HIMPUNAN MAHASISWA ALOR DI SALATIGA (HIMMASAL)

DALAM MEMPERKENALKAN KEBUDAYAAN ALOR DI SALATIGA

 

Eka Mace Dela Nemberala Ronalia Muanley

Emy Wuryani

Sunardi

Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu, mendeskripsikan faktor-faktor pendorong terbentuknya Himpunan Mahasiswa Alor di Salatiga (Himmasal) dan menjelaskan perkembangan Himpunan Mahasiswa Alor di Salatiga (Himmasal), serta sumbangan Himmasal dalam mengenalkan budaya Alor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pembentukan Himmasal penting bagi mahasiswa Alor di Salatiga. 2.) Perkembangan Himmasal di dalam kampus maupun luar kampus di Salatiga. 3.) Budaya Alor semakin dikenal di Salatiga dan sekitarnya.

Kata kunci: Organisasi Himmasal, mahasiswa Alor, kebudayaan Alor

 

PENDAHULUAN

Globalisasi sebagai fenomena khusus dalam peradaban manusia mulai terasa sejak akhir abad ke-20. Dampak dari globalisasi itu sendiri melanda berbagai lini kehidupan. Salah satunya dalam bidang kebudayaan. Contohnya di Alor-Nusa Tenggara Timur, pakaian-pakaian tradisional yang dulunya hanya digunakan untuk acara-acara adat sudah mulai dimodifikasi menjadi pakaian yang fashionable atau kekinin. Kehadiran globalisasi yang marak terjadi tentu memiliki dampak positif dan juga negatif. Jika sebuah kebudayaan tidak dijaga dengan baik, kemungkinan besar kebudayaan itu akan hilang atau terbawa arus globalisasi yang begitu kencang. Dalam menjaga kebudayaannya setiap manusia mempunyai kemampuan yang menakjubkan, salah satunya ialah untuk meneruskan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Soekanto, 1983: 23-24).

Indonesia sendiri, setiap suku bangsa yang ada masih tetap menciptakan, menyebarluaskan dan mewariskan kebudayaan masing-masing dari satu generasi ke generasi berikutnya (Widyatwati, 2015: 20). Dalam lingkup Salatiga terkhususnya Universitas Kristen Satya Wacana terdapat begitu banyak mahasiswa dari berbagai suku bangsa yang terus mewariskan kebudayaannya, salah satunya ialah Alor (Himmasal). Pada kesempatan ini, penulis melakukan penelitian mengenai Himpunan Mahasiswa Alor di Salatiga. Hal menarik bagi penulis untuk meneliti tentang Himmasal karena keberadaan Himmasal sangat memberikan dampak bagi mahasiswa Alor untuk memperkenalkn kebudayaan Alor di Kota Salatiga.

KAJIAN TEORI

Organisasi

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Sulistyowati, T.T: 284), organisasi adalah perkumpulan suatu kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam organisasi membutuhkan interaksi yang kuat satu sama lain sehingga organisasi tersebut dapat berjalan dengan penuh rasa tanggung jawab. Mekuo Djohan, dkk. (1986: 66) mengemukakan organisasi ialah kehidupan yang terjalin dengan tertib antara seorang atau sekelompok orang yang dilandasi dengan tujuan yang sama yang didalamnya terdapat kecenderungan untuk saling bergantung satu dengan yang lain. Oleh karena itu, untuk merealisasikan tujuan yang sama ini maka di dalam suatu kelompok harus ada aturan atau undang-undang yang mengatur bersama dalam mencapai suatu cita-cita yang sama (Herabudin, 2015: 74). Di dalam suatu organisasi harus memiliki karakteristik etnik dan kultural yang sama. Salah satu ciri khasnya adalah mereka memiliki sesuatu secara bersama-sama. (Ngarbingan, 2016: 13-14)

Identitas

Identitas merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu dalam interaksi sosial yang sedang dijalaninya. Identitas merupakan sumber sense of belonging dan rasa aman bagi mereka yang memiliki identitas itu. Kebutuhan individu untuk memiliki identitas tersebut didorong oleh motif-motif utama yang meliputi (a) kebutuhan memiliki konsep diri yang positif, (b) kebutuhan untuk berafiliasi dengan kelompok sosial yang lebih besar, dan (c) kebutuhan untuk mempertahankan identitas sosial positif melalui kegiatan membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain (Operario dan Fiske dalam Afif, 2012: 52)

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Sulistyowati, T.T: 176), identitas merupakan ciri-ciri atau keadaan khusus pada diri seseorang. Jenkins (dalam Tupan, 2016: 7) mengemukakan bahwa identitas merupakan pemaknaan kita akan siapa kita, dan siapa orang lain, begitu pula sebaliknya.

Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (2015: 144) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dapat dijadikan milik manusia lain dalam belajar. Herskovits (dalam Soekanto, 1974: 39) memiliki pandangan yang berbeda mengenai kebudayaan, ia mengatakan bahwa kebudayaan berarti segala sesuatu yang terdapat didalam masyarakat yang ditentukan oleh adanya kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Herskovits juga memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi yang terus ada meskipun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti yang disebabkan oleh kematian dan kelahiran.

Globalisasi

Raharjo Jati, 2013: 2 mengemukakan bahwa globalisasi merupakan cara hidup masyarakat sekarang. Globalisasi tidak hanya berbicara mengenai aspek besar seperti liberalisasi ekonomi dan politik, namun globalisasi juga berbicara mengenai kehidupan sehari-hari misalnya menguatnya ruang ekspresi pribadi dan dengan semakin intensnya hubungan antar budaya, norma sosial, kepentingan, dan ideologi antar bangsa, artinya globalisasi membawa berbagai pengaruh modernitas yang membawa masyarakat bertransformasi dari kehidupan tradisional menuju kehidupan yang modern. Sugeng (2006: 36) mengemukakan bahwa ada beberapa posisi umum yang dapat diambil ialah pertama menolak globalisasi dan kembali menengok pada lokalitas. Kedua adalah membangun sebuah globalisasi alternatif dengan berbagai kelembagaan global alternative dan ketiga adalah mempengaruhi proses globalisasi saat ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada fungsionaris Himmasal baik yang pernah bertugas maupun sedang bertugas. Jenis penelitian yang digunakan adalah Kualitatif-Deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, dokumen milik informan dan wawancara. Sumber data dari hasil wawancara dengan Alumni Himmasal, Ketua Himmasal ke-1, Ketua Himmasal ke-2 dan Ketua Himmasal ke-3. Pengumpulan data studi pustaka dilakukan untuk mendapat sumber tertulis mengenai organisasi etnis dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan sumber lisan mengenai Himpunan Mahasiswa Alor di Salatiga.

PEMBAHASAN

Himpunan Mahasiswa Alor di Salatiga (HIMMASAL)

Himmasal adalah sebuah organisasi himpunan mahasiswa Alor yang berasal dari Alor di Salatiga. Sesuai dengan pendapat (Sulistyowati, T.T: 284) yang mengatakan bahwa, organisasi adalah perkumpulan suatu kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Maka Himmasal merupakan organisasi yang dibentuk atas dasar tujuan sama. Oleh karena itu, beberapa mahasiswa Alor yang berkuliah di UKSW seperti: Popy Lapenangga (Fakultas Teologi angkatan 2006), Alexander Pulinggomang (Fakultas Teologi angkatan 2006), Erwin Bery (Fakultas Hukum angkatan 2006), Lukas Laleb (Fakultas Teknologi Informasi 2008), Putri Takalapeta (Fakultas Psikologi 2010), dan Kezia Moanley (FKIP Matematika 2010) berinisiatif membentuk himpunan mahasiswa Alor. Ide pembentukan himpunan mahasiswa Alor pertama kali dimunculkan pada tahun 2010. Namun ide tersebut tidak ditindaklanjuti dan sempat meredup karena para mahasiswa tersebut juga bergabung dalam Ikatan Mahasiswa Timor (Ikmasti). Tahun 2010 mahasiswa asal Alor juga masih sedikit berkisar 5 orang. Ide pembentukan himpunan mahasiswa Alor semakin hilang setelah beberapa pencetus lulus dan harus meninggalkan Salatiga.

