Penanaman Nilai Karakter Jujur Melalui Permainan Tradisional Congklak
PENANAMAN NILAI KARAKTER JUJUR
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK
DI SEKOLAH DASAR
Dwi Kurnia Ningsih
Ari Widyaningrum
Asep Ardiyanto
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penanaman nilai karakter jujur melalui permainan tradisional congklak di sekolah dasar. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran, informasi, dan pengetahuan yang akurat tentang penanaman karakter jujur melalui permainan tradisional. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas rendah dan kelas tinggi yaitu, siswa kelas III dan Kelas V SDN Slungkep 03. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai karakter jujur melalui permainan tradisional congklak di sekolah dasar dapat dilihat dari tiga aspek yaitu pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik (loving good/moral feeling), perilaku yang baik (moral action). Adapun deskripsi dari ketiganya dapat dilihat dari cara anak membagi kecik secara tepat dan adil, perasaan yang baik (loving good/moral feeling) dapat dilihat melalui cara siswa mengatur strategi untuk menang ketika bermain congklak, dan yang yang terakhir perilaku baik (moral action) dapat dilihat melalui siswa tidak bermain secara curang atau dapat dikatakan siswa bermain secara jujur.Pada penelitian ini, peneliti memberi saran untuk guru dimana peran guru sangatlah penting dalam penanaman karakter jujur bagi siswa, oleh sebab itu guru harus mencontohkan karakter yang baik untuk siswanya, selain itu guru juga harus lebih efektif dalam penerapan karakter untuk siswa baik melalui permainan tradisional maupun dengan memberi contoh nyata dalam kehidupan. Sehingga siswa akan dengan sendirinya memiliki karakter yang baik melalui penanaman karakter maupun mencontoh guru yang notabene sebagai panutan siswa. Selain itu peran orang tua sangatlah penting untuk penanaman karakter untuk siswa karena orang tualah yang menjadi pembimbing saat siswa berada di rumah, selayaknya orang tua lebih memperhatikan anaknya dari segi karakter bukan hanya untuk kesenangan anak saja.
Kata kunci: Nilai karakter, permainan tradisional, congklak
LATAR BELAKANG
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Syamsu Yusuf, 2009:3). Amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut bertujuan membentuk insan Indonesia yang berkarakter dan cerdas sehingga melahirkan generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang berjiwa nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik.
Budaya dan karakter suatu bangsa patut dipertahankan untuk membedakan ciri khas bangsa satu dengan yang lainnya. Menurut (Kemendiknas dalam Rachmah, 2013: 9) sebagai bangsa yang peduli akan pendidikan, perlu melakukan pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 demi mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia. Dapat dikatakan bahwa, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action), sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik. Karakter atau lebih dikenal dengan watak, tabiat, peringai, atau sifat-sifat yang mencerminkan jati diri seseorang. Karakter menjadi sesuatu yang sangat penting karena karakter sering kali identik dengan budi pekerti atau akhlak.
Pendidikan karakter merupakan suatu usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, sehingga peserta didik mampu berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadian baik sebagai warga negara maupun individu. Pendidikan karakter, menurut (Megawangi dalam Kesuma, 2013: 5), “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.” Tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan dasar Negara Republik Indonesia yaitu mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Pendidikan karakter ditanamkan di sekolah dasar bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada suatu pencapaian pembentukan karakter serta akhlak mulia peserta didik secara terpadu, utuh, dan seimbang. Dengan adanya pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri menggunakan dan meningkatkan pengetahuannya, mempelajari, dan menghayati serta menumbuhkan nilai-nilai karakter dan akhlak dalam perilaku sehari-hari. Sifat jujur, keterbukaan, kepercayaan, dan kearifan diperlukan bagi semua manusia sehingga dapat menjadi manusia yang lebih bermartabat. Pendekatan pendidikan karakter yang tepat akan sempurna jika dilakukan dengan pendekatan budaya, khususnya pendekatan budaya setempat.
Berkaitan dengan hal tersebut, bermain memiliki nilai-nilai karakter bagi kehidupan anak. Pada umumnya anak mengisi waktu luang dengan bermain, baik dengan teman sebaya atau sendirian. Bermain merupakan suatu perilaku alamiah yang muncul dalam diri seorang anak. Bagi anak, bermain memiliki makna yang cukup penting dalam kehidupannya. Melalui permainan, anak dapat mengekspresikan dirinya, sehingga akan melahirkan berbagai keterampilan yang kelak dapat menunjang keberhasilan dalam kehidupan. Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun-temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya, dimana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak.
