Cooperative Learning Think Pair Share
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS PERMUKAAN
DAN VOLUME PRISMA DAN LIMAS
MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 4 SURAKARTA
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010-2011
Sri Niati Iriani
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika materi luas permukaan dan volume prisma dan limas siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester genap tahun pelajaran 2010-2011 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan (2) Meningkatkan hasil belajar matematika materi luas permukaan dan volume prisma dan limas siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester genap tahun pelajaran 2010-2011 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Surakarta dalam waktu empat bulan, yaitu April sampai dengan Juli 2011. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010-2011.Siswa kelas VIII H brjumlah 36 siswa terdiri dari 22 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) evaluasi dan refleksi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama. Instrumen pengambilan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Simpulan penelitian ini adalah: (1) Pembelajaran kooperatif type TPS dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester gasal tahun ajaran 2010-2011 dan (2) Pembelajaran kooperatif type TPS dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester gasal tahun ajaran 2010-2011. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 66 sebelum tindakan menjadi 73 pada siklus I dan 80 pada siklus II, dan pada akhir siklus II jumlah siswa yang mencapai nilai di atas standar ketuntasan belajar minimal atau memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 70 adalah 31 siswa atau 86,11 %.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Cooperative Learning, Think Pair Share
PENDAHULUAN
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa. Demikian halnya dengan pelajaran matematika di kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta. Berdasarkan dua kali tes hasil belajar yang dikerjakan oleh siswa kelas VIII H diketahui hanya 14 siswa yang memperoleh nilai di atas 70 pada ulangan pertama dan 17 siswa pada ulangan kedua. Nilai rata-rata kelas pada ulangan pertama hanya 62 dan nilai rata-rata kelas pada ulangan kedua hanya 66. Nilai tersebut belum memenuhi KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran matematika yaitu 70.
Selain itu, hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa siswa kurang berminat atau terlihat cenderung tegang dan takut selama proses pembelajaran. Siswa tidak berani bertanya kepada guru, takut salah sewaktu mengerjakan soal di depan kelas, dan tidak aktif mengerjakan soal-soal latihan.
Hasil prestasi belajar dan pengamatan tersebut menun-jukkan adanya permasalahan yang terjadi dalam proses pembela-jaran matematika. Faktor utama yang menjadi penyebab kurang berminatnya siswa dan ketakutan siswa terhadap pelajaran matematika adalah proses pembelajaran yang searah. Selama ini guru masih menerapkan metode pembelajaran yang konvensio-nal. Guru menerangkan materi, memberikan contoh pengerjaan soal, selanjutnya guru memberikan soal-soal kepada siswa untuk dikerjakan di depan kelas dan di buku masing-masing atau memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Pengalaman yang tidak menyenangkan sewaktu mengerjakan soal di depan kelas menyebabkan kekhawatiran siswa jika ditunjuk mengerjakan soal di depan kelas. Rasa takut dan khawatir ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan membebani siswa. Oleh karena itu siswa menjadi tidak berminat atau terpaksa mengikuti proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut menajdi tidak efektif, sehingga siswa sukar memahami materi dan pada akhirnya gagal dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.
Metode ceramah dan pemberian tugas secara terus-menerus telah mengakibatkan kejenuhan siswa dalam belajar. Selain itu, stigma sulitnya mata pelajaran matematika menyebab-kan siswa enggan belajar karena merasa mereka tidak akan mampu menguasainya.
Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengubah proses pembelajaran matematika di kelas menjadi lebih menye-nangkan dan efektif. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Metode ini memungkinkan siswa berlatih mengerjakan soal-soal dan menerapkan hafalan rumusnya untuk mengerjakan soal-soal sambil berdiskusi dengan teman. Proses pembelajaran yang menyenangkan tersebut mendorong siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar, lebih tertantang untuk berlatih mengerjakan soal-soal dan memperoleh nilai tinggi, dan pada akhirnya akan mendorong peningkatkan prestasi belajar.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, diuraikan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika materi luas permukan dan volume prisma dan limas siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester genap tahun ajaran 2010-2011?
b. Apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas permukan dan volume prisma dan limas siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester genap tahun ajaran 2010-2011?