Melihat semakin banyaknya mahasiswa Alor di tahun 2014 dan 2015 memunculkan kembali semangat pembentukan mahasiswa Alor di Salatiga. Pembentukan himpunan mahasiswa Alor dilakukan karena memiliki karakteristik etnik dan kultural yang sama (Ngarbingan, 2016: 13-14). Memiliki karakteristik etnik dan kultur yang sama yakni Alor sehingga mahasiswa Alor berinisiatif untuk membentuk himpunan mahasiswa Alor. Faktor pendorong pembentukan Himpunan mahasiswa Alor di Salatiga ialah:

a.     Adanya kerinduan pembinaan mahasiswa Alor secara berkala.

Dalam pembinaan ini mahasiswa Alor dibentuk agar menjadi mahasiswa yang berkualitas yang mampu memberikan dampak bagi pembangunan daerah Alor. Salah satunya ialah mahasiswa Alor diberdayakan untuk terlibat dalam setiap kegiatan-kegiatan kampus, di luar kampus maupun kegiatan etnis yang mengharuskan mereka untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dalam hal ini, akan meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa Alor untuk semakin mempertahankan dan memperkenalkan kebudayaan di Salatiga.

 

 

b.     Penanaman nilai-nilai cinta daerah asal.

Nilai-nilai ini berdasarkan semangat taramiti tominuku artinya berbeda-beda asal usul namun satu hati. Alor sendiri terdapat berbagai suku dan budaya didalamnya. Perbedaan inilah yang semakin mendorong mahasiswa Alor untuk membentuk komunitas agar menjadi wadah dalam memperkenalkan kebudayaan daerah di tanah rantau. Dengan motto taramiti tominuku ini membuat mahasiswa Alor untuk saling memperhatikan satu sama lain tanpa membeda-bedakan suku dan budaya. Semuanya berasal dari daerah yang sama, senasib sepenanggungan di Salatiga sehingga dengan adanya komunitas ini mahasiswa Alor dapat memaknai siapa mereka sebenarnya. Adanya Himmasal, mahasiswa Alor dapat mengembangkan potensi dirinya dengan turut berpartisipasi dengan kegiatan kampus maupun luar kampus sehingga hal ini semakin membuat mahasiswa Alor memiliki rasa cinta akan daerah asal. Himmasal juga ada untuk mahasiswa Alor saling memperhatikan satu sama lain.

Perkembangan HIMMASAL di Salatiga.

  Dalam kebudayaan memerlukan regenerasi untuk mempertahakan kebudayaan yang telah dibuat oleh manusia. Sejalan dengan Herskovits (dalam Soekanto, 1974: 39) menyatakan bahwa kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi yang terus ada meskipun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. Oleh karena itu, untuk terus mempertahankan dan memperkenalkan kebudayaan Alor di Salatiga, Himmasal ada untuk menjaga kebudayaan tersebut dengan turut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh kampus maupun luar kampus. Adapula kegiatan kampus yang diikuti Himmasal ialah sebagai berikut:

1.     Tanggal 26 Februari 2017, Himmasal diundang untuk mengikuti kegiatan KHECE (Keep Healthy Environment Culture Educated) yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi dan Informasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan pertunjukan budaya dari beberapa daerah yaitu Jawa, Kalimantan, Toraja, Lampung, dan salah satunya ialah Alor. Dalam kegiatan ini, Himmasal menyuguhkan makanan khas yaitu kue rambut, kue delapan, dan jagung titik, juga tarian daerah yaitu lego-lego. Menampilkan 2 icon (cowok dan cewek) yang menggunakan pakaian adat dari Alor-Pantar.

2.     IICF 2017 Himmasal menampilkan lagu daerah yang telah dimodifikasi menjadi musik kontemporer. Lagu yang dibawakan dengan judul “Do Daka Do” dan pawai. Pawai IICF 2017, Himmasal membawa miniatur rumah adat Takpala dan menampilkan tarian daerah yaitu tarian menjamu.

