BIMBINGAN KLASIKAL TEKNIK MODELING SIMBOLIK

DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PUBERTAS

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 WIROSARI

 

Dea Wigimika Nugrahadmi

Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling, Universitas PGRI Semarang

Tri Suyati

Desi Maulia

Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Latar belakang yang mendorong penelitian ini adalah rendahnya pemahaman pubertas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif layanan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik dalam meningkatkan pemahaman pubertas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu quasi-experimental designs dengan bentuk nonequivalent control group design. Hasil penelitian menunjukkan adaya peningkatan pemahaman pubertas dengan bimbingan kalsikal teknik modeling simbolik. Dapat dilihat berdasarkan hasil pre-test dan post-test. Rata-rata nilai pre-test yaitu 12,59, sedangkan rata-rata post-test yaitu 17,56. Hal tersebut telah dibuktikan dalam pengujian hipotesis, yang menyatakan bahwa nilai thitung (9,174) > ttabel (1,999) pada taraf sigifikan 5% (N=64)-2= 62 yang berarti thitung> ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik efektif untuk meningkatkan pemahaman pubertas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari.

Kata Kunci: Bimbingan Klasikal Teknik Modeling Simbolik, Pemahaman Pubertas

 

PENDAHULUAN

Ketika memasuki masa remaja, banyak sekali perubahan yang dialami. Rangkaian yang paling nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis sehingga dapat memahami membedakan antara remaja laki-laki dan perempuan. Monks (2006: 264) membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu: 1) masa pra-remaja atau masa pra-pubertas (10-12 tahun), masa remaja awal atau masa pubertas (12-15 tahun), 3) masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Remaja pada sekolah tingkat menengah pertama berada pada tingkat perkembangan yang disebut “masa remaja awal atau masa pubertas”.

Keberhasilan dalam masa pubertas tidak lepas dari tugas perkembangan remaja awal. Tugas perkembangan pada masa remaja awal menuntut perubahan besar dalam sikap pola perilaku anak. Remaja awal juga akan mengalami perubahan psikososial selain perubahan fisik dan kematangan fungsi seksual yang akan dialami remeja pada masa pubertas. Kondisi emosional sering berubah-ubah dan sulit mengendalikan emosi menjadi ciri khas remaja, khususnya remaja awal. Pada masa pubertas biasanya remaja juga akan mengikuti pergaulan kelompok temannya. Dalam hal berpakaian, cara berteman, merokok, memiliki pacar, bahkan melakukan aktivitas seksual.

Al-Mighwar (2011: 28) menggambarkan perubahan ciri-ciri seks remaja ada dua yaitu: a) seks primer yaitu organ-organ seks, perubahan fisik pada laki-laki ukuran kematangan pada usia 14 tahun. Setelah itu selama 1 atau 2 tahun baru terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Jika fungsi organ reproduksi laki-laki telah matang anak laki-laki kan mengalami mimpi basah. Pada perempuan organ reproduksi selama puber tumbuh dengan kecepatan bervariasi. Haid menjadi petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang.

Berdasarkan hasil observasi pada siswa SMP Negeri 2 Wirosari, selama peneliti melakukan observasi pada bulan Januari 2019 di sekolah. Berdasarkan kenyataan dilapangan yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari ditemukan bahwa siswa belum mampu memahami perubahan apa saja yang terjadi pada masa pubertas yang siswa ketahui yaitu perubahan pada masa pubertas pada wanita mengalami menstruasi dan laki-laki akan mengalami mimpi basah. Hal itu menyebabkan siswas bersikap seperti anak-anak, merasa malu terhadap perubahan fisik yang ada pada dirinya, siswa mengalami kesulitan dalam memahami masa pubertas yang menimbulkan dampak negatif terutama pada pergaulan dimasa pubertas.

Data diperkuat dengan hasil wawancara guru BK pada bulan Januari 2019 bahwa ada beberapa kasus berhubungan dengan pemahaman pubertas siswa yaitu dilakukan oleh siswa laki-laki terhadap siswa perempuan, seperti memukul pinggul temannya. Ada beberapa siswa yang masih kurang bisa mengendalikan diri, tidak hanya itu ada beberapa siswa wanita yang tidak tau bagaimana cara untuk menggunakan pembalut dengan baik dan benar, sehingga ada beberapa siswa yang saat datang bulan terdapat bercak darah diluar seragamnya, menjadi bahan ejekan untuk teman-teman terutama siswa laki-laki.

Penelitian terdahulu tentang pubertas siswa telah di teliti oleh Zahryani (2017: 1) di SMA Negeri 3 Bijay. Terdapat 10 siswa yang diwawancarai. Terdapat 4 (40%) diantaranya yang mengerti masa pubertas dan 6 (60%) yang tidak mengertai mengenai masa pubertas. Mereka yang tidak mengetahui masa pubertas hanya mengetahui jika masa pubertas ditandai dengan perubahan fisik, perubahan sifat, serta tertarik dengan lawan jenis. 60% persen dari mereka yang belum mengerti masa pubertas sebagian dari mereka mengadapi masa pubertas dengan biasa saja, namun beberapa mereka merasa takut mengahadapi masa pubertas.

Pentingnya siswa dalam memiliki pemahaman yang baik tentang pubertas (Rakhmawati, dkk 2018: 49) dalam penelitian pendidikan seksual sebagai prevensi kekerasan sesksual pada anak yaitu agar siswa tidak menjadi korban kekerasan/ pelecehan seksual dan menumbuhkan sikap berani untuk melapor apabila terjadi atau menjadi korban kekerasan seksual. (Ayu dan Desi, 2019: 93) menjelaskan bahwa hasil angket yang disebar di SD Negeri Sawah Besar 01 Semarang pada Jumat 3 Agustus 2018 hasil tertinggi adalah pada indikator menyentuh atau mencium organ seksual anak dengan persentase 45%. Pemberian layanan dasar bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang organ-organ tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, serta untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesadaran menjaga tubuh agar siswa terhindar dari kekerasan seksual.

Selanjutnya usaha Guru BK memfasilitasi peningkatan pemahaman pubertas siswa tersebut dengan mengoptimalkan berbagai layanan bimbingan dan konseling kepada siswa yaitu dengan menggunakan layanan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik. Tujuan dari penilitian kuasi eksperimen ini adalah dengan adanya layanan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik akan terdapat sebuah informasi-informasi mengenai pemahaman pubertas dan juga sebuah penanyangan video/film dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yang telah disampaikan oleh peneliti, yang diharapkan dari penanyangan video/film dan juga diberikan materi berhubungan dengan pubertas diharapkan mampu untuk meningkatkan pemahaman pubertas pada siswa khususnya kelas delapan.

Penelitian Firdayanti, dkk (2016: 142) dalam jurnal kajian bimbingan dan konseling tentang pengembangan media layanan informasi mengadapi perubahan masa pubertas bagi siswa sekolah dasar menyatakan bahwa uji coba produk saat pemberian layanan bimbingan klasikal dapat disimpulkan bahwa produk sangat tepat, sangat berguna, sangat mudah dan sangat menarik secara teoritis dan praktis dalam sehingga dapat digunakan sebagai media dalam bimbingan menghadapi perubahan masa pubertas.

Pemahaman pubertas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman pubertas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari yang ditandai dengan siswa mempu memahami pemahaman pubertas secara efektif yaitu dengan penerimaan dirinya terhadap perubahan yang dialami pada masa pubertas, kemauan dengan senang hati menerima dan menyampaikan pendapat terhadap informasi yang sudah didapatkan. Lebih bersikap positif dan lebih percaya diri terhadap perubahan pada dirinya. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui layananan bimbingan klasikal modeling simbolik dalam meningkatkan pemahaman pubertas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari. (2) untuk mengetahui kemampuan pemahaman pubertas siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik. (3) untuk mengetahui apakah bimbingan klasikal teknik modeling simbolik dapat meningkatkan pemahaman pubertas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari.

KAJIAN PUSTAKA

Konsep dasar pemahaman pubertas dan bimbingan klasikal modeling simbolik.

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Menurut Amran(2002: 427) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep (Arikunto, 2009:118).

Hurlock (1999: 184) menjelaskan pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi pada fase pubertas, kata Pubertas berasal dari kata Latin yang berarti “usia kedewasaan” kata ini lebih menuju pada perubahan fisik dari pada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan.Pada saat anak-anak memasuki fase pubertas pertumbuhan seks individu sudah mulai mengalami kematangan hingga pada saat masa remaja awal atau masa pubertas individu bisa hamil atau dapat mempunyai keturunan. Ketika anak-anak sedang berada pada fase pubertas atau tahap masa remaja awal maka yang paling dibutuhkan oleh anak adalah dukungan dari orangtua dukungan sosial karena dalam fase ini anak seperti menyesuaikan diri kembali. Sebagian anak mengganggap masa puber adalah masa yang sulit. Setiap anak memiliki fase pubertas yang yang tidak sama bergantung dengan keadaan hormon dan fisik pada anak tersebut.

Menurut Ahmadi (2005: 124) masa pubertas antara lain seorang anak tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya (akunya), serta mencari pedoman hidup, dan memasukkan diri pada kegiatan kemasyarakatan untuk bekal kehidupannya mendatang. Pemahaman Pubertas adalah pemahaman pubertas yaitu cara mempelajari, memahami dan mencari jawaban masa anak menjadi mahluk seksual memiliki kematangan seksual pada awal remaja. Dimana dalam hal ini anak tidak hanya bersifat raktif namun juga aktif untuk mencapai kegaiatan dalam rangka mencari siapa dirinya yang sebenernya.

Menurut Juntika(2014: 19) menjelaskan bimbingan klasikal adalah layanan memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh individu. Tujuannya agar individu mampu memiliki pengetahuan menganai lingkungan sekitar, masyarakat, serta sumber belajar dari internet. Fungsi dari bimbingan klasikal adalah fungsi preventif atau pencegahan adalah fungsi bimbingan untuk menghindarkan diri dari terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan dan ataupun membahayakan dirinya dan orang lain.Menurut Hackney & Cormier (dalam Brandley T. Erford. 2017: 340) Syimbolic Modeling atau yang disebut Modeling simbolik merupakan cara/prosedur yang dilakukan menggunakan sebauh media yaitu berupa film, video, buku pedoman dll. Dengan cara mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki atau hendak dimiliki oleh siswa. Dalam teknik ini siswa menerima peranan yang sudah ditetapkan oleh konselor susuai karakteristik siswa. Oleh sebeb itu guru bimbingan konseling dapat melaksanakan bimbingan klasikal dengan teknik modeling simbolik agar siswa mampu memerankan model sesuai karakter yang sudah ditentukan oleh konselor melalui media video atau film.

Dengan adanya layanan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik, terdapat sebuah model yang ditanyangkan melalui sebuah video/film yang berhubungan dengan perubahan masa pubertas diharapkan siswa mampu untuk memahami dirinya sendiri pada masa pubertas dan memiliki upaya pencegahan agar tidak terjerumus ke hal yang negatif karena pada masa pubertas banyak siswa yang sedang mencari jati diri “siapakah saya?”. Memotivasi siswa agar memiliki rasa percaya diri dan tidak perlu malu pada saat mengalami perubahan fisik yang sangat pesat. Jadi melalui layanan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik ini siswa mampu untuk belajar memahami perubahan pada masa pubertas dan mengendalikan diri agar tidak terjerumus ke hal negatif, menjadikan siswa mampu untuk lebih percaya diri pada perubahan yang terjadi pada dirinya.

METODE

Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Jenis penelitian eksperimen yang dilakukan adalah Quasi Experimental Desain dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design.

Desain ini sama seperti pre-test dan post-test control group design hanya saja sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2018: 79). kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretest selanjutnya, kelompok eksperimen diberikan perlakuan sedangakan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Kemudan kedua kelompok diberikan posttest. Populasi dari penelitian ini terdiri dari semua siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari, kecuali kelas VIII B yang dijadikan kelas tryout. Dan sampel dari penelitian ini menggunakan purposive sample yaitu kelompok eksperimen kelas VIII A dan kelompok kontrol kelas VIII A. Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan wawancara, observasi dan penyebaran tes.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Uji Normalitas

Berdasarkan tabel uji normalitas awal di atas, diketahui bahwa Lo < yaitu 0,006 < 0,157 pada kelompok eksperimen dan 0,007 < 0,157 pada kelompok kontrol, maka sempel dinyatakan berdistribusi normal. Data dihitung dengan microsoft excel dan menggunakan uji liliefors.

Uji Normalitas Akhir

Berdasarkan tabel uji normalitas awal di atas, diketahui bahwa Lo < yaitu 0,072 < 0,157 pada kelompok eksperimen dan 0,021 <0,157 pa72da kelompok kontrol, maka sempel dinyatakan berdistribusi normal. Data dihitung dengan microsoft excel dan menggunakan uji liliefors.

Uji Homogenitas

Berdasarkan tabel homogenitas awal diatas, diketahui bahwa <yaitu 0,97 < 417, maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sempel berasal dari populasi yang homogen jika >maka Ho ditolak, artinya sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.

Uji Homogenitas Akhir

Berdasarkan tabel homogenitas awal diatas, diketahui bahwa <yaitu 1,29 < 4,17, maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sempel berasal dari populasi yang homogen jika >maka Ho ditolak, artinya sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.

Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji-t dapat diketahui bahwa hasil thitung (9,174) > ttabel (1,999) pada taraf sigifikan 5% (N=64)-2= 62 yang berarti thitung> ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal taknik modeling simbolik efektif untuk meningkatkan pemahaman pubertas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dari hasil skor pretest pada kelompok eksperimen memiliki total 403 dengan rata-rata 12,59 tergolong dalam kategori rendah. Sedangkan pada posttest kelompok eksperimen total skor 562 dengan rata-rata 17,52 tergolong dalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan saat diberikan treatmen bimbingan klasikal teknik modeling simbolik selama 6 (enam) kali pertemuan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 5 poin setelah mendapatkan treatmen.

Pembahasan

Dari hasil proses peneliti dilakukan selama pemberian tratment, siswa sangat senang, antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik. Berdasarkan hasil laiseg yang sudah dikerjakan oleh siswa, siswa dapat merepkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dilingkungan sekolah, hal tersebut mendukung adanya perubahan kebiasaan siswa yang kurang aktif dikelas atau pastif bisa lebih aktif pada saat jam pelajaran berlangsung. Tidak hanya itu siswa mampu untuk memahami perubahan apa saja yang terjadi pada dirinya selama masa pubertas. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek penelitian dapat meningkatkan pemahaman pubertas setelah diberikan layanan bimbingan klasikal dengan teknik modeling simbolik.

Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap pemahaman pubertas siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik. Dari apa yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal teknik modeling simbolik efektif untuk untuk meningkatkan pemahaman pubertas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari.

KESIMPULAN

Hasil penelitian layanan bimbingan klasikal teknik modeling simbolik dalam meningkatkan pemahaman pubertas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari, disimpulkan berdasarkan hasil pretest menunjukkan rata-rata kelompok eksperimen 12,59 dan kelompok kontrol 11, 66, sedangkan hasil posttest kelompok eksperimen menunjukkan rata-rata 17,56 dan kelompok kontrol 11,91. Terjadi peningkatan pada kelompok eksperimen sebesar 4,18 poin. Pada perhitungan uji-t diperoleh hasil thitung 9,174 dan ttabel diperoleh dari dbN= (64)-2= 62 dengan taraf signifikan sebesar 1,999.Dengan demikian “Bimbingan Klasikal Teknik Modeling Simbolik Efektif untuk Meningkatkan Pemahaman Pubertas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Wirosari”.

Siswa agar lebih bisa aktif dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Memberikan sikap positif dan memberikan informasi kepada siswa kelas lain, sehingga siswa mampu mengetahui perkembangan pada masa remaja awal. Mencegah dan menghindari hal buruk selama pada masa remaja dan mengevaluasi dirinya sehingga tidak terjerumus ke perilaku yang negatif. Disamping itu siswa mampu untuk mengoptimalkan potensi yang ada didalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahamadi, Abu & Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Renika Cipta.

Al-Mighwar, Muhammad. 2011. Psikologi Remaja bagi Guru dan Orangtua. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Chaniago, Amran YS. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Safriana, Ayu & Desi Maulia. 2019. Keefektifan Penerapan Layanan Dasar untuk Meningkatkan Pemahaman Anak Tentang Kekerasan Seksual. Vol6, No 2, Oktober 2019.

http://journal.upgris.ac.id/index.php/EMPATI/article/view/4284

Farozin, M dan Fatiyah, KN. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Renika Cipta.

Harlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Ira Zahryani, Ade. 2014. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Masa Pubertas Di SMA Negeri 3 Binjai Tahun 2014. Vol 1, No 1, April 2017. http://sciencemakarioz.org/jurnal/index.php/KOHESI/article/view/40

Monks, FJ. Dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. University Press.Yogyakarta: Gajah Mada.

Nurihsan, Ahmad Juntika. 2014. Bimbingan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama.

Rakhamawati, Ellya. Dkk. 2018. Penerapan Pendidikan Keluarga Sebagai Prevensi Kekerasan Seksual Pada Anak. Vol 7, No 1, Juli 2018. http://journal.upgris.ac.id/index.php/paudia/article/view/2474

Suryani, Lilis. Dkk. 2013. Penyesuaian Diri pada Masa Pubertas. Jurnal Ilmiah Konseling. Vol 2, No 1, Januari 2013, Hal 136-140. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/view/876/735

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Afabeta.

  1. Erford, Brandley. 2017. 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Koselor Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Umam, Saiful. Pengaruh Teknik Modeling Dalam Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa. Vol 1, No 1, Oktober 2014. http://journal.upgris.ac.id/index.php/EMPATI/article/view/658.