Keefektifan Model Number Heads Together Terhadap Hasil Belajar Pada Masa Pandemi
KEEFEKTIFAN MODEL NUMBER HEADS TOGETHER
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR PADA MASA PANDEMI
Fithriyani Awliya1)
Dwi Prasetiyawati D.H2)
Singgih Adhi Prasetyo3)
1) Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang
2) 3) Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Latar belakang yang mendorong penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan siswa dan siswa kurang tertarik dengan proses belajar mengajar guru yang jarang menggunakan model pembelajaran dan pemanfaatan media yang digunakan kurang bervariatif. Sehingga siswa masih asik bermain dan mengobrol sendiri. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran Number Heads Together efektif terhadap hasil belajar matematika di SDN 2 Lumansari pada masa pandemi?. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keefektifan model pembelajaraan Number Heads Together efektif terhadap hasil belajar matematika di SDN 2 Lumansari pada masa pandemi. Jenis penelitian ini berupa penelitian kuantitatif dengan metode penelitian pre-experimental design dengan desain one-group pretest-posttest. Populasi pada penelitian ini yaitu keseluruhan siswa kelas II SDN 2 Lumansari Kendal. Data diperoleh melalui wawancara,tes, dan dokumentasi. Berdasarkan analisis akhir menunjukan adanya keefektifan model Number Heads Together terhadap hasil belajar matematika di SDN 2 Lumansari pada masa pandemi. Hal itu dibukikan dengan sebesar 7,959 dan sebesar 1,729 maka > sehingga ditolak dan diterima. Pengujian tersebut diambil melalui nilai pretest-postest. Simpulan dari penelitisn ini adalah adanya keefektifan model Number Heads Together terhadap hasil belajar matematika di SDN 2 Lumansari pada masa pandemi. Saran yang dapat disampaikan adalah dengan adanya model number heads together berbantu media gelas bilangan dapat meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Keefektifan, Model Number Heads Together, Hasil belajar.
PENDAHULUAN
Virus corona atau Covid-19 saat ini sedang mewabah di seluruh dunia termasuk Indonesia. Corona Diseases 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia. Virus ini sangat cepat menyebar dan dampaknya sangat besar, salah satunya berdampak pada dunia pendidikan, pemerintah pusat hingga daerah memberikan kebijakan untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mencegah meluasnya penularan virus corona. Pemerintah telah menerapkan kebijakan lockdown atau karantina untuk mengurangi interaksi banyak orang agar dapat meminimalisir penyebaran virus corona. Kebijakan yang diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh aktifitas pendidikan, membuat pemerintah dan lembaga terkait harus mencari alternatif proses pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa yang tidak bisa melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan.
Merebaknya Covid-19 mengakibatkan seluruh kegiatan belajar mengajar dalam lingkup sekolah diliburkan. Indonesia spontan menerapkan kebijakan belajar dari rumah, sehingga kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring. Pembelajaran daring dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet dalam proses pembelajarannya. Perkembangan teknologi dan komunikasi memberikan dampak yang signifikan dalam beberapa aspek kehidupan. Salah satunya dalam aspek pendidikan masyarakat dapat dengan mudah mendapat wawasan dari internet. Dengan pembelajaran daring siswa memiliki keleluasaan waktu belajar, dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Siswa dapat berinteraksi dengan guru memalui beberapa aplikasi seperti video converence, live chat, zoom, maupun whatsapp group.
Seperti yang telah dilaksanakan di SDN 2 Lumansari Kendal, pembelajaran dilakukan secara daring dan luring. Pembelajaran secara daring dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp group, sedangkan pembelajaran secara luring pada kelas 2 siswa di bagi dalam 2 kelompok belajar yang 1 kelompoknya terdiri dari 10 orang siswa. Untuk pembelajaran secara luring setiap kelompok belajar akan berkumpul di salah satu rumah siswa yang sudah ditentukan dan guru akan datang ke kelompok belajar tersebut untuk melaksanakan pembelajaran. Selama pembelajaran luring siswa dan guru diwajibkan melaksanakan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran dilakukan sedemikian rupa agar siswa tetap dapat belajar dan mendapatkan ilmu dari guru meskipun dalam masa pandemi.
Tujuan pendidikan di sekolah dasar perlu memperhatikan tahap dan karakteristik perkembangan siswa. Pendidikan di sekolah dasar juga harus memperhatikan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan manusia secara global. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, siswa diharapkan dapat mengikuti dan melaksanakan pembelajaran dengan aktif dan memiliki motivasi serta minat belajar yang tinggi agar lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya, orang dewasa, dan lingkungan. Anak membangun pemahaman mereka sendiri atas dunia dan hal-hal yang terjadi disekelilingnya dengan memadukan pengalaman-pengalaman baru dan pengalaman/ pemahaman yang telah mereka miliki sebelumya (Purwadi, 2016).
Matematika sangat penting diberikan kepada anak sedini mungkin dalam pendidikan dasar agar kelak dapat meningkatkan daya pikir dan keterampilan yang dapat digunakan sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 dalam Bab I pasal 1 ayat 3 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah menyebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada sekalah dasar dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali untuk mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk kelas IV, V, dan VI. Oleh karena itu, melalui pemisahan tersebut maka nantinya diharapkan materi dalam pembelajaran matematika akan tersampaikan lebih mendalam.
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang di pelajari peserta didik mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Operasi hitung dalam mata pelajaran matematika meliputi penjumahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Pokok bahasan perkalian sering dianggap sulit bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik Sekolah Dasar sekarang ini adalah kemampuan berhitung perkalian yang rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai matematika peserta didik yang rendah sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Untuk membantu mengembangkan kemampuan menghitung, diperlukan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas rendah, yaitu bermain sambil belajar sehingga siswa tetap aktif dan tidak bosan dengan pembelajaran yang berlangsung. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran, salah satunya model pembelajaran Number Heads Together. Media pembelajaran yang menarik juga sangat diperlukan untuk menunjang minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat lebih maksimal dalam penyerapan materi. Seperti halnya yang tertulis pada Permendikbud Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa salah satu hal yang harus dipenuhi guru dalam perencanan pembelajaran adalah media pembelajaran, berupa alat bantu yang tidak membosankan dan media yang menarik. Maka perlu menggunakan media yang menarik sehingga proses menyampaikan materi mudah dimengerti oleh siswa.
KAJIAN TEORI
Matematika menurut Russefendi dalam Heruman (2014:1) adalah bahasa symbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut Reys dkk dalam Rahman (2013:3) matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
Johnson dan Myklebust dalam Sundayana (2015:2) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berpikir.
Salah satu materi yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran matematika adalah materi perkalian, menurut Ika (2016:2) Perkalian merupakan materi yang wajib dikuasai siswa. Materi tersebut merupakan materi esensial yang cukup lama proses penanamannya, bahkan kalau sudah disajikan dalam soal cerita seringkali siswa mengalami kesulitan.
Perkalian dengan hasil dua angka merupakan kompetensi dasar baru bagi peserta didik kelas II dan konsep perkalian ditanamkan sebagai penjumlahan berulang, kemampuan berhitung perkalian dua bilangan 1-10 perlu dikuasai siswa kelas II. Hal ini karena penguasaan materi perkalian ini merupakan bekal persyaratan untuk mempelajari materi selanjutnya (Sarniyati, Ikhsan, dan Zubainur, 2018: 94)
Model pembelajaran adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu (Milis, Suprijono 2015: 64). Dalam hal ini model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu aturan yang dapat menyebabkan orang lain bertindak sesuai dengan apa yang dimaksud dalam aturan tersebut. Model pembelajaran adalah suatau alat dirancang untuk menyusun materi yang digunakan untuk proses pembelajaran menurut Joyce dan Weil (dalam Isjoni,2010: 73).
Sedangkan menurut Arends dalam Suprijono (2015: 65) model pembelajaran itu mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. hal ini dimaksudkan bahwa model pembelajaran merupakan skenario yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran yang menyangkut tentang semua kegiatan pembelajaran seperti halnya tujuan pembelajaran, tahapan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, serta teknik dalam pengelolaan kelas.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bawa model pembelajaran adalah suatu aturan dan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam pembelajaran serta bagaimana kegiatan pembelajaran akan berlangsung di dalam kelas. Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pelaksanaan pembelajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT).
NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok, adapun cirri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Model pembelajaran NHT member kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Astrawan, 2015: 231).
Media gelas bilangan merupakan susunan gelas plastik yang berisikan sedotan sebagai angkanya. Menurut Edi (2016:2) Media gelas angka atau bilangan merupakan media dari gelas plastik yang diberi warna sehingga terlihat menarik minat belajar anak. Media gelas bilangan merupakan jenis media konkret, media tersebut akan sangat membantu anak untu menemukan sebuah informasi yang konkret dari sebuah hal yang abstrak. Media ini dapat menarik perhatian siswa karena dalam penggunaanya di selingi dengan permainan-permainan serta cara penggunaannya yang mudah dipahami serta bentuk dan warnanya yang inovatif. Menurut Sarwanto (dalam, Hakiki dkk, 2019:227) penggunaan media yang menarik yang sesuai dengan perkembangan anak sebagai peragaan dalam proses belajar mengajar akan sangat membantu dalam memahami konsep matematika. Media gelas bilangan berfungsi seperti kantong yang dijadikan media perantara untuk memperjelas suat materi, seperti halnya yang dikatakan Dwi Yuniarto (dalam Devi, 2016:2) kantong bilangan merupakan suatu alat sederhana yang ditujukan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi operasi hitung dalam matematika.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa media gelas bilangan meruapak suatu media pembelajaran yang terbuat dari gelas plastik yang diisikan sedotan didalamnya, dan media gelas bilangan dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran. Pada penelitian ini peneliti memanfaatkan media gelas bilangan untuk mengajarkan konsep operasi hitung perkalian dan bagaimana cara menyelesaikannya, media ini menggunakan gelas plastik dan sedotan yang diisikan di dalamnya. Pemilihan media gelas bilangan ini dikarenakan kemampuan menghitung siswa kelas II SDN 2 Lumansari dalam materi perkalian masih sangat rendah, dengan bantuan media gelas bilangan ini siswa akan lebih mudah memahami konsep serta cara mengerjakannya.
Kajian teori yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Santiana, Dewa, dan Garminah (2014) yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe number heads together terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V sekolah dasar di desa Alasangker”. Selanjutnya kajian teori yang relevan lainnya yaitu oleh Sudarto dengan judul “Peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui model NHT siswa kelas II SDN Bonangrejo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016”.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan pre-experimental design dengan bentuk one group pretest-posttest design. Populasi pada penelitian seluruh siswa kelas 2 SDN 2 Lumansari Kendal yang berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data diambil ketika proses pembelajaran dan pemberian pretest dan posttest sebagai tolak ukur hasil belajar siswa. Teknik nontes pada penelitian ini yaitu menggunakan wawancara, pembelajaran luring, dan dokumentasi. Sebelum melakukan penelitian instrumen di uji validitas terlebih dahulu dengan melakukan uji coba di sekolah yang berbeda. Uji validitas bertujuan untuk menentukan kelayakan instrumen yang digunakan.
Setelah data penelitian telah terkumpul kemudian data tersebut diolah menggunakan uji normalitas awal menggunakan data pretest untuk menentukan data tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya uji normalitas akhir dilakukan dengan data posttest untuk menentukan data tersebut berdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji hipotesis dan ketuntasan belajar siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini terdiri dari data pretest dan posttest siswa kelas 2 SDN 2 Lumansari Kendal. Data tersebut diambil dari siswa kelas 2 yang berjumlah 20 siswa. Berikuit data nilai pretest dan posttest:
Hasil Nilai Pretest-Posttest
Tabel 1. Hasil Pretest dan Postest
KETERANGAN | PRETEST | POSTEST |
NILAI TERENDAH | 35 | 55 |
NILAI TERTINGGI | 85 | 90 |
RATA-RATA | 57,00 | 71,75 |
JUMLAH SISWA | 20 |
Berdasatrkan tabel 1 menunjukan adanya perbedaan antara nilai pretest dan posttest. Hal tersebut dibuktikan bahwa nilai pretest rata-ratanya 57,00 dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 85. Sedangkan nilai posttest rata-ratanya 71,75 dengan nilai terendah 55 dan nilai tertiggi 90. Dari kedua hasil tersebut menunjukan perbedaan antara nilai rata-rata pretest dan postest siswa kelas 2 di SDN 2 Lumansari Kendal.
