EVALUASI PENGELOLAAN PENDIDIKAN

DI SEKOLAH DASAR NEGERI

 

Jenitha Febryanti Uly

Yari Dwikurnaningsih

Slameto

Magister Manajemen Pendidikan UKSW Salatiga

 

ABSTRACT

This study aims to evaluate the management of education in SDN Jombor in the domain: (1) design implementation of education management, (2) installation implementation of education management, (3) process implementation of education management, and (4) product implementation of education management. This research is an evaluation research with a qualitative approach using a discrepancy evaluation model. The subjects in this study were the principal and teacher of Elementary School. Data collection through interviews, observation and document study. Data collection instruments are interview guides, observation guides and document study guides. The data validity test is done by data triangulation and method triangulation. The results of this study: (1) there is no gap in the design stage except work school plan, (2) there is no gap in the installation stage except in the curriculum and learning activities, the field of educators and education personnel, facilities and infrastructure, finance and financing, culture and environment schools and community participation, (3) there are no gaps in the process stage except in the implementation of school activities, school self-evaluation, curriculum evaluation and development, principal leadership and management information systems, (4) there is no gap in the product stage.

Keywords: Discrepancy Evaluation Model, Education Management

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan segala upaya yang dilakukan agar masyarakat dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, berakhlak mulia, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan sebagai warga masyarakat melalui proses pembelajaran. Setiap penyelenggaraan pendidikan hendaklah dikelola berdasarkan standar yang sudah ditetapkan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dengan berbagai komponen yang mendukung pelaksanaan dan pencapaian tujuan pendidikan. Dwikurnaningsih (2016) mengemukakan pengelolaan merupakan kegiatan pemanfaatan dan pengendalian terhadap semua sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Pengelolaanpendidikan membutuhkan pelaksanaan dari seluruh fungsi- fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling (Nanang Fatah, 2004:1). Menurut Balderton (dalam Adisasmita, 2011: 21) istilah pengelolaan sama dengan manajemen yaitu menggerakan, mengorganisasikan dan mengarahkan usaha manusia dalam memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Sutarno (2004: 109) fungsi pengelolaan pendidikan itu meliputi perencanaan, perencanaan merupakan perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dimana menyangkut tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksana dan bagaimana tata cara mencapai itu

Berdasarkan Permendiknas No 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan hal yang menjadi perhatian dalam proses pengelolaan pendidikan disekolah adalah bagaimana sekolah tersebut dapat merencanakan program apa saja yang akan dilakukan dalam proses tersebut dengan acuan pada visi dan misi serta tujuan sekolah. Pada tahap proses, pelaksanaan rencana kerja harus didasarkan pada pedoman yang telah disusun dan pembagian tugas dan tanggungjawab para pihak berdasarkan struktur organisasi yang telah diatur sesuai dengan kemampuan masing-masing komponen sekolah. Ditahapan pengawasan dan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan pengelolaan pendidikan dilakukan proses evaluasi program pengawasan serta evaluasi bagi semua komponen dalam struktur organisasi sekolah tersebut.

Praktik pengelolaan pendidikan di sekolah dasar telah menarik perhatian banyak peneliti dengan hasil yang relatif beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2015) dengan judul Pelaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di Sekolah Dasar Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman misalnya menunjukkan bahwa pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada aspek perancanaan, pelaksanaan, pengawasan dan kepemimpinan serta aspek sistem informasi telah memenuhi standar rata- rata 82,55% – 98%.Sedang penelitian Ibrahim (2013) dengan judul Paradigma Baru dalam Pengelolaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah menunjukkan bahwa upaya perbaikan mutu yang dilakukan oleh sekolah selama ini kurang berhasil karena pengelolaan pendidikan bersifat macro oriented atau diatur oleh jajaran birokrasi ditingkat pusat sehingga diperlukan pemikiran pengelolaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang berorientasi pada peserta didik.

Selanjutnya penelitian Novayani (2017) tentang analisis pelaksanaan pengelolaan pendidikan yang berdasarkan pada Permendiknas No 19 tahun 2007 menemukan bahwa dalam kenyataan masih banyak sekolah yang pimpinannya tidak mengetahui bagaimana cara memformulasikan visi, misi serta tujuan sekolah sehingga solusi yang dapat diambil adalah koordinasi antara kepala sekolah dengan seluruh kegiatan administrasi sekolah dan fokus terhadap tugasnya sebagai kepala sekolah.Penelitian yang dilakukan Hidayati (2014) tentang manajemen pendidikan, standar pendidik, tenaga kependidikan dan mutu pendidikan menunjukkan bahwa pengelolaan pendidikan yang menunjang mutu pendidikan adalah kepemimpinan, sedangpemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan dapat menunjang upaya merealisasikan mutu pendidikan yang baik. Sementara itu penelitian Basuki (2014) tentang peningkatan profesionalisme pengelola pendidikan dan pelatihan guna menghasilkan output yang kompeten dan profesional menemukan bahwa tenaga pendidik sebagai penyelenggara pendidikan masih kurang kompeten dan profesional.

