MEMBANGUN MOTIVASI GURU DALAM BER-PTK

DENGAN MODEL ”DAMSUS 99” PADA GURU BINAAN

DI MAN 1 DAN MAN 2 TUBAN KABUPATEN TUBAN TAHUN 2020

Ulfah Hayati Muzayanah

Pengawas Kemenag Kabupaten Tuban

 

ABSTRACT

Writing Classroom Action Research (CAR) reports, so far, has become a particular difficulty for teachers. Most teachers still ask their friends to write the CAR reports, which, then, they acknowledge as their works. Moreover, they are reluctant to write the CAR reports on their own, preferring to “sew” for it, as one of the requirements when they need to apply for the Credit Score (PAK). Hence, the authenticity of the work results is doubted by some means. In this case, teachers cannot be 100% blamed when they were unable to write the report. The results of the initial survey in this research showed that there were 52% of respondents stated that teachers had never been assisted in conducting the CAR, 30% of them had attended training but it was only limited in theory and difficult to put it into practice, and 15% of them stated difficulties in writing the report. Since the coronavirus pandemic that surrounds the world cannot be contained and it is massive and fast spread, in teaching and learning there are terms such as Work from Home (WFH) and Learn from Home (LFH) as policies so that everyone can still work and learn. The coronavirus has had a serious impact on the education sector. With these conditions, the assistance and guidance for CAR are carried out online. Based on the background described above, the research problems can be formulated as follows: (1) How can the implementation of “Damsus 99” model encourage the motivation and honesty of MA teachers in Tuban Regency in writing CAR reports in 2020? (2) Can the “Damsus 99” model encourage motivation and honesty of the state MA Teachers (MAN 1 and 2) in Tuban Regency to write CAR reports in 2020? (3) What is the response of the state MA Teachers (MAN 1 and 2) in Tuban Regency after the implementation of the “Damsus 99” model in writing the CAR reports in 2020? The objective of this report on this prestigious work is to describe the implementation of the “Damsus 99” model in encouraging the motivation and honesty of the state MA Teachers (MAN 1 and 2) in Tuban Regency in writing CAR reports in 2020. With 9 meetings of assistance and a recommendation that is provided at the end of each meeting to be followed up by the participating teachers, it can be concluded that: the “Damsus 99” model is implemented by assisting teachers in 9 meetings and providing 9 recommendations, the “Damsus 99” model can encourage the motivation and honesty of the state MA teachers (MAN 1 and 2) in Tuban Regency in writing CAR reports in 2020, and the response of the state MA teachers (MAN 1 and 2) in Tuban Regency in 2020 after the implementation of the “Damsus 99” model in writing CAR reports was very good.

Keywords: motivation, CAR, damsus 99.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembuatan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), selama ini menjadi kesulitan tersendiri bagi guru. Kebanyakan guru masih meminta tolong teman dalam pembuatan laporan PTK yang diakui sebagai hasil karya sendiri. Guru malas membuat laporan PTK, lebih senang ‘menjahitkan’ untuk usulan Penetapan Angka Kredit (PAK) sehingga, keaslian tentang hasil kerja diragukan.

Dalam hal ini, guru juga tidak dapat disalahkan 100%, ketika mereka tidak mampu dalam menyusun laporan ini, sebab hasil survey awal menunjukkan ada 52% responden yang menyatakan bahwa guru belum pernah diberikan pendampingan dan 30% guru sudah pernah mengikuti pelatihan, tetapi baru sebatas teori dan sulit untuk mempraktikannya dan 18% guru menyatakan kesulitan dalam pembutan laporannya. Untuk mencari alternative mengatasi masalah tentang keengganan guru dalam membuat laporan PTK, maka perlu program kegiatan pengawas tentang Pendampingan Khusus dengan 9 fase dan 9 rekomendasi (Damsus 99).

Pandemi virus corona yang mengepung dunia belum bisa diredam. Penyebarannya yang masif dan relatif cepat membuat orang-orang ciut. Semua orang lantas mengambil jarak demi memutus rantai penularan COVID-19. Tempat-tempat ibadah kini mulai sepi, agenda-agenda masa dihilangkan, karena covid-19 dalam pembelajaran ada istilah work from home (WFH) dan learn from home (LFH) sebagai kebijakan agar tetap masih bisa bekerja dan belajar. Madrasah dan kampus pembelajaran melalui daring, virus corona memberikan dampak serius di sektor pendidikan, baik di Indonesia maupun secara global.

Berangkat Dari itu penulis juga melaksanakan pendampingan khusus melalui daring baik google form, zoom metting dan WA. Secara intensif penulis mendampingi sampai PTK dari guru binaan penulis selesai dikerjakan. Dan penulis terinspirasi menggunakan judul “ MEMBANGUN MOTIVASI GURU DALAM BER-PTK DENGAN MODEL ”DAMSUS 99” PADA GURU BINAAN DI MAN 1 dan 2 TUBAN ”adalah terispirasi dengan bilangan 99 yang merupakan jumlah asmaul Husna.

KAJIAN TEORI

Penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pentingnya PTK bagi Guru

Guru yang profesional memiliki kemandirian dalam melaksanakan profesinya. Menurut Imam Wahyudi (2013: 17), kompetensi professional guru merupakan kompetensi yang menggambarkan kemampuan khusus yang sadar dan terarah kepada tujuan-tujuan tertentu.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu alternative solusi bagi guru untuk meningkatkan kemampuan profesinya, dengan berbagai keunggulan, antara lain karena: (1) penelitiannya berbasis pada masalah yang dihadapi di kelas, (2) tidak meninggalkan tugas pokok untuk mengajar, (3) dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat, (4) tidak memerlukan dana yang terlampau besar, (5) hasil penelitian dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh guru, (6) sebagai sarana evaluasi diri dan (7) sebagai sarana berlatih untuk melakukan penelitian.

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 2) Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas dan ada 3 kata yang membentuk pengertian tersebut, yaitu: Penelitian, Tindakan, dan Kelas Jadi Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

Karakteristik PTK

Adapun karakteristik PTK dan membedakan dengan jenis penelitian formal lainnya, adalah sbb:

  1. Dilakukan oleh guru yang didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran
  2. PTK bentuk penelitian yang bersifat reflektif (mengulas secara kritis) dengan melakukan tindakan tertentu untuk memperbaiki/meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
  3. Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan mutu pembelajaran, yang didasarkan pada hasil penelitian eksplorasi (pendahuluan) sehingga menghasilkan suatu action (tindakan)
  4. Terjadi dalam siklus sebagai eksperimen berkesinambungan; minimum dua siklus. Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya
  5. Setiap siklus mencakup serangkaian langkah/kegiatan (planning, acting, observing, reflecting)
  6. Harus mengenai upaya untuk meningkatkan mutu siswa, jadi subjeknya adalah siswa
  7. Harus dilakukan guru sendiri dan berkolaborasi dengan teman sejawat.
  8. Merupakan kegiatan nyata, hasil pemikiran yang dirancang guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
  9. Merupakan tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Tindakan harus tampak nyata berbeda dari biasanya, – harus tidak seperti biasanya

Tujuan utama dari pelaksanaan PTK adalah: (1) Untuk memperbaiki mutu PBM sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah, siswa dan guru, (2) Untuk mengembangkan model-model belajar yang variatif, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif, serta penggunaan permainan, media dan sumber belajar yang tepat dan memadai, dan (3) Agar pembelajaran menyenangkan bagi siswa. Sedangkan, tujuan penyerta adalah menumbuhkan budaya meneliti bagi guru.

Prinsip-prinsip Pelaksanaan (PTK)

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas, harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1. Tidak mengganggu komitmennya sebagai guru. Untuk itu guru harus: (1) tetap memberikan yang terbaik pada siswa, jika action-nya tidak berhasil, (2) siklus tindakan tetap mengacu terlaksananya kurikulum secara keseluruhan, (3) siklus tindakan mengacu pada penguasaan yang ditargetkan pada tahap perancangan.
  2. Metode pengumpulan data harus tidak mengganggu proses pembelajaran.
  3. Metode penelitian yang digunakan hendaknya yang dapat menjawab hipotesis.
  4. Masalah yang dipilih hendaknya masalah yang benar-benar merisaukan dan guru berkomitmen untuk mengatasinya.

dihadapi adalah anak-anak manusia.

Bidang Garapan PTK adalah (1) metode pembelajaran, (2) strategi/teknik mengajar, (3) model pembelajaran, (4) prosedur evaluasi/penilaian, (5) perubahan sikap, perilaku dan nilai, (6) media pembelajaran, dan (7) lingkungan belajar (setting)/misal: permainan

Tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)

Sistem Berdaur (Cyclical):

1). Membuat perencanaan

2). Melakukan tindakan

3). Melakukan observasi

4). Merefleksi secara berulang-ulang (siklus) sampai masalah teratasi.

Siklus Pelaksanaan PTK: Menetapkan Fokus Masalah; Merencanakan tindakan meliputi: Merumuskan Hipotesis Tindakan,Menganalisis Kelayakan Hipotesis Tindakan, Persiapan Tindakan: Melaksanan Tindakan Dan Observasi: Pelaksanaan Tindakan, Observasi dan Interpretasi

Membangun Motivasi dalam Penulisan Karya Tulis

Salah satu indikator keberhasian dalam pendampingan adalah merangsang atau memberikan suasana yang sedemikian rupa hingga guru mampu untuk mempelajari teknik penulisan yang benar. Kegiatan pendampingan harus menyediakan apa yang harus sering dinyatakan oleh adanya sesuatu dorongan, yang karenanya guru mengetahui nilai apa yang dipelajari.

Menurut Soeharno, yang dinamakan motif, adalah “motif merupakan pendorong untuk berbuat. Dan dengan demikian motif ini merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan, termasuk dalam pendidikan dan pengajaran“ Jadi peranan motivasi sangat penting dalam hal belajar, yaitu dapat mendorong guru menentukan tujuan atau arah belajar penulisan, menentukan arah perbuatan yang harus dijalankan guru dan memperkuat hasil belajar atau “reinfercement “.

Sejalan dengan paparan diatas, Imam Wahyudi (2014: 27) secara umum faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah pengetahuan, kemampuan, kemauan dan semangat seseorang dalam melakukan pekerjaan demi kemajuan suatu organisasi. Menurut pandanganTutik Rachmawati (2013: 121), kinerja guru memiliki spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spisifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang maksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

Pendampingan Khusus 9 Fase dan 9 Rekomendasi (Damsus 99)

Pendampingan secara bertahap dirasa lebih efeftif, sebab guru mandapatkan pengalaman dan pengetahuan dari sedikit demi sedikit namun terarah dan langsung guru harus mengaplikasikannya dalam pembuatan karya ilmiah. Dengan demikian, guru tidak terasa nanti pada akhir pendampingan dapat mewujudkan sebuah karya yang selama ini dianggap sulit dan memberatkan.

Pada tiap-tiap fase kegiatan pendampingan, guru sebelumnya diberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan yang harus dilakukan kemudian guru diberikan tindak lanjut dengan kegiatan yang telah direkomendasikan oleh pengawas. Jadi secara bertahap tapi pasti, guru berlatih dengan menyelesaikan tugas sesuai dengan rekomendasi yang telah diberikan. Jika terjadi kesulitan atas tugas yang diberikan, maka pengawas harus memberikan penjelasan kembali kepada guru, sehingga nantinya guru benar-benar paham atas tugas yang diberikan.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp) ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab mendeskripsikan atau menggambarkan teknik pendampingan yang diterapkan dan bagaimana hasil yang ingin dicapai. Menurut pengertiannya, penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut (1) Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan, (2) Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama, (3) Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga, (4) Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya, dan (5) Kegiatan penelitian merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, 2002: 82-83).

Adapun penelitian tindakan Kepengawasan ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus direncanakan berkesinambungan, artinya proses dan hasil dari siklus I ditindaklanjuti dalam siklus II. Setiap siklus penelitian terdiri dari 4 (empat) komponen pokok yang juga menunjukkan 4 langkah, yaitu: (1) perencanaan atau planning, (2) tindakan atau acting, (3) pengamatan atau observing, dan (4) refleksi atau reflecting

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pendampingan terhadap guru sebagai realisasi dari perencanaan program dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap sesuatu yang terjadi.

Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTKp. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung. Pengamat melakukan observasi ketika proses pembelajaran berlangsung.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengunakan beberapa metode antara lain:

  1. Observasi: Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan (Kartono, 1996: 157). Sejalan dengan itu Hadawi Nawawi (1995: 70) mengemukakan metode observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan yang pelaksanaannya secara langsung, di masa suatu peristiwa keadaan atau situasi yang sedang terjadi dan seterusnya.
  2. Angket: Instrumen daftar pertanyaan angket dibuat untuk mengetahui respon dari guru, setelah diberikan pendampingan khusus.
  3. Dokumentasi: Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang proses pendampingan dengan: foto-foto kegiatan, daftar hadir peserta, dan kualitas laporan PTK yang telah dibuat dan dilaksanakan oleh guru-guru peserta pendampingan di wilayah Binaan.

