ANALISIS TINGKAT KESADAHAN KADAR COD BOD DAN KLORIDA AIR SUMUR BOR
ANALISIS TINGKAT KESADAHAN KADAR COD BOD DAN KLORIDA AIR SUMUR BOR DESA ALLAKUANG KECAMATAN MARITENGGAE
KABUPATEN SIDRAP
Sri Sulistya Ningsih Natalia Daeng Tiring
Yusman
Universitas Nusa Nipa Maumere Program Studi Pendidikan Kimia
ABSTRAK
Penelitian Survei ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadahan kadar COD BOD dan Klorida pada air sumur bor di desa allakuang kecamatan maritenngae kabupaten sidrap. Kesadahan ditentukan dengan metode titrasi, kadar COD ditentukan dengan metode titrasi biasa kadar BOD ditentukan dengan metode titrasi dan kadar klorida ditentukan dengan metode titrasi argentometri Mohr. Sampel diambil dari masing-masing dusun di desa allakuang. Hasil penelitian pada air sumur bor di desa allakuang kecamatan maritenngae kabupaten sidrap menunjukkan bahwa kesadahan total sampel A yaitu 462,01 mg/L,Sampel B yaitu 256,90, Sampel C yaitu 192,04 mg/L dan Sampel D yaitu 226,74 mg/L. kesadahan Tetap sampel A yaitu 334,90 mg/L,Sampel B yaitu 210,19, Sampel C yaitu 162,15 mg/L dan Sampel D yaitu 200,18 mg/L. kesadahan Sementara sampel A yaitu 127,11 mg/L,Sampel B yaitu 46,71, Sampel C yaitu 29,89 mg/L dan Sampel D yaitu 26,56 mg/L. Kadar COD sampel A yaitu 37,72 mg/L,Sampel B yaitu 18,86, Sampel C yaitu 18,86 mg/L dan Sampel D yaitu 18,86 mg/L. Kadar BOD sampel A yaitu 18,00 mg/L,Sampel B yaitu 7,20 Sampel C yaitu 7,20 mg/L dan Sampel D yaitu 7,20 mg/L. Kadar Klorida sampel A yaitu 103,28 mg/L,Sampel B yaitu 14,47 mg/L, Sampel C yaitu 16,99 mg/L dan Sampel D yaitu 13,53 mg/L. Kadar Maksimum yang diperbolehkan oleh pemerintah untuk kesadahan yaitu 500 mg/L, COD 12 mg/L, BOD 6 mg/L dan Klorida 250 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kesadahan dan klorida pada sampel memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah dalam dalam perpes Nomor 907/ Menkes/ SK/VII/ 2002. Sedangkan COD dan BOD pada sampel tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah dalam perpes Nomor 82/ menkes /sk /xi/2001.
Kata Kunci: Air, Kesadahan, COD,BOD,Klorida.
PENDAHULUAN
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia. Manusia membutuhkan air dalam semua aspek kehidupan. Secara biologis air berperan dalam semua proses dalam tubuh manusia, misalnya pencernaan, metabolisme tubuh dan mengatur keseimbangan suhu tubuh. Jika ada zat-zat yang berlebihan dalam air maka akan berdampak bagi kesehatan, salah satu contohnya adalah kesadahan air yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya batu ginjal. Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium sukar larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan yang akhirnya menjadi kerak. Dalam pemakaian yang cukup lama air sadah dapat menimbulkan gangguan ginjal akibat terakumulasinya endapan CaCO3 dan MgCO3 dalam ginjal.
Desa Allakuang, Kecamatan Maritenngae, Kabupaten Sidrap merupakan desa yang 60% penduduknya bekerja sebagai peternak, 30% sebagai petani, 5% pengrajin batu dan 5% lain-lain. Meskipun desa tersebut terdapat gunung, tapi juga terdapat daerah persawahan yang sumber airnya berasal dari air sungai. Air persawahan dapat meresap kedalam tanah dengan melewati pori-pori batuan yang mengandung kalsium dan magnesium sehingga ion-ion kalsium dan magnesium dapat terakumulasi pada air tanah dalam.
Kebutuhan air minum masyarakat di Desa Allakuang berasal dari sumur bor yang kedalaman sumurnya rata-rata 50 meter. Sumber air pada sumur bor tersebut berasal dari air tanah dalam yang proses terbentuknya berasal dari proses penyerapan air hujan yang mengandung CO2 terlarut yang melalui pori-pori batuan karbonat (CaCO3) sehingga ion kalsium dan magnesium dapat terakumulasi di air tanah dalam bentuk Ca(HCO3)2. Hal ini yang teramati oleh peneliti pada Desa Allakkuang, adanya pengendapan pada bagian dasar panci pada saat memasak air, serta kurangnya busa sabun pada saat mencuci.
Selain terdapat gunung kapur, di Desa Allakuang juga terdapat persawahan yang cukup luas. Persawahan di sana sama seperti persawahan di daerah-daerah lainnya yang masih menggunakan pupuk dan pestisida untuk meningkatkan hasil pertanian. Pestisida yang digunakan oleh petani pada umunya adalah DDT yaitu jenis pestisida yang mengandung klor. Klor yang berasal dari pestisida tersebut dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Kelebihan klorida pada air dapat menyebabkan kesadahan tetap yang sukar untuk dihilangkan dan juga dapat merusak vitamin B, C dan E pada tubuh.
Berbeda halnya dengan desa-desa lainnya, di Desa Allakuang terdapat danau yang jaraknya kurang lebih 3 km dari arah timur. Air pada danau mudah tercemar, hal ini dikarenakan oleh limbah-limbah yang berasal dari kegiatan manusia, baik itu dari pabrik maupun dari limbah rumah tangga akan bermuara di danau, pencemaran pada danau dapat berupa adanya senyawa organik, senyawa anorganik serta bakteri pada air. Jarak danau dengan desa allakuang yang dekat dapat mempengaruhi kadar BOD dan COD pada air tanah. COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses kimia dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sedangkan BOD menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air, Jika pada air terdapat nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri untuk berkembang biak maka pertumbuhan mikroorganisme akan berkembang pesat dan mengakibatkan semakin berkurangnya oksigen pada air tersebut dan jika kadar COD dan BOD tinggi maka air tersebut dapat digolongkan air yang tercemar. Air yang tercemar inilah dapat berbahaya bagi tubuh yang dapat berupa timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh mikroorganisme pada air.
Penelitian tentang Kesadahan air sumur dalam pernah dilakukan oleh STIKES Hakli Semarang tahun 2010 di Kelurahan Sendanguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Kondisi daerah tersebut hampir sama dengan Desa Allakkuang yang sebahagian besar wilayahnya terdiri dari batuan karbonat. Dari penelitian tersebut diperoleh tingkat kesadahan air sumur dalam sebesar lebih dari 512,7 ppm (Mifbakhuddin, 2010). Oleh karena itu peneliti merasa perlu meneliti tingkat kesadahan air sumur di Desa Allakkuang. Dalam air terkandung banyak unsur-unsur yang dibutuhkan namum adanya salah satu unsur-unsur berlebih dapat mempengaruhi kulaitas air dan membahayakan untuk digunakan. Melihat dari bahaya yang ditimbulkan akibat dari tingginya kadar BOD, COD dan klorida pada air maka peneliti juga perlu untuk meneliti hal tersebut. Sehingga baik penulis maupun masyarakat di Desa Allakuang dapat mengetahui apakah Kesadahan, kadar COD, BOD dan klorida air sumur bor di tempat tersebut tidak melebihi ambang batas yang telah diizinkan oleh pemerintah.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksprimen yang dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh sumur bor di Desa Allakuang, Kcematan Maritenngae Kabupaten Sidrap. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan terpilih 4 sumur yang berdasarkan jumlah dusun yang ada di desa tersebut.
Cara Pengambilan Sampel
Sampel akan diambil dari 4 sumur bor yang dipilih secara acak, dari masing-masing dusun. Pada pengambilan sampel ini tiap sampel akan ditentukan kesadahannya, masing-masing diambil satu titik dengan menggunakan botol plastic berwarna putih yang bersih kemudian ditutup rapat. Sampel yang diambil diberi label sesuai tempat sampel tersebut. Jumlah sampel yang diambil tiap sumur adalah 3 sampel, pengambilan sampel pertama dilakukan pada saat mesin tersebut dinyalakan, untuk sampel kedua dan ketiga diambil setelah mesin berjalan selama 10 menit dan 20 menit. Masing-masing sampel diberi label sesuai dengan tempat sampel tersebut. Setelah pengambilan sampel, sampel segera dibawah ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar.
Prosedur kerja
Penentuan Tingkat kesadahan
Kesadahan Total
Memipet sebanyak 25 mL sampel air sumur dan memasukkan kedalam erlenmeyer dan menambahkan 2 mL larutan penyangga pH 10 serta 3 tetes indikator EBT kemudian dikocok, larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku EDTA yang telah distandarisasi sebelumnya secara perlahan sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru. Mencatat volume EDTA dan mengulangi titrasi sebanyak 3 kali.
Kesadahan Tetap
Memanaskan sampel terlebih dahulu dengan menggunakan gelas piala selama 25 menit, lalu mengambil 25 mL sampel tersebut dan memasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL kemudian menambahkan 2 mL larutan penyangga pH 10 dan 3 tetes indikator EBT, kemudian dikocok. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan baku EDTA yang telah distandarisasi secara perlahan sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru. Mencatat volume EDTA yang digunakan dan mengulangi titrasi sebanyak 3 kali.
Penentuan Kadar COD
Penentuan K2Cr2O7 Awal
Memipet 2 mL aquadest kemudian memasukkan kedalam tabung COD yang telah berisi 1 mL K2Cr2O7 0,25 N, 0,04 gram HgSO4 dan 2 mL reagen asam sulfat Ag2SO4.H2SO4(p). Menutup tabung dan mengocoknya hingga homogen. Memasukkan tabung kedalam COD reaktor dan merefluksnya selama 2 jam pada suhu 1500C. Memindahkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan membilas tabung COD dengan aquadest sebanyak 2 kali dan air bilasannya dimasukkan kedalam erlenmeyer. Menambahkan 3 tetes indikator ferroin dan menitrasi larutan tersebut dengan larutan FAS 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi warna merah coklat. Mencatat volume FAS yang digunakan.
Penentuan Kadar COD
Memipet 2 mL sampel kemudian memasukkan kedalam tabung COD yang telah berisi 1 mL K2Cr2O7 0,25 N, 0,04 gram HgSO4 dan 2 mL reagen asam sulfat Ag2SO4.H2SO4(p). Menutup tabung dan mengocoknya hingga homogen. Memasukkan tabung kedalam COD reaktor dan merefluksnya selam 2 jam pada suhu 1500C. Memindahkan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan membilas tabung COD dengan aquadest sebanyak 2 kali dan air bilasannya dimasukkan kedalam erlenmeyer. Menambahkan 3 tetes indikator ferroin dan menitrasi larutan tersebut dengan larutan FAS 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi warna merah coklat. Mencatat volume FAS yang digunakan.
Penentuan Kadar BOD
Persiapan Larutan
1) Pembuatan larutan Na2S2O3 0,25 N
Sebanyak 9.875 gram Na2S2O3 ditimbang dan dilarutkan dengan 25 mL air kemudian ditambahkan aquadest hingga tanda batas pada labu takar 500 mL.
2) Pembuatan indikator amilum 0,2%
Sebanyak 0,2 gram amilum ditimbang dan dilarutkan dengan 5 ml air kemudian ditambahkan aquadest panas hingga volume 100 mL. Menambahkan 20 gram NaCl.
Penentuan BOD1
Memasukkan sampel kedalam tabung oksigen dan menambahkan 1 mL NaOH-KI dan 1 mL MnCl2 20% kemudian menutupnya dan mengocoknya. Menambahkan 1 mL H2SO4(p) dan mengocok hingga larut. Memindahkan larutan tersebut kedalam erlenmeyer 250 mL dengan pelan-pelan kemudian menitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,25 N hingga warna kunig, menambhakan 1 mL indikator amilum dan menitrasinya kembali dengan Na2S2O3 0,25 N hingga warnanya bening. Mencatat volume Na2S2O3 0,25 N yang digunakan.
Penentuan BOD5
Memasukkan sampel kedalam tabung oksigen. Menambahkan 1 mL NaOH-KI dan 1 mL MnCl2 20% kemudian menutupnya dan mengocoknya. Menambahkan 1 mL H2SO4(p) dan mengocok hingga larut kemudian menyimpangnya selama 5 hari dengan suhu 200C. Memindahkan larutan tersebut kedalam erlenmeyer 250 mL dengan pelan-pelan kemudian menitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,25 N hingga warna kuning, menambahkan 1 mL indikator amilum dan menitrasinya kembali dengan Na2S2O3 0,25 N hingga warnanya bening. Mencatat volume Na2S2O3 0,25 N yang digunakan dan menghitung kadar BOD pada sampel tersebut.
Penentuan Kadar Klorida
Persiapan Larutan
a) pembuatan larutan AgNO3 0,1 N
Sebanyak 16,98 g AgNO3 p.a ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquabidest hingga volume 1000 mL.
b) standarisasi larutan AgNO3 0,1 N
Sebanyak 0,5844 gram natrium klorida yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 1400C dilarutkan dengan 25 mL aquadest dan memasukkan kedalam labu takar 100 mL kemudian ditambahkan lagi aquadest sampai tanda batas. Memipet 10 mL larutan tersebut kemudian menambahkan 0,5 mL indikator K2CrO4 5%. Larutan ini segera dititrsi dengan larutan AgNO3 0,100 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah bata.Mencatat volume AgNO3 yang digunakan dan mengulangi titrasi sebanyak 3 kali. Langkah selanjutnya adalah menghitung molaritas AgNO3 yang sebenarnya dengan menggunakan rumus
MAgNO3 =
Keterangan
MAgNO3 = Molaritas Larutan bakuAgNO3 (mmol/mL)
VAgNO3= Volume rata-rata larutan baku AgNO3 (mL)
c) pembuatan Indikator kalium kromat 5%
Sebanyak 5 g kalium kromat ditimbang kemudian dilarutkan dengan 25 mL aquabidest dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, menambahkan 2 ml AgNO3 0,1N menambahkan aquabidest hingga tanda batas, kocok lalu diamkan semalam. Saring dan simpan di wadah berwarna gelap.
Penentuan Kadar Klorida
Memipet sebanyak 25 mL sampel air sumur dan memasukkan kedalam erlenmeyer dan menambahkan 0,5 mL indikator K2CrO4 kemudian dikocok, larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N yang telah distandarisasi sebelumnya secara perlahan sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah. Mencatat volume AgNO3 dan mengulangi titrasi sebanyak 3 kali
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Kesadahan
Pada penentuan kesadahan dengan cara melakukan titrasi diperoleh analisis untuk sampel A yaitu 462,82 mg/L, sampel B yaitu 256,90 mg/L, sampel C yaitu 192,04 mg/L dan sampel D yaitu 226,74 mg/L. Kesadahan tetap untuk sampel A yaitu 334,90 mg/L, sampel B yaitu 210,19 mg/L, sampel C yaitu 162,15 mg/L dan sampel D yaitu 200,18 mg/L. Kesadahan sementara untuk sampel A yaitu 127,11 mg/L, sampel B yaitu 46,71 mg/L, sampel C yaitu 29,89 mg/L dan sampel D yaitu 26,56 mg/L. Kesadahan ini diakibatkan oleh air sumur bor desa allakuang berasal dari dalam tanah atau air tanah dalam yang sumbernya berasal dari air permukaan atau air hujan yang melewati daerah yang mengandung batu kapur. Batu kapur ini mengalami erosi oleh air yang mengandung CO2 terlarut yang melarutkan ion-ion penyebab kesadahan dan meresap kedalam tanah. Hal ini mengacu pada (Mifbakhuddin, 2010) yang mengatakan bahwa kesadahan pada umumnya terdapat pada daerah yang memiliki pembentukan bautuan kapur secara ekstensif.
Hasil analisis dari keempat sampel terlihat bahwa sampel A memiliki kesadahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya hal ini disebabkan oleh lokasi tersebut lebih dekat dengan daerah penggunungan dibandingkan dengan lokasi sampel lainnya. Dan diperoleh dari hasil analisis bahwa semakin jauh dari daerah penggunungan maka kesadahan air tersebut semakin berkurang.
Berdasarkan pembagian tingkat kesadahan menurut Winarno, 1986.Air di Desa allakuang merupakan air sangat sadah. Berdasarkan Permenkes, RI No 907/ Menkes/ SK/VII/ 2002, menetapkan bahwa kesadahan pada air memiliki batas maksimum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L, maka air di desa tersebut memenuhi standar untuk digunakan.
COD
Pada penentuan kadar COD dengan cara melakukan titrasi dengan metode titrasi diperoleh analisis untuk sampel A yaitu 37,72 mg/L, sampel B, C dan sampel D yaitu 18,86 mg/L. Kadar COD tersebut diakibatkan oleh air sumur bor desa allakuang berasal dari dalam tanah atau air tanah dalam. Desa tersebut berdekatan dengan danau yang jaraknya 3 km di arah timur. Hasil analisis dari keempat sampel terlihat bahwa sampel A memiliki kadar COD yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya hal ini disebabkan oleh lokasi tersebut lebih dekat dengan danau dibandingkan dengan sampel yang lainnya.