Penelitian-penelitian diatas menunjukkan bahwa pelaksanaanpengelolaan pendidikan di berbagai lembaga yang diteliti mengalami banyak kendala seperti orientasi pengelolaan pendidikan yang yang lebih ke jajaran birokrasi ditingkat pusat dan bukan pada peserta didik, kurangnya komitmen dan disiplin para pelaksana serta sarana dan prasarana yang kurang mendukung pengelolaan pendidikan. kemudian masih adanya pimpinan atau kepala sekolah yang belum mengetahui cara memformulasikan visi, misi dan tujuan pendidikan, lalu kurangnya koordinasi dan kerjasama antara lembaga pendidikan dalam proses pengelolaan pendidikan, masih kurang kompeten dan profesionalnya tenaga pendidik.

Apa yang terjadi di sekolah-sekolah dalam penelitian di atas juga terjadi di SD Negeri yang dijasikan obyek penelitian ini. Studi awal di salah satu SD Negeri menunjukkan bahwa jika dilihat dari komponen standar pengelolaan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 19 Tahun 2007 maka ada beberapa komponen penting yang masih belum terpenuhi, seperti kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan fasilitas, peralatan dan alat bantu serta alat peraga yang telah tersedia, belum mampunya Guru mengoperasikan komputer dan internet, belum adanya instruktur dan pelatihan teknis bagi guru dan peserta didik, serta kegiatan supervisi yang dilakukan secara tidak teratur yaitu hanya dilakukan jika merasa perlu.

Dengan melihat masih banyaknya standar pengelolaan pendidikan yang belum terpenuhi di SDN Jombor dan belum pernah dilakukannya evaluasi mengenai pengelolaan sekolah maka peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap pengelolaan pendidikan di SDN Jombor. Tujuan evaluasi pendidikan dapat dikatakan untuk mengukur dan menilai apakah tujuan awal yang ditetapkan sudah terpenuhi dan berjalan sesuai dengan standar atau tidak. Sehingga dengan evaluasi memberi peluang kepada dunia pendidikan untuk mengambil keputusan, merencanakan ulang dan bagaimana pemecahan masalah terhadap proses yang dilaksanakan, apabila tujuan pendidikan belum tercapai maka evaluasi merupakan salah satu cara untuk mengukur dan pengambilan keputusan terhadap keberlangsungan pendidikan.

Evaluasi terhadap pengelolaan pendidikan pada dasarnya membutuhkan jenis model yang sesuai karena yang dilihat adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan hasil serta evaluasi terhadap hasil kemudian memberikan rekomendasi terhadap hasil yang dievaluasi. Ada beberapa model evaluasi yang sering digunakan menurut Arikunto dan Jabar (2009: 40-41) yaitu Goal Oriented Evaluation Model yang dikembangkan oleh Tyler, Goal Free Evaluation Model yang dikembanglkan oleh Scriven, Formatif Sumatif Evaluation Model yang dikembangkan oleh Michael Schiven, Countenance Evaluation Model and Responsive Evaluation Model yang dikembangkan oleh Stake, CSE-UCLA Evaluation Model yang menekankan kepada “kapan” evaluasi dilakukan, CIPP Evaluation Model yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan Discrepancy Evaluation Model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus. Penelitian ini hendak menggunakan model kesenjangan.

Model kesenjangan atau discrepancy model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus (1971) dalam buku berjudul Discrepancy Evaluation. Menurut Provus, evaluasi adalah proses untuk menyetujui berdasarkan standar kemudian menentukan apakah ada kesenjangan antara kinerja dan standar kinerja yang sudah ditetapkan kemudian menggunakan informasi tentang kesenjangan tersebut sebagai bahan untuk meningkatkan atau mengelola organisasi atau program tersebut. Evaluasi kesenjangan daalam pengelolaan pendidikan di sekolah adalah bagaimana kepala sekolah dapat menjadi evaluator yang melihat dan menilai kesenjangan antara standar yang ditetapkan disekolah dengan keadaan nyata yang terjadi. Apabila ditemukan kelemahan dan kekurangan dalam pengelolaan sekolah maka hasil evaluasi ini dapat menjadi bahan bagi kepala sekolah untuk memperbaikinya kedepannya.

Tahap- tahap pada evaluasi kesenjangan adalah (1) tahap desain yaitu merancang kegiatan atau program kerja kemudian merumuskan tujuan serta pengalokasian sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan; (2) tahap instalasi yaitu menyediakan perangkat dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses sehingga yang dievaluasi adalah ketepatan berbagai sumber daya, perangkat dan kelengkapan serta meninjau kembali penetapan standar; (3) tahap proses adalah melakukan evaluasi dengan melihat tujuan- tujuan manakah yang sudah dicapai kemudian mengumpulkan data dari pelaksanaan kegiatan tersebut, apakah terdapat kemajuan dan menentukan apakah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak; (4) tahap produk yaitu diadakan analisis data dan menetapkan tingkat produk atau hasil yang diperoleh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan pendidikan di SDN Jombor dalam (1) desain pelaksanaan pengelolaan pendidikan, (2) instalasi pelaksanaan pengelolaan pendidikan, (3) proses pelaksanaan pengelolaan pendidikan, dan (4) produk pelaksanaan pengelolaan pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang pelaksanaan pengelolaan pendidikan dan jika diperlukan dapat menjadi acuan dalam melakukan evaluasi pengelolaan pendidikan di sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang digunakan adalah model kesenjangan yang dikembangkan Malcolm Provus.Penelitian ini dilakukan di SDNegeri Jombor, Kecamatan Tuntag, Kabupaten Semarangdengan subyekpenelitianKepala sekolah dan para guru di SDN Jombor.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi wawancara, observasi dan studi dokumen dengan instrumen panduan wawancara, panduan observasi dan panduan studi dokumen.Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru serta melakukan observasi pelaksanaan pengelolaan pendidikan di SDN Jombor. Fokus dari observasi yang dilakukan adalah pada tahap desain, instalasi, proses dan produk. Studi dokumen dilakukan terhadap data- data tertulis mengenai pengelolaan pendidikan di SDN Jombor. Data hasil wawancara, observasi dan studi dokumen kemudian dibandingkan dengan Permendiknas nomor 19 tahun 2007 untuk menemukan ada tidaknya kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi dalam praktik pengelolaaan pendidikan di SD Negeri Jombor.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Evaluasi Desain. Hasil penelitian berisi tentang visi sekolah, misi sekolah, tujuan sekolah tidak terdapat kesenjangan dan pada rencana kerja sekolah terdapat kesenjangan.

Visi sekolah di SDN Jombor sudah dirumuskan dan disusun oleh sekolah. Observasi menunjukkan bahwa rumusan visi itu dituangkan pula dalam bentuk baliho yang dipasang didepan kantor sekolah. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara visi yang ada dengan standar dalam Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang visi sekolah.SDN Jomborjuga sudah merumuskan misisekolah bersama dengan visi yang akan dicapai sekolah, sehingga tidak terdapat kesenjangan dengan Permendiknas nomor 19 tahun 2007.

Standar pengelolaan sekolah juga mewajibkan sekolah untuk merumuskan dan menetapkan tujuan serta mengembangkannya. SDN Jombor sudah menentukan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai sekolah dengan didukung oleh berbagai program yang sudah disusun dan dikoordinasikan bersama dengan pihak sekolah dan Komite Sekolah. Dengan adanya tujuan sekolah yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu maka sekolah dapat mengambil tindakan tindaklanjut apabila program yang dirancang untuk mencapainya tidak berjalan maksimal dan hal-hal apa saja yang harus diubah oleh sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.Tentang rencana kerja sekolahSD Jombor telah membuat Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. Telah pula disusun Rencana Kerja Tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/ Madrasah (RKA-S/M) yang didasarkan pada rencana jangka menengah. Di SDN Jombor terjadi ketidakseimbangan antara rencana kegiatan dan anggaran dikarenakan kurangnya anggaran dan biaya yang dimiliki oleh sekolah sehingga mengharuskan sekolah untuk mencari sumber anggaran lain melalui kerjasama dengan Komite Sekolah sehingga terdapat beberapa kegiatan sekolah yang terhambat sehingga perlu penyusunan dan perumusan kembali pada anggaran tahun berikutnya.

Evaluasi Instalasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak adanya kesenjangan pada pedoman sekolah, struktur organisasi dan bidang kesiswaan namun terdapat kesenjangan pada bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah dan peranserta masyarakat dan kemitraan sekolah.

SD Jombor telah membuat dan memiliki pedoman yang disusun dengan mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah. Pedoman sekolahitu mengatur berbagai aspek pengelolaan, mulaidarikurikulum, pembagiantugas guru serta tata tertibsekolah, yang mudah dibaca oleh pihak- pihak yang terkait. Pedoman sekolah itu dijadikan pedoman para pihak dalam melakukan tugas dan rencana kerja sekolah dalam mencapai tujuan sekolah.

Pada struktur organisasi sekolah diatur tentang sistem penyelenggaraan dan administrasi sekolah, uraian tugas, wewenang dan tanggungjawab pimpinan, pendidik dan tenaga kependidikan dalam keseluruhan penyelenggaraan dan administrasi sekolah. Jadi SDN Jombor sudah memiliki struktur organisasi yang jelas dan dituangkan dalam bentuk teks sehingga menjadi pedoman bagi pendidik dan tenaga kependidikan tentang hak, kewajiban dan tanggungjawab serta wewenang masing- masing disekolah.

Dalam bidang kesiswaan SD N Jombor telah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional tentang proses penerimaan peserta didik dan proses pelacakan alumni dilakukan oleh Komite Sekolah Penerimaan peserta didik dilakukan tanpa adanya diskriminasi terhadap jenis, ras bahkan agama siswa, tidak memungut biaya sesuai dengan peraturan yang diberikan oleh pemerintah.