Congklak merupakan permainan yang sudah lama berkembang di Asia khususnya di daerah Melayu. Namun di daerah Jawa nama congklak lebih sering disebut dengan dhakon. Lain halnya dengan daerah lampung, congklak biasa disebut dengan dentuman lamban. Permainan tempo dulu ini manfaatnya lebih positif jika dibandingkan dengan permaian modern saat ini. Permainan congklak selain mudah dalam memainkannya, harganya juga murah dan terjangkau.
Bermain congklak juga dapat mengasah dan meningkatkan fisik dan konsentrasi anak. Dalam permainan congklak hanya dibutuhkan ketelitian, kejujuran, kerjasama, kecepatan dan belajar berhitung. Tanpa disadari ketangkasan anak dalam bermain congklak akan meningkatkan kerja motorik anak. Permainan pada zaman sekarang terlihat lebih banyak hal negatifnya. Adanya televisi, playstation ditambah lagi dengan game online. Hal seperti itulah yang membuat permainan tradisional semakin terlupakan dengan perubahan zaman.
Penanaman nilai luhur melalui permainan tradisionalcongklak anak-anak usia sekolah dasar sangat tepat dan seharusnya sejak lama dilaksanakan. Sebab permainan tradisional setiap daerah didalamnya terkandung ajaran-ajaran budi luhur, anak usia sekolah dasar ibarat selembar kertas putih yang masih kosong, sudah seharusnya dibekali dan ditempa dengan ajaran-ajaran budi luhur membentuk perilaku, sikap, karakter (watak).
Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran yang berfokus pada pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran perlu disisipkan permainan yang dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter anak. Ini menjadi penting karena dengan permainan tradisional dapat mengolah rasa (afektif), mengolah keterampilan (motorik), dan mengolah pikir (kognitif) sebagai sarana pembentukan watak, sikap, dan perilaku. Permainan tradisional bukan hanya sekedar hiburan semata, tetapi juga sebagai alat perangsang kecerdasan emosional. Dan apabila penanaman nilai budi luhur lewat permainan tradisional sejak dini tertanam dengan baik dan benar, maka pada akhirnya akan mencetak anak-anak yang pada akhirnya akan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi menjadi mahasiswa yang memiliki karakter baik.
Penanaman nilai-nilai karakter di sekolah dasar melalui permainan tradisional congklak yang disisipkan dalam pembelajaran kurikulum 2013 akan sangat menyenangkan dan menarik apabila anak mengerti dan memahami artinya yang diajarkan oleh guru. Tanpa adanya karakter maka guru akan kesulitan dalam mempersiapkan generasi bangsa demi nantinya menghadapi berbagai tantangan, memiliki fungsi pengembangan potensi, pananaman akidah dan iman, pembentukan perilaku, pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar, serta motivasi belajar yang positif. Sekolah Dasar Negeri Slungkep 03 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah yang beralamatkan di Desa Slungkep Rt 05 Rw 03 kode pos 59171 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati. Sekolah ini letaknya di pedesaan, yang belum padat penduduknya. Sekolah Dasar Negeri Slungkep 03 Kecamatan Kayen yang seluruh siswa berasal dari berbagai kalangan, dan berbagai latar belakang, ekonomi, sosial, intelektual orang tua. SD Negeri Slungkep 03 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun 2018. Pembelajaran yang dilaksanakan belum bisa menumbuhkan karakter jujur anak. Oleh karena itu, dengan permainan tradisional congklak diharapkan dapat menanamkan karakter jujur peserta didik di SD Negeri Slungkep 03 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Slungkep 03 Kecamatan Kayen pada semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020 tanggal 13 Agustus – 16 Agustus 2019. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian deskriptif data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka. Menurut Moleong (2017: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleg subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Sedangkan menurut Sukmadinata (2016: 60) penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa SDN Slungkep sudah menerapkan permainan tradisional congklak dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari adanya upaya Guru dalam memanfaatkan permainan congklak pada kegiatan pembelajaran. Permainan congklak dilakukan dengan cara melibatkan Guru dan siswa. Guru menjelaskan dan mengarahkan siswa sesuai peraturan pemainan. Adapun aturan permainan congklak dilakukan oleh dua pemain yang saling berlawanan dan bergantian memainkan congklak. Sebelum permainan dimulai, guru menyiapkan perlengkapan dalam bermain congklak, seperti papan permainan congklak dan biji congklak (kuwuk/kecik). Selain perlengkapan dalam bermain congklak, guru juga menyiapkan tempat untuk digunakan bermain congklak.
