Kunjungan Antar Kelas dan Forum Group Discusion Sebagai Upaya Meningkatkan Peran Guru
KUNJUNGAN ANTAR KELAS DAN FORUM GROUP DISCUSION SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERAN GURU
SEBAGAI MOTIVATOR DI SD NEGERI 2 SEMBUNGHARJO UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GROBOGAN
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Tri Raningsih
SD Negeri 2 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan guru dalam memberikan penguatan (Reinforcement) di SD Negeri 1 Jetaksari UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah dilakukan observasi kelas dan dialog. Subjek penelitian ini adalah guru SD Negeri 1 Jetaksari UPTD Pendidikan Kabupaten Grobogan sebanyak 4 guru. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 selama 4 (empet) bulan, dimulai bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2016. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif. Langkah-langkah penelitian tindakan sekolah, dilakukan dari siklus dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keberhasilan tindakan ditentukan apabila semua guru telah memiliki kategori baik, dengan nilai rata-rata minimal lebih dari 3.0 (> 3.0), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >90% (hampir semua komponen telah dikuasai dengan baik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan nilai rata-rata keterampilan guru dari kegiatan prasiklus (kegiatan sebelum dilakukan tindakan) hingga kegiatan siklus III mengalami peningkatan sebesar 2.04. Nilai rata-rata kegiatan prasiklus sebesar 1.61 setelah dilakukan tindakan dengan teknik observasi kelas dan dialog pada siklus I menjadi 2.46. Nilai rata-rata kegiatan siklus I sebesar 2.46 meningkat menjadi 3.25 pada siklus II. Nilai rata-rata kegiatan siklus II sebesar 3.25 meningkat menjadi 3.64 pada siklus III. Peningkatan prosentase ketercapaian indikator keterampilan guru dalam memberikan penguatan dari kegiatan prasiklus hingga siklus III sebesar 50.89%. Prosentase ketercapaian dari kegiatan prasiklus sebesar 40.18% meningkat menjadi 61.61% pada siklus I. Prosentase ketercapaian dari kegiatan siklus I sebesar 61.61% meningkat menjadi 81.25% pada siklus II. Prosentase ketercapaian dari kegiatan siklus II sebesar 81.25% meningkat menjadi 91.07% pada siklus III.
Kata kunci: keterampilan guru, memberikan penguatan, observasi kelas, dan dialog
PENDAHULUAN
Peran guru dalam pembelajaran merupakan satu kesatuan yang semestinya tidak terpisahkan dengan tugas pokok dan fungsi guru, namun perhatian guru tentang peran guru masih kalah dibanding dengan tugas pokok guru, setiap pembinaan baik yang dilakukan oleh pengawas maupun kepala sekolah lebih cenderung menekankan pentingnya guru untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. padahal dalam Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen secara tegas disebutkan bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan.
Rendahnya perhatian guru terhadap peran yang harus dilaksanakan tersebut dapat dimaklumi kerana dalam melaksanakan tugas sehari-hari guru lebih mementingkan pelaksanaan pembelajaran yang merupakan tugas pokok, dan guru menganggap bahwa dengan melaksanakan tuas yang sebaik-baiknya maka tujuan pembelajaran dapat tercapai. Padahal semestinya selain tugas pokok yang harus dilaksanakan dengan baik, dalam proses pembelajaran guru seharusnya memerankan fungsinya dengan baik.
Salah satu peran guru yang berhubungan langsung dengan semangat belajar siswa adalah peran sebagai motivator. Siswa yang tidak memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran, tentunya tidak akan dapat memahami materi pembelajaran disampaikan oleh guru. Karena saat siswa yang tidak termotivasi untuk belajar, siswa tersebut cenderung malas untuk belajar, bahkan terkadang justru malah mengganggu siswa lain. Dengan demikian dalam proses pembelajaran diperlukan seorang guru yang dapat memberikan motivasi belajar bagi siswanya.
