Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan Simulasi Terhadap Tingkat Kepercayaan Diri
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
TEKNIK PERMAINAN SIMULASI TERHADAP
TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS XI IPS 1
SMA NEGERI 1 CAWAS KLATEN
Utik Kusumaningrum
Guru di SMA N 1 Cawas Klaten
ABSTRAK
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru BK Kelas XI SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten, gejala yang diperoleh yaitu: siswa menunjukkan rasa takut, kebiasaan mencontek, kecemasan dalam menghadapi sesuatu yang berpengaruh terhadap emosi yang dimiliki siswa dan tidak bersemangat pada saat mengikuti pelajaran di kelas. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi terhadap kepercayaan diri pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2019/2020. Metode penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode angket. Metode angket digunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa. Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis statisik dengan menggunakan rumus uji t tes (uji beda). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2019/2020, yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 24 siswa putri dan 12 siswa putra. Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive random sampling sehingga terpilih sebanyak 8 orang siswa. Dari analisis data tersebut ternyata Z hitung sebesar 2,520. Untuk mengetahui apakah Z hitung signifikan atau tidak selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel Z, taraf signifikan 5% sebesar 0,0122 dan 1% sebesar 0,0136. Dengan demikian Z hitung (Zh) lebih besar dari Z tabel (Zt) baik pada taraf signifikan 5% maupun 1% atau 0,0136 < 2,250 > 0,0122. Dengan analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi terhadap tingkat kepercayaan diri Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci: Layanan Bimbingan Kelompok, Teknik Permainan Simulasi, Kepercayaan Diri.
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (Hurlock, 2004: 402) yang menyebabkan remaja mengalami ketegangan emosi yang meninggi akibat mengalami perubahan psikis dan perubahan fisik. Menurut Sarlito (2010: 72) masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam perubahan psikologis tetapi juga perubahan fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sedangkan perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari perubahan fisik. Remaja mulai berfikir mengenai keinginan mereka sendiri, berfikir tentang bagaimana memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis.
Menurut Hurlock (2004: 406) pada masa remaja awal terdapat gejala yang disebut gejala negative phase, istilah phase menunjukkan periode yang berlangsung singkat, negative berarti bahwa individu mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Gejala ini banyak terjadi pada remaja awal, diantaranya keinginan untuk menyendiri, berkurang kemampuan untuk bekerja, kegelisahan, kepekaan perasaan, pertentangan sosial dan rasa kurang percaya diri (lack of self confidence).
Rasa percaya diri merupakan bagian yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan individu. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia untuk menghadapi tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu.
Siswa yang duduk di bangku SMA kelas XI adalah siswa pada usia remaja antara 15
– 16 tahun. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Perubahan yang terjadi di masa remaja akan mempengaruhi perilaku individu. Pada masa inilah siswa harus memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk melangkah karena aspek kepercayaan diri ini merupakan aspek yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian siswa. Kepercayaan diri sangat dibutuhkan oleh setiap siswa, karena aspek kepercayaan diri ini mempengaruhi dalam setiap proses belajarnya, baik dalam belajar di kelas, di rumah atau di manapun.
Rendah diri, rasa malu, rasa takut melakukan sesuatu, frustasi, perasaan cemas atau bahkan sikap agresif merupakan indikator dari kurang atau tidak adanya kepercayaan diri (Angelis, 2005: 234). Gejala tidak percaya diri ini umumnya dianggap sebagai gangguan ringan karena tidak menimbulkan masalah besar. Disadari atau tidak, sebagian besar orang ternyata mengalami gejala tidak percaya diri seperti ini. Sikap seseorang yang menunjukkan dirinya tidak percaya diri, antara lain di dalam berbuat sesuatu, terutama dalam melakukan sesuatu yang penting dan penuh tantangan, selalu dihinggapi keragu-raguan, mudah cemas, tidak yakin, cenderung menghindar, tidak punya inisiatif, mudah patah semangat, tidak berani tampil di depan orang banyak, dan gejala kejiwaan lainnya yang menghambat untuk melakukan sesuatu.
Ketidakpercayaan diri dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri individu itu sendiri dan faktor dari lingkungan. Faktor dari dalam diri individu adalah rasa benci, rasa takut, kecemasan, tidak dapat menerima kenyataan hidup dan tidak dapat mengaktualisasikan kemampuan yang ada pada dirinya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepercayaan diri antara lain faktor keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat. Faktor dari dalam diri individu dan faktor dari lingkungan individu merupakan sumber permasalahan bagi individu yang mengalami ketidakpercayaan diri. Meskipun kepercayaan diri diidentikkan dengan kemandirian, orang yang percaya dirinya tinggi umumnya lebih mudah terlibat secara pribadi dengan orang lain dan lebih berhasil dalam hubungan antar personal.
Yusuf, (2009: 77) menyatakan bahwa jika lingkungannya (terutama orang tua) tidak mengakui harga diri remaja, seperti memperlakukan remaja secara keras atau kurang menyayanginya, maka pada diri remaja akan berkembang sikap-sikap seperti keras kepala dan menentang atau menyerah menjadi penurut yang diliputi harga diri rendah dengan sikap pemalu dan kurang percaya diri. Keijsers & Laird (Santrock, 2012: 419) menyatakan bahwa orang tua yang mengembangkan keterbukaan dalam pengawasannya terhadap remaja maka remaja akan menjadi pribadi yang penuh kepercayaan diri, penerimaan dan lebih bisa menyesuaikan diri.
Menurut Lauster (2002: 249), self confidence atau kepercayaan diri merupakan salah satu ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan akan kemampuan diri sendiri, sehingga individu tidak akan mudah terpengaruh oleh orang lain. Percaya diri sangat dibutuhkan. Remaja yang percaya diri akan berani tampil di depan umum, berani mengemukakan pendapatnya, berani untuk mengemukakan kesalahan dan belajar dari kesalahan itu, serta tidak takut diejek oleh kawan-kawannya jika melakukan kesalahan dan ketika remaja bersosialisasi (Simbolon dalam Daruma, 1997: 252).
Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang mempunyai fungsi penting dalam kehidupan manusia, karena dengan kepercayaan diri seseorang akan mampu mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Burns (Daruma,1997: 267) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan bagian dan kepribadian manusia yang terbentuk dan berkembang melalui proses belajar secara individual maupun sosial. Hal ini sejalan dengan pendapat Monk dkk (1999: 146) bahwa kepercayaan diri dapat dipelajari dengan
peningkatan kepercayaan diri. Kepercayaan diri berkembang melalui interaksi mengobservasi perilaku orang lain, selanjutnya menirunya.
Menurut Lauster (2002: 249), ciri-ciri orang yang percaya diri adalah orang yang mempunyai perasaan aman, yakin kepada kemampuan diri sendiri, tidak mementingkan diri sendiri dan toleran, mandiri, dan optimis. Sedangkan menurut Aziz (Kuncoro, 2003: 53), mengatakan bahwa remaja yang percaya diri adalah remaja yang tidak mementingkan diri sendiri dan cukup toleran, tidak merugikan orang lain, memiliki optimisme dan merasa gembira, sedangkan ciri-ciri remaja yang kurang percaya diri adalah remaja yang merasa tidak aman dan bebas, merasa takut dan ragu-ragu, susah ngomong, pemurung dan pemalu, serta kurang berani dan bimbang dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten, gejala yang diperoleh yaitu: siswa menunjukkan rasa takut, kebiasaan mencontek, kecemasan dalam menghadapi sesuatu yang berpengaruh terhadap emosi yang dimiliki siswa dan tidak bersemangat pada saat mengikuti pelajaran di kelas. Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa yang nampak pada kesehariannya dalam mengikuti kegiataan belajar di kelas seperti ; jika diberikan materi atau tugas yang dibahas mereka lebih banyak diam,dan tidak ada usaha bersaing dengan teman di kelas. Perilaku yang dimunculkan oleh para siswa adalah pencerminan dari mereka yang kurang memiliki rasa percaya diri dalam belajar sehingga berdampak terhadap nilai yang diperolehnya dalam belajar. Kondisi seperti ini menjadi perhatian guru bimbingan dan konseling. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan perbaikan pendekatan – pendekatan yang dirasakan selama ini kurang efektif. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan upaya membantu siswa untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan program pendidikan. Salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling adalah bimbingan kelompok. Rusmana (Fithriana dkk, 2014: 35) mendefinisikan bimbingan kelompok sebagai proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau ketrampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi. Siswa melalui layanan bimbingan kelompok diharapkan dapat menggunakan dan mengembangkan kemampuannya secara optimal, membuat pilihan-pilihan yang tepat dan bijaksana, dan dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya baik di sekolah dan di luar sekolah. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat memperoleh persepsi dan wawasan yang terarah, luwes dan luas serta dinamis.
Salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok yaitu permainan simulasi. Permainan simulasi ini dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu misalnya untuk membantu siswa mempelajari pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan aturan sosial (Romlah, 2006: 23). Menurut Adams (Romlah, 2006: 23), menyatakan bahwa permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Permainan simulasi menggabungkan anatara dua teknik, yaitu teknik bermain peran dan teknik diskusi. Permainan simulasi ini pada dasarnya hampir sama dengan permainan peranan, tetapi dalam permainan simulasi terkadang pemainnya menghalangi pemain lainnya. Dengan permainan ini, para pemainnya berkelompok dan berkompetisi untuk mencapai suatu tujuan dengan mentaati peraturan tertentu.
Layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi ini merupakan salah satu cara untuk merefleksikan realitas kehidupan sehari-hari melalui suasana bermain dan dibuat untuk tujuan tertentu seperti untuk membantu siswa mempelajari pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan aturan-aturan sosial. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang berhadapan dengan siswa usia remaja, hendaknya guru harus memahami tentang kondisi psikologi remaja. Permainan merupakan salah satu teknik dalam memberikan pembelajaran agar belajar menjadi lebih menyenangkan dan bermakna.
Turner & Helms (Herdiansyah, 2009: 78) menyatakan bahwa kepercayaan diri pada remaja dapat dipupuk lewat permainan, karena remaja dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya tanpa ketakutan, sebab dalam permainan remaja akan belajar untuk melepaskan ketakutan dan kegembiraannya. Atas dasar itulah layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi dipilih sebagai media untuk meningkatkan kepercayaan diri pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten.
Peneliti memilih layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi sebagai metode untuk meningkatkan kepercayaan diri pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten karena ketika seorang remaja bersama dengan kelompok bermainnya maka remaja akan lebih mudah menerima umpan balik tentang kemampuan – kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Teman sebaya memungkinkan mereka lebih mudah untuk dapat saling mengerti dan memahami. Hal ini berbeda jika remaja berhadapan dengan orang dewasa. Keadaan ini kurang menguntungkan bagi remaja, karena anak kurang bisa mengeksplorasi kemampuan-kemampuannya. Jika remaja berada di lingkungan sebayanya, mereka bisa lebih mudah mengevaluasi apa yang mereka lakukan, dalam arti apakah lebih baik, sebagus, lebih daripada apa yang dilakukan teman-teman lain (Hartup, dalam Santrock 2013: 241).
Dengan berkelompok, materi yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti siswa karena dalam kegiatan kelompok tersebut siswa dituntut aktif memberikan pendapat- pendapatnya sehingga pemberian materi tidak terasa membosankan. Selain materi yang lebih mudah dimengerti siswa, kegiatan bimbingan yang dilakukan dalam bentuk kelompok akan terbentuk perisiwa psikologis yang mendukung peningkatan kepercayaan diri. Peristiwa psikologis tersebut antara lain komunikasi, kerjasama, umpan balik dan lain-lain. Pemberian layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi juga sesuai dengan kondisi jam mengajar guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten yang mempunyai jam mengajar di kelas yang terbatas. Jam mengajar guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten sudah ditiadakan. Jika guru bimbingan dan konseling ingin memberikan informasi kepada siswa akan disediakan pada waktu tertentu tetapi tidak rutin setiap minggunya. Melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi, informasi yang dibutuhkan oleh siswa dapat disampaikan kepada siswa yang membutuhkan, tidak keseluruhan siswa sehingga manfaatnya akan tepat pada siswa yang membutuhkan. Waktu pelaksanaan layanan adalah diluar jam pelajaran karena kegiatan ini tidak melibatkan banyak siswa sehingga kegiatan ini tepat untuk kondisi ruang BK di SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai kepercayaan diri pada remaja dengan judul “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Menggunakan Tehnik Permaian Simulasi Terhadap Tingkat Kepercayaan Diri Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2019/2020”.
KAJIAN TEORITIS
Kepercayaan diri
Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan mampu mengatasi masalah yang dihadapi, bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, serta menatap fakta dan realitas secara objektif. Menurut Mardatillah (2010: 176-177) orang yang percaya diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu: mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya serta mampu mengembangkan potensi dirinya; membuat standar atas pencapaian tujuan hidupnya lalu memberikan penghargaan jika berhasil dan bekerja lagi jika tidak tercapai; tidak menyalahkan orang lain atas kekalahan atau ketidakberhasilannya namun lebih banyak introspeksi diri sendiri; mampu mengatasi perasaan tertekan, kecewa dan rasa ketidakmampuan yang menghinggapinya; mampu mengatasi konflik batin; mampu mengatasi rasa kecemasan dalam dirinya; tenang dalam menjalankan dan menghadapi segala sesuatu; selalu berpikir positif; dan maju terus pantang mundur.
Menurut Wanda (2012: 39) orang yang percaya diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut: selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu; mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai; mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi; mampu menyesuaikan diri dan komunikasi dalam berbagai situasi; memiliki kondisi fisik dan mental yang baik; memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik; memiliki ketrampilan yang menunjang kehidupannya; dan selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja yang percaya diri adalah remaja yang mempunyai perasaan aman, yakin pada kemampuan diri sendiri, mandiri, tidak mementingkan diri sendiri, toleran, dan optimis. Jadi remaja yang percaya diri tidakakan takut mencoba hal-hal baru dan biasanya lebih berhasil karena remaja yang memiliki rasa percaya diri tinggi lebih berfikir secara positif dan berani mengambil resiko.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
Ada dua faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang (Purwanti, 2010: 48), yakni:
Internal (dari dalam)
Konsep diri
Konsep diri adalah kemampuan individu untuk mengevaluasi dirinya sendiri sehingga mampu memberikan penilaian atau penaksiran mengenai dirinya.
Harga diri
Seseorang yang mempunyai konsep diri positif, akan mampu menghargai dirinya, sehingga hal ini disebut sebagai seseorang yang mempunyai harga diri tinggi. Hal ini ditandai dengan adanya kemampuan mengaktualisasikan dirinya guna mengembangkan potensi yang dimiliki.
Jenis kelamin
Wanita cenderung mempunyai konsep diri yang negatif dari pada pria. Konsep diri negatif akan menyebabkan kepercayaan diri seseorang rendah.
Eksternal (dari luar)
Lingkungan
Jika lingkungan terutama orang tua mengakui keberadaan anak, serta memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup, maka pada diri anak akan diliputi rasa harga diri yang tinggi dan berkembang menjadi rasa percaya diri.
Pengalaman
Kepercayaan diri bersumber dari pengalaman pribadi yang berisikan keberhasilan- keberhasilan yang dialami seseorang dalam hal kejiwaan, fisik, pekerjaan,sosial, ekonomi, dan lain-lain.
Dengan layanan bimbingan kelompok menggunakan teknik permainan simulasi seorang remaja bisa membentuk kepercayaan dirinya karena dalam bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi dapat membantu menciptakan perilaku positif dalam tindakan, perkataan, atau perilaku lainnya, memberikan kesempatan pada remaja untuk menentukan pilihan dan memberikan kesempatan untuk berani menyatakan pendapatnya baik yang bersifat penolakan maupun yang mendukung dengan cara yang positif (Jamaris, 2005: 67).
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri berasal dari dalam dan luar diri seseorang. Faktor yang beraasal dari dalam adalah konsep diri, harga diri, dan jenis kelamin. Sedangkan yang berasal dari luar adalah lingkungan dan pengalaman.
Langkah-langkah Membangun Kepercayaan Diri
Beberapa upaya untuk meningkatkan dan membangun kepercayaan diri pada remaja menurut Supriyo (2008: 27) adalah sebagai berikut:
- Menghadapi rasa takut bukan malah
- Melawan rasa takut akan menambah percaya diri
- Hargai diri sendiri sebagai ciptaan
- Perlakukan diri sendiri seolah-olah dirinya adalah sahabat terbaik dirinya
- Mengekspresikan perasaan dengan lebih bebas
- Membuat rencana hidup agar lebih terarah
- Bersikap optimis dan berani berkata tentang
- Mencoba cara baru untuk melakukan sesuatu dan jangan menyalahkan diri
- Yakin kepada diri sendiri, yakin kepada kemampuan yang
Kelompok sebaya dalam bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi berfungsi untuk mengajarkan berbagai pola hubungan, cara pandang, berfikir dan bekerja sama. Remaja dapat belajar mengerti cara pandang teman sebaya terhadap dirinya, sehingga perilakunya dapat diterima oleh orang lain. Adanya hubungan yang sejajar antara dirinya dan teman-temannya menyebabkan remaja mampu mengembangkan rasa percaya diri ketika berhubungan dengan orang lain (Hetherington, 2007: 89).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kepercayaan diri bukan merupakan sifat bawaan,melainkan terbentuk dari hasil interaksi dan perkembangan melalui proses belajar individu dan sosial, sehingga kepercayaan diri pada seseorang bisa ditingktkan, salah satunya dengan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi
Bimbingan Kelompok Teknik Permainan Simulasi
Menurut (Juntika, 2009: 23), Layanan Bimbingan Kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri, pemahaman lingkungan, penyesuaian diri serta mengembangkan diri. Pemberian informasi banyak menggunakan alat-alat dan media pendidikan seperti LCD, audio, film, buletin, majalah, buku dan lain-lain.
Menurut Yalom (Juntika, 2009: 24), Jumlah keanggotaan pada kelompok paling sedikit terdiri dari empat orang klien atau lebih, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila jumlah anggota kelompok kurang dari empat orang maka dinamika kelompok menjadi kurang hidup. Menurut Sukardi (2008: 64) layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada sejumlah peserta didik yang dilakukan secara bersama-sama untuk memperoleh berbagai informasi dari narasumber (pembimbing/konselor) yang dapat berguna untuk menunjang kehidupannya dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Isi kegiatan dalam bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi atau bahan dari nara sumber (guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari- hari, baik secara individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Bahan yang digunakan juga sebagai acuan mengambil keputusan. Para anggota dapat diajak bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut.
Kesempatan mengemukakan pendapat, tanggapan dan berbagai reaksi juga dapat menjadi peluang yang sangat berharga perorangan yang bersangkutan. Kesempatan timbal balik inilah merupakan dinamika dari kehidupan kelompok yang akan membawa kemanfaatan bagi para anggotanya (Hartinah, 2009: 13). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu jenis layanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama membahas pokok bahasan tertentu yang berguna menunjang pemahaman diri, mengembangkan kemampuan pribadi sosial, mengatasi permasalahan dan mencegah berkembangnya masalah, dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Menurut Narti (2014: 94), permainan dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dilakukan dalam rangka memotivasi anggota untuk mempersiapkan diri dengan semangat tinggi dan sukarela untuk mengikuti tahap-tahap berikutnya, juga bertujuan sebagai selingan ataupun sebagai wahana yang memuat materi yang ada hubungannya dengan topik pembahasan. Permainan juga dilakukan untuk menciptakan dan menumbuhkan dinamika kelompok, sehingga perlu permainan yang efektif dan menyenangkan. Ciri-cirinya adalah:
- Sederhana
- Menggembirakan
- Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan
- Meningkatkan keakraban
- Diikuti oleh semua anggota kelompok
Adapun teknik permainan yang dapat dilakukan dalam bimbingan kelompok adalah seperti teknik permainan simulasi. Menurut Romlah (2006: 118) permainan simulasi dapat dapat dikatakan merupakan gabungan antara teknik bermain peran dengan teknik diskusi. Dalam permainansimulasi para pemainnya berkelompok dan berkompetisi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan mentaati peraturan-peraturan yang ditetapkan bersama. Dalam permainan tersebut para pemain harus berperan dan berperilaku seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam situasi kehidupan yang sebenarnya. Jumlah pemain dalam permainan simulasi terbatas dan lama permainannya juga terbatas. Selain itu permainan simulasi membutuhkan tempat dan peralatan tertentu. Anita dkk (2013: 16), menjelaskan bahwa penggunaan teknik permainan dalam kegiatan bimbingan dan konseling mempunyi banyak fungsi yaitu selain lebih dapat memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai, juga dapat membangun suasana dalam kegiatan bimbingan dan kelompok lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh mengikutinya.
Penggunaan teknik permainan simulasi baik untuk kepentingan pengajaran maupun bimbingan didasarkan pada pikiran bahwa belajar secara berarti dapat terjadi apabila si pelajar menyatu dan akrab dengan lingkungan belajarnya. Romlah (2006: 118) menjelaskan langkah-langkah membuat permainan simulasi sebagai berikut:
- Meneliti masalah yang banyak dialami anak, terutama yang menyangkut bidang pendidikan dan
- Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan permainan Dalam melakukan hal ini anggota kelompok atau siswa supaya diikutsertakan.
- Membuat daftar sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membantu menyelesaikan topik yang akan digarap, misalnya alat-alat yang diperlukan, buku sumber, dan waktu yang sesuai untuk mengerjakan tugas antara konselor dan
- Memilih situasi dalam kehidupan sebenarnya yang ada kaitannya dengan kehidupan siswa. pelajari srtuktur situasi tersebut, dan aturan-aturan yang mengatur perilaku mana yang dibolehkan dan perilaku mana yang tak boleh
- Membuat model atau skenario dari sesuatu yang sudah
- Identifiaksi siapa saja dan berapa orang yang akan terlibat dalam permainan
- Membuat alat-alat permaian
METODE PENELITIAN
Penerapan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi terhadap tingkat kepercayaan diri siswa kelas XI IPS 1 ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Groups Pretest–Posttest Design. Variabel yang diperhatikan atau diselidiki terdiri dari:
- Variabel terikat: Kepercayaan diri
- Variabel bebas: layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan simulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Angket Kepercayaan Diri Sampel Pre Tes
Dari hasil pretest diketahui bahwa ada 8 siswa yang masuk dalam kategori kepercayaan dirinya kurang baik, 7 siswa yang kepercayaan dirinya masuk dalam kategori cukup baik, 10 orang kepercayaan dirinya baik dan 6 orang yang kepercayaan dirinya sangat baik. Sehingga dapat dijelaskan bahwa sampel dalam penelitian ini adalah 8 siswa yang kepercayaan dirinya masuk dalam kategori kurang baik.
Ke 8 siswa tersebut akan diberikan treatmen layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan permainan simulasi. Untuk proses pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik simulasi akan peneliti jelaskan di bawah ini.
Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Permainan Simulasi
Setelah mengetahui skor dan kategori kepercayaan diri ke 8 siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2019/2020, langkah selanjutnya adalah memberikan treatmen layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi. Kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi dapat dilaksanakan sesuai rencana.
Setelah ke 8 siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2019/2020 mendapatkan treatment layanan bimbingan kelompok dengan teknik simulasi langkah selanjutnya adalah mengukur kembali tingkat kepercayaan diri siswa.
Deskripsi data tentang kepercayaan diri siswa setelah treatmen (sampel post test)
Siswa yang sudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi akan diukur kembali tingkat kepercayaan dirinya menggunakan skala psikologi. Rincian data pada sampel post test atau sampel yang sudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi.
Tabel 5 Tabel Kerja Uji Wilcoxon
NO |
Skor Kepercayaan Diri Sampel Post Test (X) | Skor Kepercayaan Diri Sampel Pre Test (Y) |
X-Y |
Mb |
b |
b2 |
Rank |
1 | 118 | 81 | 37 | 36 | 1 | 1 | 5 |
2 | 123 | 88 | 35 | 36 | -1 | 1 | 3 |
3 | 113 | 85 | 28 | 36 | -8 | 64 | 1 |
4 | 115 | 75 | 40 | 36 | 4 | 16 | 7 |
5 | 114 | 75 | 39 | 36 | 3 | 9 | 6 |
6 | 125 | 91 | 34 | 36 | -2 | 4 | 2 |
7 | 112 | 77 | 35 | 36 | -1 | 1 | 4 |
8 | 135 | 95 | 40 | 36 | 4 | 16 | 8 |
Jumlah | 955 | 667 | 288 |
112 |
36 |
||
Rata-
rata |
119,8 | 83,4 | 36 |
Dari analisis data tersebut ternyata Z hitung sebesar 2,520. Untuk mengetahui apakah Z hitung signifikan atau tidak selanjutnya dikonsultasikan dengan Z tabel. Sebagaimana ketentuan yang berlaku menginterprestasikan hasil analisis data penelitian, jika dari analisis Z hitung (Zh) sama atau lebih besar dari Z tabel (Zt), maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. Untuk mengetahui apakah Zhitung signifikan atau tidak selanjutnya dikonsultasikan dengan Z tabel pada taraf signifikan 1% sebesar 0,0136 dan 5% sebesar 0,0122. Dengan demikian Z hitung (Zh) lebih besar dari Z tabel (Zt) baik pada taraf signifikan 5% maupun 1% atau 0,0136 < 2,250 > 0,0122.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi terhadap kepercayaan diri siswa. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi terhadap kepercayaan diri siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2019/2020, artinya jika layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi dilakukan, dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa menjadi lebih baik.
Layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi yang dilaksanakan Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata (mean) angket kepercayaan diri siswa. Kepercayaan diri siswa yang sudah memperoleh layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi lebih tinggi dari pada kepercayaan diri siswa yang belum memperoleh layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi.
Pencapaian peningkatan kepercayaan diri siswa diakibatkan oleh layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi, karena mengajarkan kepada para anggota kelompok untuk tampil percaya diri dan mengesampingkan rasa takut, rasa minder yang ada pada diri siswa dalam kegiatan permainan simulasi. Teknik permainan simulasi menurut Adams (dalam Romlah, 2006: 119) adalah menggabungkan teknik bermain peran dan diskusi. Siswa dapat melatih kepercayaan dirinya melalui bermain peran dan menyampaikan pendapat dalam diskusi. Selain itu, dalam permainan simulasi melatih siswa untuk percaya diri dan berinteraksi atau sosialisasi dengan teman-temannya sehingga akan terlatih untuk percaya diri.
Pada observasi awal diketahui ke 8 siswa mempunyai kepercayaan diri yang masuk dalam kategori kurang, siswa masih minder dan takut dalam tampil didepan umum, mereka cenderung pasif dalam belajar di kelas dan interaksi pertemanan di luar kelas. Namun setelah kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi ada peningkatan kepercayaan diri dari masing-masing siswa terbukti dari kegiatan permaian simulasi yang diberikan yaitu sebanyak 7 siswa termasuk kategori cukup dan 1 siswa termasuk kategori baik. Siswa menunjukkan sikap yang berani untuk berinteraksi dengan orang lain, berani mengungkapkan ide dan gagasan dalam dirinya, berfikir kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan permasalahan.
Kepercayaan diri pada siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi, karena siswa dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya tanpa ketakutan, sebab dalam permainan siswa akan belajar untuk melepaskan ketakutan dan kegembiraannya. Jika rasa takut sudah dapat teratasi, siswa akan mampu mengenali kemampuan positifnya dan mampu menilai dirinya secara positif sehingga terbentuk rasa percaya diri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data menggunakan t-test dan interprestasinya pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi yang dilakukan mempunyai kontribusi yang sangat berarti terhadap peningkatan rasa percaya diri siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil Z hitung (Zh) mencapai 2,520 lebih besar dari Z tabel (Zt) pada taraf signifikan 1% = 0,0136 maupun 5% = 0,0122. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi ” ada pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi terhadap tingkat kepercayaan diri Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2019/2020”, dapat diterima kebenarannya.
Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan pada beberapa pihak, diantaranya:
Sekolah
- Bagi pihak sekolah terutama guru pembimbing, sebaiknya memberikan pendampingan dan lebih memperhatikan kepercayaan diri siswanya, salah satu caranya dengan memberikan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi yang berkaitan permainan-permainan simulasi yang meningkatkan kepercayaan diri
- Guru pembimbing sebaiknya memberikan kegiatan-kegiatan yang memerlukan keberanian atau kegiatan yang melatih kepercayaan diri, seperti bermain drama, memberikan layanan informasi, dan out bont, sehingga dengan anak mengikuti kegiatan ini kepercayaan dirinya semakin
- Guru pembimbing sebaiknya menindaklanjuti kegiatan ini dengan mengadakan konseling individu sehingga anak bisa semakin leluasa dalam menceritakan masalah yang sedang
Siswa
Bagi para siswa yang mengalami minder dan kurang percaya diri, sebaiknya mau mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan sekolah untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Angelis, De Barbara, 2005. Comfidence Sumber Sukses Dan Kemandirian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ariana Fithriyana, dkk. 2014. Jurnal BK: Bimbingan Kelompok dengan Teknik Permainan Simulasi untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Antar Pribadi Siswa, http: Journal. Unnes. ac. id. diakses tanggal 6 Maret 2019 pukul 10. 00 WIB.
Daruma, H. A. 2007. Empati dan pribadi yang unggul. Jurnal Intelektual.
Herdiansyah, Haris. 2009. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Hurlock, E. B. 2004. Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa: dr. Med. Metasari T. & Dra. Muslichah Z, Jakarta: Erlangga
Lauster, Peter. 2002. Tes Kepribadian. Alih Bahasa: D. H. Gulo. Edisi Bahasa Indonesia. Cetakan Ketigabelas, Jakarta: Bumi Aksara.
Monks. F. J. Knoers, A. M. P. Haditono, S. R. 2009. Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok, FKIP Universitas Negeri Padang.
Romlah, Tatiek. 2006. Teori & Praktek Bimbingan Kelompok, Malang: Universitas Negeri Malang
Santrock, John. W, 2012. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup), Jakarta: Erlangga
Sarlito Wirawan Sarwono. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.
Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedure Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta
Yusuf, Syamsul. 2009. Psikologi Perkembangan Remaja dan Anak, Bandung: Remaja Rosda Karya