MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

DI KELAS X TEKNIK KENDARAAN RINGAN B SMK NEGERI 2 SUKOHARJO SEMESTER DUA TAHUN 2014/2015

Lilik Agus Purwanto

Guru SMK Negeri 2 Sukoharjo

ABSTRAK

Pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa dianggap sebagai mata pelajaran yang rumit, sukar dan menakutkan karena berhubungan dengan angka-angka eksak yang harus dicermati dan senantiasa perlu kertelitian, kesungguhan dan keinginan untuk menyelesaikan. Sehingga dari anggapan atau persepsi siswa tersebut akan sangat berpengaruh pada proses ketika pembelajaran matematika dilaksanakan. Sehingga sangat banyak masalah yang dihadapi oleh guru dalam penyampaian materi matematika tersebut. Selain faktor di internal dari siswa itu sendiri, faktor yang lain adalah dari guru yang selalu mencari solusi untuk mengatasi masalah siswa tersebut, diantaranya pembelajaran yang dilaksanakan guru selalu memakai model itu itu saja artinya dengan materi yang berbeda-beda karakternya, tapi model yang digunakan tetap sama. Dan guru belum bisa mengklasifikasikan relevansi antara materi pembelajaran matematika dengan metode yang harus digunakan. Sehingga model yang digunakan terkesan monoton dan membosankan. Dengan memperhatikan pokok permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini, adalah pada tujuan umum, adalah: (a) untuk memotifasi siswa agar lebih senang dalam mempelajari matematika, (b) untuk meningkatkan jiwa kooperatif dan kerjasama antar siswa dalam satu tim atau kelompok untuk mendiskusikan suatu masalah dalam belajar matematika, (c) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Sedangkan pada tujuan khusus, adalah: (a) melalui pembelajaran dengan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam menghitung luas permukaan bangun ruang (b) melalui pembelajaran dengan model Student Teams Achievement Divisions (STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya dalam menghitung luas permukaan bangun ruang

kata kunci: hasil belajar, hasil belajar matematika, menghitung luas permukaan bangun ruang, STAD

PENDAHULUAN

Dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas X kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B, di SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2014/2015 dilaksanakan dengan model yang konvensional, artinya disetiap pembelajaran matematika siswa belum aktif dalam menerima materi pelajaran, cenderung yang dominan lebih aktif adalah guru mata pelajarannya.

Dengan kondisi yang demikian proses pembelajaran masih satu arah sehingga anak belum dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang disampaikan guru. Terbukti setiap akhir tatap muka dalam proses pembelajaran dalam satu kompetensi dasar ketika disampaikan soal –soal latihan atau soal untuk postes ternyata hasilnya masih rendah, artinya masih banyak siswa yang belum paham dengan materi yang baru disampaikan. Dan pada setiap akhir pembelajaran dalam satu standar kompetensi, setelah diadakan penilaian pada kelas X kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B, di SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2014/2015 maka hasilnya masih rendah.

Model pembelajaran guru selama ini yang digunakan adalah model konvensional, yaitu model dimana peran aktif siswa sangat kurang, dan lebih cenderung yang aktif adalah gurunya. Memang dalam model ini kelebihannya adalah materi pembelajaran cepat selesai dan mungkin akan terdapat banyak waktu yang luang atau kosong , akan tetapi pemaham siswa sangat minim sekali dan belum dapat menyelesaikan atau memecahkan masalah yang berkaitandengan materi yang baru disampaikan guru tersebut. Jadi kelemahan model konvensional adalah prosentasi siswa paham dan mengerti materi yang disampaikan guru sangan kecil, siswa sangat kecil perannya dalam pembelajran tersebut, siswa akan lebih cepat bosan karena materi dengan tema yang berbeda tetapi model yang digunakan sama atau itu-itu saja.

Ketertarikan siswa terhadap materi yang disampaikan guru tidak ada, karena model nya sangat sudah terbiasa digunakan oleh guru tersebut serta terkesan membosankan. Dan guru tidak dapat mengukur tingkat pemahaman materi pembelajaran terhadap setiap siswa atau performannya, karena pembelejarannya adalah secara demonstratif. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan model konfensional akan membuat siswa jenuh, siswa yang berjumlah 35 siswa yang semuanya adalah laki-laki, tidak ikut peran aktif dalam proses pembelajarannya cenderung semua kegiatan dilakukan oleh guru sendiri, dari penyampaian materi sampai dengan pembahasan masalahnya.