Uji Normalitas Awal (Pretest)
Tabel 2. Uji Normalitas Awal
Nilai | Kesimpulan | ||
Pretest | 0,184 | 0,190 | Distribusi normal |
Berasarkan tabel 2 menunjukan bahwa sampel dari data distribusi normal dengan menunjukan nilai pretest dari jumlah siswa sebanyak 20 diperoleh sebesar 0,184 dan sebesar 0,190 dari taraf signifikan 0,5. Karena <maka diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel dari distribusi normal.
Uji Normalitas Akhir
Tabel 3. Uji Normalitas Akhir
Nilai | Kesimpulan | ||
Posttest | 0,168 | 0,190 | Distribusi normal |
Dari tabel 3 menunjukan bahwa sampel dari data distribusi normal dengan menunjukan nilai posttest dari jumlah siswa sebanyak 20 diperoleh sebesar 0,168 dan sebesar 0,190 dari taraf signifikan 0,5. Karena < maka diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel dari distribusi normal.
Uji Hipotesis Paired T-Test
Hipotesis yang ditentukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
: tidak adanya keefektifan model Number Heads Together terhadap hasil belajar matematika di SDN 2 Lumansari Kendal pada masa pandemi.
: adanya keefektifan model Number Heads Together terhadap hasil belajar matematika di SDN 2 Lumansari Kendal pada masa pandemi.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji T-Test
Jumlah Siswa | Kesimpulan | ||
20 | 7,959 | 1,729 | ditolak
diterima |
Dari tabel 4 diatas menunjukan adanya penigkatan hasil belajar siswa. Perhitungan uji t-test dengan taraf signifikan 5% pada siswa SDN 2 Lumansari Kendal membuktikan > maka ditlak dan diterima. Data tersebut meunjukan sebanyak 7,959 dan sebanyak 1,729. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami peningkatan hasil belajar setelah diberi perlakuan model number heads together berbantu media gelas bilangan.
Berdasarkan rekapitulsi data menunjukan bahwa nilai pretest dari jumlah siswa sebanyak 20 diperoleh sebesar 0,184 dan sebesar 0,190 dari taraf signifikan 0,5. Karena < maka diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel dari distribusi normal. Kemudian pada tahap akhir pengujian normalitas tetap dilkukan dan menunjukan hasil nilai postest dari jumlah siswa sebanyak 20 diperoleh sebesar 0,168 dan sebesar 0,190 dari taraf signifikan 0,5. Karena < maka diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel dari distribusi normal. Dari hasil perhitungan menunjukan rata-rata nilai pretest kelas I adalah 57,00 dan rata-rata nilai postest adalah 71,75.
Berdasarkan uji hipotesis menggunkan uji paired t-tes menunjukan adanya penigkatan kemampuan membaca siswa. Perhitungan uji t-test dengan taraf signifikan 5% pada siswa SD Muhammadiyah 01 Kandangpanjang Pekalongan membuktikan > maka ditlak dan diterima. Data tersebut meunjukan sebanyak 7,959 dan sebanyak 1,729. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yan diberi perlakuan model team games tournaments berbantu media koper kata mengalami peningkatan kemampuan membaca.
Penelitian ini untuk mengetehaui hasil belajar matematika siswa kelas II tepatnya pada materi operasi hitung perkalian dengan menggunakan model number heads together berbantu media gelas bilangan. Pengukuran tersebut dilakukan dengan melihat peningkatan ketuntasan belajar siswa yang diukur dengan nilai pretest dan posttest. Berdasarkan perhitungan siswa kelas II mendapatkan rata-rata pretest 57,00 yaitu 6 siswa mendapatkan tuntas dengan presentsi 30% sedangkan pada posttes mendaapatkan rata-rata 71,75 yaitu 14 siswa mendapatkan tuntas dengan presentse 70%. Jadi dapat disimpulakan bahwa adanya keefektifan model number heads together terhadap hasil belajar matematika di SDN 2 Lumansari Kendal pada masa pandemi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada keefektifan model pembelajaran number heads together berbantu media gelas bilangan terhadap hasil belajar matematika kelas II SDN 2 Lumansari Kendal. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan uji t terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest dengan hasil rata-rata nilai pretest yaitu 57,00 dan rata-rata nilai posttest yaitu 71,75. Hal itu dibuktikan dengan diperoleh thitung sebesar 7,959 dan untuk mengetahui ttabel dengan nilai t signifikan 5% didapatkan ttabel sebesar 1,701. Jadi nilai thitung > ttabel yaitu 7,959 > 1,729 yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima.
Ketuntasan belajar individu nilai posstest lebih baik dari nilai pretest. Hal ini dibuktikan bahwa nilai pretest ada 14 siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan ada 6 siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan rata-rata 57,00. Sedangkan nilai posttest ada 6 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan 14 siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan rata-rata 71,75. Selain itu pada ketuntasan belajar klasikal pada posttest menunjukkan pencapaian sebanyak 70% dengan seluruh nilai siswa yang tuntas. Hal ini terjadi karena diterapkannya pembelajaran menggunakan model number heads together berbantu media gelas bilangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran antara lain sebagai berikut: Bagi siswa, siswa hendaknya lebih aktif dan kondusif dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Sehingga proses pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa dan mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Bagi guru, dengan menggunakan model number heads together berbantu media gelas bilangan dapat dijadikan alternatif kegiatan belajar mengajar sehingga dapat menarik perhatian siswa. Bagi pembaca, penelitian menggunakan model number heads together berbantu media gelas bilangan dapat dijadikan referensi yang nantinya dapat diterapkan di sekolah tempat mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Astrawan, I Gede. 2015. Penerapan Model Kooperatif Tipe NHT Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas 5 SDN 3 Tonggolobibi. Jurnal kreatif tadulako online, 3 (4)
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3080/9920 (diakses pada 11-08-2020)
Erlinda, Yunita. 2017. Keefektifan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) Berbantu Media Roda Keberuntungan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Candi 01 Semarang. Jurnal penelitian pendidikan,34(1).https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPP/article/view/10921/6626 (diakses pada 20-06-2020)
Hakiki, Ekowati, dan Susintowati. 2019. Peningkatan Pemahaman Konsep Nilai Tempat Bilangan Melalui Gelas Warna Pada Siswa Kelas 1 SDN Purwantoro 2 Malang. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 9 (2). https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/3179/1738 (diakses pada 20-06-2020)
Heruman. 2014. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Purwadi, d. (2016). pengaruh penggunaan model pembelajaran di tk terhadap kreativitas anak di kota semarang. jurnal penelitian dalam bidang pendidikan anak usia dini , 4.
http://journal.upgris.ac.id/index.php/paudia/article/view/1171/1349 (diakses pada 24-09-2020)
Ratnasari, Devi. 2016. Pengaruh Penggunaan Media Kantong Bilangan Terhadap Hasil Belajar Matematika Penjumlahan Bilangan Secara Bersusun. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar edisi 27. https://eprints.uny.ac.id/37898/1/Devi%20Ratnasari.pdf (diakses pada 28-07-2020)
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia
Santiana, Dewa, dan Garminah. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Desa Alasangker. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, 2(1). https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/3232/2687 (diakses pada 02-07-2020)
Sudarto. 2017. Peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model NHT Siswa Kelas II SDN Bonangrejo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal edukasi, IV (1): 4-7. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JEUJ/article/view/5077/3746 (diakses pada 02-07-2020)
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuanitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistiani, Ika Ratih. 2016. Pembelajaran Matematika Materi Perkalian Dengan Menggunakan Media Benda Konkret (Manic-Manik Dan Sedotan) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SD Dinoyo 1 Malang. Jurnal ilmiah vicratina, 10 (2)
http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/166/169 (diakses pada 11-08-2020)
Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group
Sundayana, R. 2015. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta
Yusmanita, Sarniyati. Ikhsan. Zubainur. 2018. Penerapan Pendekatan Matematika Realistic Untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Perkalian. Jurnal elemen, 4 (1): 93-104
https://core.ac.uk/download/pdf/193709043.pdf (diakses pada 11-08-2020).