Dalam bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran ditentukan bahwa kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disertai tahapan penyusunan KTSP. Ditentukan pula bahwa dalam penyusunan KTSP para pendidik perlu memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi dan peraturan pelaksanaannya.Di SDN Jombordidapati bahwa pemahaman siswa terbatas pada materi yang diberikan oleh guru karena kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana seperti alat-alat peraga oleh guru.Mayoritas siswa SDN Jombor adalah siswa kurang mampu sehingga mempengaruhi kemampuan mencari sumber informasi seperti buku dan internet serta sumber belajar lainnya. Guru juga masih menggunakan metode ceramah dan bukan metode pembelajaran mutakhir sehingga kurang efektif, variatif dan inovatif. Guru belum mampu mengkaji kemampuan peserta didik satu persatu karena dirasa tidak mungkin dengan jumlah siswa diatas 10 orang disetiap kelasnya sehingga guru hanya menggunakan proses belajar mengajar yang sama dari tahun ketahun tanpa melihat kemampuan siswa yang berbeda- beda.SDN Jombor juga tidak memiliki guru konseling sehingga tugas-tugas bimbingan diambil alih oleh kepala sekolah dan wali kelas.Siswa tidak optimal dalam mendapatkan haknya seperti dalam hal penggunaan Lab, fasilitas belajar dan alat peraga dikarenakan guru sebagai fasilitator dan pendamping siswa dalam belajar tidak mampu mengoperasikan dan menggunakan alat- alat tersebut. Pada proses penilaian hasil belajar peserta didik khususnya dalam pengisian raport, sebenarnya sudah tersedia aplikasi untuk memudahkan namun masih banyak guru yang belum mampu mengoperasikan program tersebut di samping juga pekerjaan itu dirasa berat oleh para guru karena terdapat banyak sekali kompetensi yang harus diisi oleh guru.

Dalam bidang pendidik dan tenaga kependidikan sekolah sudah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah.Kepala Sekolah sudah berusaha keras untuk mendaya-gunakan pendidik dengan memberikan motivasi,memberikan tugas KKG bahkan pelatihan bagi guru-guru yang dirasa belum mampu melakukan tugasnya dengan efektif. Namun pendayagunaan tenaga pendidik masih kurang efektif karena masih terdapat guru yang kurang mampu mengoperasikan komputer, menggunakan aplikasi pengisian raport dan penguasaan alat peraga pembelajaran dikelas. SDN Jombor juga tidak memiliki Wakil Kepala Sekolah yang bertugas sebagai pembantu Kepala Sekolah. Guru di sekolah ini hanya sebatas memberi motivasi, mendidik dan membimbing namun belum dalam memfasilitasi belajar siswa. Sekolah ini juga belum memiliki tenaga perpustakaan.

Dalam bidang sarana dan prasarana Sekolah telah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana. Namun di SDN Jombordidapati bahwa masih kurangnya penggunaan alat peraga seperti KIT IPA dan IPS serta alat- alat peraga seni seperti gitar dan alat peraga matematika padahal sarana dan prasarana tersebut lengkap tersedia. Hal itu disebabkan karena kurangnya kemampuan guru dalam mengoperasikan dan mendayagunakan alat-alat tersebut. Di SD N Jombor juga tidak ada evaluasi terhadap sarana dan prasarana agar tetap berfungsi dalam mendukung proses pembelajaran, tidak ada skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan, dan tidak ada sosialisasi program sarana prasarana terhadap pendidik dan tenaga kependidikan serta peserta didik.

Dalam bidang keuangan dan pembiayaansekolah sudah menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada Standar Pembiayaan.Namun di SDN Jombordidapati tidak adanya sumber lain pemasukan sekolah di luar dana BOS. Oleh karena masih terdapat kekurangan dalam hal anggaran dan dana dalam proses pengelolaan sekolah,maka sekolah mencari dana sendiri untuk pembuatan pagar sekolah, sekolah meminta bantuan warga dalam hal tenaga dan material pada warga yang mampu bahkan komite juga mencari dana tambahan kepada alumni.

Dalam hal budaya dan lingkungan sekolah harus menciptakan suasana, iklim dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan pendidikan. Didapati bahwa di SDN Jombor terdapat beberapa kegiatan tambahan seperti latihan mengaji setiap hari Jum ‘at bagi siswa dengan mengalokasikan jam pelajaran kepada kegiatan tersebut dan juga belum adanya prosedur tertulis tentang kegiatan tersebut.Namun secara keseluruhan sekolah sudah berusaha untuk mengoptimalkan lingkungan belajar siswa yang nyaman dengan tetap menaati peraturan yang berlaku.

Peranserta masyarakat dan kemitraan sekolah yaitu melibatkan warga dan masyarakat pendukung sekolah dalam mengelola pendidikan, di SDN Jombor didapati bahwa belum adanya kemitraan yang dibangun oleh sekolah dengan SMP/ MTs/ SMPLB atau yang setara lainnya sesuai dengan standar pengelolaan namun kerjasama dengan masyarakat sudah baik dibangun oleh sekolah dalam hal membantu kegiatan- kegiatan yang dirasa tidak mampu dilakukan atau diselenggarakan hanya dengan dana BOS namun dalam hal kemitraan dengan jenjang sekolah diatasnya belum ada.