3.     April 2018, Himmasal kembali mengikuti IICF yang kedua kalinya. Di tahun 2018, Himmasal berkesempatan untuk berkolaborasi tarian dengan Ikatan Generasi Muda Karo (IGMK). Dalam kolaborasi tersebut Himmasal membawakan tarian menjamu, IGMK membawa tarian cikecur.

4.     Welcoming party tanggal 22 September 2018. Dalam kegiatan ini, Himmasal diminta untuk menyiapkan 2 orang icon (cowok dan cewek) dengan menggunakan pakaian adat dari Alor-Pantar dan menyuguhkan aksesoris etnis yaitu gantungan kunci yang terbuat dari kenari dan membuat tas etnis dari kain tenun.

5.     Tahun 2019 Himmasal mempersiapkan diri untuk mengikuti IICF 2019 yang diadakan pada tanggal 30 April, 1,2, dan 6 Mei 2019. Dalam IICF 2019, Himmasal berkesempatan untuk berkolaborasi dengan etnis Parsadaan Horja Batak Toba Salatiga (PARHOBAS) dan Ikatan Mahasiswa Sulawesi Tenggara Salatiga (IMASULTRA). Dalam kolaborasi ketiga etnis tersebut diminta untuk membawakan drama musikalitas dengan tema “bencana alam”. Dalam hal ini, baik dari PARHOBAS maupun IGMK menyampaikan bencana alam yang tejadi di daerah mereka yaitu gunung meletus dan banjir, dan Himmasal sendiri ialah gempa bumi. Dari ketiga bencana alam ini, yang tepilih untuk dijadikan drama musikal ialah bencana Alam di Alor.

Kegiatan luar kampus yang diikuti Himmasal ialah:

a.        Ibadah Natal bersama mahasiswa Alor pada tanggal 5 Desember 2015

b.       Valentine Day 14 Februari 2016 (Membagikan bunga, cokelat dan kartu ucapan berisi kata-kata motivasi kepada para pengguna jalan di sepanjang jalan Jenderal Sudirman)

c.        Ibadah natal bersama mahsasiswa Alor pada tanggal 10 Desember 2017.

d.       Pada tanggal 21 Mei 2017 Himmasal turut berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh Himpunan Keluarga Alor Malang (HIKA Malang) yaitu Tournament Futsal Alor seJawa-Bali. Hal ini dilakukan untuk terus menjaga solidaritas mahasiswa Alor di tanah rantau.

e.        Himmasal di undang untuk mengisi tarian dalam acara Gebyar Nusantara yang diselenggarakan oleh Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI) Kota Salatiga dalam rangka menyambut HUT Salatiga yang ke-1267 bertempat di halaman PEMKOT Salatiga pada tanggal 22 Juli 2017.

f.        Makrab Himmasal yang diadakan pada tanggal 1-2 Oktober 2017 dengan tema “Sa tidak sendiri”. Tujuan diambilnya tema ini ialah agar mahasiswa Alor mengetahui bahwa mereka mempunyai rumah kedua di Salatiga selain daerah Alor.

g.       Kegiatan Penyuluhan dan Voluntary Counseling and Testing (VCT) yang diselenggarakan oleh GMKI tanggal 24 September 2018 (beberapa dari pengurus tidak berkesempatan hadir)

h.       Makrab Himpunan Mahasiswa Alor di Jogjakarta (HIPMA Jogja) pada tanggal 17-18 November 2018.

i.         Ibadah Natal bersama Himmasal pada tanggal 6 Desember 2018

j.         Himmasal diundang untuk mengisi tarian pada tanggal 31 Desember 2018 menyambut tahun baru 2019 bertempat di lapangan Pancasila, namun Himmasal tidak berkesempatan hadir dikarenakan para penari sedang berlibur.

k.       Himmasal diundang oleh PEMKOT Salatiga BIBASARI untuk mengikuti kegiatan Seleksi Festival Seni Tradisional 6 Kabupaten seJateng pada tanggal 27 April 2019 dengan menampilkan 1 pasangan lengkap dengan busana daerah asal Alor.