Setelah Guru menjelaskan peraturan permainan dan menyiapkan tempat bermain congklak, siswa melaksanakan permainan congklak sesuai peraturan. Dua siswa berlawanan memainkan congklak dengan cara menata biji congklak (kuwuk/kecik) pada setiap cekungan dengan jumlah 7 buah biji congklak sesuai peraturan permainan. Kemudian siswa menentukan cekungan besar mana yang dipilih menjadi gunung (tempat berakhir biji kecik). Setelah itu, siswa melakukan suit jari untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu memulai permainan.Siswa yang menang suit jari, mendapatkan kesempatan untuk bermain terlebih dahulu. Kemudian siswa memulai menjalankan biji kecik (kuwuk) pada setiap cekungan papan, siswa dikatakan berhenti bermain dan harus bermain secara bergantian apabila biji kecikberhenti pada gunung (tempat berakhir biji congklak) atau pada cekungan keduanya yang tidak berisi biji kecik.Setiap satu cekungan papan congklak diisi satu buah biji kecik (kuwuk) kecuali gunung (tempat berakhir biji kecik) milik lawan.Siswa dinyatakan sebagai pemenang apabila mendapatkan jumlah biji kecik lebih banyak dari lawan. Siswa yang kalah, bertugas untuk mengembalikan alat
Permainan congklak ini mengandung unsur pendidikan yang kaya akan nilai-nilai karakter. Permainan ini memberi nilai pendidikan bagi anak-anak, di antaranya mengajarkan kejujuran, karena ketika pemain menyimpan kecik ke dalam lubang yang berisi kecik, orang lain atau lawan main tidak melihat jumlah kecik yang digenggam, tidak melihat apakah benar-benar menjatuhkannya ke dalam lubang yang berisi kecik atau pura-pura saja, hal ini mencegah perilaku curang, mencuri atau korupsi.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa SDN Slungkep sudah menerapkan permainan tradisional congklak. Permainan congklak dilakukan oleh dua siswa yang saling berlawanan memainkan congklak. Hal itu sesuai dengan pendapat Mulyani dalam Natalia (2015: 348) mengatakan bahwa permainan congklak atau dakon merupakan permainan tradisional yang dilakukan oleh dua orang.
Permainan congklak dilakukan dengan cara menata biji congklak (kuwuk/kecik) pada setiap cekungan yang berjumlah 16 lubang yang diisi 7 buah biji congklak pada masing-masing lubang dan 2 buah lubang kosong sebagai gunung (tempat berakhir biji kecik) sesuai peraturan permainan. Kemudian siswa menentukan cekungan besar mana yang dipilih menjadi gunung (tempat berakhir biji kecik).Mulyani dalam Natalia (2015: 348) mengatakan bahwa permainan congklak atau dakon merupakan permainan tradisional yang dilakukan oleh dua orang dengan menggunakan papan congklak dan 98 biji congklak.
Setelah itu, siswa melakukan suit jari untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu memulai permainan. Siswa yang menang suit jari, mendapatkan kesempatan untuk bermain terlebih dahulu. Kemudian siswa memulai menjalankan biji kecik (kuwuk) pada setiap cekungan papan, siswa dikatakan berhenti bermain dan harus bermain secara bergantian apabila biji kecik berhenti pada gunung (tempat berakhir biji congklak) atau pada cekungan keduanya yang tidak berisi biji kecik. Setiap satu cekungan papan congklak diisi satu buah biji kecik (kuwuk) kecuali gunung (tempat berakhir biji kecik) milik lawan.Siswa dinyatakan sebagai pemenang apabila mendapatkan jumlah biji kecik lebih banyak dari lawan. Siswa yang kalah, bertugas untuk mengembalikan alat permainan ke tempat semula. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ibu Dini Artika bahwa permainan congklak akan selesai apabila dimenangkan oleh salah satu pemain. Selaras dengan hal itu ibu Mesya menyatakan bahwa permainan congklak dimenangkan oleh salah satu siswa apabila salah satu siswa memiliki jumlah kecik paling banyak.
