Kemampuan Menggambar Tema Pemandangan
KEMAMPUAN MENGGAMBAR TEMA PEMANDANGAN
PADA KELAS 5 SDN GAYAM 01 BLORA
Indah Umi Lestari 1)
Wawan Priyanto 2)
Aries Tika Damayani 3)
1) Mahasiswa PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang
2) Dosen Universitas PGRI Semarang
3) Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Fokus Penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan siswa menggambar tema pemandangan pada studi kasus kelas 5 SD N Gayam 01 Blora. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kreatifitas siswa Sekolah Dasar dalam kemampuan menggambar tema pemandangan pada kelas 5 SD N Gayam 01 Blora. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang menggunakan metode angket dan wawancara dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD N Gayam 01 Blora. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa kelas 5 di SD N Gayam 01 Blora sebanyak 75% siswa yang menggambar pemandangan gunung hal ini di karenakan pemandangan tentang pegunungan juga sudah mereka pahami dari sejak siswa masih belum sekolah yang diperkenalkan oleh orang tua mereka dan saat siswa sudah mulai sekolah ditingkat pertama yang diperkenalkan oleh guru mereka saat di sekolah, itulah sebabnya siswa akan lebih cenderung menyukai menggambar tentang pegunungan dibanding pemandangan yang lain. Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang dapat di sampaikan kepada guru yaitu sebaiknya guru memberikan wawasan kepada siswa mengenai macam pemandangan alam agar siswa tidak cenderung menggambar gunung.
Kata kunci: kemampuan, menggambar, pemandangan
PENDAHULUAN
Pada anak usia sekolah dasar ungkapan perasaan anak yang masih polos membuat mereka berekpresi secara wajar dan penuh spontan sehingga proses tersebut memiliki kebermaknaan bagi mereka. Masa anak-anak merupakan awal dari perkembangan kreatifitas anak.Kegiatan yang disenangi anak adalah yang diarahkan kepada pengembangan kreatifitas. setiap anak mempunyai nafsu untuk mengeluarkan perasaannya atau isi kesadaran dari jiwanya. Pendidikan anak usia sekolah dasar perlu diperhatikan sejak awal karena berpengaruh pada pendidikan selanjutnya dan pada perkembangan anak pada khususnya.
Lembaga pendidikan formal bagi anak usia sekolah dasar lebih menekankan dan mengembangkan potensi kreatifitas. Khususnya pada pendidikan seni karena seni dapat digunakan sebagai media pendidikan.Pendidikan seni anak-anak telah menempatkan seni rupa sebagai media yang paling besar peluangnya bagi perkembangan kreatifitas anak. Oleh karena itu, tujuan pendidikan hendaknya berorientasi pada terwujudnya manusia yang memiliki kreatifitas harapan tersebut kiranya selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang dituangkan pada UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional khususnya pasal, dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Daryanto (2013:44) sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta beradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif , mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan di Indonesia mengajarkan berbagai macam pembelajaran untuk membentuk karakter siswa.Penanaman nilai karakter harus dimiliki oleh setiap anak dan ditanamkan sejak dini agar karakter yang baik dapat terbentuk, sehingga anak dapat menjadi pribadi yang lebih baik dengan menjadi dirinya sendiri, memiliki daya saing dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan di sekitarnya.
Dalam pembelajaran di sekolah dasar terdapat beberapa mata pelajaran yang di dalamnya mengandung nilai karakter antara lain (1) PKN yaitu pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan untuk membentuk watak atau karakter peserta didik;(2) Agama yaitu pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;(3) SBdP yaitu bertujuan untuk membentuk peserta didik yang kreatif dan inovatif. SBdP atau Seni Budaya dan Prakarya adalah pembelajaran yang mencakup materi kesenian, kebudayaan, dan keterampilan.
Menurut Soebandi (2008: 45) Melalui pendidikan seni diharapkan anak memiliki keahlian teknis dalam menggambar, melukis, mematung, menyanyi, memainkan musik, menari dan membuat seni kerajinan lainnya. Proses ini dilakukan dengan tujuan sebagai wahana untuk pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya di masyarakat.
Menurut Soebandi (2008:29) Ruang lingkup Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD secara konseptual,cakupan pembelajaran seni di sekolah dasar sangatlah luas.Adapun cakupan materi pembelajaran kesenian di sekolah dasar adalah. seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama, dan keterampilan. Dalam pembelajaran seni rupa mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak mencetak dan sebagainya.
Menurut Affandi(2004:2) Pengalaman berseni rupa bagi anak merupakan bagian dari kehidupannya. Melalui kegiatan berseni rupa anak mengenal olah pikir, olah rasa, dan olah tangan sebagai lahan bermain yang harmonis. Dalam bermain anak menemukan kebebasan dan kegembiraan. Salah satu kegiatan berseni rupa yang disukai anak adalah menggambar.
Melalui kegiatan ini anak belajar dengan bermain dan kebebasan berfantasi tanpa adanya paksaan dari luar dirinya, atau batasan-batasan antar unsur dan teknik dalam mengungkapkan kreativitasnya. Imajinasi dan fantasi anak kurang berkembang jika tanpa pembinaan dan bimbingan dari guru. Ide, imajinasi, dan fantasi anak dapat disalurkan melalui aktivitas yang kreatif.
Gambar bagi anak merupakan salah satu bentuk media ekspresi dan komunikasi ketika kemampuan berbahasa verbalnya belum sempurna. Melalui kegiatan menggambar, anak-anak lebih mudah menuangkan imajinasi dan perasaannya dalam bentuk goresan-goresan daripada melalui perkataan. Menggambar adalah suatu cara mengekspresikan isi jiwa seseorang dalam bentuk garis-garis, oleh karena itu, bila anak membuat coreng-coreng di atas kertas, di tembok, di papan atau di mana pun, maka anak itu sedang menggambar. Maka dari itu kegiatan menggambar hampir tidak bisa terlepas dari dunia anak-anak. Melalui gambar, anak-anak dapat mengekspresikan emosi dan mengungkapkan ide dalam bentuk goresan-goresan. Sifat melebih-lebihkan, gambar anak khususnya yang berusia 4-10 tahun cenderung menggambar secara berlebih-lebihan dari objek gambar yang dianggapnya penting. Objek yang dianggapnya penting digambarkan secara lebih menonjol dari segi ukuran atau bagian objek lainnya sehingga gambar tampak tidak proporsional.
Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di SD N Gayam 01 Blora tanggal 18 April 2019, hasil gambar siswa tentang gambar pemandangan masih memiliki pola yang sama. Pada saat observasi guru meminta siswa menggambar pemandangan tanpa diberi contoh, siswa bebas menggambar pemandangan namun hasilnya tetap sama. Pada tema pemandangan gunung rata rata siswa menggambar dua gunung dengan awan, matahari dan pepohonan, pemahaman siswa tentang menggambar pemandangan hanya sebatas hal hal yang menurut meraka mudah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2017:399) mengatakan bahwa alasan menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kualtitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner, pedoman wawancara. Jadi dalam penelitian kualitatif tidak berupa angka-angka melainkan berupa kalimat atau pertanyaan dan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena dilakukan untuk mendapatkan data-data tertentu. Data tersebut berasal dari wawancara, catatan dan dokumen resmi lainnya. Data yang sudah didapat dari hasil penelitian dianalisis dalam bentuk kata-kata atau kalimat dan analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti dan disajikan dalam bentuk uraian. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan menggambar siswa tentang pemandangan di SD N Gayam 01 Blora Jawa tengah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang telah dilakukan di SD N Gayam 01 Blora kelas V. Data hasil penelitian ini berupa jawaban angket siswa kelas V. Hasil penelitian tersebut akan memberikan gambaran mengenai kemampuan menggambar tema pemandangan siswa SD kelas V,
Anak usia 10 tahun membuat gambar dengan menggunakan berbagai garis dasar. Dahan yang rumit bertumpukan dengan tumbuhan lain, matahari muncul dibalik awan. (Lowenveld, 1975: 8) pada dasarnya periode ini berlaku bagi anak yang berusia 9 sampai 11 tahun (kelas IV sampai kelas VI). Pada masa ini ditandai oleh besarnya perhatian anak terhadap objek gambar yang dibuatnya. Bentuk bentuk gambar yang mulai mengarah ke bentuk realistis tetapi nampak lebih kaku hal ini sebagai akibat perkembangan sosial yang meningkat, mereka lebih memikirkan bentuk gambar yang dapat diterima oleh lingkungannya, akibatnya spontanitas berkurang. Anak mulai mengekpresikan objek gambar dengan karakter tertentu misalnya lelaki atau wanita secara jelas. Karakteristik warna mulai mendapat perhatian, walaupun belum adanya penampilan dalam hal perubahan efek warna dan bayang bayang. Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 17 Juli 2019 didapatkan hasil bahwa siswa di kelas V SDN Gayam 01 Blora memiliki minat yang besar dalam menggambar dengan tema pegunungan dengan persentase sebesar 75% merupakan 12 siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa tentang imajinasi mereka terhadap seni menggambar pemandangan. Pada awal penelitian peneliti hanya mengarahkan siswa untuk menggambar pemandangan saja tanpa memberikan pemahaman apapun tentang jenis- jenis pemandangan, tetapi pada kenyataannya sebesar 75% merupakan 12 siswa memilih menggambar pemandangan dengan tema pegunungan. Hal ini didukung dengan alasan yang tertulis pada angket siswa yang menyatakan bahwa pemandangan tentang pegunungan itu indah dan mudah untuk di gambar..
