TEKNIK IDENTIFYING PERSONAL TRANSFERABLE SKILL

SEBUAH KONSELING KELOMPOK

DALAM PENGEMBANGAN KARIR SISWA

 

Rahmadina

SMK 1 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Karir adalah hal yang sangat penting bagi setiap individu, baik dewasa maupun remaja. Yusuf (2011:84) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan karir. Pemilihan karir yang tepat akan membantu individu meraih sukses, sebaliknya ketidakpahaman terhadap karir akan menjadi suatu masalah bagi individu. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling (BK) terkait pengembangan karir siswa, salah satunya yaitu dengan konseling kelompok teknik Identifying Personal Transferable Skills (IPTS). Konseling kelompok teknik IPTS bertujuan untuk: (1) membantu siswa menemukan kelemahan dan kekuatan diri mereka, (2) membantu siswa menyadari bahwa keterampilan yang dimiliki dapat bermanfaat dalam menunjang pekerjaan, (3) membantu siswa lebih percaya diri dan dapat menghargai diri sendiri, (4) memotivasi siswa untuk mengembangkan keterampilannya, dan (5) membantu siswa membuat perencanaan karir dengan mudah. Strategi dalam konseling kelompok teknik IPTS ini merupakan perpaduan antara langkah-langkah konseling kelompok dengan tahapan-tahapan pada IPTS. Adapun strategi layanannya sebagai berikut: a) tahap permulaan; b) tahap transisi; c) tahap kerja, berisi (1) pengidentifikasian kelemahan diri yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menyadari keterampilan yang dimiliki, (2) pengidentifikasian keterampilan yang dimiliki, (3) penyimpulan keterampilan yang ada pada diri, dan (4) penyusunan perencanaan pengembangan karir; dan d) tahap pengakhiran. Model layanan tersebut dapat diterapkan pada semua jenjang kelas, baik kelas X, XI maupun XII agar siswa dapat membuat perencanaan karir dengan matang. Guru BK juga dapat melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait, misalnya guru mata pelajaran, alumni yang telah sukses, LPK, atau lembaga lain untuk menambah wawasan tentang karir.

Kata kunci: identifying personal transferable skill; karir; konseling kelompok

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pemahaman dan perencanaan karir adalah hal yang sangat penting bagi setiap individu, baik dewasa maupun remaja. Ketidakpahaman tentang karir dan cara merumuskan orientasi masa depan bisa menjadikan manusia kehilangan arah kehidupan. Pentingnya perencanaan karir sejak dini terutama bagi siswa berkaitan dengan tugas perkembangannya.

Yusuf (2011:84) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan mempersiapkan karir. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa individu usia 11 – 18 tahun sudah mempersiapkan karirnya, terutama siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun demikian, masih terdapat beberapa siswa asuh yang belum belum memiliki gambaran tentang karir setelah lulus SMK.

Tantangan bagi guru BK untuk mendesain layanan bidang karir yang sesuai dengan karakteristik permasalahan siswa. Guru BK meyakini bahwa tidak ada individu yang tidak memiliki kemampuan atau potensi. Setiap individu dilahirkan dengan daya kreatifitas masing-masing yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi diri termasuk didalamnya mengembangkan karir (Ingarianti dan Ribut, 2018:161). Hanya saja siswa belum menyadari kalau mereka memiliki potensi yang luar biasa. Oleh karena itu siswa perlu dibantu menemukan atau menggali potensi yang dimiliki sehingga dapat menunjang pengembangan karir. Terkait hal tersebut guru BK menyelenggarakan layanan tindak lanjut berupa konseling kelompok teknik Identifying Personal Transferable Skills (IPTS).

Permasalahan

Uraian pada latar belakang masalah memperlihatkan bahwa sejumlah 8 (delapan) siswa asuh kelas XII AKL 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo memiliki permasalahan dalam pengembangan karir, sehingga perlu dicarikan solusinya.

Untuk memberi panduan dalam pemecahan masalah, permasalahan dirumuskan: Bagaimanakah proses pengembangan karir siswa melalui konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills pada siswa kelas XII AKL 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo?

Strategi Pemecahan Masalah

Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah yang Dipilih

Strategi pemecahan masalah untuk siswa kelas XII AKL 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo adalah dengan menerapkan konseling kelompok Teknik identifying personal transferable skills (IPTS). Fokus utamanya pada upaya membantu siswa dalam menggali potensi atau keterampilan yang dimiliki, sehingga siswa dapat membuat perencanaan karir dengan baik.

Tahapan Operasional Pelaksanaannya

Tahapan operasional penerapan konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS) terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut: (1) Pembentukan kelompok konseling; Guru BK membentuk kelompok konseling. Anggota konseling kelompok terdiri dari 8 siswa kelas XII AKL 1 yang belum memiliki perencanaan karir. Guru BK juga membuat kesepakatan dengan siswa mengenai waktu konseling. (2) Gambaran konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS).