Pemecahan masalahnya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa perlu banyak berlatih menerapkan rumus-rumus untuk mengerja-kan soal latihan bersama teman sebangku, sehingga diharapkan hasil belajar matematika dapat meningkat. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Meningkatkan aktivitas belajar matematika materi luas permukaan dan volume prisma dan limas siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester genap tahun pelajar-an 2010-2011 melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
b. Meningkatkan hasil belajar matematika materi luas permukaan dan volume prisma dan limas siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester genap tahun pelajaran 2010-2011 melalui penerapan metode pembe-lajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referen-si dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pengembangan metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM).
b. Manfaat Praktis
1) Bagi siswa
Aktivitas dan prestasi belajar matematika me-ningkat
2) Bagi Guru
Keterampilan guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran PAIKEM meningkat
3) Bagi Sekolah
Kinerja sekolah meningkat dilihat dari kinerja guru dan prestasi belajar matematika siswa
4) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan referensi bagi peneliti lain dalam melaksanakan penelitian yang serupa.
LANDASAN TEORETIS
Hasil Penelitian yang Relevan
a. Penelitian yang dilakukan oleh Beny Meilon (UMS, 2009) yang meneliti tentang pengaruh metode pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran matematika pokok bahsan bangun ruang dintinjau dari kemandirian siswa.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Irene Septilya (Sanata Dharma, 2010) tentang penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran ekonomi untuk mening-katkan prestasi belajar siswa (Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta).
Kajian Teoretis
a. Belajar dan Prestasi Belajar
Cronbach (Agus Suprijono, 2009: 2) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Morgan (Agus Suprijono, 2009: 3) mendefinisi-kan belajar sebagai perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Berbagai definisi dari para ahli tersebut memiliki beberapa persamaan yaitu bahwa belajar adalah proses yang menghasilkan adanya perubahan perilaku. Adapun hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keetrampilan (Agus Suprijono, 2009: 5).
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 201). Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa.
b. Metode Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya (2007: 242) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem kelompok atau tim kecil yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akade-mik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Pembelajar-an kooperatif meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Istilah kooperatif menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif.
Strategi pembelajaran kooperatif memiliki dua kom-ponen utama, yaitu (1) komponen tugas kooperatif dan (2) komponen struktur insentif kooperatif. Prosedur pembelajar-an kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penjelasan materi, (2) belajar dalam kelompok, (3) penilaian, dan (4) pengakuan tim.
c. Think Pair Share (TPS)
Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Think-Pair-Share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tapi pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2002: 56).
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut:
a. Langkah 1 – Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
b. Langkah 2 – Berpasangan (Pairing): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan.
c. Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan (Lie, 2002: 57).
Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika dilakukan dengan metode ceramah, latihan soal, tanya jawab, dan penugasan. Pembelajar-an matematika tersebut bersifat menegangkan dan menakutkan sebagian besar siswa. Selama proses pembelajaran siswa lebih banyak pasif. Kondisi tersebut menyebabkan siswa tidak mema-hami materi yang dipelajari.
Pembelajaran matematika dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS. Siswa lebih berperan aktif, guru merangsang siswa mengerjakan latihan-latihan soal secara berpasangan dan kemudian mengungkapkan hasilnya kepada kelompok lain. Proses ini lebih menyenangkan dan memacu siswa untuk mengerjakan soal latihan.
|
Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak berlatih mengerjakan soal, pada akhirnya siswa mema-hami cara mengerjakan soal dengan menggunakan rumus yang ada dan hal ini berakibat pada meningkatnya hasil belajar matematika.
|
|
|
Hipotesis Tindakan
a. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika materi luas permukaan dan volume prisma dan limas siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester genap tahun ajaran 2010-2011.
b. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas permukaan dan volume prisma dan limas siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester genap tahun ajaran 2010-2011.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Surakarta yang beralamat di Jl. DI Panjaitan No. 14 Surakarta dalam waktu empat bulan yaitu mulai bulan April sampai dengan bulan Juli 2011.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2010-2011. Siswa kelas VIII H berjumlah 36 siswa terdiri dari 22 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) evaluasi dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan pada tahap perencanaan ini adalah: menyu-sun rencana pembelajaran, membentuk kelompok, menyiap-kan instrumen catatan lapangan, pengamatan aktivitas guru dan siswa, menyiapkan lembar penilaian siswa terhadap guru dan terhadap pembelajaran dengan TPS, menyiapkan materi dan bahan-bahan, menyiapkan soal-soal latihan dan soal-soal kuis, dan menyiapkan alat evaluasi
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan yaitu KBM dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS diban-tu oleh guru lain sebagai kolaborator dalam penelitian ini.
c. Tahap Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu oleh kolaborator melakukan pengamatan dan menca-tat hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran dengan bantuan lembar catatan lapangan, lembar pengamat-an aktivitas siswa, dan lembar pengamatan aktivitas guru.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis data yang sudah dikumpulkan dalam tahap pengamatan dan juga data hasil wawancara dan tes.
Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes hasil belajar Matematika. Adapun instrumen non tes berupa kuesioner untuk mengumpulkan data mengenai respon siswa terhadap guru dan terhadap pembelajaran dengan model TPS, dan instrumen pengamatan aktivitas guru dan siswa untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa.
Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: tes hasil belajar, observasi, dan wawancara.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dan dekriptif kuantitatif.
Indikator Kinerja
Penelitian tindakan kelas ini dapat dinyatakan berhasil apabila hasil tes prestasi belajar siswa secara individual adalah sama dengan atau lebih besar dari 70 dan 85 % siswa memper-oleh nilai sama dengan atau lebih besar dari 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Keaktifan Siswa
Tingkat keaktifan dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran kooperatif model TPS meningkat dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan tindakan. Peningkatan partisipasi belajar tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang aktif dalam sesi tanya jawab, jumlah siswa yang mencatat penjelasan guru, maupun jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi maupun dalam pengerjaan tugas kelompok. Sebagian besar siswa menunjukkan kecenderungan untuk lebih memperhatikan penje-lasan, pendapat, ataupun pertanyaan teman dan menjawab pertanyaan tersebut atau mencatat jawaban yang diberikan oleh teman yang lain. Hal tersebut berbanding terbalik dengan partisipasi dan keaktifan siswa sebelum dilakukan tindakan.
Jika sebelum pelaksanaan pembelajaran kooperatif model TPS, siswa lebih banyak diam, mengantuk, takut atau malas menjawab atau takut bertanya meskipun masih terdapat materi yang belum dipahami, maka pada waktu pelaksanaan TPS, siswa mencatat penjelasan guru, aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas, berlatih mengerjakan soal-soal kuis, antusias bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru maupun dari temannya.
Keaktifan siswa lebih meningkat lagi pada siklus II. Siswa yang aktif tidak hanya terbatas pada siswa yang pintar. Siswa yang lebih pintar dan sudah menguasai cara menghitung luas permukaan dan volume prisma dan limas juga terdorong untuk mengajari atau membantu pasangannya agar lebih mudah memahami materi tersebut.
Peran Guru
Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan memberikan bantuan jika diperlukan. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas, tetapi lebih sering berkeliling melihat lebih dekat proses belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi. Meski-pun guru tidak di depan kelas, kondisi kelas tidak gaduh, karena semua siswa secara berpasangan menegrjakan soal latihan. Guru yang berkeliling dari satu meja ke meja yang lain juga mendorong siswa yang sebelumnya tidak pernah bertanya karena takut menjadi mau bertanya. Hal ini juga memudahkan guru membantu siswa yang kesulitan memahami cara menyelesaikan soal luas permukaan dan volume prisma dan limas.