Berdasarkan angket siswa, diketahui bahwa siswa menggambar dengan tema pegunungan adalah hal yang mudah untuk dibuat dan siswa lebih menyukai menggambar dengan tema pegunungan karena pemandangan yang sering mereka lihat adalah pemandangan tentang pegunungan sehingga hampir 75% merupakan 12 siswa dari mereka lebih memilih menggambar tentang pegunungan dikarenakan menggambar gunung lebih mudah dan lebih sering mereka lihat, pemandangan tentang pegunungan juga sudah mereka pahami dari sejak siswa masih belum sekolah yang diperkenalkan oleh orangtua mereka dan saat siswa sudah mulai sekolah ditingkat pertama yang diperkenalkan oleh guru mereka saat disekolah, itulah sebabnya siswa akan lebih cenderung menyukai menggambar tentang pegunungan dibanding pemandangan yang lain karena sejak awal mereka selalu di perkenalkan tentang pemandangan gunung yang akhirnya membuat ide kreativitas siswa jadi kurang terealisasikan.
Ditemukan adanya siswa yang menggambar gunung tetapi ada gambar motor berjalan, perumahan, sawah, burung berterbangan, hanya sebatas itulah ide atau kreativitas yang siswa miliki. Siswa menyatakan bahwa pemandangan alam adalah ciptaan Tuhan YME yang diciptakan dengan sangat indah untuk dinikmati oleh manusia dan rata-rata pemahaman pemandangan yang mereka ketahui hanyalah pemandangan tentang pegunungan dan laut sehingga hal tersebut mempengaruhi mereka dalam menggambar pemandangan yang mereka inginkan. Besarnya persentase kemampuan siswa menggambar pemandangan gunung didukung oleh angket siswa yang menyatakan bahwa 87,5% merupakan 14 siswa yang setuju dengan pernyataan nomor 1 nomor 2 dan nomor 7 dengan pernyataan nomor 1 yaitu “Saya lebih suka menggambar pemandangan dibanding menggambar lainnya”. Nomor 2 yaitu “Saat menggambar pemandangan alam saya lebih suka menggambar gunung”. Dan nomor 7 yaitu “Sejak TK saya diajarkan menggambar pemandangan gunung oleh guru”.Siswa di SDN 01 Gayam Blora sangat setuju pada pernyataan No. 7. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di SDN Gayam 01sejak TK diajarkan menggambar pemandangan gunung oleh guru. Penelitian ini menyatakan bahwa ide dan kreativitas siswa tentang seni menggambar masih sangat rendah dikarenakan pemahaman mereka tentang pemandangan alam yang masih kurang, dari hasil penelitian ini diharapkan guru di sekolah dasar mampu menggembangkan kemampuan mereka tentang seni menggambar dan membiarkan siswa untuk berkreatifitas sendiri dalam hal menggambar sehingga siswa dapat menyalurkan ide dan kreatifitas mereka dengan baik dan sesuai dengan keinginan mereka.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa SDN 1 Gayam Blora 75 % memiliki kemampuan menggambar pemandangan Gunung. Adapun kemampuan menggambar lainnya seperti laut 6. 25 %, Hutan 12. 50% dan sawah sebesar 6.25 %. Jadi, kemampuan menggambar siswa SDN 1 Gayam Blora tema pemandangan gunung lebih tinggi dibanding pemandangan lainnya.
Saran
Perlu adanya peran guru untuk mengenalkan berbagai pemandangan alam selain gunung, agar siswa lebih kreatif dalam menggambar pemandangan
DAFTAR PUSTAKA
Ananda. (2002). “peningkatan kemampuan menggambar bebas siswa B1 melalui strategi pembelajaran pemberian motivasi”. Jurnal Pendidikan Harmonia. 133. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Daryanto, dan Suryatri Darmiatun. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gavamedia.
Depdiknas.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Francis. 2002. Menggambar Sebuah Proses Kreatif. Jakart: Erlangga.
J.Moleong. L. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Leggitt. 2006. Teknik Menggambar Cepat. Jakarta: Erlangga.
Pamadhi.(2008). “Pembelajaran Menggambar dengan Teknik Grafito di TK Nasional Depok”. Journalstudentuyn.ac.ud. 23-25. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Piaget. J. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.
Sachari. (2007). “Penerapan Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Menggambar Ekspresi”. Jurnal Teknologi Pendidikan. 58-59. Pematang Siantar: Universitas Negeri Medan.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Widiyoko. Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.