Peran sebagai motivator dapat ditunjukkan guru dengan: (1) sikap terbuka guru terhadap siswa, dengan bersikap terbuka terhadap siswa, maka siswa tidak akan merasa takut berhadapan dengan guru. (2) memiliki kebiasaan untuk membantu siswa agar memahami dan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa, dengan cara memberikan dorongan dan pengarahan cara belajar, dan membantu memecahkan permasalahan siswa, (3) mampu menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar di kelas, (4) menanamkan kepada siswa bahwa belajar itu ditujukan untuk mendapatkan prestasi yang tinggi (5) Memberikan penekanan pemahaman bahwa belajar itu ada manfaatnya bagi dirinya, dengan demikian akan menimbulkan semangat belajar dan kegairahan belajar siswa.
Berdasarkan hasil pantauan pada semester sebelumnya, indikasi peran guru sebagai motivator tersebut terlihat sangat tipis. Artinya fokus guru untuk memberikan motivasi kepada siswa tersebut hanya dilaksanakan sebagai selingan dalam proses pembelajaran, itupun tidak selalu dilakukan oleh guru, sehingga dalam proses pembelajaran guru kegairahan siswa untuk mengikuti pembelajaran bukanlah menjadi tujuan utama. Hal ini didukung dengan hasil pengamatan awal yang dilakukan terhadap 5 (lima) guru di SD Negeri 2 Sembungharjo UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon menunjukkan bahwa guru belum maksimal dalam melaksanakan perannya sebagai motivator.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa peran guru sebagai motivator merupakan permasalahan yang perlu diatasi, dan diperbaiki. Sebagai kepala sekolah mempunyai tugas untuk melakukan supervisi dan evaluasi, sehingga sebagai upaya meningkatkan peran guru sebagai motivator dalam proses pembelajaran, perlu adanya pembinaan yang merupakan bagian dari pelaksanaan tugas supervisi.
Adapun teknik pembinaan yang digunakan untuk meningkatkan peran guru sebagai motivator adalah melalui kunjungan antar kelas dan forum group discussion, kunjungan antar kelas merupakan supervisi individual yaitu teknik pembinaan dengan cara meminta guru untuk berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah. Melalui kunjungan antar kelas ini diharapkan guru akan memperoleh pengalaman baru tentang peran guru dalam pembelajaran dari teman sejawatnya. Berdasarkan hasil kunjungan tersebut guru dapat mendiskusikan secara kelompok, sehingga akan diperoleh pemahaman yang baik tentang peran yang harus dilaksanakan selama proses pembelajaran.
Pembinaan tersebut akan dilaksanakan secara berulang hingga peran guru dalam proses pembelajaran semakin baik, sekaligus pembinaan ini sebagai kegiatan pengambangan profesional dalam bentuk penelitian tindakan sekolah dengan judul “Kunjungan Antar Kelas dan Forum Group Discusion Sebagai Upaya Meningkatkan Peran Guru Sebagai Motivator di SD Negeri 2 Sembungharjo UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahan masalahnya, dan merupakan suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah: Bagaimanakah peningkatan peran guru dalam pembelajaran setelah dilakukan pembinaan teknik kunjungan antar kelas dan Forum Group Discussion bagi guru di SD Negeri 2 Mangunharjo UPTD Kecamatan Pulokulon, semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan peningkatan peran guru dalam pembelajaran, setelah dilakukan pembinaan teknik kunjungan antar kelas dan Forum Group Discussion bagi guru di SD Negeri 2 Mangunharjo UPTD Kecamatan Pulokulon, semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Peran Guru
Peran ialah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya (Hamalik, 2009: 33).
Guru adalah seseorang yang berjasa dalam dunia pendidikan, karena guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan. Guru adalah orang dewasa yang karena peranannya berkewajiban memberikan pendidikan kepada anak didik. Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefektifkan proses pembelajaran adalah bahwa semua manusia (siswa) dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan dan mereka semua memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itulah, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswanya (Mulyasa, 2006: 49).
Peran Guru sebagai Motivator
Guru sebagai motivator artinya guru sebagai pendorong siswa dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi, hal ini bukan disebabkan karena memiliki kemampuan yang rendah, akan tetapi disebabkan tidak adnaya motivasi belajar dari siswa sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Guru sebagai motivator harus mengetahui motif-motif yang menyebabkan daya belajar siswa yang rendah yang menyebabkan menurunnya prestasi belajarnya. Guru harus merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk membangkitkan kembali gairah dan semangat belajar siswa.