Evaluasi Proses. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terjadi kesenjangan pada program pengawasan dan evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan namun masih terdapat kesenjangan pada pelaksanaan kegiatan sekolah, evaluasi diri sekolah, evaluasi dan pengembangan kurikulum, kepemimpinan kepala sekolah dan sistem informasi manajemen.

Pelaksanaan kegiatan sekolah yaitudilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan serta dilaksanakan oleh penanggungjawab kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada. Pada tabel diatas menunjukkan pada pelaksanaan kegiatan sekolah dalam pengelolaan pendidikan, ditemukan bahwa pada pelaksanaan kegiatannya masih sering terjadi kekurangan anggaran dan masih terdapat sumberdaya/ sarana dan prasarana yang tidak digunakan secara optimal oleh penanggungjawab dalam hal ini guru karena tidak bisa mengoperasikan alat- alat tersebut. Adapun dalam memenuhi dan mendukung kegiatan, jika anggaran dan dana tidak cukup maka sekolah meminta bantuan melalui proposal dan alumni serta masyarakat yang mampu karena mayoritas siswa SDN Jombor berasal dari siswa yang tidak mampu sehingga dengan sering terjadinya hal demikian dapat mengganggu proses pembelajaran disekolah.

Program pengawasanya itu sekolah menyusun program pengawasan secara obyektif, bertanggungjawab dan berkelanjutan, penyusunan program pengawasan sekolah didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan, di SDN Jombor didapati bahwa sekolah sudah melakukan fungsi pengawasannya dalam bentuk evaluasi dan supervisi kepada guru oleh kepala sekolah untuk melihat sejauh mana kinerja guru serta melihat kekurangan dan apa saja yang harus diperbaiki oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai bersama. Kepala sekolah juga melakukan kegiatan supervisi pada setiap akhir semester.

Evaluasi diri sekolah yaitu sekolah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah dengan menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan, di SDN Jombordidapati bahwa kepala sekolah sudah melakukan evaluasi diri bagi sekolah dengan evaluasi kepada guru- guru untuk melihat apa saja yang menjadi kekurangan guru kemudian dikoreksi oleh kepala sekolah untuk kemudian dilakukan tindaklanjut namun sampai pada saat ini sesuai dengan pengakuan dari wali kelas 1 bahwa beliau masih mengalami kesulitan sehingga belum memakai TI.

Evaluasi dan pengembangan kurikulum yaitu dilakukan secara komprehensif dan fleksibel dalam mengadaptasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknoligi yang mutahir, di SDN Jombordidapati masih terdapat kesulitan yang dialami guru untuk beradaptasi dengan kurikulum 2013 yang berlaku dibeberapa kelas tersebut dikarenakan terdapat beberapa perubahan dan wajib menggunakan teknologi ditambah lagi guru harus mengamati siswa satu persatu sementara guru juga harus menanamkan pengetahuan kepada siswa. Pada pengembangan kurikulum juga belum mengacu dan mengadaptasi kemajuan IPTEK yang mutakhir sehingga menjadi tidak komprehensif dan flexibel.

Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan yaitu evaluasi direncanakan secara komprehensif pada setiap akhir semester dengan mengacu pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, ditemukan bahwa kepala sekolah melakukan supervisi akademik dan supervisi klinik untuk mengevaluasi pembelajaran guru dan jika terdapat kekurangan maka akan dilakukan musyawarah untuk dilakukan tindak lanjut dalam membantu guru.

Kepemimpinan kepala sekolah yaitu kriteria untuk menjadi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah harus berdasarkan ketentuan dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan.Di SDN Jombor didapati bahwa kepala sekolah sudah berusaha melakukan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pemimpin dengan baik namun masih ditemukan kekurangan pada guru yang bersangkutan karena faktor usias ehingga pelatihan yang dilakukan oleh kepala sekolah sudah tidak berjalan lagi dan tidak bias diterapkan karena sudah tidak dipelajari lagi oleh guru.

Sistem informasi manajemen yaitu sekolah mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel, di SDN Jomborditemukan bahwa dalam pengelolaan sistem informasi manajemen yang memadai untuk mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel belum sepenuhnya berhasil dilakukan karena masih mengharapkan bantuan dari operator sehingga masih banyak tugas yang harus dilakukan manual oleh guru padahal sudah tersedia sarana seperti komputer untuk mempermudah.Guru juga masih merasa gerogi jikalau kepala sekolah memberikan tugas administrasi sehingga dikerjakan sendiri lalu diberikan kepada kepala sekolah tanpa ada pengawasan dari kepala sekolah.

Evaluasi Produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada kesenjnagan pada bagian akreditasi sekolah dan penilaian khusus dalam pengelolaan pendidikan.

Akreditasi Sekolah mengharuskan sekolah menyiapkan bahan- bahan yang diperlukan untuk mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, dari tabel diatas ditemukan bahwa akreditasi sekolah, didapati bahwa SDN Jombor sudah terakreditasi A dan masih terus berusaha untuk memperbaiki apa saja yang menjadi kekurangan sekolah sehingga dapat mencapai tujuan yang sudah ditentukan bersama sehingga sekolah wajib menyiapkan bahan mengikuti akreditasi sesuai dengan perundang- undangan dan di SDN Jombor sudah dibuktikan dengan mendapatkan akreditasi A.