Hasil pengisian angket tanggapan siswa terhadap pembe-lajaran yang dilaksanakan oleh guru menunjukkan bahwa sebagi-an besar siswa merasa bahwa guru telah melaksanakan tugas dengan baik, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan kemampuan guru dalam memberikan penjelasan baik.
Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif model TPS secara umum dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menye-nangkan, meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan tersebut didukung dengan hasil tes yang dikerjakan oleh siswa pada akhir siklus. Berikut ini adalah tabel yang memuat perbedaan hasil belajar Matematika siswa sebelum tindakan, pada akhir siklus I dan akhir siklus II.
Tabel 1.
Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII H
|
Sebelum tindakan |
Siklus I |
Siklus II |
Rata-rata |
66 |
73 |
80 |
Nilai Maksimal |
90 |
95 |
100 |
Nilai Minimal |
40 |
40 |
50 |
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa secara umum nilai hasil belajar Matematika mengalami peningkatan dari sebelum tindakan ke siklus I dan ke siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar Matematika sebelum dilakukan tindakan hanya mencapai 66, sedangkan pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 73 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi sebesar 80.
Tabel 2.
Kategorisasi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII H
Kategori |
Interval Nilai |
Awal |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Frek. |
% |
Frek. |
% |
Frek. |
% |
||
Tinggi |
86 – 100 |
1 |
2.78 |
6 |
16.67 |
13 |
36.11 |
Sedang |
70 – 85 |
16 |
44.44 |
18 |
50.00 |
18 |
50.00 |
Rendah |
51 – 69 |
13 |
36.11 |
9 |
25.00 |
4 |
11.11 |
Sangat Rendah |
≤ 50 |
6 |
16.67 |
3 |
8.33 |
1 |
2.78 |
Jumlah |
36 |
100 |
36 |
100 |
36 |
100 |
Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada sebelum dilakukan tindakan pembelajaran kooperatif model TPS, siswa yang memperoleh nilai tinggi hanya 1 siswa, nilai sedang sebanyak 16 siswa, nilai rendah sebanyak 13, dan nilai sangat rendah sebanyak 6 siswa. Pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai tinggi meningkat menjadi 6 siswa atau sebesar 16,67 %, nilai sedang adalah 18 siswa atau sebesar 50 %, dan nilai rendah menurun menjadi 9 siswa, dan nilai sangat rendah menjadi 3 orang siswa. Pada siklus II jumlah siswa dengan nilai tinggi sebanyak 11 orang atau 24,44 %, nilai sedang sebanyak 30 siswa atau 66,67 %, dan nilai rendah turun menjadi 4 siswa atau 8,88 %.
Pada akhir siklus II diketahui sebanyak 5 siswa tidak berhasil mencapai nilai sama dengan atau lebih dari 70, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 31 siswa atau 86,11 % siswa mencapai nilai sama dengan atau lebih dari 70. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan ini terlah berhasil mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 85 % siswa mencapai nilai ≥ 70.
PENUTUP
Simpulan
a. Pembelajaran kooperatif type TPS dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester gasal tahun ajaran 2010-2011.
b. Pembelajaran kooperatif type TPS dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 4 Surakarta semester gasal tahun ajaran 2010-2011. Pada akhir siklus II jumlah siswa yang mencapai nilai di atas standar ketuntasan belajar minimal atau memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 70 adalah 31 siswa atau 86,11 %.
Saran
a. Guru hendaknya menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, karena hal tersebut dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Guru hendaknya memberikan berbagai type soal dengan secara merata sehingga siswa dapat meningkatkan pe-mahaman mereka dan melatih mereka mempergunakan rumus untuk berbagai soal yang ditemui.
c. Untuk meningkatkan keaktifan semua siswadan menghin-dari dominasi siswa yang pintar dalam proses pembela-jaran, disarankan agar guru menerapkan aturan kerjasa-ma sebagai salah satu unsur penilaian untuk kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Wina Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.