Implementasi Pembelajaran Keimanan dan Ketaqwaan Peserta Didik Dalam Pembelajaran
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
YANG MENGINTEGRASIKAN ILMU PENGETAHUAN
DAN TEKNOLOGI DI SMP NEGERI 3 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI
Muh. Fakhrudin Suryana
SMP Negeri 3 Sawit
ABSTRAK
Upaya meningkatkan iman dan taqwa yang diiringi dengan proses penguasaan ilmu pengetahuan teknologi merupakan tantangan yang berat dalam dunia pendidikan dan pembelajaran dewasa ini, terlebih menghadapi globalisasi yang sarat dengan kompleksitas dan heterogenitas permasalahan kehidupan sangat diperlukan baik melalui proses pendidikan maupun proses pembelajaran. Pendidikan yang lebih memfokuskan pada aspek spiritual (iman dan taqwa), moral, mental, etika, sikap, dan budi pekerti, sedangkan pembelajaran memfokuskan pada aspek proses penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keahlian, dan keterampilan. Keduanya akan selalu beriring dan berlangsung harmonis apabila mampu memberikan manfaat yang sebesar-besdarnya bagi kehidupan. Agama sebagai jalan kehidupan mengajarkan tuntunan dan nilai-nilai spiritual (iman dan taqwa) menjadi landasan kehidupan vertikal maupun horisontal telah, sedang, dan akan selalu menjadi pusat perhatian, pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan refleksi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Maka iman dan taqwa merupakan bagian yang paling mendasar bagi umat manusia. Implementasi nilai-nilai Imtaq secara integratif terhadap Iptek dalam pembelajaran akan selalu diarahkan untuk kebaikan dan kesejahteraan sesama jika yang menggunakan dan memanfaatkanya selalu taat kepada nilai dan tuntunan agama. Imtaq dan Iptek yang seimbang akan selalu menjadi acuan dalam memperjuangkan cita-cita dan masa depan yang baik bagi anak didik akan lebih efektif. Peningkatan kualitas Imtaq dan Iptek sebaiknya dilakukan sejak dini seiring dengan perkembangan anak didik. Pendidik yaitu orang tua, guru, pembina kegiatan Imtaq dan Iptek mempunyai kewajiban sesuai dengan kewenangannya.
Kata kunci: integrasi, iman dan taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi.
PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan iman dan taqwa yang diiringi dengan proses penguasaan ilmu pengetahuan teknologi merupakan tantangan yang berat dalam dunia pendidikan dan pembelajaran dewasa ini, terlebih menghadapi globalisasi yang sarat dengan kompleksitas dan heterogenitas permasalahan kehidupan sangat diperlukan baik melalui proses pendidikan maupun proses pembelajaran.
Pendidikan lebih memfokuskan pada aspek spiritual (iman dan taqwa), moral, mental, etika, sikap, dan budi pekerti, sedangkan pembelajaran memfokuskan pada aspek proses penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keahlian, dan keterampilan. Keduanya akan selalu beriring dan berlangsung harmonis apabila mampu memberikan manfaat yang sebesar-besdarnya bagi kehidupan. Keduanya akan mampu membangun, bukan merusak; membersihkan, bukan mengotori; mengangkat dan menjunjung tinggi harkat dan martabat, bukan menguburnya; meluruskan, bukan membelokkan; jujur, ikhlas, mengabdi, peduli, dan taat, bukan munafik, syirik, menghancurkan, dan menyekutukan.
Agama sebagai jalan kehidupan mengajarkan tuntunan dan nilai-nilai spiritual (iman dan taqwa) menjadi landasan kehidupan vertical maupun horisontal telah, sedang, dan akan selalu menjadi pusat perhatian, pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan refleksi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Maka iman dan taqwa merupakan bagian yang paling mendasar bagi umat manusia.
Komitmen iman kepada Allah dapat memberikan pengertian yang benar tentang hakekat kehidupan manusia ke arah yang terbaik. Oleh karena itu memerlukan usaha manusia. Usaha inilah yang wajib dilaksanakan, yaitu melalui kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Khususnya bagi pemeluk agama Agama Islam itu harus ditanamkan sejak kecil. Mulai anak itu lahir harus diperkenalkan dengan tuntunan agama Islam, lebih-lebih setelah ia baligh (Al Abrazy, M. Athiyah. 1990). Dalam hal ini orang tua yang berperan penting dalam pendidikan anak sebelum anak itu masuk sekolah, dengan menanamkan iman dan taqwa serta kebiasaan-kebiasaan kehidupan dalam segala bentuk tingkah laku, sikap, perbuatan, pikiran, dan perasaan hendaklah disesuaikan dengan tuntunan agama Islam, sehingga dapat mencegah hal-hal yang maksiat, khianat, laknat, dan lain-lainnya yang pada intinya berdosa, berakibat masuk neraka. Seperti firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Artinya : Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (Surat At Tahrim ayat 6) (Depag. 2000).