Penilaian khusus dalam pengelolaan pendidikanya itu sekolah yang pengelolaanny atidak mengacukepada SNP dapat memperoleh pengakuan pemerintah atas dasar rekomendasi BSNP, di SDN Jombor sudah mengacu pada standar pengelolaan dari Standar Nasional Pendidikan dan akan terus berusaha untuk memenuhi setiap standar yang diberikan dan sekolah yang tidak mengacu pada standar nasional pendidikan dapat memperoleh pengakuan pemerintah atas dasar rekomendasi BSNP. Di SDN Jombor sudah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

Pembahasan

Pada tahap desain yang dilakukan adalah rumusan dan penetapan standar dalam penelitian ini yaitu tercapainya pengelolaan sekolah yang sesuai dengan standar pengelolaan sekolah yang terdapat dalamPermendiknas no 19 tahun 2007, pada tahap inis ekolah mendesain standar yang digunakan dengan hal- hal apa saja yang menjadi fokus agar tujuan tercapai yaitu visi sekolah, misi sekolah dan tujuan sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian pada tahapan evaluasi desain tidak terdapat kesenjangan pada visi sekolah, misi sekolah dan tujuan sekolah namun terdapat kesenjangan antara Permendiknas No 19 Tahun 2007 dengan pelaksanaan yang terjadi disekolah. Kesenjangan tersebut adalah pada rencana kerja sekolah yaitu terjadinya ketidakseimbangan antara rencana kerja sekolah dan anggaran yang dimiliki sekolah sehingga berpotensi untuk mengurangi keefektifan proses pembelajaran di sekolah. Sehingga pendapat Mugi Rahayu (2015) mengatakan bahwa pelaksanaan rencana kerja sekolah dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan oleh penangungjawab kegiatan yang meliputi bidang kesiswaan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan, bidang budaya dan lingkungan sekolah serta bidang humas.

Sehingga pada tahap desain yang harus dilakukan adalah menetapkan secara jelas hal- hal yang menjadi pedomand alam mencapai tujuan sekolah seperti visi, misi, tujuan dan rencana kerja sekolah, sekolah juga harus bias mengembangkan hal- hal tersebut diatas sesuaidengankebutuhan dan apa yang dihadapisekolahkedepannya.

Pada penelitian sebelumnya oleh M. Yusuf Ibrahim dengan judul Paradigma Baru dalam Pengelolaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dengan hasil menyatakan bahwa pengelolaan pendidikan yang bersifat macro oriented atau diatur oleh jajaran birokrasi ditingkat pusat sehingga diperlukan pemikiran pengelolaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang berorientasi pada peserta didik. Penelitian sebelumnya berhubungan dengan hasil penelitian pada tahap desain yaitu rencana kerja harus berorientasi pada siswa sehingga jika terjadi kekurangan anggaran dapat mengganggu proses pembelajaran disekolah sehingga jelas tidak berorientasi pada siswa.

Pada tahapan evaluasi instalasi yang harus diperhatikan adalah tersedianya komponen sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya yang mendukung tercapainya tujuan Pendidikan yang sesuai dengan Permendiknas no 19 tahun 2007 seperti pedoman sekolah, struktur organisasi, bidang kesiswaan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah.

Tidak terdapat kesenjangan pada pedoman sekolah, strukturorganisasi dan bidang kesiswaan. Namun terdapat kesenjangan yang muncul yaitu pada bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran masih kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana seperti alat peraga dan komputer serta guru belum menggunakan metode pembelajaran yang mutakhir.Pada bidang pendidik dan tenaga kependidikan juga belum maksimal dalam mendayagunakan karena masih terdapat guru yang belum bisa mengoperasikan alat- alat peraga serta aplikasi raport.Bidang sarana dan prasarana, guru belum bisa menggunakan alat peraga dan kemampuan mengoperasikan komputer serta tidak adanya evaluasi sarpras untuk menjaga keberlangsungan penggunaan sarana dan prasarana, kemudian pada bidang keuangan dan pembiayaan sekolah tidak memiliki sumber pemasukan sehingga masih terjadinya kekurangan anggaran dalam pelaksanaan rencana kerja sekolah. Terkait budaya dan lingkungan sekolah, masih terjadinya pengalifungsian jam operasional siswa kepada kegiatan lainnya yang seharusnya menjadi kegiatan ekstrakurikuler serta peranserta dan kemitraan sekolah belum bekerja dengan baik karena sekolah belum melaksanakan kemitraan dengan sekolah lain yang sederajat atau diatas jenjangnya seperti SMP dan MTs.

Sehingga pada tahap instalasi, yang harus dilakukan adalah menyediakan sumberdaya yang bias digunakan secara optimal dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sehingga pada tahap ini setiap sumberdaya yang tersedia disesuaikan dengan kebutuhan sekolah.

Pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian oleh Muhammad Fakhrial Aulia dan Samino pada tahun 2015 tentang Pengelolaan Pendidiakn Karakter dengan hasil terdapat kekurangan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi namun masih terdapat kekurangan yaitu kurangnya komitmen, disiplin dan kurangnya sarana dan prasarana. Hubungan dengan penelitian yang dilakukan adalah terdapat kekurangan pada bidang sarana prasarana yaitu kurang optimal penggunaannya sehingga rekomendasi yang diberikan oleh penelitian sebelumnya adalah dengan memberi motivasi secara terus menerus serta melengkapi sarana prasarana serta memaksimalkan penggunannya.

Pada tahap evaluasi proses yang dilihata dalaha pabila pada kenyataan dilapangan ditemukan kesenjangan antara pengelolaan Pendidikan di SDN Jombor dengan standa rpengelolaan pendidikan dalam Permendiknas no 19 tahun 2007 maka akan dilakukan langkahp erubahan agar sistem pengelolaan diskeolah menjadi lebih baik dengan melihat apasaja yang menjadi kekurangan dan apa saja yang perlu diperbaiki. Pada evaluasi proses, tidak terdapat kesenjangan pada program pengawasan dan evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan namuna da juga kesenjangan yang terjadi pada evaluasi proses yaitu pada pelaksanaan kegiatan disekolah masih terjadinya kekurangan anggaran dan tidak optimalnya penggunaan sarana dan prasrana, kemudian pada tahap evaluasi diri sekolah masih ditemukan guru yang tidak bisa menggunakan sarana dan prasarana, pada tahap evaluasi dan pengembangan kurikulum masih terdapat guru yang tidakbisa beradaptasi dengan kurikulum 2013 yang dirasa semakin komplit dalam hal penilaiannya ditambah dengan ketidakmampuan guru mengoperasikan komputer, lalu pada kepemimpinan kepala sekolah walaupun sudah melakukan tugasnya dengan baik namun dirasa masih kurang optimal karena masih ditemukan kekurangan pada guru seperti yang disebutkan diatas dan pada sistem informasi manajemen sekolah belum sepenuhnya berhasil karena masih mengandalkan operator dalam membantu guru padahal sudah tersedia sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung kerja guru.

Sehingga pada tahap evaluasi proses yang akan dilakukan adalah meninjau kembali sejauh mana tujuan telah tercapai kemudian bagaimana mengevaluasi hasil dari pengelolaan itu sendiri, jika ditemukan kesenjangan maka hasile valuasi tersebut bisa dijadikan langkah perubahan kedepannya.

Pada penelitian sebelumnya oleh Irma Novayani tahun 2017 dengan judul Analisis Kritis tentang Kebijakan Standar Pengelolaan Pendidikan dengan hasil masih adanya kepala sekolah yang tidak mengetahui bagaimana cara memformulasikan visi, misi serta tujuan sekolah sehingga terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu kepala sekolah sudah melakukan tugas dan tanggungjawabnya namun masih terdapat kekurangan pada guru- guru sehingga rekomendasi yang diberikan oleh penelitian sebelumnya adalah koordinasi antara kepala sekolah dengan sleuruh kegiatan administrasi sekolah dan fokus terhadap tugasnya sebagai kepala sekolah.

Pada evaluasi produk yangdilakukanadalahmengadakananalisis data dan menetapkantingkatprodukatauhasil yang diperoleh dan berdasarkan acuan pada Permendiknas No 19 Tahun 2007 yang termasuk pada produkadalahakreditasisekolah dan penilaiankhusus. Akreditasi sekolah mencakup persiapan bahan- bahan yang diperlukan untuk akreditasi dan terus meningkatkan kualitas kelembagaannya serta menindaklanjuti saran- saran hasil akreditasi dan pada penilaian khusus yaitu sekolah harus sepenuhnya mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Ali Imron (2012) menyatakan bahwa akreditasi adalah proses evaluasi dan penilaian mutu institusi yang dilakukan oleh suatu tim pakar berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan, atas pengarahan suatu badan atau lembaga akreditasi mandiri diluar institusi yang bersangkutan sehingga hasil akreditasi merupakan pengakuan bahwa suatu institusi telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan sehingga layak beroperasi dan menyelenggarakan program- programnya. Penilaian khusus adalah sekolah yang tidak mengacu pada standar nasional pendidikan dapat memperoleh pengakuan pemerintah atas dasar rekomendasi BSNP sehingga sekolah harus terus mengacu pada Standar Nasional Pendidikan sebagai pedoman dalam mengelola pendidikan, sehingga tidak ada kesenjangan pada akreditasi sekolah karena SDN Jombor sudah terakreditasi A dan tidak adakesenjangan pada penilaian khusus karena sekolah sudah sepenuhnya mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

Sehingga pada tahap evaluasi produk yang dilihat adalah hasil akhir dari pengelolaan sekolah yang sudah dilakukan dalam bentuk produk maupun capaian sehingga dengan produk ini akan diketahui apakah masih terdapat kekurangan pada pelaksanaannya dan dapa tdilakukan studi lebih lanjut.