Dalam pelaksanaan konseling kelompok ini ada 4 tahap, yaitu tahap permulaan, transisi, kerja dan pengakhiran (Wibowo, 2019:304).

Tahap permulaan

Pada tahap ini pemimpin kelompok (guru BK) membuka sesi konseling, memimpin berdoa, menyampaikan tujuan kegiatan, menjelaskan kepada anggota bahwa dalam proses konseling ini nanti kita akan belajar bersama, berdiskusi secara tertib, sehingga anggota tidak perlu cemas.

 

Tahap transisi

Guru BK mengenali suasana emosi dalam kelompok. Pada tahap ini dipastikan anggota kelompok sudah merasa nyaman dan siap untuk memasuki tahap kerja. Untuk menciptakan suasana hangat bisa diselingi dengan ice breaking.

Tahap kerja

Pada tahap ini langkah-langkah teknik identifying personal transferable skills (IPTS) dapat diterapkan. Guru BK membimbing anggota untuk berdiskusi. Dalam teknik IPTS ada 4 kegiatan yang dilakukan, yaitu: a) Identifikasi kelemahan diri yang disebabkan oleh ketidakmampuannya menyadari keterampilan yang dimiliki. Guru BK dapat mengajukan pertanyaan penggiring, contohnya “Dengan tidak adanya keterampilan diri, apakah kita bisa bersaing di dunia kerja?”. Kemudian anggota kelompok mengemukakan pendapatnya secara bergantian. Jika salah satu anggota ada kesulitan, teman lain bisa membantu. Pada tahap ini anggota kelompok akan menyadari bahwa tanpa memiliki keterampilan maka akan timbul hal-hal negatif dalam diri. Individu akan merasa takut bersaing, sulit mendapat pekerjaan, bahkan bisa mengecewakan orang tua.

  1. b) Identifikasi keterampilan yang dimiliki. Pada kegiatan ini anggota diajak menemukan keterampilan/potensi diri yang tersembunyi.

Keterampilan tidak harus sesuatu yang luar biasa. Bahkan mungkin sudah kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika potensi tersebut kita temukan, lalu diberdayakan makan hal itu akan menghasilkan sesuatu yang besar.

Anggota bisa mengemukakan pengalaman atau perasaan menyenangkan yang pernah dialami. Pengalaman menyenangkan sekecil apapun harus bisa diungkapkan dan dicari penyebab keberhasilannya. Jika keberhasilan diperoleh karena usaha dan rasa senang, berarti hal tersebut merupakan bentuk keterampilan yang dimiliki.

  1. c) Menyimpulkan keterampilan yang ada pada diri. Dari berbagai pengalaman menyenangkan yang telah diungkapkan, guru BK bersama anggota mendiskusikan hal mana saja yang bisa disebut dengan keterampilan/potensi diri. Masing-masing anggota menyampaikan keterampilan yang berhasil digali.
  2. d) Menyusun perencanaan pengembangan karir. Kegiatan yang sangat penting dalam teknik ini adalah penyusunan rencana baru atau bisa disebut dengan perencanaan pengembangan karir. Masing-masing anggota telah menyadari potensi diri atau keterampilan yang dimiliki. Dari beberapa keterampilan yang dapat diungkap, masing-masing membuat perencanaan karir. Dalam perencanaan karir dimungkinan adanya upaya pengembangan keterampilan.

Tahap pengakhiran

Sesi terakhir dari konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS) adalah pengakhiran. Guru BK bersama-sama anggota kelompok menyimpulkan hasil konseling. Dalam mengakhiri kegiatan konseling, guru BK mengajak anggota untuk berdoa sebagai ungkapan rasa syukur. Serta memohon agar Tuhan YME selalu memberi kekuatan dan bimbingan dalam mencapai cita-cita.

Layanan bimbingan konseling merupakan kegiatan yang berkesinambungan. Sebagai tindak lanjut dari konseling kelompok teknik IPTS, guru BK dapat memberikan layanan: (1) Konsultasi (2) Konseling individu. (3) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait, misalnya lembaga pendidikan dan pelatihan maupun perguruan tinggi. (4) Pembekalan prakerja. (5) Tracer study

PEMBAHASAN

Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah

Alasan pemilihan konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS) sebagai alternatif pemecahan masalah dalam konteks pengembangan karir karena konseling kelompok di sekolah mempunya fungsi pengembangan, yakni membantu individu mengembangkan diri sesuai potensi dengan segala keunikannya (Wibowo, 2019:27). Adanya permasalahan yang sama bagi beberapa siswa juga lebih efektif jika ditangani dengan konseling kelompok.

Wibowo (2019:59) menyatakan bahwa proses konseling kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk: 1) Mengekspresikan diri secara aktif; 2) Menguji realitas dengan mencoba metode baru dalam menghadapi suatu masalah tanpa takut akan hukuman; 3) Membantu orang lain dan mendiskusikan perasaan tanpa kehilangan identitas diri; 4) Menyelidiki dan mengevaluasi pengalaman masa lalu, sehingga dapat membuat keputusan untuk perubahan yang positif.