Sementara ibu khorirotun mengemukakan bahwa siswa yang bermain congklak selalu sportif, menerima kekalahan dengan lapang dada dan siswa yang menang tidak bersikap sombong atau mengejek siswa yang kalah. Setiap siswa yang kalah mendapatkan sanksi sesuai kesepakatan dengan pemenang. Hal itu terlihat pada permainan congklak yang dimainkan oleh siswa. Siswa yang menang memberikan sanksi kepada siswa yang kalah dan siswa yang kalah menjalankan sanksi tersebut. Sanksi yang diberikan dalam permainan congklak berupa memberikan tugas mengembalikan peralatan ke tempat semula. Sikap jujur pada permainan congklak di SD Slungkep 03 dapat dilihat juga melalui hasil angket yang peneliti berikan. Adapun hasil angket kelas III dengan partisipan sebanyak 20 siswa diperoleh hasil persentase pada tiap-tiap pernyataan, diantaranya: 1) saya antusias pada saat permainan congklak berlangsung dengan hasil 93%; 2) saya kurang bersemangat bermain congklak dengan hasil 80%; 3) Saya menuduh teman bermain curang dengan hasil 32% ; 4) saya menerima kekalahan ketika bermain congklak dengan hasil 87%; 5) saya meminta maaf jika bermain curang dengan hasil 87%; 6) saya mengembalikan congklak ke tempat semula dengan hasil 95%; 7) saya membagi rata jumlah kuwuk (kecik) masing-masing sebanyak 42 buah dengan hasil 90%; 8)
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai karakter jujur melalui permainan tradisional congklak di sekolah dasar dapat dilihat dari tiga aspek yaitu pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik (loving good/moral feeling), perilaku yang baik (moral action). Adapun deskripsi dari ketiganya dapat dilihat dari cara anak membagi kecik secara tepat dan adil, perasaan yang baik (loving good/moral feeling) dapat dilihat melalui cara siswa mengatur strategi untuk menang ketika bermain congklak, dan yang yang terakhir perilaku baik (moral action) dapat dilihat melalui siswa tidak bermain secara curang atau dapat dikatakan siswa bermain secara jujur.
Saran
Pada penelitian ini,peneliti memberi saran untuk guru dimana peran guru sangatlah penting dalam penanaman karakter jujur bagi siswa, oleh sebab itu guru harus mencontohkan karakter yang baik untuk siswanya, selain itu guru juga harus lebih efektif dalam penerapan karakter untuk siswa baik melalui permainan tradisional maupun dengan memberi contoh nyata dalam kehidupan. Sehingga siswa akan dengan sendirinya memiliki karakter yang baik melalui penanaman karakter maupun mencontoh guru yang notabene sebagai panutan siswa. Selain itu peran orang tua sangatlah penting untuk penanaman karakter untuk siswa karena orang tualah yang menjadi pembimbing saat siswa berada di rumah, selayaknya orang tua lebih memperhatikan anaknya dari segi karakter bukan hanya untuk kesenangan anak saja.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo,Sutarjo. 2011. Pembelajaran Nilai Karakter. Depok: PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Cahyono. 2010. Permainan Tradisional.
http://permata nusantara.blogspot.com.At 7 May 2012.Diunduh padatanggal 20 Mei 2019.
Desmita. 2005.Psikologi Perkembangan. Pt. Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Dharmamulya, Sukirman. 2008. Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.
Huda, Wafiq Nurul. 2018. “Pembentukan Karakter Pada Siswa Sekolah Dasar Melalui Permainan Tradisional” Prosiding Seminar Nasional. PGSD.FKIP.Universitas Muria Kudus.
Irman. 2017. “Nilai-Nilai Karakter pada Anak Dalam Permainan Tradisionan dan Moderen” Konseli (Jurnal Bimbingan dan Konseling), 2017: 89-96.
Kesuma, Dharma. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Lusiana, Ernita. 2012. “Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional Jawa Pada Anak Usia Dini Di Kota Pati” Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang.