TEKNIK JIGSAW DALAM BIMBINGAN KELOMPOK

UNTUK MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA

 

Nur Aini Riska Aulia

Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling, Universitas PGRI Semarang

Dini Rakhmawati

Chr Argo Widiharto

Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh siswa yang memiliki komunikasi interpersonal yang rendah dan kurang baik dengan gejala seperti tidak sopan ketika berbicara terhadap guru, siswa lancar berkomunikasi dengan teman akrabnya saja, sedangkan dengan orang lain siswa tidak bisa berbicara dengan lancar, dan ada juga siswa yang tidak berani maju dan berbicara didepan kelas. Dampak yang terjadi apabila komunikasi interpersonal antar siswa tetap dibiarkan kurang baik, maka kondisi belajar di kelas menjadi acuh tak acuh antar siswa, tidak harmonis, tidak kondusif, dan adanya ketidaknyamanan antar siswa di sekolah sehingga berujung kesalahpahaman yang mengakibatkan suatu konflik. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif desain quasi experimental bentuk non equivalent control group design dengan model pre-test post-test control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMK Nusa Bhakti Semarang. Sampling yang digunakan dalam peneltian ini adalah sampling sistematis. Teknik analisis data yang digunakan yakni analisis presentase dengan Uji t (t-test).Hasil analisis skala komunikasi interpersonal kelompok eksperimen dengan menggunakan uji-t hasil post-test menunjukkan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 86% dan kelompok kontrol sebesar 79,5%. Sehingga terjadi kenaikan rata-rata pada kelompok eksperimen sebesar 6,5%. Pada perhitungan uji-t diperoleh hasil t-hitung (3,45) > ttabel (2,14), maka hipotesis kerja (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Hasil penelitian ini di simpulkan bahwa ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw terhadap komunikasi interpersonal siswa SMK Nusa Bhakti Semarang.

Kata kunci: bimbingan kelompok, Jigsaw, komunikasi interpersonal.

 

PENDAHULUAN

Remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa dengan ditandainya emosi yang belum stabil. Menurut Hurlock, (dalam Jannah, 2016) remaja diartikan sebagai suatu masa transisi atau peralihan, yaitu periode dimana individu secara fisik maupun psikis berubah dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dapat diterima dilingkungan sekitarnya maka perlu komunikasi yang baik antar individu satu dengan individu yang lain, seperti inilah hubungan remaja dengan teman sebayanya menjadi lebih akrab dan lebih luas. Hal tersebut menandakan perlu adanya komunikasi. Komunikasi adalah suatu media yang digunakan oleh individu sebagai makhluk sosial. Komunikasi dapat mempermudah individu dalam berinteraksi dengan orang lain (Pratiwi:2013). Komunikasi menjadi sangat penting, karena dengan melakukan komunikasi dengan manusia lain, seseorang akan dapat mengungkapkan apa yang mereka inginkan dan harapkan terhadap orang lain.

Peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan memiliki tahap perkembangan remaja. Perubahan yang terjadi di masa remaja akan mempengaruhi perilaku siswa tergantung pada kemampuan dan kemauan siswa untuk memperoleh pandangan baru dan yang lebih baik. Di lingkungan sekolah siswa di tuntut mampu berkomunikasi dengan baik dengan warga sekolah, sehingga komunikasi antar siswa, antar siswa dengan guru, antar siswa dengan warga staf sekolah, antar siswa dengan warga sekolah dapat berjalan dengan lancar. Pentingnya siswa yang memiliki kemampuan berkomunikasi interpersonal baik, maka siswa dapat berinteraksi dengan lancar dan mudah. Namun, tidak semua siswa mempunyai komunikasi interpersonal dengan baik. Akibatnya bila siswa tidak memiliki komunikasi interpersonal yang baik dengan orang lain bisa menyebabkan siswa tidak dapat bergaul dengan teman di luar kelompoknya, siswa tidak memiliki rasa hormat dan tidak menghargai orang lain.

Komunikasi yang baik disekolah merupakan mediator dalam proses kerjasama dan transformasi informasi dalam mendukung kemajuan berkomunikasi siswa. Aneka masalah dalam komunikasi dapat muncul bukan karena perasaan yang dialami oleh seseorang, melainkan karena seseorang tersebut gagal mengkomunikasikannya secara efektif dengan pihak lain. Kesulitan mengkomunikasikan perasaan secara efektif dapat dialami oleh setiap orang termasuk juga dialami oleh para siswa, khususnya siswa SMK kelas XI SMK Nusa Bhakti Semarang.

Menurut Rakhmat, 2008 (dalam Patriana 2014), menyebutkan ada empat bentuk komunikasi yang terdiri dari komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Secara singkat komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri saat menerima stimuli dari lingkungan. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran makna orang-orang yang saling berkomunikasi secara tatap muka. Komunikasi kelompok adalah interaksi antara tiga orang atau lebih individu untuk memperoleh maksud dan tujuan tertentu. Terakhir adalah komunikasi massa yaitu komunikasi yang dilakukan dimana sebuah media dalam memproduksi dan menyebarkan pesan kepada public secara luas.

Menurut Hardjana, 2003 (dalam Suranto Aw, 2011:3) bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap muka antara dua orang atau lebih, dimana pengirim dan penerima dapat menyampaikan dan juga menanggapi pesan secara langsung. Komunikasi interpersonal bersifat positif apabila mengarah kepada suatu kerjasama. Sedangkan komunikasi bersifat negatif apabila mengarah kepada suatu pertentangan (conflict). Komunikasi merupakan bagian paling mendasar dalam kehidupan manusia. Komunikasi yang memungkinkan manusia menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang dihadapi. Dengan adanya komunikasi, manusia mempelajari dan juga menerapkan cara mengatasi permasalahan yang ada dalam kehidupan sosial, Mulyana, (dalam Ramadanty, 2014:1).

Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, memiliki dorongan rasa ingin tahu, ingin maju dan berkembang, karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi orang dapat merencanakan masa depannya, membentuk kelompok dan lain-lain. Peserta didik merupakan sebagian dari masyarakat yang dituntut dapat berkomunikasi dengan orang lain di lingkungannya, di antaranya adalah di lingkungan sekolah. Hal tersebut menunjukkan hampir sebagian waktu siswa banyak digunakan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya disekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh (Pratiwi:2013), menyebutkan bahwa umumnya komunikasi interpersonal siswa disekolah dalam kategori baik. Terlihat bahwa komunikasi interpersonal antar siswa tentang sikap keterbukaan mengenai kesediaan untuk membuka diri kepada orang lain dalam berinteraksi tergolong pada kategori baik. Komunikasi interpersonal antar siswa tentang sikap empati mengenai memahami apa yang dipikirkan orang lain tergolong baik. Sikap mendukung mengenai memberikan dukungan yang diungkapkan secara lisan dalam kategori baik. Komunikasi interpersonal tentang sikap positif terhadap orang lain dalam kategori baik. Kesetaraan mengenai menghargai perbedaan dalam hal prestasi belajar tergolongbaik sekali. Adapun fakta yang ada di SMK Nusa Bhakti Semarang berdasarkan hasil wawancara kepada guru Bimbingan dan Konseling dan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan magang 3 di ketahui ada beberapa siswa yang memiliki komunikasi interpersonal yang rendah dan kurang baik dengan gejala seperti tidak sopan ketika berbicara terhadap guru, siswa lancar berkomunikasi kepada teman akrabnya saja, sedangkan di luar kelompok siswa tidak bisa berbicara dengan lancar, dan ada juga siswa yang tidak berani maju dan berbicara didepan kelas. Dampaknya adalah berujung kesalahpahaman yang mengakibatkan suatu konflik.

Sesuai dengan AKPD yang telah disebarkan terdapat permasalahan yang sama, berdasarkan hasil AKPD yang diperoleh di SMK Nusa Bhakti Semarang yang diberikan kepada siswa kelas X AK dan X TKJ. Terdapat beberapa siswa yang belum mampu berkomunikasi interpersonal dengan baik, yang di peroleh hasil sebagai berikut: 1) Saya masih merasa belum lancar berkomunikasi dihadapan banyak orang 3,59%, 2) Saya kadang lupa mengucapkan kata maaf, tolong dan terimakasih dalam pergaulan 4,64%, dikelas X AK. Sedangkan di kelas X TKJ, 1) Saya masih merasa belum lancar berkomunikasi dihadapan banyak orang 3,53%, 2) Saya kadang lupa mengucapkan maaf, tolong dan terimakasih dalam pergaulan 4,54%.

Dampak yang terjadi apabila komunikasi interpersonal antar siswa tetap dibiarkan kurang baik, maka kondisi belajar dikelas menjadi acuh tak acuh antar siswa, tidak harmonis, tidak kondusif, dan adanya ketidaknyamanan antar siswa disekolah, dan siswa tidak bisa berekspresi dikelas dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wicaksono:2013) yaitu pentingnya kemampuan komunikasi interpersonal bagi anak bahwa anak dengan komunikasi yang buruk memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami gangguan neurotik dan psikotik, gangguan tingkah laku, kenakalan, serta penyesuaian diri dimasa dewasa. Sebaliknya anak dengan komunikasi yang positif lebih matang dan mampu menyesuaikan diri dimasa dewasanya. Apablia seorang siswa tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka individu tersebut akan terisolasi dalam lingkungannya. Misalnya ketika berbicara tidak semua orang paham yang sedang dibicarakan, maka yang terjadi adalah persepsi yang negatif disebabkan pesan yang disampaikan tidak diterima dengan baik, oleh karena itu siswa perlu mengembangkan keterampilan komunikasi dengan maksimal diperlukan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah untuk meningkatkan komunikasi interpersonal.

Adapun proses didalam pemberian layanan terdapat beberapa bentuk layanan yang bertujuan agar membantu siswa dalam memahami pendidikannya dengan baik. Dari beberapa layanan Bimbingan dan Konseling, layanan Bimbingan Kelompok adalah pilihan yang baik untuk memberikan bantuan kepada siswa yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh (Fijriani:2017) layanan bimbingan kelompok terbukti efektif dapat membantu meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara komunikasi interpersonal pada siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapatkan perlakuan layanan bimbingan kelompok.

Bimbingan Kelompok adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa dan dilakukan secara berkelompok. Yang bertujuan untuk melatih siswa menyatakan pendapat, mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan komunikasi pada siswa. Wibowo, 2005 (dalam Eka Sari 2014:2) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana seorang pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Menurut Winkel, 2007 (dalam Setiawan, 2011) mengatakan bahwa bimbingan kelompok adalah proses membantu kumpulan dua orang atau lebih dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungannya.

Sehubungan dengan latar belakang masalah maka peneliti memilih layanan Bimbingan Kelompok dengan teknik Jigsaw sebagai bentuk usaha untuk mempengaruhi kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan tujuan agar siswa lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat saat diskusi, agar siswa mudah beradaptasi dengan lingkungannya dan juga lebih baik lagi ketika menyampaikan pesan dengan berkomunikasi yang baik terhadap guru, teman, dan dilingkungan sekitar. Teknik Jigsaw merupakan teknik yang banyak melibatkan interaksi aktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Rusman, 2008 (dalam Siti Suprihatin, 2017) model pembelajaran teknik Jigsaw adalah pembelajaran yang dilakukan untuk mendorong peserta didik mengemukakan pendapat dan memberikan informasi secara langsung sehingga siswa mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan baik dari materi yang sudah dipelajari. Menurut Lubis dkk, 2016, Jigsaw dapat dicirikan sebagai struktur tugas, tujuan dan oenghargaan kooperatif, yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif diantara sesama siswa, penerima terhadap perbedaan individu dan mengembangkan keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif tidak berupa kalimat-kalimat atau pernyataan-pernyataan tetapi berupa angka yang berasal dari skala komunikasi interpersonal. Metode ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-experimental designs dengan bentuk nonequivalent control group design. Rencana penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara subjek kemudian diberikan pre-test untuk mengetahui adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono 2018:77).

Dalam penelitian ini populasi dikenakan pada siswa kelas XI SMK Nusa Bhakti Semarang, dengan populasi 99 siswa kelas XI SMK Nusa Bhakti Semarang, 16 siswa digunakan untuk sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan sampling sistematis yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor beurut (Sugiyono (2017: 123).

Sampel dalam penelitian ini adalah 16 siswa kelas XI yang dipilih dengan cara pengambilan sampel yaitu dari ke dua kelas dilakukan dengan mengambil kelipatan bilangan 4 setiap kelas dipilih 8 siswa, dalam penelitian ini sampel untuk penelitian adalah 16 siswa yang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, 8 kelompok kontrol dan 8 kelompok eksperimen.

Variabel penelitian ini meliputi komunikasi iterpersonal siswa dengan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah skala psikologis komunikasi interpersonal dengan butir item 32 yang telah di uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji instrumen penelitian. Pengujian ini dilakukan dengan cara menyebar instrumen. Identifikasi komunikasi interpersonal disajikan dalam bentuk tabel deskriptif prosentase dengan setiap kategori.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw terhadap komunikasi interpersonal siswa.

Adapun deskripsi data hasil pre-test sebagai berikut:

Dari hasil pre-test mengenai komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Nusa Bhakti Semarang, adapun diskripsi data pre-test kelompok kontrol terdapat 2 (dua) siswa pada kategori tinggi dengan presentase 25%, dan 6 (enam) siswa pada kategori rendah dengan presentase 75%, dengan rata-rata 77,875% termasuk kategori rendah. Sedangkan kelompok eksperimen terdapat 7 (tujuh) siswa pada kategori rendah presentase 88% dan 1 (satu) siswa pada kategori sangat rendah presentase 13%, dengan rata-rata 71,125%, termasuk kategori rendah.

Adapun deskripsi data post-test mengenai komunikasi iterpersonal siswa kelas XI SMK Nusa Bhakti Semarang. Kelompok kontrol terdapat 3 (tiga) siswa pada kategori tinggi dengan presentase 37,5%, dan 5 (lima) siswa pada kategori rendah dengan presentase 62,5%. Dengan rata-rata 79,5%, termasuk kategori rendah. Sedangkan kelompok eksperimen terdapat 8 (delapan) siswa pada kategori tinggi dengan presentase 100%, dengan rata-rata 86,375% termasuk dalam kategori tinggi.

Tabel.1 Distribusi Frekuensi Hasil Post test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Interval Kategori Ekseperimen Kontrol
106-128 Sangat Tinggi 0 0
81-105 Tinggi 8 3
56-80 Rendah 0 5
32-55 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 8 8

 

Berdasarkan perbandingan hasil data pre-test dan hasil data post-test kelompok eksperimen pada tabel gambar 1 sebelum diberikan treatment dan setelah diberikan treatment menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw dari hasil skala komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMK Nusa Bhakti Semarang. Dapat diketahui bahwa terlihat ada perubahan komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen setelah diberikan treatment menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw yaitu terjadi perubahan tingkatan kategori rendah menjadi tinggi.

Berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh hasil thitung = 3,45 sementara  dengan db (n1+n2) – 2 = (8+8) – 2= 14 dengan taraf signifikansi 5% (0.05) sebesar 2,14. Karena jumlah  maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesisnya (Ha) berbunyi “ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw terhadap komunikasi interpersonal siswa SMK Nusa Bhakti Semarang” diterima. Sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “tidak ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw terhadap komunikasi interpesonal siswa SMK Nusa Bhakti Semarang” ditolak pada taraf signifikansi 5%. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw terhadap komunikasi interpersonal siswa SMK Nusa Bhakti Semarang karena memiliki perbedaan yang signifikan dilihat dari hasil perhitungan uji t.

Bimbingan kelompok dapat membantu meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Teknik Jigsaw dapat dijadikan sebagai alternatif bantuan bagi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah. Keterampilan komunikasi interpersonal pada siswa menjadi sangat penting karena dalam bergaul dengan teman sebayanya siswa seringkali dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu menyatakan pendapat pribadinya tanpa disertai marah dan kesalahpahaman, bahkan siswa harus bisa menetralisir keadaan apabila terjadi suatu konflik. Siswa yang memiliki perilaku komunikasi interpersonal yang baik akan mudah bersosialisasi dan lancar dalam memperoleh pemahaman. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan social.

Fakta dilapangan diperoleh pada treatmen bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw, sebelum diberikan treatment dan setelah diberikan treatmen bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw pada kelompok eksperimen mengalami kenaikan sebesar 15,25% berdasarkan hasil pre-test dan post-test. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan karena treatmen sudah bagus dan tidak ada halangan dalam pemberian treatmen.

Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini diketahui bahwa hasil thitung sebesar 3,45 sementara sebesar 2,14. Hal tersebut menunjukkan bahwa  (3,45) > (2,14). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw terhadap komunikasi interpersonal siswa SMK Nusa Bhakti Semarang” Sehingga Ha di terima dan Ho di tolak. Dengan demikian layanan bimbingan kelompok dengan teknik Jigsaw dapat meningkatkan komunikasi interpersonal siswa.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti memberi saran sebagai berikut:

Bagi siswa

Siswa hendaknya lebih terbuka, memiliki sikap positif, empati, sikap mendukung dan memiliki rasa kesamaan atau memandang sama setiap orang.

Bagi guru pembimbing

Untuk guru pembimbing dalam menyelesaikan peemasalahan komunikasi interpersonal salah satunya dapat menggunakan bimbingan kelompok, agar siswa memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Fijriani. 2017. Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Siswa. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol. 1 No. 1

Jannah, Miftahul. 2016. Remaja dan Tugas-tugas Perkembangannya dalam Islam. Jurnal Psikoislamedia. Volume 1 No. 1.

Kamaruzzaman. 2016. Analisis Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa. Program Studi Bimbingan dan Konseling. IKIP PGRI Pontianak. Jurnal Konseling Gusjigang Vol. 2 No. 2

Lubis, Nur Ainun dkk. 2016. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Jurnal As-Salam. Vol. 1 No. 1

Patriana, Eva. 2014. Komunikasi Interpersomal yang Berlangsung Antara Pembimbing Kemasyarakatan dan Keluarga Anak Pelaku Pidana di Bapas Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Volume 5 No 2.

Ramadanty, Sari. 2014. Penggunaan Komunikasi Fatis dalam Pengelolaan Hubungan di Tempat Kerja. Bina Nusantara University Jakarta. Jurnal ilmu Komunikasi. Vol 5 No 1.

Setianingsih, Eka Sari. 2014. Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Teknik Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Keterbukaan Diri Ssiwa. Prodi Bimbingan Konseling. Universitas Negeri Semarang. Indonesia. Jurnal bimbingan Konseling. Vol 3 No 2.

Setiawan, Agus. 2011. Efektifitas Bimbingan Kelompok Tugas untuk Mengembangkan Kemandirian Pilihan Karir pada Siswa Kelas X SMK (SMEA) Pelita Nusantara 1 Semarang. Jurnal Penelitian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprihatin, Siti. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Studi Masyarakat Indonesia Mahasiswa. Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro. Vol.5 No.1.

Wicaksono, Galih. 2013. Penerapan Teknik Bermain Peran dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas X. Multimedia SMK IKIP Surabaya. Vol. 1 No. 1