Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode EVA dan MVA
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
DAN METODE MARKET VALUE ADDED (MVA)
Rina Silvia
Yonas Meti
Program Studi Akuntansi Universitas Halmahera
ABSTRAK
Pada umumnya analisis laporan keuangan yang dilakukan perusahaan untuk mengukur kinerja keuangannya adalah dengan menggunakan metode konvensional yaitu analisis rasio keuangan. Dalam praktiknya walaupun analisis rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya (Kasmir, 2010:103). Penggunaan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan utama yaitu tidak memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal. Untuk mengatasi kelemahan dari analisis rasio keuangan, maka dikembangkan konsep pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai tambah (Value added) yaitu economic value added (EVA) dan Market Value added 2 (MVA). Keinginan seorang investor dalam menanamkan dananya didalam perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang berupa devidan maupun capital gain. Ketertarikan seorang investor untuk menamkan modalnya dalam perusahaan untuk mendapatkan feed back pada dasarnya dilihat dari bermacam macam analisis, baik analisis financial maupun analisis fundamental dari perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan sebuah perusahaan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), serta Q Tobin dapat memberi informasi yang akurat tentang kinerja keuangan suatu perusahaan dalam rangka menarik perhatian pihak eksternal dalam memenuhi kebutuhan financial perusahaan. MVA tidak semata-mata dipengaruhi oleh EVA. Terdapat faktor lain dalam menentukan nilai MVA, antara lain inflasi, kebijaka-kebijakan dari manajemen perusahaan, dan nilai tukar rupiah.
Kata kunci: analisi kinerja keuangan, EVA, MVA
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan memiliki tujuan masing – masing yang ingin dicapai. Namun, tujuan utama dari suatu perusahaan adalah mendapatkan keuntungan dan memberi manfaat bagi pemegang saham. Tujuan ini juga menjamin sumber daya perusahaan yang langka dialokasikan secara efisien dan memberi manfaat ekonomi bagi perusahaan tersebut. Keuntungan tersebut dapat diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan maupun kegiatan insidental perusahaan. Untuk memenuhi target perusahaan, perusahaan juga mengharapkan bantuan dana dari pihak eksternal untuk mendukung kegiatan perusahaan. Pihak eksternal yang dimaksud adalah kreditur dan investor, pihak eksternal tersebut mengharapkan pula feed back dari perusahaan. Oleh sebab itu dalam menarik perhatian serta ketertarikan pihak eksternal, perusahaan harus benar benar memiliki kinerja keuangan yang baik agar dalam operasi keuangan perusahaan, terlihat kinerja keuangan perusahaan yang mampu menarik perhatian pihak eksternal, baik dalamliquiditas mau, kebijakan kebijakan perusahaan dari keuntungan yang di peroleh. Pada umumnya analisis laporan keuangan yang dilakukan perusahaan untuk mengukur kinerja keuangannya adalah dengan menggunakan metode konvensional yaitu analisis rasio keuangan. Dalam praktiknya walaupun analisis rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya (Kasmir, 2010:103). Penggunaan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan utama yaitu tidak memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal. Untuk mengatasi kelemahan dari analisis rasio keuangan, maka dikembangkan konsep pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai tambah (Value added) yaitu economic value added (EVA) dan Market Value added 2 (MVA). Menurut Winarto (2005:4) kedua metode nilai tambah ini dapat dijadikan acuan yang lebih baik bagi pemilik modal untuk mempertimbangkan apakah perusahaan tersebut akan memberikan keuntungan atau kerugian terhadap modal yang diinvestasikan karena halitulah yang memberi dampak pada pihak eksternal untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dalam bentuk investasi. Tujuan investor menanamkan dananya kepada perusahaan adalah untuk mendapatkan pengembalian atau return, yang berupa dividen maupun dalam bentuk capital gain. Pembagian dividen oleh perusahaan menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan tersebut, selain itu berfungsi untuk memaksimalkan harga saham perusahaan. Kebijakan deviden merupakan salah satu kebijakan dalam perusahaan yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama sehinggga terjadi keseimbangan antara alokasi laba yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham (deviden) dengan alokasi laba yang dapat ditahan perusahaan demi meminimalisasi konflik agency serta konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara pemegang saham dengan manajer, dan antara pemegang saham dengan kreditor. Bagi investor pembayaran deviden yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang membayar deviden tidak stabil. Dalam kebijakan pembayaran dividen, struktur serta sistem di buat dalam perusahaan juga berpengaruh terhadap proporsi alokasi hasil atau laba yang diperoleh perusahan. Dengan adanya pemberian dividen oleh perusahaan, maka perusahaan dianggap telah memenuhi kewajibannya kepada investor. Apabila dividen yang diberikan perusahaan tinggi, maka dianggap perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik. Fama dan French (1998) dalam Hasnawati (2005), menyatakan bahwa keputusan perusahaan dalam mengelola keuangan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan yang dilakukan dengan hati – hati dan tetap, karena keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan akan berdampak terhadap nilai perusahaan. Keputusan keuangan yang harus dipertimbangkan dengan baik adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Dari sisi investor, dividen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan pemberian dana di pasar modal. Implementasi keputusan investasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan internal (internal financing) dan sumber pendanaan eksternal (external financing). Keputusan pendanaan berkaitan dengan penentuan struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Dalam perspektif manajerial, inti dari fungsi pendanaan adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Sedangkan kebijakan dividen berkaitan dengan kebijakan mengenai seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan akan didistribusikan kepada pemegang saham. Karena komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada sistem kendali perusahaan, Adhi A.W. (2002).