Pada penelitian sebelumnya oleh Mugi Rahayu tahun 2015 tentang Pelaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di SD Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman dengan hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pengelolaan pendidikan sudah tercapai pada berbagai aspeknya demikian juga dengan penelitian yang dilakukan sekarang sudah tercapai dengan dilihat pada SDN Jombor yang sudah mendapatkan akreditasi A serta sudah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan empat hal sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan yaitu bahwa (1) tahap desain ditemukan kesenjangan pada rencana kerja sekolah dengan anggaran yang dimiliki sehingga dapat mengganggu proses pembelajaran dan pengelolaan pendidikan di sekolah, (2)tahap instalasimasih dirasa kurang akan pemanfaatan sarana dan prasarana seperti alat- alat peraga dan komputer dan juga penggunaan metode yang mutakhir sehingga guru masih belum didayagunakan secara maksimal serta sering terjadinya kekurangan anggaran yang dapat mengganggu proses pendidikan di sekolah, adanya tambahan kegiatan pada jam operasional belajar siswa dan belum adanya kerjasama dengan SMP dan sederajat,(3)tahap proses, masih seringnya kekurangan anggaran, sudah dilakukan evaluasi guru namun masih ada beberapa kelemahan guru dalam hal penggunaan alat peraga dan komputer serta aplikasi raport dan kesulitan beradaptasi dengan kurikulum baru, (4) tahap produk, proses akreditasi sekolah SDN Jombor sudah terakreditasi A dan pada penilaian khusus sekolah sudah sepenuhnya mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Sehingga pada tahap produk tidak terdapat kesenjangan.

Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian tentang evaluasi pengelolaan pendidikan di SDN Jombor, peneliti memberi saran agar setiap standar yang sudah terpenuhi dan berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diinginkan perlu untuk dilanjutkan dan ditingkatkan dan standar yang belum terpenuhi agar dilakukan perbaikan secara manajerial seperti kepala sekolah dan guru serta komite melakukan rapat sekiranya membahas solusi dalam mengelola serta mendapatkan anggaran agar sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, lalu dilakukan pelatihan kepada guru- guru yang belum menguasai alat peraga, sarpras serta metode mutakhir agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan merapatkan kesesuaian jadwal belajar dengan jam tambahan diluar jam operasional belajar siswa sehingga dapat dibagi jadwal yang tepat serta perlu diadakan kerjasama dengan sekolah ditingkat atas seperti SMP agar kelak siswa- siswa dari SD dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Abror, Turmudzi. (2011). Pengelolaan Pendidikan Karakter di Sekolah, Vol 22 no 2, Jurnal Tribakti.

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen Pemerintahan Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Abdul Jabar, Safrudin. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Basuki, Agung. (2014). Peningkatan Profesionalisme Pengelola Pendidikan dan pelatihan guna Menghasilkan Output yang Kompeten dan Profesional, edisi 1 no. 1, Jurnal Lingkar Widyaiswara.

Dwikurnaningsih, Yari. 2016. Pengembangan Model Manajemen Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru. Repository Perpustakaan Universitas. Salatiga: Magister Manajemen Pendidikan UKSW

Fakhrial Aulia, Muhammad. (2015). Pengelolaan Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Muhammadiyah “Miftakhul Ulum” Pekajangan pekalongan, PGSD FKIP UM Surakarta.

Fattah, Nanang. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Hasanah, Nur. (2014). Model Organisasi Dinas Pendidikan dalam Pengelolaan Pendidikan Anak Secara Efektif: Studi Kasus daerah Pasca Konflik Kota Ambon, IAIN Ambon.

Hidayati. (2014). Manajemen Pendidikan, Standar Pendidik, Tenaga kependidikan dan Mutu Pendidikan, IAIN IB Padang.

Ibrahim, M. Yusuf. (2013). Paradigma Baru dalam Pengelolaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, FKIP Universitas Tanjungpura.

Imron, Ali. (2012). Akreditasi Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Negeri Malang.

Novayani, Irma. (2017). Analisis Kritis Tentang Kebijakan Standar Pengelolaan Pendidikan, STIT Lombok Barat.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Pengelolaan Pendidikan no 19 tahun 2007.

Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Permendiknas No.19 Tahun 2007 tentangStandarPengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Provus, M. 1971. Discrepancy Evaluation for Educational Program Improvement and Assessment. Barkeley, California: Mc cutchen Pu. Corp.

Rahayu, Mugi. (2015). Pelaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di Sekolah Dasar Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman, Jurnal FIP.

Ratumanan, T. G. (2003). Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SLTP di Kota Ambon. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 5, No. 1, 2003: 1- 10. Hlm. 8.

Saleh, Suma dan Bidjai, Romi. (2017). Pengelolaan Pendidikan daerah Tertinggal seKecamatan Buko Selatan.

Sutarno, NS. 2004. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto

Tyler, Ralph. 1950. Models of Teaching. New Yersey: Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.

U. Saefullah. 2012. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

Zuriana, Cut. (2013). Pengelolaan Pendidikan Prasekolah TK/RA/PAUD di Kota Banda Aceh, Jurnal Mentari.