Dari hasil penelitian ke empat sampel diperoleh Kadar COD yang melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B yaitu 12 mg/L. Sehingga air tersebut tidak memenuhi standar untuk diminum.
BOD
Pada penentuan kadar BOD dengan cara melakukan titrasi dengan metode winkler diperoleh analisis untuk sampel A yaitu 18,00 mg/L, sampel B, C dan sampel D yaitu 7,20 mg/L. Kadar BOD tersebut diakibatkan oleh air sumur bor desa allakuang berasal dari dalam tanah atau air tanah dalam. Desa tersebut berdekatan dengan danau yang jaraknya 3 km di arah timur. Hasil analisis dari keempat sampel terlihat bahwa sampel A memiliki kadar BOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya hal ini disebabkan oleh lokasi tersebut lebih dekat dengan danau dibandingkan dengan sampel yang lainnya.
Dari hasil penelitian ke empat sampel diperoleh Kadar BOD yang melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B yaitu6 mg/L. Sehingga air tersebut tidak memenuhi standar untuk diminum.
Klorida
Pada penentuan kadar klorida dengan cara melakukan titrasi dengan metode argentometri diperoleh analisis untuk sampel A yaitu 103,28 mg/L, sampel B yaitu 14,47 mg/L, sampel C yaitu 16,99 mg/L dan sampel D yaitu 13,53 mg/L. Adanya ion klorida diakibatkan oleh air sumur bor desa allakuang berasal dari dalam tanah atau air tanah dalam yang melewati suatu lapisan dibawah tanah. Sumber klorida dalam air berasal dari mineral yang ada dalam tanah, baik itu tanah penutup (top soil) atau mineral dalam batuan dalam tanah. Selain itu sumber klorida lainnya dapat berasal dari air limbah domestik atau air urin manusia, kontak air permukaan dengan limbah-limbah pestisida yang mengandung kadar klorida dan juga dapat berasal dari air laut yang terbawa oleh air hujan. Rendahnya kadar klorida yang diperoleh karena lokasinya jauh dari laut. Hal ini mengacu pada ruhmawati (2002) yang mengatakan bahwa kadar Cl pada umumnya lebih tinggi untuk air yang didekat pantai. Hasil rata-rata kadar klorida yang diperoleh dari penelitian ruhmawati adalah 1864 mg/L
Hasil analisis dari keempat sampel terlihat bahwa sampel A memiliki kadar klorida yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya hal ini disebabkan oleh lokasi tersebut lebih dekat dengan daerah persawahan dengan sampel yang lainnya.
Berdasarkan Permenkes, RI No 907/ Menkes/ SK/VII/ 2002, menetapkan bahwa kadar klorida memiliki batas maksimum yang dianjurkan yaitu 250 ppm, maka kadar klorida pada air di desa tersebut memenuhi standar untuk digunakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada air sumur bor di desa allakuang kecamatan maritenggae kabupaten sidrap diperoleh kesadahan dengan tingkat kesadahan sangat sadah, pada sampel A yaitu 462,82 mg/L, sampel B yaitu 256,90 mg/L, sampel C yaitu 192,04 mg/L dan sampel D yaitu 226,74 mg/L. Kesadahan tetap untuk sampel A yaitu 334,90 mg/L, sampel B yaitu 210,19 mg/L, sampel C yaitu 162,15 mg/L dan sampel D yaitu 200,18 mg/L. Kesadahan sementara untuk sampel A yaitu 127,11 mg/L, sampel B yaitu 46,71 mg/L, sampel C yaitu 29,89 mg/L dan sampel D yaitu 26,56 mg/L. Untuk kadar COD diperoleh sampel A yaitu 37,72 mg/L, sampel B, C dan sampel D yaitu 18,86 mg/L. Untuk kadar BOD diperoleh sampel A yaitu 18,00 mg/L, sampel B, C dan sampel D yaitu 7,20 mg/L. Untuk kadar klorida diproleh sampel A yaitu 103,28 mg/L, sampel B yaitu 14,47 mg/L, sampel C yaitu 16,99 mg/L dan sampel D yaitu 13,53 mg/L.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kandungan kesadahan dan klorida, memenuhi standar untuk digunakan yang dianjurkan pemerintah dalam perpes Nomor 907/ Menkes/ SK/VII/ 2002. Sedangkan Kadar COD dan BOD tidak memenuhi standar untuk digunakan yang dianjurkan pemerintah dalam perpes Nomor 82/ menkes /sk /xi/2001.
Saran
Disarankan untuk mengkonsumsi air kemasan atu air isi ulang (gallon) dibanding mengkonsumsi air dari sumur bor tersebut
Daftar Pustaka
Acehpedia. 2009. Asal Usul Air Tanah. http://acehpedia. org/Asal_Usul_ Air_Tanah.Diakses pada tanggal 30 Oktober 2011.
Adam, W.dkk. 2007. Kimia Analitik. Malang: Departemen Pendidikan Republik Indonesia.
Adi kurnia. 2009. Parameter pengolahan air limbah industri. http://www.majari magazine.com. Diakses pada tanggal 8 desember 2012.
Anonimous. 2004. SNI 06-6989.19-2004. Cara uji klorida (Cl-) air dan air limbah dengan metode Argentometri (Mohr). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Alaert, G. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidrap. 2010. http:// www.sidrap.co.id. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2011.
Bintoro.2008.Penentuan Kesadahan Sementara dan Kesadahan Permanen, http://aabin.blogsome.com. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2011.
Farida hanum. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1845/1/kimia-farida.pdf. Diakses pada tanggal 11 februari 2012.
Fatma. 2010. Biological Oxygen Demand (BOD). www.scribd.com/ doc/ 76993881/cod-fatma. Diakses pada tanggal 11 februari 2012.
F. G. Winarno. 1986. Air Untuk Industri Pangan. Jakarta: PT. Gramedia.
F. G. Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.
Gede, H.Cahyana. 2008. Proses Penyadahan. http://www.batan.go.id. Diakses pada tanggal 29 Mei 2011.
Heru, Pratomo. 1997. Mencuci Tidak Harus dengan Detergen yang Banyak.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/162977584.pdf. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2011.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82/menkes/sk/xi/2001.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/ Menkes/ SK/VII/ 2002.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Kusnaedi. 2002. Mengolah Air Gambut dan Air Kotoran untuk Air Minum. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Lusia. 2011. 6 Manfaat Air bagi Metabolisme. http://health.kompas .com/ read/2011/03/22/0801281/6.Fungsi.Air.dalam.Metabolisme.Tubuh. Diakses pada tanggal 27 januari 2012.
Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan Pertama. Jakarta: C.V. Rajawali.
Mifbakhuddin. 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetishttp:// data kopertis6.com/jurnal/ojs/files/temp/pdfxcjF8g. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2011.
Nurdijanto, 2000.Kimia Lingkungan. Pati:Yayasan peduli Lingkungan.
Nurhasanah. 2009. Penentuan kadar COD pada Limbah kelapa sawit, Industri karet dan limbah domestik. Diakses pada tanggal 8 desember 2012.
Panjaitan. R. R. 2009. Research of Chloride Test In Sulphate Acid Commodity. http://www.bsn.go.id/files/348256349/Litbang%202009/Bab%203.pdf Diakses tanggal 8 Desember 2012.
Rahmi. 2009. Penentuan nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dalam Sampel Air. http://Eprints.undip.ac.id/11591/2/laporan_penlit_puji_rahmi.pdf. Diakses pada tanggal 11 februari 2012.
Roth, H. J. 1988. Analisis Farmasi. Diterjemahkan Oleh Kisman, S. Dr ; Ibrahim, S. Dr. Gadjah Mada University Press.
Ruhmawati,tati. 2002. Hubungan Jarak Sumur Gali ke Pantai dengan Kadar Klorida Air Sumur di RW 07 Kelurahan bandarnharjo Semarang. Bulan april Tahun 2002. Skripsi. Diakses dari http://eprint .undip .ac. id/5824/ 1/1384.pdf.
Sujudi. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Edisi Revisi Bina Rupa Aksara.
Supardi, Doni. 2009.Water Softening of Hard Water By syintetic Zeolit. http: //digilib. itb.ac.id.Diakses pada tanggal 29 September2011.
Urip, santoso. 2010. Kualitas dan Kuantitatif Air Bersih Untuk Pemenuhan Kebutuhan Manusia. http://uripsantoso.wordpress.com/jurnal/. Diakses pada tanggal 29 September2011.