Supervisi
Menurut Sukirman, dkk (2010: 105), supervisi sebagai suatu proses pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, pada akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang lebih baik yang disebut dengan supervisi klinis. Menurut Mulyasa (2008: 154) supervisi secara etimologi berasal dari kata “super†dan “visi†yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.
Kunjungan antar Kelas
Kunjungan antar kelas merupakan suatu kegiatan yang terutama saling menukarkan pengalaman sesame guru atau kepala sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. Manfaat dari kunjungan antar kelas, diantaranya dapat saling membandingkan dan belajar atas keunggulan dan kelebihan berdasarkan pengalaman masing-masing. Sehingga dapat memperbaiki kualitas guru dalam mengajar dan terbangun kompetisi yang hebat diantara mereka. Selain itu, masing-masing sekolah juga akan memperbaiki standarnya dengan prinsip ingin menjadi yang paling baik (Arikunto, 2006: 93).
Sahertian (2010: 68) mengemukakan bahwa kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Kunjungan antar kelas, maksudnya adalah guru yang satu dengan guru yang lainnya saling mengunjungi kelas satu sama lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk saling berbagi pengalaman dalam pembelajaran (Prasojo, 2011: 88).
Froum Group Discussion
Diskusi merupakan cara untuk mengembangkan ketrampilan anggota-anggotanya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran (Suhartein, 2010: 96). Diskusi kelompok juga dapat digunakan untuk mempertemukan pendapat antar pimpinan dalam bentuk pertemuan khusus atau staf pimpinan saja (Arikunto, 2004: 46).
Kerangka Pemikiran
Peran guru dalam pembelajaran merupakan satu kesatuan yang semestinya tidak terpisahkan dengan tugas pokok dan fungsi guru, namun perhatian guru tentang peran guru masih kalah dibanding dengan tugas pokok. Salah peran yang berhubungan langsung dengan semangat belajar siswa adalah peran sebagai motivator.
Berdasarkan hasil pantauan pada semester I tahu pelajaran 2017/2018, indikasi peran guru sebagai motivator tersebut belum dapat dilaksanakan dengan maksimal. Artinya fokus guru untuk memberikan motivasi kepada siswa tersebut hanya dilaksanakan sebagai selingan dalam proses pembelajaran, bahkan beberapa guru terlihat tidak menunjukkan aktivitas memberikan motivasi kepada siswa.
Persoalan di atas, perlu diperbaiki melalui pembinaan teknik kunjungan antar kelas dan forum group discussion, yaitu suatu pembinaan yang diawali dengan kunjungan guru satu kepada guru lain, dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Kunjungan antar kelas dimaksudkan agar guru memperoleh pengalaman baru dari guru lain, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bahan diskusi agar pemahaman guru tentang peran dalam pembelajaran meningkat dan akhirnya dapat meningkatkan peran guru.
Hipotesis Tindakan
Melalui kunjungan antar kelas dan forum group discussion dapat meningkatkan peran guru sebagai motivator di SD Negeri 2 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2017/2018, hingga mencapai indikator kinerja yang ditetapkan.
METODE PENELITIAN TINDAKAN
Desain Penelitian Tindakan
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (PTS). Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di SD Negeri 2 Sembungharjo, sekaligus merupakan tindakan perbaikannya.
Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sebagian guru SD Negeri 2 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan yang berjumlah 5 guru. Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 56). Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan peran guru sebagai motivator.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan yang beralamat di dusun Gatak RT 1/RW 12, Desa Sembungharjo, Kecamatan Pulokulon. Penelitian ini dilaksanakan semester II tahun pelajaran 2017/2018, selama 6 (enam) bulan, dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2018.
Prosedur Penelitian
Seperti dikemukakan pada sub bab sebelumnya bahwa desain Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Adapun PTS yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan model Kemmis & McTagart yang berorientasi pada spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi (keempat komponen tersebut dinamakan satu siklus).
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus pertama, siklus kedua, dan siklus ketiga, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan peran guru sebagai motivator. Analisis data tersebut dilakukan sebelum, selama proses tindakan dan sesudah penelitian, mulai dari tahap perencanaan kegiatan, pelaksanaan, observasi hingga refleksi kegiatan.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai dengan kategori sangat baik, dengan nilai rata-rata lebih dari 7,6 (> 7,6), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >90% (sebagian besar komponen penilaian peran guru sebagai motivator telah dikerjakan oleh guru dengan baik).
HASIL PENELITIAN
Prasiklus
Berdasarkan kesepakatan dengan guru, mulai tanggal 9 sampai dengan 13 Januari 2018, peneliti melakukan pengamatan awal, pengamatan ini bertujuan untuk melihat kinerja guru sebelum dilakukan pembinaan, dengan harapan berdasarkan pengamatan awal tersebut rencana yang akan disusun sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, dan terfokus pada perbaikan-perbaikan dari kelamahan yang ditemukan di lapangan. Kegiatan peneliti saat melakukan pengamatan awal seperti terlihat pada dokumentasi terlampir.
Secara garis besar peran guru sebagai motivator sebelum dilakukan pembinaan, belum dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan penilaian dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Ringkasan hasil penilaian prasiklus dapat diketahui bahwa dari lima guru yang dijadikan subjek penelitian, nilai rata-rata peran guru sebagai motivator sebesar 3,2 (kategori cukup). Selain melakukan penilaian terhadap peran guru, peneliti melakukan perhitungan prosentase ketercapaian indikator, maksud dilakukan perhitungan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana guru menguasai komponen penilaian peran guru sebagai motivator. Hasil perhitungan prosentase keterecapaian indikator prasiklus diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 32%. hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar komponen penilaian belum dikuasai oleh guru dengan baik.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka untuk meningkatkan peran guru sebagai motivator baik secara prorangan, kelompok, maupun penguasaan komponen penilaian, maka perlu dilakukan pembinaan dalam bentuk penelitian tindakan sekolah siklus I, yang dimulai dengan perencanaan, dilanjutkan perlaksanaan, observasi dan refleksi sesuai dengan prosedur penelitian tindakan sekolah. Agar hasil penilian tersebut diketahui oleh semua guru, maka pada tanggal 17 Januari 2018, peneliti melaksanakan rapat dengan guru yang dihadiri oleh 5 (lima) guru yang dijadikan subjek penelitian, rapat dimulai jam 12:30 sampai dengan 14:30. Selain menyampaikan hasil penilaian prasiklus, peneliti memberi pengarahan kepada guru tentang teknis pelaksanan kunjungan antar kelas yang akan dimulai tanggal 22 Januari 2018, dan menyampaikan informasi tentang pelaksanaan Forum group discussion. Daftar hadir rapat guru tanggal 17 Januari 2018. Dokumentasi rapat tanggal 17 Januari 2018.
Siklus I
Sesuai dengan jadwal yang disusun sebelumnya, observasi siklus I dilakukan mulai tanggal 29 Januari 2018 sampai dengan tanggal 2 Februari 2018. Observasi bertujuan untuk menilai peningkatan peran guru sebagai motivator, penilaian mengacu pada lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Hasil observasi siklus I. Berdasarkan hasil observasi tersebut, selanjutnya peneliti merekap hasil penilaian, menghitung jumlah skor, dan rata-rata skor serta sekaligus menghitung prosentase ketercapaian indikator dengan menggunakan excel. Ringkasan rekapitulasi hasil observasi siklus I dapat diketahui bahwa nilai rata-rata peran guru sebagai motivator sebesar 5,8, nilai tertinggi sebesar 7 dan nilai terendah sebesar 5. Hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator diketahui besarnya prosentase ketercapaian rata-rata sebesar 58%, dengan skor tertinggi 60%, skor terendah 50%.
Berdasarkan hasil penilaian tentang peran guru sebagai motivator dan prosentase ketercapaian indikator menunjukkan bahwa peran guru belum maksimal, nilai rata-rata masih kurang dari 7,6, dan prosentase ketercapaian indikator baru mencapai rata-rata 58%, masih dibawah 90% Dengan demikian ketrampilan guru dan prosentase ketercapaian indikator belum dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Maka perlu dilakukan tindakan lanjutan pada siklus II.
Siklus II
Sesuai dengan jadwal yang disusun sebelumnya, observasi siklus II dilakukan mulai tanggal 19 sampai dengan tanggal 23 Februari 2018. Berdasarkan hasil observasi tersebut, selanjutnya peneliti merekap hasil penilaian, menghitung jumlah skor, dan rata-rata skor serta sekaligus menghitung prosentase ketercapaian indikator dengan menggunakan excel. Ringkasan rekapitulasi hasil observasi siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-rata peran guru sebagai motivator sebesar 5,8, nilai tertinggi sebesar 7 dan nilai terendah sebesar 5. Berdasarkan kategorisasi nilai tersebut tergolong baik. Hasil perhitungan prosentase ketercapaian indikator diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 76%, dengan skor tertinggi sebesar 80%, skor terendah sebesar 70%.
Berdasarkan hasil penilaian peran guru sebagai motivator dan prosentase ketercapaian indikator menunjukkan bahwa peran guru mencapai kategori sangat baik (sama dengan 7,6). Prosentase keterecapaian indikator mencapai rata-rata 76%. Dengan demikian walaupun peran guru telah mencapai kategori sangat baik, namun belum semua komponen penilaian dapat dikuasai oleh guru dengan maksimal, yang terbukti besarnya prosentase ketercapaian indikator baru mencapai 76% (masih dibawah 90%). Maka perlu dilakukan tindakan lanjutan pada siklus III.
Siklus III
Observasi siklus III dilakukan mulai tanggal 26 sampai dengan 31 Maret 2018. Berdasarkan hasil observasi tersebut, selanjutnya peneliti merekap hasil penilaian, menghitung jumlah skor, dan rata-rata skor serta sekaligus menghitung prosentase ketercapaian indikator dengan menggunakan excel. Ringkasan rekapitulasi hasil observasi siklus III dapat diketahui bahwa nilai rata-rata peran guru sebagai motivator sebesar 9,4, nilai tertinggi sebesar 10 dan nilai terendah sebesar 9. Berdasarkan kategorisasi nilai tersebut tergolong sangat baik.
Selanjutnya untuk mengetahui penguasaan guru terhadap komponen penilaian, peneliti melakukan perhitungan prosentasi ketercapaian indikator dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan. Untuk mempermudah perhitungan, maka seluruh proses perhitungan tersebut peneliti lakukan dengan bantuan program Excel.
Hasil perhitungan prosentase ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 5 komponen, hasilnya dapat dilihat diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 94%, dengan prosentase tertinggi sebesar 100%, prosentase terendah sebesar 90%, dari prosentase ketercapaian indikator dan skor rata-rata yang dicapai oleh guru, menunjukan bahwa penguasaan guru terhadap indikator penilaian peran guru sebagai motivator sudah maksimal.
Berdasarkan hasil penilaian peran guru sebagai motivator dan prosentase ketercapaian indikator menunjukkan bahwa peran guru telah mencapai kategori sangat baik (lebih dari 7,6). Prosentase keterecapaian indikator mencapai rata-rata 94%. Dengan demikian nilai rata-rata dan ketercapaian indikator telah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan, untuk itu tindakan tidak perlu dilanjutkan.
PEMBAHASAN
Perbandingan Hasil Penilaian Peran Guru sebagai Motivator
Perbandingan nilai peran guru sebagai motivator prasiklus yaitu pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan dengan setelah dilakukan tindakan berupa pembinaan teknik kunjungan antar kelas dan forum group discussion siklus I, menunjukkan bahwa nilai masing-masing guru dari prasiklus ke siklus I semuanya mengalami peningkatan. Secara kelompok terjadi peningkatan dari prasiklus ke siklus I sebesar 2,6 yaitu dari prasiklus sebesar 3,2 meningkat menjadi 5,8. Artinya melalui pembinaan teknik kunjungan kelas yang ditindaklanjuti dengan teknik forum group discussion (diskusi kelompok) dapat meningkatkan peran guru sebagai motivator. Meningkatnya peran guru tersebut berdampak pada kegiatan belajar mengajar yang semakin menggairahkan, siswa semakin terdorong untuk mengikuti pembelajaran.
Nilai rata-rata peran guru sebagai motivator siklus I sebesar 5,8, dan setelah dilakukan tindakan perbaikan melalui pembinaan teknik kunjungan angar kelas dan forum group discussion yang kedua kalinya meningkat menjadi 7,6 artinya terjadi peningkatan sebesar 1,8. Perbandingan nilai peran guru sebagai motivator siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai masing-masing guru dari prasiklus ke siklus I semuanya mengalami peningkatan. Secara kelompok terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 1,8. Artinya melalui pembinaan teknik kunjungan kelas yang dilanjutkan dengan teknik forum group discussion (diskusi kelompok) sebagai kelanjutan dari pembinaan siklus I, dapat meningkatkan peran guru sebagai motivator.
Meningkatnya peran guru tersebut ditunjukan dengan nilai masing-masing guru yang semakin baik, dan nilai rata-rata yang semakin meningkat. Peningkatan peran guru sebagai motivator tersebut disebabkan oleh bertambahnya pengalaman guru dari guru lain selama mengunjungi kelas lain. Selain itu pada saat dilakukan diskusi kelompok guru dapat saling berargumentasi tentang teknik dan cara memotivasi siswa, dan bertukar pendapat tentang gaya yang dapat digunakan untuk memberikan motivasi kepada siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan pada siklus III, yang merupakan penyempurnaan dari siklus I dan siklus II, berdampak positif pada peningkatan peran guru sebagai motivator. Perbandingan nilai peran guru sebagai motivator siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai masing-masing guru dari sikllus II ke siklus III semuanya mengalami peningkatan. Secara kelompok terjadi peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 1,8, yaitu dari siklus II sebesar 7,6, setelah dilakukan tindakan siklus III meningkat menjadi 9,4. Artinya melalui pembinaan teknik kunjungan kelas yang dilanjutkan dengan teknik forum group discussion (diskusi kelompok) sebagai kelanjutan dari pembinaan siklus I dan siklus II, dapat meningkatkan peran guru sebagai motivator. Meningkatnya peran guru tersebut ditunjukan dengan nilai masing-masing guru yang semakin baik dan nilai rata-rata yang semakin meningkat.
Nilai rata-rata peran guru sebagai motivator berdasarkan hasil penilaian prasiklus sebesar 3,2, setelah dilakukan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III, nilai rata-rata meningkat menjadi 9,4, artinya setelah dilakukan pembinaan sebanyak 3 (tiga) kali tindakan nilai rata-rata guru meningkat sebesar 6,2. Secara rinci perbandingan nilai prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III baik secara perorangan maupun kelompok mengalami peningkatan. Artinya setelah dilakukan tindakan sebanyak 3 (tiga) kali maka guru semakin dapat memberikan motivasi kepada siswa. Peningkatan tersebut disebabkan oleh bertambahnya pemahaman guru akan pentingnya peran sebagai motivator baik yang diperoleh melalui pengamatan kepada guru lain saat kunjungan kelas, maupun melalui diskusi kelompok. Kunjungan kelas pada siklus III ini pengaturan antara guru yang mengunjungi dengan guru yang dikunjungi berbeda dengan pengaturan pada siklus sebelumnya. Hal ini terbukti berdampak positif terhadap peningkatan peran guru sebagai motivator, karena setiap guru pada dasarnya memiliki gaya dan cara masing-masing untuk memberikan motivasi kepada siswa. Terlebih dengan dilanjutkan melalui diskusi kelompok, guru satu dengan guru lainnya dapat bertukar pengalaman, dan menyampaikan argumentasinya bagaimana cara agar siswa terdorong untuk mengikuti pembelajaran lebih baik.
Perbandingan Prosentase Ketercapaian Indikator
Perbandingan prosentase ketercapaian indikator peran guru sebagai motivator, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana guru melaksanakan aspek sebagai motivator, dengan asumsi bahwa semakin tinggi prosentase yang dicapai, maka semakin tinggi guru melaksanakan peran sebagai motivator. Prosentase ketercapaian indikator dapat dilihat dari ketercapaian masing-masing indikator, dan ketercapaian indikator secara keseluruhan. Dengan demikian perbandingan prosentase ketercapaian indikator memberikan gambaran tentang perkembangan guru dalam melaksanakan aspek peran sebagai motivator. Adapun perbandingan prosentase ketercapaian indikator antar siklus adalah sebagai berikut.
Perbandingan prosentase ketercapaian indikator prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator peran guru sebagai motivator prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 26%, yaitu dari prasiklus sebesar 32% pada siklus I meningkat menjadi 58%. Peningkatan terjadi pada semua indikator, dan keseluruhan yang ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata prosentase ketercapaian indikator.
Perbandingan prosentase ketercapaian indikator peran guru sebagai motivator siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator peran guru sebagai motivator dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 18%, yaitu dari siklus I sebesar 58%, pada siklus II meningkat sebesar 76%. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen penilaian. Artinya pembinaan teknik kunjungan kelas dan forum group discussion yang dilaksanakan pada siklus I mampu meningkatkan pemahaman dan cara-cara guru dalam memberikan motivasi kepada siswa. Peningakatan yang terjadi pada tiap-tiap komponen membuktikan bahwa, dalam melaksanakan pembelajaran, guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran, namun guru telah berupaya agar siswa terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Perbandingan prosentase ketercapaian indikator peran guru sebagai motivator siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator peran guru sebagai motivator dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 18%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.
Perbandingan prosentase ketercapaian indikator peran guru sebagai motivator prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase ketercapaian indikator peran guru sebagai motivator dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 62%. Peningkatan terjadi pada sebagian indikator.
Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik seperti tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui kunjungan antar kelas dan forum group discussiondapat meningkatkan peran guru. Peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tindakan berupa kunjungan antar kelas dan forum group discussionmampu meningkatkan pemahaman guru terhadap komponen/aspek-aspek penilaian peran guru sebagai motivator.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang dilakukan di SD Negeri 2 Sembungharjo pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 tentang peran guru sebagai motivator dengan menerapkan supervisi teknik kunjungan antar kelas dan Forum group discussion dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan nilai rata-rata peran guru dari kegiatan prasiklus (kegiatan sebelum dilakukan tindakan) hingga kegiatan siklus III mengalami peningkatan sebesar 6,2. Nilai rata-rata kegiatan prasiklus sebesar 3,2 setelah dilakukan tindakan dengan teknik observasi kelas dan sharing of experience pada siklus I menjadi 5,8 (meningkat sebesar 2,6). Nilai rata-rata kegiatan siklus I sebesar 5,8 meningkat menjadi 7,6 pada siklus II (meningkat sebesar 1,8). Nilai rata-rata kegiatan siklus II sebesar 7,6 meningkat menjadi 9,4 pada siklus III (meningkat sebesar 1,8).
Peningkatan prosentase ketercapaian indikator peran guru sebagai motivator dari kegiatan prasiklus hingga siklus III sebesar 62%. Prosentase ketercapaian dari kegiatan prasiklus sebesar 32% meningkat menjadi 58% pada siklus I (meningkat sebesar 26%). Prosentase ketercapaian dari kegiatan siklus I sebesar 58% meningkat menjadi 76% pada siklus II (meningkat sebesar 18%). Prosentase ketercapaian dari kegiatan siklus II sebesar 76% meningkat menjadi 94% pada siklus III (meningkat sebesar 18%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui kunjuingan antar kelas dan Forum Groum Discussion dapat meningkatkan peran guru sebagai motivator di SD Negeri 2 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
Saran-Saran
Untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
Diharapkan pembinaan guru ke depan lebih diarahkan pada tugas pokok, fungsi dan peran guru secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar tugas pokok, fungsi dan peran guru tidak terlupakan oleh tugas-tugas guru yang semakin berat.
Untuk Kepala Sekolah Lain
Agar tugas pokok, fungsi dan peran guru selalu dilaksanakan dengan baik, sebaiknya kepala sekolah tak bosan-bosannya melakukan pembinaan dan mengingatkan akan tugas pokok, fungsi dan peran, serta pentingnya perofesionalisme guru.
Untuk Guru
Sebaiknya guru selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dengan tetap melaksanakan tugas pokok, fungsi dan peran guru sebaik-baiknya. Karena tugas pokok, fungsi dan peran guru merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2006, Dasar-dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Prasojo, Lantip Diat, & Sudiyono. 2011, Supervisi Pendidikan, Edisi Revisi Yogyakarta: Gava Media
Sahertian, Piet A. 2010, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta.
Sukirman, Hartati; B. Suryosubroto; Tatang M. Amirin; Sutiman dan Setya Raharja. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.