IPTS merupakan teknik intervensi dalam konseling karir yang didesain untuk membantu siswa menemukan keterampilan, kompetensi, dan kemampuan diri (Ingarianti dan Ribut, 2018:161). Dalam konseling kelompok teknik IPTS guru BK mengajak para siswa (anggota kelompok) untuk berfikir positif bahwa dirinya memiliki keterampilan untuk melakukan sesuatu, dan bagaimana memanfaatkannya dalam bekerja atau berkarir.

Hasil dan Dampak yang Diprediksi Bisa Dicapai dari Strategi yang Dipilih

Hasil yang diprediksi bisa dicapai dari layanan konseling kelompok Teknik identifying personal transferable skills (IPTS) adalah (1) Siswa menemukan kelemahan dan kekuatan diri mereka; (2) Siswa menyadari bahwa keterampilan yang mereka miliki dapat bermanfaat dalam menunjang pekerjaan; (3) Siswa lebih kepercayaan diri dan dapat menghargai diri sendiri; (4) Siswa termotivasi untuk mengembangkan keterampilannya; (6) Siswa dapat membuat perencanaan karier dengan mudah

Kendala yang Dapat Terjadi

Secara umum kendala yang dalam layanan konseling kelompok Teknik identifying personal transferable skills (IPTS) relatif kecil, yaitu terbatasnya ruang konseling. Ruang BK tidak memiliki ruang konseling kelompok, sehingga alternatifnya adalah menggunakan ruang kelas yang kosong. Namun demikian hal ini tidak mengurangi kualitas layanan.

Faktor Pendukung

Faktor pendukung sebagai penguat penerapan layanan konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS) di antaranya: (1) Komunikasi yang baik antara guru BK dan siswa, sehingga dapat mempermudah dalam pembentukan kelompok dan penentuan pelaksanaan kegiatan; (2) Keterbukaan siswa dalam menyampaikan pengalaman, sehingga keterampilan-keterampilan yang tersembunyi mudah ditemukan. (3) Kerja sama yang baik antara guru BK dengan siswa agar kegiatan berjalan lancar.; (4) Dukungan wali kelas dan guru mata pelajaran yang memberi ijin kepada siswa untuk mengikuti kegiatan konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS).

Alternatif Pengembangan

Alternatif pengembangan dibedakan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal.

Alternatif pengembangan internal

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ke depan harus lebih inovatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Untuk layanan konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS) bisa diterapkan pada semua jenjang, baik kelas X, XI maupun XII agar siswa lebih matang dalam pengembangan karir.

Alternatif pengembangan eksternal

Alternatif pengembangan eksternal yang dapat dilakukan ke depan meliputi kolaborasi dengan guru mata pelajaran, alumni yang sudah sukses, maupun Lembaga Pendidikan dan Pelatihan. Adanya kolaborasi dengan pihak-pihak terkait diharapkan dapat memperkaya wawasan siswa tentang karir serta menambah motivasi meraih sukses.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Uraian layanan konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS) seperti yang disampaikan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Layanan konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS) dapat digunakan untuk membantu siswa dalam pengembangan karir. Kondisi awal siswa sebelum mengikuti kegiatan konseling kelompok Teknik IPTS belum bisa membuat perencanaan karier karena masih ragu, bingung atau tidak tahu tentang keterampilan atau potensi yang dimiliki. Setelah mengikuti kegiatan konseling kelompok teknik IPTS siswa dapat membuat perencanaan karir berdasarkan keterampilan/potensi yang berhasil diidentifikasikan.
  2. Prediksi hasil dan dampak yang dapat dicapai dari layanan konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS) adalah: (1) Siswa menemukan kelemahan dan kekuatan diri mereka; (2) Siswa menyadari bahwa keterampilan yang mereka miliki dapat bermanfaat dalam menunjang pekerjaan; (3) Siswa lebih kepercayaan diri dan dapat menghargai diri sendiri. (4) Siswa termotivasi untuk mengembangkan keterampilannya; (5) Siswa dapat membuat perencanaan karier dengan mudah

 

 

Rekomendasi

  1. Model layanan konseling kelompok teknik identifying personal transferable skills (IPTS) dapat diterapkan pada semua jenjang, baik kelas X, XI maupun XII agar siswa lebih matang dalam pengembangan karir.
  2. Guru BK dapat melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait, misalnya guru mata pelajaran, alumni yang telah sukses, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, atau yang lain untuk menambah wawasan tentang karir.

DAFTAR PUSTAKA

Data Perencanaan Karier Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun pelajaran 2019/2020

Ingarianti, T.M. & Ribut P. (2018). Teori dan Praktik Konseling Karier Integratif. Bandung: Refika Aditama.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di SMK. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Wibowo, Mungin Eddy. (2019). Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press

Yusuf. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.