Sehingga dengan kenyataan seperti tersebut maka keaktifan siswa kurang, karena tidak ada kreatifitas dari siswa, dan setelah diadakan uji kompetensi maka hasilnyapun rendah, yaitu masih banyak siswa dengan nilai dibawah nilai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan untuk ketuntasannya adalah 70. Selanjutnya setelah adanya inofasi model pembelajaran yang tepat, yaitu dengan menggunakan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang cenderung membuat siswa lebih aktif, kreatif dan inofatif maka diharapkan hasil belajar matematika juga akan meningkat lebih baik dari sebelumnya.

Dengan memperhatikan kondisi yang disampaikan diatas, maka guru selaku pengajar dan pendidik siswa harus mempunyai wawasan yang luas dalam mengembangkan model pembelajaran, yang salah satunya adalah merubah atau mengadakan suatu perubahan baik cara maupun model yang baik dan benar, sehingga dapat meningkatkan kuwalitas pemahaman konsep-konsep dasar pada pembelajaran matematika.

Dengan harapan setelah adanya perubahan suatu model dan cara yang baik, tepat dan benar dalam pembelajaran matematika maka akan didapat hasil yang maksimal, dengan indikator bahwa pemahaman dan pengertian siswa terhadap materi yang disampaikan guru akan lebih baik, dan jika kemudian di adakan suatu penilaian atau evaluasi secara berkala, artinya penilaian baik disetiap akhir tatap muka ataupun penilaian disetiap akhir pemaparan dalam satu standar kompetensi menghasilkan nilai yang telah ditargetkan. Yaitu dalam kelas X kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B, di SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh nilai ketuntasannya mencapai 80 %.

Identifikasi masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan pembelajaran matematika di kelas X kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B, di SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut (1) kondisi dalam pembelajaran matematika, masih banyak siswa yang belum berani menjawab pertanyaan guru, karena belum paham materi yang disampaiakan, belum berani mengemukakan pendapatnya kepada guru, dan siswa cenderung pasif. (2) pada hasil evaluasi terhadap materi yang selesai disampaikan, masih banyak siswa yang belum mencapai nilai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) / belum tuntas dimana batas tuntasnya telah ditetapkan ≥ 70 belum mencapai taget yang di harapkan. (3) dalam kegiatan belajar mengajar lebih banyak terlihat aktifitas guru daripada aktifitas siswa.

Rumusan masalah bererdasarkan latar belakang pemikiran diatas, timbul permasalahan adalah (1) bagaimana Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) di kelas X kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B, di SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2014/2015,dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menghitung luas permukaan bangun ruang ? (2) bagaimana Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) di kelas X kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B, di SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2014/2015, dapat meningkatkan hasil belajar matematika menghitung luas permukaan bangun ruang ?.

Manfaat penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat, bagi siswa (a) membantu dan mempermudah siswa dalam proses pembelajaran matematika, khususnya menghitung luas permukaan bangun ruang (b) dapat mengembangkan potensi diri secara individual ataupun kelompok, dalam pembelajaran matematika (c) meningkatkan semangat belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika karena siswa diajak menyelesaikan masalah matematika secara berkelompok, dan berargumentasi sesuai pemahaman siswa yang dipantau oleh guru. Sedangkan manfaat bagi guru adalah (a) meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pendekatan pembelajaran matematika. (b) dapat dijadikan referensi bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain. Manfaat bagi sekolah, adalah (a) meningkatka kualitas atas mutu sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan kinerja guru secara efektif.

Menambah motivasi baru dalam pembelajaran matemtaika, sehingga dapat dijadikan acuan atau formula untuk pengembangan matematika dengan kompetensi yang lainnya. (b) hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai umpan balik terhadap efektifitas efisiensi dalam pembelajaran selanjutnya.

KAJIAN TEORI

HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Pengertian pembelajaran

Secara umum Gagne dan Briggs melukiskan pembelajaran sebagai “upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar” (Gradler,1991: 205) dan secara lebih rinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai “seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untukmendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal”(Gredler, 1991: 207).Pembelajaran adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar pembelajaran sehingga dapat mendorong pembelajar melakukan belajar (Nana Sudjana, 1998: 7). Pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (fasilitated) pencapaiannya (Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, 2004: 4). Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) 11 pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sejumlah acara yang dirancang oleh guru untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran dan mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2007;1.26). Menurut Johnson dan Mykleburt (Mulyono Abdurrahman, 1999: 252) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang tinggi praktisnya untuk mengekpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahka berfikir. Matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya adalah matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain dan agar dapat dipahami orang dengan tepat harus menggunakan simbol dan istilah yang cermat yang disepakati bersama (Ruseffendi, 1980: 148). Matematika bisa dipelajari karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika terdiri dari 4 wawasan yang luas, yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Belajar matematika berarti mengikuti struktur yang ada dalam matematika sehingga orang yang belajar matematika dipaksa untuk berpikir secara logis dan deduktif. Berdasarkan pengalaman mempelajari 12 konsep matematika akan timbul suatu pengertian dan akhirnya yang sedang belajar matematika akan merumuskan yang dipelajarinya dengan bahasanya sendiri ataupun dengan bimbingan guru. Dalam keadaan seperti ini berarti siswa telah dapat menggenerasikan suatu konsep dari matematika. Tujuan pembelajaran matematika antara lain: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, explorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten, (2) mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi-prediksi serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, serta (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Pengertian belajar

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman (Hernawan, 2007;2.11). Menurut Nana Sudjana (2000: 28), “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk nseperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sifat dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan aspek yang ada pada individu. Oleh sebab itu belajar adalah proses yang aktif.” Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik, 1990: 21). Berdasarkan pertimbangan pengertian di atas, maka belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman,keterampilan, nilai sikap, dan tingkah lakunya.

Tinjauan tentang prestasi belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie,kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha” Prestasi belajar merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan siswa dalam melakukan pembelajaran ( Battersby 2001 ). Menurut Zainal Arifin (1990: 3) yang dimaksud dengan “Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Sedangkan menurut W.S Winkel (1996: 61) menyatakan bahwa “prestasi belajar merupakan kemampuan baru sama sekali; prestasi belajar juga merupakan penyempurnaan atau pengembangan dari sesuatu yang dimiliki”. 14 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan terhadap mata pelajaran tertentu yang dinyatakan dalan bentuk angka, huruf, maupun symbol yang diberikan oleh guru dalam suatu periode tertentu”. Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Adapun faktor-faktor yang tergolong faktor internal adalah:

a). Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. yang termasuk faktor ini misalnya pengelihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b). Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, adalah:

1). Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

2).  Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3).  Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Adapun faktor-faktor yang tergolong faktor eksternal, adalah:

1). Faktor sosial yang terdiri atas: (a) lingkungan keluarga; (b) lingkungan sekolah; (c) lingkungan masyarakat; (d) lingkungan kelompok

2). Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3). Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

4). Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Prestasi belajar matematika

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang berupa penguasaan, pengetahuan dan ketrampilan terhadap mata pelajaran tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang diberikan guru dalam suatu periode tertentu, sehingga siswa akan mengejar prestasi sesuai dengan kemampuan dan bidangnya karena mereka beranggapan dengan berprestasi akan membawa manfaat tersendiri bagi mereka dan dapat menumbuhkan kepuasan hidup. Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa fungsi utama dari prestasi belajar yaitu:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik.

2). Prestasi belajar sebagai lambang pemusatan hasrat ingin tahu.

3). Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4). Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstren dari suatu intuisi pendidikan.

5). Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dala bidang studi tertentu, tetapi juga indikator kualitas pendidikan. Prestasi belajar dapat juga digunakan sebagai umpan balik bagi guru dalam proses belajar mengajar sehingga menentukan apakah perlu mengadakan remedial, bimbingan, atau penempatan anak didik. Dari berbaga pengertian dan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman tentan matematika yang dapat dilihat dengan adanya perubahan tingkah laku.

MODEL PEMBELAJARAN

Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dalam budaya Indonesia yaitu gotong-royong. Anggota masyarakatnya mempunyai kesamaan tujuan dan saling ketergantungan satu dengan lainnya. Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang di dalamnya terdapat elemen –elemen dalam pembelajaran yang salng terkait. Adapun berbagai elemen dalam pelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akutanbilitas dan, (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (abdurahman dan bintoro , 2000:78-79)

Senada dengan Watono, Ibrohim (2000:7) mengungkapkan bahwa model kooperatif learning memiliki ciri-ciri sebagai berikut, 1) siswa bekerja secara kelompok untuk meuntaskan materi belajar, 2) kelompok dibentuk dari perserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3) bilamana mungkin kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda, 4) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu Dalam pembelajaran para siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi, berdebat, atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sam lain. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbaga keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Kerjasama dari setiap kelompok dalam pembelajaran kooperatif memiliki unsur: (1) adanya saling ketergantungan secara positif, (2) adany tanggungjawab secara perorangan, (3) adanya tatap muka di antara anggota (4) adanya komunikasi antar anggota, dan (5) adanya salin evaluasi dalam proses kelompok.

Model pembelajaran kooperatif STAD

Dengan STAD dikembangan oleh Robert Slavin dan kawan – kawannya dari universitas John Hopkins. model ini di pandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajar yang kooperatif. Para guru menggunakan model STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi kelompok atau tim, masing- masing terdiri dari 4-5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemampuannya (tinggi, sedang, rendah) tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahn ajar melalui tanggung jawab atau diskusi antar sesame angagota tim. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu dilakuka evaluasi oleh guru untuk mengetahui pengguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah di pelajari. Tiap sisawa dan tiap tim diberi skor atas penggusaan bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atu tim yang merai prestasi tinggi, atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standart tertentu.Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dalam usaha untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Pembelajaan koopertif selain dapat mencakup beragam tujuan sosial juga memiliki tujuan untuk memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model pembelajaran tersebut unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model pembelajaran ini telah menunjukkan bahwa model pembelajara kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa-siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berkaitan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berkaitan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran ini adalah penerimaan secara luas orang-orang yang berbeda berdasar pada ras, budaya, kelas 19 sosial, kemampuan maupun ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberiakn peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondosi untuk bekerjasama dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan ketrampilan sosial

Tujuan penting yang ketiga dari pembelajaran ini adalah mengajarakan kepada siswa suatu ketrampilan kerjasama dan berkolaborasi. Ketrampilan-ketrrampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda yang masih kurang dalam ketrampilam sosial.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD

Ada lima tahapan dari pembelajaran kooperatif model STAD, yakni: penyajian materi, kegiatan kelompok, tes, perhitungan skor perkembangan idividu, dan pemberian penghargaan kelompok (Slavin,1995:71). Kauchak dan Eggen (1996:289) juga menyatakan lima tahap pembelajaran koopertif tipe STAD, yakni penjelasan materi, pembentukan kelompok, kegiatan kelompok disertai monitoring guru tes, dan penghargaan kelompok. (http://anwarholil.blogspot.com/2007_09_01_archive.html, diakses tanggal 25 Pebruari 2015) Penjabaran dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

1) Menyajikan materi, guru menyajikan materi ajar kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

2) Kegiatan kelompok, guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri atas 4 5 anggota.

3) Tes, guru memberikan tes kepada siswa setelah materi selesai dipelajari.

4). Perhitungan skor perkembangan individu, guru menilai hasil belajar siswa.

Materi Luas Permukaan Bangun Ruang

Pengetahuan tentang bangun ruang akan membentu orang-orang yang bergelut di bidang teknik dalam menyelesaikan berbagai masalah keteknikan, seperti menghitung luas penampang atap rumah yang berbentuk prisma, menetukan titik berat benda datar tak beraturan dan sebagainya.

Untuk lebih mudah menghitung luas permukaan bangun ruang adalah dengan terlebih dahulu, membuka bangun ruang tersebut menjadi bidang datar atau sering disebut dengan jaring-jaring, misal jaring-jaring kubus, jaring-jaring balok, jaring-jaring kerucut dan seterusnya.Jadi untuk menghitung luas permukaan bangun ruang tersebut akan lebih mudah.

Misal luas selimut benda (permukaan) benda-benda beraturan dalam ruang, yaitu (a) luas permukaan bangun ruang (b) luas permukaan prisma tegak beraturan (balok, prisma tegak segitiga, tabung) (c) luas permukaan tabung terpancung (d) luas permukaan kerucut terpancung, dll.

Matematika merupakan pelajaran yang sulit, setidaknya itu anggapan sebagian besar orang. Melihat kenyataan itu menjadi tanggung jawab bersama, khususnya kita sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab yang lebih untuk bisa menepih hal tersebut. Pendidik harus melibatkan peran siswa dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan dapat terjalin interaksi antara guru dan siswa. Untuk meningkatkan peran siswa, pendidik harus memahami tugas-tugasnya, memilih model pembelajaran yang cocok dengan tema atau materi pembelajaran serta kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan guru dalam kondisi pembelajaran, dan harus mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa, khususnya yang menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman konsep dalam belajar matematika, serta siswa dalam mengerjakan soal latihan di depan kelas.

Prestasi belajar matematika yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang saling mempengaruhi yang bertujuan agar siswa dapat menangkap dan memahami materi yang disampaikan guru. Diantaranya faktor pendekatan yang digunakan guru yang merupakan seorang pendidik dan pembimbing siswa di dalam kelas.

Hipotesis Tindakan

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) merupakan suatukerja kelompok yang bersifat “collaborative” antara guru, siswa dan staf pimpinan sekolah lainnya dalam membangun kinerja sekolah yang lebih baik.

Pelaksanaan model kerja kelompok dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas X TKR. B. SMK Negeri 2 Sukoharjo akan dapat meningkatkan aktifitas motivasi, minat, dan prestasi belajar siswa.

METODOLOGI PENELITIAN

SETTING PENELITIAN

Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2015. Didahului pada bulan Januari 2015 proposal mulai disusun, dengan terlebih dahulu menyusun rancangan instrumen, rancangan pelaksanakan penelitian, dan mengumpulkan data. Siklus I minggu ke II dilaksanakan pada bulan April 2015.

Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di kelas kelas X kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B, di SMK Negeri 2 Sukoharjo semester dua tahun pelajaran 2014/2015.

Subyek dan Obyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B. SMK Negeri 2 Sukoharjo pada saat semester dua tahun pelajaran 2014/2015. Dengan jumlah siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B adalah 35 siswa, dan semuanya adalah laki-laki.

Pada penelitian di kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B semester dua SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 adalah mengenai:

(1) Keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika pada pokok bahasan menghitung luas permukaan bangun ruang, karena pada proses pembelajaran matematika dimungkinkan hasil rendah karena dalam prosesnya siswa kurang aktif didalam mengikuti proses pembelajarannya, jadi cenderung kurang konsentarasi, Sebab matematika adalah pelajaran eksak sehingga diperlukan konsentrasi penuh apabila terpecah konsentrasinya maka akan terjadi siswa tidak fokus lagi pada pelajaran tersebut dan akhirnya tidak ikut aktif lagi dalam proses pembelajaran tersebut, karena memang sudah tidak nyambung lagi dengan materi berikutnya.

(2) Hasil belajar matematika kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B semester dua SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015rendah, sebab masih banyak hasil belajar dari siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B yang kurang dari Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan bahwa KKM untuk mata pelajaran matematika Kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B adalah 70. Dari kondisi awal terlihat bahwa dari 35 siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70 hanya 25.64 % sedangkan sisanya 74.36 % siswa belum tuntas.

(3) Masih banyak siswa yang kurang aktif/kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran matematika sehingga akan mencari kesibukan yang lain yang justru akan mengganggu pesera didik lainnya dalam proses pembalajaran.

SUMBER DATA

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil Uji Kompetensi pada kondisi awal, pada siklus I, dan siklus II, ini merupakan data kuantitatif. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari hasil proses pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh teman sejawat (guru kolaborasi), jurnal guru kolaborasi, dan jurnal siswa, dan ini merupakan data kualitatif.

Bentuk sumber data adalah tes tertulis disini digunakan untuk mengumpulkan data siswa berkenaan hasil pengusaan materi, bentuk sumber data yang lainnya adalah teknik observasi yaitu dilakukan untuk mengetahui atau mengungkap kemampuan siswa untuk bertanya dan menyampaikan ide atau pendapatnya, antusiasme siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung, interaksi sosial antar siswa, interaksi sosial antara siswa dengan guru serta kemampuana siswa dalam memecahkan masalah.

Jurnal dibuat guru kolaborasi untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru. Jurnal juga diisi oleh siswa untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami siswa selama dalam proses pembelajaran dan pendapat siswa tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan guru. Teknik nontes dilaksanakan dengan melakukan observasi, catatan jurnal guru, dan jurnal siswa.

TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Teknik Pengumpul Data.

Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dikelas maka menggunakan (a) Teknik dokumentasi, berupa catatan keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran (b) hasil belajar siswa dengan teknik dokumentasi, berupa buku daftar nilai siswa (c) untuk mengetahui keaktifan siswa, dengan teknik observasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa untuk bertanya dan menyampaikan ide atau pendapatnya, antusiasme siswa, interaksi sosial antar siswa, interaksi sosial antara siswa dengan guru serta kemampuana siswa dalam memecahkan masalah (d) Siklus 1 teknik tes berupa soal tertulis berbentuk pilihan ganda atau obyektif. (e) Keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan teknik observasi dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa, interaksi sosial antar siswa, interaksi sosial serta kemampuana siswa dalam memecahkan masalah (f) hasil belajar siswa siklus 2 dengan teknis, berupa butir soal tertulis berbentuk pilihan ganda atau obyektif.

Alat Pengumpulan Data

Teknik dokumentasi, berupa catatan personal siswa, (b) Dokumentasi dari hasil Uji Kompetensi pada kondisi awal (c) Teknik pengumpulan data untuk mengetahui keaktifan siswa dilakukan melalui teknik observasi, yaitu untuk mengetahui atau mengungkap keaktifan siswadalam proses pada siklus 1 (d) Teknik tes tertulis (e) Siklus dua teknik pengumpulan data untuk mengetahui keaktifan siswa dilakukan melalui teknik observasi (f) Teknik pengumpulan data untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan melalui teknik tes tertulis

Validasi Data

Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data (data triangulation), trianggulasi model dan review informan.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan membandingkan hasil observasi, jurnal guru kolaborasi dan jurnal siswa berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Berdasarkan hasil observasi dan jurnal guru kolaborasi maupun siswa dapat diketahui ada atau tidaknya peningkatan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD).

HASIL TINDAKAN

DISKRIPSI KONDISI AWAL.

Pada pembelajaran matematika di kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B. SMK Negeri 2 Sukoharjo pada saat semester dua tahun pelajaran 2014/2015 keaktifan siswa dalam berinteraksi dengan guru sangat rendah, itu ditengarai dengan tidak aktfnya siswa didalam mengikuti materi yang disampaiakan oleh guru, sehingga masih banyak siswa ketika guru menyampaikan materi masih banyak yang tidak memperhatikan dan cenderung beraktifitas sendiri yang tidak berkaitan dengan materi yang disampaiakan, sehingga waktu guru memberi pertanyaan ketika telah selesai menerangkan sub pokok bahasan, masih banyak siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan tersebut, dan apabila setelah selesai sub pokok bahasan disampaikan guru, maka guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pertanyaan, refleksi ataupun tanggapan tentang materi yang disampaikan guru, akan tetapi tidak ada siswa yang berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan ataupun tanggapan-tanggapan yang berkaitan dengan materi yang baru disampaikan guru tersebut. Dan ketika materi sudah dijelaskan dan diberi contoh-contah soal dan cara menyelesaikannya, maka selanjutnya guru memberi soal untuk diselesaikan para siswa untuk mengerjakannya, akan tetapi masih banyak siswa yang belum berani untuk mengerjakan di papan tulis dan sebagian sudah mau mengerjakan di papan tulis akan tetapi masih banyak kesalahan-kesalahan, jadi belum bisa secara runtut dan benar dalam mengejakan soal yang diberikan oleh guru.

DISKRIPSI HASIL SIKLUS 1

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa pada pengajaran yang dilakukan, guru sudah menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu guru dalam pembelajaran materi penyajian data dalam bentuk tabel.tersebut diajarkan dengan menggunakan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) , yang telah dibentuk kelompok yang hiterogen akan tetapi dalam kelompok tersebut masing-masing berjumlah 7 siswa. Pada pembelajaran berlangsung terlihat siswa belum bisa maksimal untuk membahas tugas yang disampaikan guru, siswa masih ada yang belum secara aktif ikut membahas tugas yang disampaikan guru. Justru masih terlihat siswa yang tidak peduli temannya berdiskusi, ada yang hanya mendengarkan saja, ada yang masih bermain-main sendiri dan tidak ikut berperan aktif atau proaktif dalam diskusi menyelesaikan permasalahan yang ditugaskan oleh guru tersebut, sehingga dalam mengambil kesimpulan dalam permasalahan tersebut hanya siswa-siswa tertentu saja yang bekerja atau berperan aktif.

Dan dari hasil pengerjaan siswa pada alat tes yang telah dirancang oleh guru setelah diadakan koreksi maka didapatkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil koreksi tes pada akhir siklus 1, dari 35 siswa didik yang ada di kelas tersebut didapatkan hasil, 14 siswa mendapatkan nilai kurang dari batas ketuntasan minimal. Dari paparan hasil nilai yang didapatkan siswa maka tampak bahwa yang mencapai ketuntasan belajar mencapai 64,10%

Dan dari hasil uji kompetensi diatas apabila dibuat sustu rentang interval dari siswa yang berjumlah 35 tadi, maka dengan dibuat panjang interval 10, yang dimulai kelas interval pertama adalah 45 – 54 dan kelas interval terakhir adalah 85 – 94, sehingga akan terdapat 5 kelas interval.

DISKRIPSI HASIL SIKLUS 2

Pada Siklus 2, keaktifan belajar matematika dengan materi mengidentifikasi bentuk permukaan bangun ruang ( kubus, balok, prisma, kerucut, limas dan bola).

Dari hasil uji kompetensi dari siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B. yang berjumlah 35 siswa, diketahui bahwa nilai terendah adalah 49, untuk nilai tertinggi adalah 93, sedangkan rata-ratanya adalah 73.5, Apabila dibuat rentang nilai, maka rentang nilai dari uji kompetensi tersebut adalah 36.

Diskripsi Komparatif , Nilai terendah naik yaitu dari 47 menjadi 49, Nilai tertinggi meningkat sebesar dari 85 menjadi 93, sedangkan rerata meningkat sebesar dari 68,4 menjadi 73,5 , serta rentang nilai meningkat dari 38 menjadi 44.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil tindakan diperoleh peningkatan, sehingga dapat disimpulkan: (1) baik secara teoritik maupun secara empirik melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan keaktifan keaktifan dan hasil belajar matematika menghitung luas permukaan bangun ruang siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) B. SMK Negeri 2 Sukoharjo pada saat semester dua tahun pelajaran 2014/2015

Saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaiakan bagi siswa, adalah: (1) dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika menentukan ukuran pemusatan data (2) dapat meningkatkan hasil belajar matematika menghitung luas permukaan bangun ruang (3) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika menghitung luas permukaan bangun ruang

Sedangkan bagi teman sejawat atau guru, adalah (1) guru dalam mengajar perlu memperhatikan paradigma-paradigma baru sehingga dalam mengajar tidak monoton (2) guru perlu merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan menggunkan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi siswa yang akan diberi pelajaran (3) guru dalam mengajar perlu menjadikan siswa sebagai jiwa dengan potensi yang lebih, sehingga guru cukup sebagai fasilitator agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya dengan sebaik-baiknya.

Sedangkan bagi sekolah, adalah: (1) meningkatkan kualitas atas mutu sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan kinerja guru secara efektif (2) menambah motivasi baru dalam pembelajaran matemtaika, sehingga dapat dijadikan acuan atau formula untuk pengembangan matematika dengan kompetensi yang lainnya (3) hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai umpan balik terhadap efektifitas efisiensi dalam pembelajaran selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Rachmadi Widdiharto, 2004, Model-model Pembelajaran Matematika SMP, Modul Diklat Instruktur/ Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar, Dirjen Dikdasmen. Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika Yogyakarta.

Sukestiyarno, 2009, Permasalahan PTK & Inovasi Pembelajaran, Makalah dalam seminar nasional LPM UNNES dan Dinas Pendidikan Kab. Brebes.

Sukestiyarno, 2009, Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Strategi Pembelajaran Turnamen dikemas dalam CD Pembelajaran Materi Operasi Bilangan Kelas 3 SD Petompon Semarang, Proposal PTK.

Sarwidji Suwandi, Madyo Eko Susilo, 2007, Modul Pendidikan dan Latihan Guru (PLPG) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penulisan Karya Ilmiah Surakarta. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Sugiyanto, 2007, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Model-Model pembelajaran Inovatif, Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Tim LP2IP, 2009, Panduan Unas Matematika SMK Kelompok Non Teknik, LP2IP Yogyakarta.