PEMBAHASAN
Pengertian EVA (Economic Value Added)
EVA (Economic value added) merupakan metode penilaian kinerja keuangan perusahaan berdasarkan nilai tambah (Value added). Menurut Tunggal (2001) dalam Iramani dan Erie (2005:3) “EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital)”. Menurut Young & O’byrne (2001:18) “ EVA merupakan alat komunikasi yang efektif, baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk berhubungan dengan pasar modal.” Menurut Eguene F. Brigham, dalam bukunya Manajemen Keuangan (2001:52), mengatakan bahwa EVA adalah cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang sesungguhnya. Biaya modal hutang (beban bunga) dikurangkan ketika menghitung laba bersih, tetapi biaya ini tidak dikurangkan pada saat menghitung biaya modalekuatis. Oleh karena itu, secara ekonomis, laba bersih ditetapkan terlalu tinggi dibandingkan laba “yang sesungguhnya”. Jadi, EVA menyelesaikan konvensional. Berdasarkan definisi EVA yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya EVA merupakan alat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan nilai tambah yang memperhatikan adanya biaya modal (cost of capital)yang ditanggung perusahaan. EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai kinerja keuangan perusahaan karena EVA memperhatikan adanya biaya modal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa EVA merupakan metode analisis keuangan untuk menilai profitabilitas dan kinerja manajemendari operasi perusahaan. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (WACC x modal yang diinvestasikan)
NOPAT = Net Operating Profit After Tex (laba operasi setelah pajak)
WACC = Weightet Average Cost of Capital (modal rata-rata tertimbang)
EVA yang positif (EVA>0) menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan melebihi tingkat biaya modal. Sebaliknya EVA yang negatif (EVA<0) menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya modalnya. EVA memberikan tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini membantu memastikan bahwa mereka beroperai dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Perhatikan pula bahwa EVA dapat ditentukan untuk devisi dan perusahaan secara keseluruhan, sehingga EVA memberikan dasar yang berguna dalam menentukan kompensasi manajemen pada semua tingkatan. Sehingga pada saat ini banyak perusahaan mengunakan EVA sebagai dasar utama untuk menentukan kompensasi manajemen.
Pengertian MVA (Market Value Added)
Menurut Warsono (2003:47) “Market valueadded (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan pada periode tertentu dengan nilai ekuitas yang dipasok para investorny”. MVA hanya dapat dihitung atau diaplikasikan pada perusahaan publik atau yang listed di pasar modal. Menurut Winarto (2005:4) “Market value added (MVA) adalah perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu (untuk keseluruhan investasi baik berupa modal, pinjaman, laba ditahan dan sebagainya) terhadap keuntungan yang dapat diambil sekarang, yang merupakan selisih antara nilai buku dan nilai pasar dari keseluruhan tuntutan modal. MVA harus menjadi tujuan utama perusahaan yang menitikberatkan pada kemakmuran pemegang saham.”pada dasarnya MVA adalah suatu konsep untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dari sudut pandang eksternal dengan menghitung selisih antara nilai pasar saham dengan nilai buku saham. Menurut Sartono (2001) MVA merupakan kemakmuran pemegang saham. Kemakmuran dengan memaksimumkan kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan di atas nilai modal yang disetor pemegang saham. Berdasarkan MVA dapat dibuat kontrak untuk menentukan besarnya bonus kinerja bagi pengelola. Masalahnya, MVA adalah ukuran kumulatif jangka panjang. Padahal bonus kinerja biasanya perlu dibayar tiap tahun. Sebagai pendekatan bagi penciptaan nilai setiap tahunnya, diperkenalkan konsep Economic Value Added (EVA) atau konsep nilai tambah ekonomis. EVA adalah laba operasional bersih setelah pajak dikurangi biaya modal. Biaya modal telah mencakup biaya bunga hutang dan biaya ekuitas (biaya modal sendiri). Jika laba ini lebih besar dari biaya modal, maka terciptalah nilai tambah bagi perusahaan. Dalam jangka panjang, penciptaan nilai tahunan ini akan tercermin dalam MVA. Market value added (MVA) adalah perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu (untuk keseluruhan investasi baik berupa modal, pinjaman, laba ditahan dan sebagainya) terhadap keuntungan yang dapat diambil sekarang, yang merupakan selisih antara nilai buku dan nilai pasar dari keseluruhan tuntutan modal. MVA menjelaskan seberapa besar kekayaan yang dapat diciptakan atau dihilangkan saat ini dan EVA menggambarkan efisiensi dalam suatu periode tertentu. Dari kedua metode pertambahan nilai EVA dan MVA ini dapat diperlihatkan valuasi perusahaan publik. Keduanya menjelaskan seberapa besar kekayaan yang dapat diciptakan ataupun sebaliknya dihilangkan oleh perusahaan selama melakukan kegiatan operasionalnya. Sehingga kedua metode nilai tambah ini dapat dijadikan acuan yang lebih baik bagi pemilik modal untuk mempertimbangkan apakah perusahaan tersebut akan memberikan keuntungan atau kerugian terhadap modal yang diinvestasikan. Para pemilik modal pada akhirnya akan dapat memperhitungkan penambahan ataupun pengurangan nilai yang sebenarnya dari kondisi riil perusahaan dengan pemanfaatan kedua konsep nilai tambah ini. Nilai tambah pasar (MVA) dari sebuah perusahaan merupakan hasil dari selisih nilai pasar perusahaan dikurangi oleh komponen biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk modal investasinya (Winarto, 2005:5).
- Baridwan dan Legowo (2002:143) merumuskan MVA sebagai berikut:
MVA = Market Value 0f equity (MVE) – Book Value of equity (BVE)
MVE = Shares outstanding x stock price
BVE = Shares outstanding x nominal value of share
- Hanafi (2008:55) merumuskan MVA adalah sebagai berikut:
MVA = Nilai Pasar Saham– Nilai Buku Saham
Nilai pasar saham dapat dicari dengan mengalikan harga pasar perlembar saham dengan jumlah saham yang beredar dipasar.
Menurut Winarto (2005:5) langkah yang harus ditempuh untuk menghitung nilai MVA adalah:
- Menghitung jumlah saham yang beredar (the number of share outstanding)
- Menghitung harga pasar saham (share price)
- Menghitung nilai buku ekonomis per lembar saham (economic book value per share)
- Menghitung MVA.
MVA yang positif (MVA>0) berarti menunjukkan pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan pemegang saham dan MVA yang negatif (MVA<0) mengakibatkan berkurangnya nilai modal pemegang saham sehingga memaksimumkan nilai MVA seharusnya menjadi tujuan utama perusahaan dalam meningkatkan kekayaan pemagang saham (Gatot, 2008:359). Menurut Young & O’byrne (2001:27) semakin besar MVA semakin baik, MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal, yang berarti bahwa kekayaan telah dimusnahkan.
KESIMPULAN
- Keinginan seorang investor dalam menanamkan dananya didalam perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang berupa devidan maupun capital gain.
- Ketertarikan seorang investor untuk menamkan modalnya dalam perusahaan untuk mendapatkan feed back pada dasarnya dilihat dari bermacam macam analisis, baik analisis financial maupun analisis fundamental dari perusahaan.
- Pengukuran kinerja keuangan sebuah perusahaan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), serta Q Tobin dapat memberi informasi yang akurat tentang kinerja keuangan suatu perusahaan dalam rangka menarik perhatian pihak eksternal dalam memenuhi kebutuhan financial perusahaan.
- MVA tidak semata-mata dipengaruhi oleh EVA. Terdapat faktor lain dalam menentukan nilai MVA, antara lain inflasi, kebijaka-kebijakan dari manajemen perusahaan, dan nilai tukar rupiah.
DAFTAR PUSTAKA
Chung, K.H. and Pruitt (1994). A Simple Approximationof Tobin’s Q,Financial Managenent, 23(3), 70-74.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Winarto, Jasinta. 2005. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Market Value Added. Jurnal Manajemen 4 (2): 1 9
Fama, Eugene F. and K. R. French. (2002). Testing Trade-Off and Pecking Order Predictions about Dividends and Debt, The Review of Financial Studies 15, 1-33.
Young, SD, dan O’Byrne Stephen F. 2011. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba empat.
Baridwan,Zaky dan Ary Legowo.2002. Asosiasi antara Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Rasio profitabilitas terhadap harga saham. Tema.Vol III. September.
Hanafi, Mamdun.2008.ManajemenKeuangan Edisi 1. Yogyakarta:BPFE.
Young, S.D., dan O’Byrne Stephen F. 2001.EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Edisi Pertama.Jakarta: Salemba Empat.
Hartono, Jogiyanto.2014.Teori Portofolio dan Analisi Investasi.Yogyakarta:BPFE.
Sartono, Agus.2012.Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.Yogyakarta:BPFE.
Martono, dan Agus Harjito.2002.Manajemen Keuangan.Yogyakarta:Ekonisia.