Himmasal dan Perannya

Sejak berdirinya Himmasal dapat sebagai:

1.     Wadah dalam memperkenalkan kebudayaan daerah Alor di Salatiga,

2.     Untuk menanamkan nilai-nilai cinta daerah asal,

3.     Mewujudkan solidaritas mahasiswa asal Alor,

4.     Memperkuat rasa persaudaraan mahasiswa Alor, dan

5.     Saling menolong dan mendorong dalam belajar untuk menyelesaikan kuliah.

Himmasal Sebagai Rumah Bagi Mahasiswa Alor di tengah Maraknya Globalisasi.

Himmasal merupakan organisasi etnis yang bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah kelahiran dan juga sebagai wadah untuk mahasiswa Alor mengembangkan potensi dirinya. Dalam proses pengaktualisasian diri, mahasiswa Alor harus menyadari akan siapa mereka sebenarnya dan siapa orang lain. Inilah yang dinamakan identitas (Jenkins dalam Tupan, 2016: 7). Sejalan dengan pendapat (Sulistyowati, T.T: 176), menyatakan bahwa identitas merupakan ciri-ciri atau keadaan yang khusus pada diri seseorang. Identitas pada diri mahasiswa Alor yaitu rambut keriting, kulit hitam, jagung titik, kenari, moko, kain tenun, tarian lego-lego. Identitas inilah yang dipegang teguh oleh mahasiswa Alor dalam memperkenalkan kebudayaan daerah Alor di Salatiga. Mempertahankan identitas kebudayaan Alor, membutuhkan keterbukaan diri dan berpegang teguh kepada lokalitas dalam menyikapi berbagai tantangan salah satunya ialah globalisasi. Menurut Raharjo Jati 2013: 2 menyatakan bahwa globalisasi merupakan cara hidup masyarakat sekarang. Oleh karena itu mahasiswa Alor menyetarakan pandangan globalisasi dengan membentuk organisasi Himmasal agar identitas kebudayaan daerah Alor tetap terjaga di Salatiga yaitu dengan turut berpartisipasi melalui kegiatan etnis yang diselenggarakan oleh kampus maupun luar kampus. Melalui kegiatan kampus dan luar kampus kebudayaan Alor tetap terjaga dan masyarakat Salatiga semakin mengenal akan budaya Alor baik itu tarian daerah seperti tarian lego-lego dan cakalele, moko sebagai belis atau mahar dalam pernikahan orang Alor, kain tenun, dan bahasa. Dalam hal ini, budaya Alor akan terus di pertahankan dan dilestarikan di tengah maraknya globalisasi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pembentukan himpunan mahasiswa Alor penting diwujudkan untuk menjadi wadah dalam memperkenalkan kebudayaan daerah Alor di Salatiga, untuk menanamkan nilai-nilai cinta daerah asal, mewujudkan solidaritas mahasiswa asal Alor, memperkuat rasa persaudaraan mahasiswa Alor, dan saling menolong dan mendorong dalam belajar untuk menyelesaikan kuliah. Berdirinya Himmasal membuat Salatiga dan sekitarnya semakin mengenal kebudayaan daerah Alor melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh kampus seperti Indonesian International Culture Festival (IICF), maupun luar kampus seperti Gebyar Nusantara yang diselenggarakan oleh Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI) dalam rangka menyambut HUT Kota Salatiga yang ke-1267. Dengan adanya Himmasal, mahasiswa Alor dapat menjaga dan mempertahankan kebudayaaan daerah Alor ditengah derasnya globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Afif, Afthonul. 2012. Identitas Tionghoa Muslim Indonesia. Depok: Penerbit Kepik

Herabudin. 2015. Pengantar Sosiologi. Bandung: CV Pustaka Setia

Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropolgi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Mekuo, Djohan et al. 1986. Sistem Kepemimpinan Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Sulawesi Tenggara. Jakarta: Depdikbud