Ketika memasuki usia sekolah, guru memiliki peran yang strategis, bagi upaya untuk mengimplementasikan pembedayaan iman dan taqwa dan sekaligus menyampaikan materi pembelajaran yang di dalamnya memuat transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, dapat diharapkan terwujudnya keseimbangan antara kepentingan penanaman iman, taqwa, dan budi pekerti dengan kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedalam-dalamnya iman, taqwa, dan budi pekerti seseorang tanpa memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi akan statis, bahkan stagnan, tidak mampu menstimulasi dan merespon kehidupan secara nyata. Sedangkan sehebat-hebatnya seseorang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tanpa dilandasi iman, taqwa, dan budi pekerti, tidak akan mampu mengakomodasi kepentingan umum, membutakan diri pada kepentingan orang lain, buta perasaan dan mata hatinya, membentuk jiwa diktator, koruptor, otokrator, dan sebagainya. Allah berfirman sebagai berikut:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ
Artinya: dan carilah pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) dunia (QS. Qashash: 77) (Depag. 2000).
Memperhatikan kutipan tersebut di atas, maka dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, khususnya di SMP Negeri 3 Sawit Kabupaten Boyolali, bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab guru Agama saja, khususnya Agama Islam, tetapi juga menjadi tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran yang lainnya.
Untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia yang mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagaai perwujudan dari pendidikan agama, maka Iman dan taqwa tidak hanya sekadar dipahami dan dipelajari sebagai pengetahuan, tetapi harus benar-benar menjadi bagian yang integral dalam kehidupan pribadi, diyakini dan diamalkannya, menjadi pedoman dan tuntunan kehidupan, sehingga terbentuklah kepribadian utuh dan bermartabat.
Usaha-usaha penanaman iman dan taqwa yang berlangsung di sekolah dapat dilaksanakan oleh setiap guru mata pelajaran secara sadar, ikhlas, dan beriktikad baik, yang didukung dengan materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini berdampak pada konsekuensi kerjasama yang selaras, serasi, harmonis, dan terpadu di antara warga sekolah. Lebih lanjut, terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta mebudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
Berdasarkan urian di atas, makalah ini membahas tentang implementasi pembelajaran keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam pembelajaran yang mengintegrasikan iman dan taqwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di SMP Negeri 3 Ampel Kabupaten Boyolali, dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kerangka teoritis implementasinya dalam dunia pendidikan sekolah, dan membantu guru dalam menghadapi kesulitan, tantangan, dan kendala dalam pembelajaran, yaitu tetap berpijak pada kurikulum yang berlaku, berpegang teguh pada Imtaq dan dinamika Iptek, sehingga tidak ketinggalan zaman.
PEMBAHASAN
Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimism dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik (student centered activities), agar dapat memberikan inspirasi, membangkitkan nafsu, gairah, dan semangat belajar (Depdiknas. 2004). Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan (Mulyasa, 2009).
Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajar dan menjadi pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar.
Proses belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan/ pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Selain itu, belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal. Lebih dari itu, hasil dari proses belajar-mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tersebut), hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan serta pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya maupun orang lain.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja. Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menimbulkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Menurut Oemar Hamalik (2002) mengemukakan, pembelajaran adalah aktivitas menorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar secara efektif.
Pembelajaran pada prinsipnya ditujukan agar peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan ilmu peserta didik dapat mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, dengan ilmu yang dimiliki peserta didik dimungkinkan mampu melaksanakan perintah agama dengan benar dan mampu menyikapi berbagai macam persoalan hidup sesuai syariat Islam yang benar. Ilmu sangat penting di tengah perkembangan zaman saat ini, ilmu sangat penting untuk menimbang segala sesuatu yang muncul, ilmu sangat penting bagi setiap muslim, hal ini seperti sabda Rasulullah SAW:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224). Hadits Shahih tersebut menjelaskan dengan tegas tentang kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim yang telah baligh. Ilmu yang dimaksud di sini ialah ilmu din (ilmu agama), ilmu-ilmu agama yang wajib dituntut oleh setiap muslim yaitu ilmu aqidah, ibadah, pengetahuan tentang halal dan haram, akhlak dan hal-hal yang terkait dengan apa saja yang dia kerjakan di dunia ini.
Rasulullah SAW dalam do’anya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat”. (H.R. Ibnu Majah No. 3843). Rasulullah SAW bersabda: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”. Lebih lanjut, Rasulullah SAW bersabda tentang kebahagiaan dunia akhirat yang dapat diperoleh dengan memiliki ilmu pengetahuan: “Siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka harus dengan ilmu, siapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka harus dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan (kebahagiaan) keduanya (dunia dan akhirat), maka harus dengan ilmu”.
Menuntut ilmu merupakan ibadah. Orang yang menuntut ilmu akan diberikan pahala yang sangat besar dan dimudahkan baginya jalan menunju surga. Rasulullah Saw bersabda “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR Muslim).
Terkait iman dan ilmu, Allah SWT dalam Q.S. Al Mujadilah:11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا۟ الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۚ
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”.
Ilmu merupakan syarat sahnya amal. Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata dan beramal. Firman Allah dalam (Q.S. Muhammad, 19):
فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَىٰكُمْ
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu” (Q.S. Muhammad:19).
Sehubungan dengan ilmu Allah memerintahkan Nabi-Nya dengan dua hal yaitu berilmu lalu beramal, atau berilmu sebelum beramal. Hal ini dapat dilihat dari susunan ayat di atas, yaitu: “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Illah melainkan Allah…” Ayat ini menunjukkan perintah untuk berilmu. Selanjutnya perintah ini diikuti perintah beramal, yaitu: “…Dan mohonlah ampunan bagi dosamu…”. Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa urutan ilmu mendahului urutan amal. Ilmu merupakan syarat keabsahan perkataan dan perbuatan. Q.S. Al Israa’: 36, Alloh berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
“Dan janganlah engkau mengucapkan sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu tentangnya. (Karena) sesungguhnya pendengaran dan penglihatan dan hati (akal pikiran) semuanya itu akan ditanya” (Q.S. Al Israa’: 36).
Hakekat orang mengadakan pendidikan (mendidik) itu untuk membentuk kepribadian. Membentuk kepribadian dari anak didik agar anak didik mempunyai pribadi seperti yang diinginkan atau yang dicita-citakan. Pribadi yang bagaimana atau kepribadian yang bagaimana itulah yang menjadi tujuan dari pada pendidikan.
Islam tidak hanya pengakuan saja tetapi harus diikuti dengan menjalankan syareat Islam atau Arkanul Islam dengan kesadaran dan keinsapan bahwa hal itu merupakan kuajiban seorang hamba terhadap Tuhannya. Begitu pula dengan sesama umat manusia. Jadi Iman, Islam, dan Ihsan inilah yang merupakan aspek-aspek pribadi muslim untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (Djaelani, Anton Timur, 1982).
Pendidikan agama Islam di Indonesia menurut Nur Asyik, dkk (1984), menerangkan bahwa: Pendidikan Islam di Indonesia bertujuan membentuk warga negara sosialis Indonesia patriotik heroik religius, berjiwa pancasila dalam hal ini mengkhususkan sila pertama (Ke-Tuhanan Yang Maha Esa) melalui agama dengan jalan: (1) Menanam prinsip ke Tuhanan yang murni yaitu meyakinkan bahwa Allah Yang Maha Esa, Tuhan seru sekalian alam adalah asal (sumber) segala-galanya. (2) Menanamkan keimanan, kecintaan dan rasa taqwa kepada Allah SWT, serta semangat pengabdian dan pengorbanan untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, selaku mukmin, muslim sejati sesuai dengan piagam Jakarta 1945. (3) Membina manusia Indonesia baru yang berakhlaq mulia, berbudi luhur dan berkesopanan tinggi serta toleransi terhadap keyakinan lain golongan. (4) Menanamkan keyakinan kepada anak didik kita bahwa agama adalah unsur mutlaq dan pembangunan bangsa dan caracter dan menanamkan keyakinan bahwa agamalah yang dapat membawa manusia kepada kebahagiaan sejati dunia dan akhirat. Tujuan tersebut tidak dapat dicapai sekaligus tetapi menurut tingkat-tingkat perkembangan anak, sehingga sampai kepada tujuan yang pokok yakni membentuk manusia muslim sejati sehingga ia menjadi anggota masyarakat yang hidup dengan kemampuannya mengabdi kepada Allah berbakti kepada bangsa dan tanah airnya dan berbuat baik kepada sesama umat manusia.
Pengaruh kebudayaan dari luar sangat mengancam terhadap bangsa terutama dibidang pendidikan agama Islam, pengaruh-pengaruh negatif yang mengancam Imtaq bangsa. Sedangkan untuk memperbaiki akhlaq dan moral bagi bangsa yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa haruslah dengan Agama. Lebih-lebih bagi umat Islam di mana 90% penduduk Indonesia menganut Agama Islam. Agama itu barulah bermanfaat dan dapat mengendalikan kepribadian seseorang, apabila ajaran-ajaran agama tersebut benar-benar telah menjadi bagian yang integral dalam jiwanya, sehingga agama yang menjadi pedoman utama baginya yang mengendalikan semua fikiran, ucapan, tindak-tanduk/tingkah lakunya dan hawa nafsunya. Untuk mencapai tingkat yang demikian itu, maka pendidikan agama tersebut harus dilakukan terus menerus mulai sejak masa kanak-kanak sampai mencapai tingkat tersebut. Sebab dalam Islam masalah pendidikan agama Islam tidak ada batasnya dengan tidak mengesampingkan penguasaan Iptek yang dewasa ini semakin canggih dan menggejala di segala aspek kehidupan (Yunus, Mahmud. 2006).
Usaha yang dilaksanakan SMP Negeri 3 Sawit Kabupaten Boyolali terkait dengan implementasi pembelajaran keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain dengan menetapkan visi dan misi sekolah yaitu Terwujudnya Lulusan yang Bertaqwa, Berprestasi, Terampil dalam IPTEK dan Berbudaya.
Adapun rincian dari maksud visi diatas adalah sebagai berikut: Bertaqwa artinya menjalankan kehidupan dengan berdasarkan ajaran agama yang dianut. Hidup harus disadari sebagai anugerah yang diberikan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, berarti akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya merupakan wujud kongkret perilaku iman dan taqwa. Hal itu dilandasi kesadaran bahwa hidup manusia akan menemukan makna dan jalan kebenaran jika senantiasa berserah diri, percaya, dan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Berprestasi dalam pengertian mampu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Semangat belajar dan mengajar adalah untuk berprestasi, artinya selalu memperjuangkan terjadinya perubahan positif. Perubahan ke arah lebih baik, lebih benar, dan lebih maju, itu adalah hakikat berprestasi. Semangat berprestasi bukan sekadar untuk mencari popularitas, tetapi yang lebih penting adalah untuk meningkatkan kualitas diri, baik peserta didik maupun guru, dalam rangka memenuhi kebutuhan hakiki manusia, yaitu beraktualisasi. Berprestasi akan menumbuhkan semangat melakukan yang terbaik, tidak mudah puas dengan kekinian, tetapi akan senantiasa memandang masa depan, dengan senantiasa melakukan yang terbaik pada saat ini. Atas dasar itulah, setiap terjadi perubahan positif, betapapun kecilnya, layak untuk mendapatkan penghargaan (Noeng Muhadjir. 2000).
Terampil dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengertian memiliki ketrampilan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi sebagai kebutuhan dasar hidup manusia didalam menyongsong kehidupan global. Berbudaya dalam pengertian mempunyai pola pikir, pola rasa, dan pola laku yang beradab sesuai dengan agama dan budaya bangsa Indonesia. Berbudaya dimengerti dalam konteks budaya nasional maupun lokal. Atas dasar itu, pengembangan kepribadian selalu berdasarkan pada etika dan etiket sebagai bangsa Indonesia, lebih khusus sebagai orang Jawa. Oleh karena itu, nilai-nilai lokal, khususnya budaya Jawa menjadi acuan penting yang akan mewujudkan jati diri sebagai manusia berbudaya, yang mampu memandang ke depan dan global, namun tetap mampu hidup kongkret dalam konteks kekinian dan budaya lokal, yaitu Jawa. Etika dan etiket budaya Jawa menjadi salah satu indikator berbudi luhur (Noeng Muhadjir. 2000).
SMP Negeri 3 Sawit merumuskan cara-cara mendasar untuk melaksanakan visi, yang disebut dengan istilah misi. Adapun misi SMP Negeri 3 Sawit yaitu: pertama: Mewujudkan nilai-nilai agama dalam perilaku peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. kedua: Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang berprestasi. Ketiga: Mewujudkan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan yang terampil dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kempat: Mewujudkan peserta didik yang sopan santun, yang mencerminkan budaya bangsa Indonesia.
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, beberapa usaha yang dilakukan untuk meningkatkan iman dan taqwa, antara lain: (1) Di dalam memberikan pengajaran senantiasa mempergunakan azas-azas dedaktik terutama usaha kearah: membangkitkan minat, meragakan pelajaran, mengajak peserta didik untuk senantiasa aktif dan kerja sendiri didalam tiap-tiap pelajaran, menyajikan bahan pelajaran secara sistimatis dan mengingat appersepsi, pemilihan bahan pelajaran hendaknya didasarkan dengan tingkat dan perkembangan anak, guru hendaknya tidak kaku didalam memakai buku tidak selalu mengikuti urutannya dari bab kebab. (2) Di dalam memberikan pelajaran guru senantiasa menetapkan: tujuan pada setiap mengajar dan diusahakan mencapai tujuan yang sekhusus-khususnya, memilih metode yang tepat untuk suatu mata pelajaran, dapat mempergunakan alat pelajaran yang sebaik-baiknya sehingga anak aktif, menaruh minat dan kemauan untuk belajar, senantiasa mengadakan evaluasi penilaian dari hasil pelajaran yang diberikannya. (3) Di dalam usaha mencapai hasil yang sebaik-baiknya pada suatu mata pelajaran, pengajaran itu harus mengandung prinsip-prinsip dedaktik sebagai berikut: pelajaran itu harus mempunyai nilai kemasyarakatan dan mengandung hubungan wajar dengan kehidupan sehari-hari, pelajaran itu harus dapat diberikan dengan jelas, antara guru dan peserta didik harus mempunyai hubungan yang baik, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mencoba, menyelidik, menyelesaikan dan berfikir sendiri, penyajian bahan harus diatur berurutan sehingga tujuannya dapat ditetapkan dengan jelas, untuk meningkatkan usaha belajar dan memperoleh gambaran yang telah dicapai, guru mengadakan evaluasi pelajaran (Rifa’i, Achmad dan Anni, Chatarina Tri. 2011).
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dihindarkan, namun perlu diimbangi dengan keimanan dan ketaqwaan, sehingga Imtaq dan Ipteq perlu diintegrasikan. Upaya untuk mengitegrasikan imtaq-ipteq yang dapat dilakukan (Iis Uun Fardiana, 2015), adalah sebagai berikut.
- Menghubungkan pelajaran agama dengan kehidupan peserta didik dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Dalam menerangkan hukum-hukum dan dasar-dasar agama hendaklah diberi contoh-contoh yang hidup dalam alam sekitar peserta didik-peserta didik sehingga mereka mengetahui bahwa dasar-dasar agama itu adalah dasar-dasar yang hidup, bukan dasar-dasar yang mati. Dengan demikian mereka menerima ajaran-ajaran agama baik berupa suruhan/larangan sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
- Waktu pelajaran agama hendaknya lebih mengutamakan untuk membangun semangat peserta didik- dan perasaannya sehingga menerima ajaran agama yang diberikan kepada mereka.
- Saat pelajaran kisah dan riwayat Nabi-nabi, orang-orang shaleh, pembesar-pembesar agama dan nasional hendaklah ditegaskan pengajaran dan ibarat yang dipetik dari padanya, supaya menjadi contoh dan suri tauladan bagi peserta didik-peserta didik.
- Memotivasi peserta didik-peserta supaya menunaikan kewajiban agama sejak dari kecil agar menjadi adat kebiasaan baginya seperti mengerjakan sembahyang, puasa dan sebagainya.
- Dalam pelajaran agama hendaklah dipentingkan praktek dan amal perbuatan, bukan teori yang mendalam. Begitu juga dalam pelajaran akhlaq yang telah diajarkan itu seperti berkata benar, jujur, berani karena benar, takut karena salah, suka tolong-menolong dan sebagainya.
- Untuk menanamkan roh keagamaan dan akhlaq yang mulia dalam dada peserta didik-peserta didik, hendaklah diadakan lagu-lagu keagamaan dan akhlaq terutama dikelas-kelas yang rendah. Bahkan baik juga diadakan sewaktu-waktu sandiwara keadaan & akhlaq.
- Sewaktu-waktu diadakan debatan club/diskusi untuk membahas persoalan yang hidup dalam masyarakat pemuda atau orang dewasa dan bagaimana cara menyelesaikan persoalan itu menurut petunjuk agama.
- Mengadakan aktivitas keagamaan diluar kelas, seperti mengadakan panitia untuk menyambut hari besar Islam, mengadakan tabligh agama, menghadiri ceramah-ceramah agama, mendirikan shalat berjamaah dengan mengangkat seorang peserta didik menjadi imam dengan berganti-ganti, memungut dermawan untuk orang-orang yang ditimpa bencana alam seperti kebakaran, banjir dan lain sebagainya.
- Menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi serta artinya sesuai dengan usia dan kecerdasan peserta didik-peserta didik seperti surat-surat pendek yang mudah difahami oleh peserta didik-peserta didik dan Hadist Nabi yang berhubungan dengan akhlaq dan sebagainya.
Dalam proses pembentukan kepribadian jangan sampai meninggalkan prinsip pengertian keinsyafan dan kesadaran menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya sebagai kewajiban seorang Islam. Karena yang menjadi arah usaha peningkatan pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian muslim yang berilmu amaliyah dan beramal ilmiyah. Sedangkan Islam bukan saja membicarakan masalah hubungan manusia dengan Allah SWT, tetapi meliputi seluruh bidang kehidupan manusia yang dapat diklasifikasi menjadi 3 bagian: (1) Pengetahuan/ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah yang disebut “ubudiyah”; (2) Pengetahuan/ ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia; dan (3) Pengetahuan/ ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan alam sekitar.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana Imtaq itu antara lain ialah dengan mengajarkan nyanyian-nyanyian, tarian-tarian, deklamasi, dan ceritera-ceritera keagamaan, membiasakan anak didik untuk mengucapkan salam: “Assalamu’alaikum” kepada para hadirin sewaktu masuk atau meninggalkan ruangan/pertemuan dan ketika berjumpa; membiasakan mereka untuk membaca do’a bersama sewaktu akan memulai atau mengakhiri pekerjaan/ pelajaran setiap hari; melaksanakan shalat berjamaah, dirumah atau dimushalla/mesjid atau dalam lingkungan sekolah/campus; merayakan hari-hari besar Islam seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad s.a.w., peringatan mi’raj dan menyembelih korban pada hari Raya Adha dan amal sosial lainnya; mengadakan musabaqoh seni baca Al-qur’an dan pidato-pidato serta ceramah-ceramah Agama sehubungan dengan peringatan hari besar Islam tersebut; mengadakan pengajian tetap bagi anak-anak, guru-guru/pendidik-pendidik, karyawan, pemuda misalnya sebulan sekali; menggunakan ukiran-ukiran, lukisan-lukisan atau tulisan-tulisan Arab yang indah berisi ayat-ayat Al-Qur’an yang disertai dengan terjemahannya dipasang pada dinding ruangan kelas/rumah-rumah dan tempat-tempat lain; mengadakan perpustakaan kitab-kitab/buku-buku agama Islam serta majalah-majalah Islam, untuk dapat dipinjam/dibaca oleh anak-anak, guru-guru, karyawan dan orang Islam pada umumnya.
Berbagai faktor yang menghambat pelaksanaan Imtaq dan Iptek dalam pembelajaran antara lain:
Pelaksana pendidikan/pendidik
Yang dimaksud disini ialah sekelompok orang-orang yang mendirikan, mengadakan dan melaksanakan terselenggaranya Imtaq dan Iptek di SMP Negeri 3 Sawit Kabupaten Boyolali. Mereka adalah pendukung dan penerus ajaran Islam. Kebanyakan mereka terdiri dari aktivis-aktivis yang bergerak dalam bidang organisasi-organisasi sosial khususnya di SMP Negeri 3 Sawit Kabupaten Boyolali dan bidang pendidikan di samping melaksanakan tugas pokoknya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ada yang sebagai pedagang, pengusaha, pendidik/guru dan sebagainya. Dengan demikian mereka adalah tenaga potensial yang menentukan pasang surutnya implementasi Imtaq dan Iptek SMP Negeri 3 Sawit Kabupaten Boyolali. Beberapa faktor terkait dengan pelaksanan pendidikan/pendidik adalah sebagai berikut.
- Keterbatasan kemampuan tenaga dan pikiran dari pada petugas penyelenggara dalam mengatasi soal-soal pendidikan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan tenaga yang waktu, dimana para petugas penyelenggara mempunyai tugas-tugas pokok di luar SMP Negeri 3, sehingga mereka tidak bisa mencurahkan tenaga & fih secara full (penuh) terhadap perkembangan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan Imtaq dan Iptek.
- Kemampuan pikiran, bahwa para petugas penyelenggara pendidikan sebagai pendidik mempunyai kecakapan yang minim dalam bidang Imtaq dan Iptek.
Anak didik
Anak didik atau peserta didik yang dimaksudkan ialah anak-anak yatim yang diasuh di SMP Negeri 3 Sawit Kabupaten Boyolali, kebanyakan berasal dari kampung (setengah perkotaan) yang mempunyai latar belakang status sosial ekonomi yang bermacam-macam dan mereka dibesarkan dan dididik dalam keadaan kekurangan/ miskin, dan tidak utuh, sedangkan anak-anak tersebut ditinggalkan dalam keadaan serba kekurangan, maka terpaksa mereka tidak memperoleh pendidikan yang sempurna baik dalam keluarga maupun di luar keluarga yakni secara formil di sekolah.
Alat pendidikan
Yang dimaksudkan disini ialah segala sesuatu yang diperlukan untuk terlaksananya Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini meliputi: materi pendidikan dan pembelajaran, metode, dan alat-alat perlengkapan pembelajaran.
Materi pendidikan & pengajaran agama Islam (bahan pelajaran)
Yang dimaksud disini materi baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Metode
Metode yang dimaksudkan di sini ialah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran dimana: (1) Para pendidik di dalam menyajikan bahan pelajaran kadang-kadang menemui kesulitan dalan nemilih metode yang tepat, karena tingkat kecerdasan mereka yang beragam. (2) Pelaksana pendidikan/pendidik dalam memberikan contoh praktek terhadap anak-anak kadang-kadang menemui kesulitan, karena keterbatasan pengetahuan.
Alat-alat perlengkapan
Peralatan meliputi alat-alat pendidikan seperti papan tulis, kapur, penghapus, meja kursi dan alat peraga lainnya (gambar-gambar, peta dan sebagainya), dan alat ibadat seperti air, tikar, rukuh, Al Qur’an dan sebagainya, namun masih kurang, yaitu media gambar seperti gambar anak berbakti kepada orang tuanya, gambar orang mengerjakan wudlu, gambar orang mengerjakan shalat, haji dan sebagainya.
Beberapa faktor pendukung pelaksanaan imtaq dan iptek di SMP Negeri 3 Sawait antara lain
Faktor pembinaan keagamaan secara aktif.
Peserta didik SMP Negeri 3 Sawait dibesarkan dan dididik oleh keluarga yang beragama Islam secara aktif yakni keluarga yang aktif menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-harinya sehingga anak sejak kecil sudah mendapat pengaruh ajaran Islam yang dibawa oleh orang tuanya sejak prematur sehingga jiwa mereka telah tertanam bibit dan pada jiwa Islam serta Imtaqnya telah mengkristal, di samping itu berprestasi dalam belajarnya.
Faktor anak dan lingkungan yang baik.
Peserta didik SMP Negeri 3 Sawit telah benih jiwa Islam dari orang tuanya kemudian lahir dalam keluarga yang beragama Islam secara aktif menjalankan ajaran Islam. Selain itu anak dibesarkan serta dididik dalam lingkungan yang beragama Islam secara aktif, baik di lingkungan keluarga di kampung mereka masing-masing ataupun berbaur dengan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian anak mendapat pengaruh positif dari lingkungannya.
Letak geografis
SMP Negeri 3 Sawit yang mayoritas penduduknya beragama setiap waktu shalat masuk mendengungkan Kalimah Ilahy yakni membaca Al-Qur’an dan Azan serta iqamah, bahkan SMP Negeri 3 Sawit Kabupaten Boyolali memiliki masjid untuk menjembatani penanaman Imtaq, pada saat jam istirahat kedua sekitar pukul 11.30 – 12.00 WIB, sebagai media shalat berjama’ah bersama-sama, yang diikuti guru dan peserta didik. Setelah shalat berjamaah diselenggarakan komunikasi dan dialog interaktif tentang Imtaq, materi pembelajaran, dan Iptek pada umumnya, meskipun hanya 5 menit dan berlangsung spontanitas. Hal ini sangat berpengaruh terhadap implementasi pembelajaran Imtaq dan Iptek yang secara integratif.
Faktor Pembina/ guru yang kreatif dan sugestif.
Pembina/ guru SMP Negeri 3 Sawit Kabupaten Boyolali yang kreatif dan sugestif, giat berusaha dan bekerja, berupaya agar pemeliharaan serta penyelenggaraan Imtaq dan Iptek bagi anak didik itu berjalan lancar. Usaha ini berlangsung terus menerus, bertahap, terpadu, dan terkoordinir dengan baik, meskipun menemui kesulitan-kesulitan dapat diselesaikan dengan baik, sehingga mencapai kelancaran dalam segala usaha.
Faktor alat pendidikan dan perlengkapan.
Alat pendidikan dan perlengkapan sebagai sarana untuk memberi kesempatan jasmani dan rohani bagi anak-anak yang disesuaikan dengan penggunaannya. Alat-alat pendidikan serta perlengkapan yang disediakan kepada anak didik adalah dipandang lengkap dan cukup sehingga anak merasa terpenuhi kebutuhannya dan mempergunakan dengan leluasa, seperti sarung dan rukuh untuk shalat, Al Qur’an, sebuah masjid, sajadah, dan sebagainya.
Berdasarkan data tentang faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan Imtaq dan Iptek di SMP Negeri 3 Sawit, maka dalam proses pembelajaran perlu dilakukan secara integratif yaitu:
- Cinta kepada anak dan tugas
Dalam melaksanakan tugas seyogyanya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas berkorban demi tercapainya tujuan pendidikan dan dilakukan berdasar cinta kasih kepada peserta didik dan tugasnya karena Allah semata dan balasan hanya mencari kerindlaanNya.
- Tanggung jawab
Segala amal perbuatan yang disertai tanggung jawab sepenuhnya akan selalu diusahakan agar tercapai apa yang dituju dan berusaha semaximal mungkin sampai usaha tersebut membawa hasil, meskipun banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi, dan disadari segala sesuatu akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah.
- Wibawa
Sebagai pelaksana pendidikan harus berwibawa didalam menghadapi peserta didi untuk menaruh suggesti serta kepercayaan peserta didik terhadap dirinya sehingga peserta didik benar-benar mau menerima dan melaksanakan kewajiban-kewajiban atas kesadaranya.
- Peningkatan usaha kesejahteraan
Kesejahteraan pelaksana pendidikan perlu mendapat perhatian, karena apabila kesejahteraan para pelaksana pendidikan tinggi, maka tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik akan semakin baik.
- Peningkatan pribadi muslim
Pribadi Muslim bagi setiap pelaksana pendidikan harus selalu ditingkatkan dengan mempertebal iman dan taqwa kepada Allah yang diyakinkan benar-benar dalam hati dan jiwanya sehingga seluruh kehidupan pribadinya dijiwai dengan jiwa Islam. Realisasi dari pada iman yang tebal itu diujudkan dengan bentuk perbuatan yakni menjalankan rukun Islam menurut kemampuan.
PENUTUP
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dihindarkan, namun perlu diimbangi dengan keimanan dan ketaqwaan, sehingga Imtaq dan Ipteq perlu diintegrasikan. Upaya untuk mengitegrasikan imtaq-ipteq yang dilakukan dalah sebagai berikut. Upaya untuk mengitegrasikan imtaq-ipteq yang dilakukan di SMP Negeri 3 Sawit antara lain: (1) Menghubungkan pelajaran agama dengan kehidupan peserta didik dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. (2) Waktu pelajaran agama lebih mengutamakan untuk membangun semangat peserta didik- dan perasaannya sehingga menerima ajaran agama yang diberikan kepada mereka. (3) Saat pelajaran kisah dan riwayat Nabi-nabi, orang-orang shaleh, pembesar-pembesar agama dan nasional nilai-nilai yang dapat dipetik. (4) Memotivasi peserta didik-peserta supaya menunaikan kewajiban agama sejak dari kecil agar menjadi adat kebiasaan baginya seperti mengerjakan sembahyang, puasa dan sebagainya. (5) Dalam pelajaran agama mengutamakan praktek dan amal perbuatan, bukan teori yang mendalam. (6) Menanamkan roh keagamaan dan akhlaq yang mulia dalam dada peserta didik-peserta didik, melalui lagu-lagu keagamaan dan akhlaq terutama dikelas-kelas yang rendah. (7) Sewaktu-waktu diadakan debatan club/diskusi untuk membahas persoalan yang hidup dalam masyarakat pemuda atau orang dewasa dan bagaimana cara menyelesaikan persoalan itu menurut petunjuk agama. (8) Mengadakan aktivitas keagamaan diluar kelas, (9) Menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi serta artinya sesuai dengan usia dan kecerdasan peserta didik-peserta didik seperti surat-surat pendek yang mudah difahami oleh peserta didik-peserta didik dan Hadist Nabi yang berhubungan dengan akhlaq dan sebagainya.
Berdasarkan data tentang faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan Imtaq dan Iptek di SMP Negeri 3 Sawit, maka dalam proses pembelajaran perlu dilakukan secara integratif yaitu dengan cara: Cinta kepada anak dan tugas, meningkatkan tanggung jawab pelaksana pendidikan, meningkatkan kewibawaan pelaksana pendidikan, Peningkatan usaha kesejahteraan, dan peningkatan pribadi muslim.
Berdasarkan kesimpulan di atas, hendaknya semua guru berupaya untuk selalu meningkatkan tanggung jawab dan kewajiban dalam mengintegrasikan Imtaq dan Iptek dalam setiap pembelajaran, sehingga permasalahan imtaq dan imteq semakin mengkristal dalam diri anak didik. Untuk peserta didik hendaknya selalu berupaya untuk menciptakan dan menjaga keselarasan pengalaman nilai Imtaq dan peningkatan ilmu sehingga urusan dunia dan akhirat dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Al Abrazy, M. Athiyah. 1990. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Depag. 2000. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Depag.
Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Djaelani, Anton Timur. 1982. Peningkatan Mutu Pendidikan Pembangunan Perguruan Agama. Jakarta: Dermaga.
Hamalik, Oemar. 2002 Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Iis Uun Fardiana, 2015, keselarasan imtaq dan iptek, jurnal Al-Adabiya, Vol. 10 No. 1, Januari – Juni 2015
Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Cetakan Keempat). Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Noeng Muhadjir. 2000. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Nur Asyik, dkk. 1984. Pedoman Pendidikan Agama untuk SMP kelas I
Rifa’i, Achmad dan Anni, Chatarina Tri. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semaran Press.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung.