, canggung bila berdekatan dengan teman yang lebih pintar. Dan juga didukung hasil wawancara dengan beberapa siswa menyebutkan bahwa siswa banyak yang kurang bisa membagi waktu belajar dengan bermain, sering lupa membawa alat tulis, dan sering mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah.

Usaha sekolah dalam rangka meningkatkan kemandirian siswa yaitu dapat melalui layanan bimbingan konseling di sekolah salah satunya adalah bimbingan kelompok, menurut Romlah (2006: 3) bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang jumlah anggotanya dibatasi antara 8-15 orang. Dengan demikian memungkinkan pemimpin kelompok dapat melakukan pendekatan secara personal. Hal ini juga dilakukan secara berkesinambungan yang memberikan informasi dengan membahas topik tentang tindakan yang mengarah pada penyesuaian diri siswa, baik faktor penyebab kurang kemandirian belajar, dampak dari kurangnya kemandirian belajar, serta upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar.

Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah teknik role playing. Menurut Winkel (2005: 57) menjelaskan bahwa role playing merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain termasuk konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial maupun pribadi. Oleh karena itu melalui layanan informasi dengan teknik role playing akan terjadi proses interaksi antar individu, diharapkan layanan informasi dapat dijadikan wahana pemahaman nilai-nilai positif bagi siswa khususnya dalam meningkatkan kemandirian belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka menarik untuk diadakan penelitian mengenai “pengaruh layanan bimbingan kelompokdengan teknik role playing terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP PGRI 01 Semarang”.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahannya yaitu dari hasil DCM yang ada dari pernyataan: saya tidak teratur waktunya 64,7%, saya belajar hanya malam hari 40,6%, saya sering merasa malas belajar 48,2%, dan pernyataan saya tidak tahu cara belajar yang baik 40,6%, kurang bisa membagi waktu belajar, sering lupa membawa alat tulis, canggung bila berdekatan dengan teman yang lebih pintar, banyak siswa yang kurang siap dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk belajar, kurangnya tanggung jawab siswa dalam belajar, kurangnya inisiatif siswa dalam mencari informasi-informasi atau sumber di luar lingkungan sekolah. Merupakan permasalahan yang dialami siswa di SMP PGRI 01 Semarang.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, mengingat keterbatasan peneliti maka peneliti membatasi masalah yaitu untuk mempengaruhi kemandirian belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing pada siswa kelas VIII SMP PGRI 01 Semarang.

Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, dapat diambil rumusan masalah yaitu “apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP PGRI 01 Semarang”?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP PGRI 01 Semarang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini direfrensikan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bimbingan dan konseling, yaitu pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP PGRI 01 Semarang.

Manfaat Praktis

Siswa dapat memahami dan meningkatkan kemandirian belajar setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing, guru pembimbing dapat mengembangkan program bimbingan dan konseling serta dapat dipakai sebagai umpan balik untuk pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang diberikan secara optimal, sebagai penambah wawasan tentang bimbingan dan konseling khususnya layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing, membantu kepala sekolah dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan sekolahnya terutama dalam bimbingan dan konseling, khususnya layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP PGRI 01 Semarang.

KAJIAN TEORI

Kemandirian Belajar

Kemandirian merupakan kemampuan orang untuk tidak tergantung pada orang lain, serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Kemandirian seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui proses yang diawali dengan ketergantungan anak terhadap orang tua, orang lain, dan orang dewasa lainnya. Adapun pembahasan tentang kemandirian belajar sebagai berikut.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sukarno (2002: 59) yang menyebutkan kemandirian belajar adalah berusaha untuk mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kegiatan belajar dan berpegang teguh pada tanggung jawab pada pembelajaran. Dari pendapat tersebut ditekankan bahwa kemandirian belajar adalah bagaimana siswa bertanggungjawab dengan kegiatan belajar yang dilakukannya.

Sedangkan menurut Elaine (2004: 154) menjelaskan kemandirian belajar adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu orang atau biasanya satu kelompok.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan siswa dalam mempersiapkan belajar yang bertanggungjawab dan biasanya kegiatan.

Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Role Playing

Gibson dan Mitchell (2011: 52) berpendapat bahwa bimbingan kelompok mengacu kepada aktivitas-aktivitas kelompok yang berfokus kepada penyediaan informasi atau pengalaman melalui sebuah aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisasi. Menurut Nurihsan (2012: 17) bimbingan kelompok dimaksudkan untuk menyikapi berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa). Menurut Sukardi (2008: 64), layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang mengacu kepada aktivitas-aktivitas kelompok untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber agar kelompok menjadi besar, kuat dan mandiri serta dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.

Winkel dan Sri Hastuti (2005: 70) menjelaskan bahwa role playing merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain termasuk konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial maupun masalah belajar. Sedangkan menurut Hafidz (2013: 184), role playing atau bermain peran adalah salah satu teknik dalam pendekatan kelompok yang dapat diterapkan dalam psikoterapi atau konseling. Satu hal yang membedakan role playing dengan pendekatan kelompok yang bersifat intruksional adalah adanya unsur drama. Sedangkan menurut Nata (2009: 192) role playing dapat mengambil bentuk bermain peran, seperti seorang murid perempuan bermain peran sebagai ibu, atau murid laki-laki bermain peran sebagai ayah. Selain itu, simulasi dapat pula mengambil bentuk permainan sandiwara dengan melibatkan sejumlah orang yang masing-masing memainkan perannya sesuai skenario yang ditetapkan. Kemudian dianalisis bersama untuk diketahui pesan ajaran yang terkandung di dalamnya dan disimpulkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa role playing adalah teknik dalam bimbingan konseling yang bersifat intruksional dalam sebuah dramatisasi dari sebuah permasalahan.

Dari pengertian layanan bimbingan kelompok dan teknik role playing dapat disimpulkan bahwa layanan informasi dengan teknik role playing adalah proses pemberian bantuan yang mengacu kepada aktivitas-aktivitas kelompok untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber agar kelompok menjadi besar, kuat dan mandiri serta dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat, yang dipadukan dengan pemberian informasi melalui teknik yang bersifat intruksional dalam sebuah dramatisasi dari sebuah permasalahan.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 2010:203

Teknik Analisis Data

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan program SPSS, dan kemudian dilakukan uji homogenitas.

Hipotesis Statistik

Hasil hitung tersebut dikonsultasikan dengan indeks tabel wilcoxon, jika hasil analisis lebih kecil dari indek tabel Wilcoxon.

Ho ditolak Ha diterima apabila t> atau sama dengan ketentuan t

Ho diterima dan Ha ditolak jika t< t

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Homogenitas

Xhitung Xtabel Kesimpulan
1,299 2,98 Kedua kelompok homogen

Berdasarkan tabel di atas, dapat diuraikan hasil pengujian uji homogenitas.

Uji Normalitas

Kelompok Lo Ltabel Kesimpulan
Eksperimen 0,014 0,258 Berdistribusi Normal
Kontrol 0,198 0,258 Berdistribusi Normal

Berdasarkan tabel di atas, dapat diuraikan hasil pengujian normalitas.

Uji Paired t Test

Tabel 4.15

Paired Samples Test

 
  Paired Differences
Mean Std. Deviation T df Sig. (2-tailed)
Pre Test – Post Test -1.36250E1 4.80885 -2,101 7 .000

 

Dapat diketahui bila tingkat kesalahan 5% dengan dk 28, maka harga t tabel = 2,101. (dk = n1 + n2 = 28). Ternyata harga thitung= 2,966 jauh lebih besar dari pada ttabel 2,101.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis uji t perbedaan bahwa posttest diantara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terhadap kemandirian belajar dengan menggunakan rumus uji t didapatkan sebesar thitung sebesar 10,3 sedangkan ttabel sebesar 2,021 dengan db = (n1+n2)-2 = (15+15)-2=28 dan taraf signifikan 5% maka thitung lebih besar dari berarti ttabel artinya Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan dengan melalui hipotesis yang berbunyi “Adanya pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIIISMP PGRI 01 Semarang”.

Selama penelitian berlangsung, perubahan perilaku siswa baru terlihat setelah treatment ke 3.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan dalam penelitian ini terlihat tingkat perbedaan hasil data pre-test dan post-test dari kategori rendah menjadi tinggi. Dimana hasil pengujian uji hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini diketahui bahwa hasil thitung sebesar 2,966 dan ttabel sebesar 2,101. Hal tersebut menunjukan bahwa thitung 2,966 > ttabel 2,101, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP PGRI 01 Semarang”

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2009. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Bahri ,Syaiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Efendi. 2002. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Elaine. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gibson, Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hafidz, Addahri. 2013. Teknik Bermain Peran pada Layanan Bimbingan Kelompok untuk meningkatkan Self-Estem. Padang: Volume 2, Nomor 1.

Nengsih. 2015. Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok terhadap Kemandirian Belajar Siswa SMP Pembangunan Padang. Padang: Volume 2, Nomor 1.

Nofitasari. 2015. Efektifitas Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Ngasem Kabupaten Kediri Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Fokus Konseling Vol. 1, No. 1.

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar dan Profil. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Romlah, Tatiek. 2011. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Soejanto. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2013. Metode Penlitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2005. Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyata. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel, W.S & Sri Hastuti.2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.