Prosedur Penelitian

Agar data yang diperoleh ini dapat diambil kesimpulan berupa generalisasi, maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh guru binaan yang ada di MAN 1 dan 2 Tuban.

Data primer diperoleh dari teknik angket/kuesioner dan wawancara dan pengamatan langsung terhadap responden. Kuesioner sebagian besar disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup untuk memperoleh data deskriptif untuk menguji hipotesis. Setelah data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian ini menggunakan 4 tahap, tahap sebelum terjun dilapangan, pekerjaan dilapangan, analisis data dan pembuatan laporan (Lexi moleong, 2000: 109)

  1. Tahap sebelum terjun, pada tahap ini peneliti mencari data sebanyak-banyaknya dan literatur sebanyak-banyaknya untuk meneliti tentang teori kepemimpinan dan motivasi bagi guru.
  2. Tahap pekerjaan di lapangan, pada tahap ini yang dilakukan adalah mencari data dengan observasi langsung, Questioner dan angket serta wawancara. Kemudian data yang diperoleh dipresentasikan. Menurut Suharsimi (1999: 246) dalam buku prosedur penelitian suatu pendekatan praktis, menginterpresentasikan persentase dengan kalimat kualitatif yaitu (76-100) baik, (56-75%) cukup dan 40%-55% kurang baik dan kurang dari 40% tidak baik.
  3. Analisis data, Setelah memperoleh data maka dianalisis apakah benar Pelaksaan supervisi klinis dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di MAN 1 dan 2 Tuban Kab Tuban 2019/2020..

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan dan Observasi Kegiatan Pendampingan 9 Fase dan 9 Rekomendasi.

Adapun kegiatan pendampingan dilaksanakan selama 9 fase dan setiap fase (pertemuan) dilaporkan sebagai berikut:

  1. Fase I. Hari Senin, tanggal 3 Februari 2020, materi disampaikan secara umum kepada 40 guru pada MA Binaan di Kabupaten Tuban, dengan materi tentang: pengerian PTK, pentingnya PTK bagi guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, dan karakteristik PTK dan yang membedakan penelitian formal lainnya di bidang pendidikan. Dengan materi ini diharapkan, guru memiliki konsep secara utuh berbagai hal tentang jenis penelitian tindakan kelas ini.
  2. Fase II. Hari Selasa, tanggal 24 Maret 2020, materi disampaikan secara umum kepada 40 guru binaan di MAN se-Kabupaten Tuban melalui WA (dengan power point), dengan materi tentang: analisis dan identifikasi masalah, dan teori tentang penyusunan proposal PTK. Dengan disampaikannnya materi ini, diharapkan guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai hal tentang penulisan proposal pada penelitian ini.

Rekomendasi: Masing-masing guru menuliskan masalah krusial yang pernah dialami sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa menjadi di bawah standar yang diharapkan. Masalah yang ditulis harus yang benar-benar nyata dan pernah dialami oleh guru di kelasnya masing-masing, kemudian guru menuliskan akar permasalahan atau apa penyebab dari masalah yang muncul, lalu guru menuliskan alternative solusi untuk mengatasi dari masalah tersebut.

Hasil yang ditulis guru tentang masalah yang dialami adalah sebagai berikut:

Masalah Mata Pelajaran dan Kesulitan yang di hadapi:

  1. PKn kesulitan pada KD: 3.2. Mengevaluasi praktik perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin keadilan dan kedamaian
  2. Sejarah Indonesia pada KD: 3.3. Menganalisis dampak politik, budaya, social, ekonomi damn pendidikan pada masa penjajah eropa dalam kehidupan masa kini
  3. Akidah Ahlak pada KD: Menganalisis pokok-pokok aliran ilmu kalam
  4. Ushul Fikih pada KD: Menganalisis kaidah pokok pikiran Al-Yaqinu La Yuzalu Bisy-syak
  5. Bahasa Inggris pada KD: application Letter
  6. Matematika pada KD: Pertidaksamaan nilai mutlak dan pertidaksamaan Rasional
  7. Bahasa Arab pada KD: Attasawuk, al Qoidah al adad wa al ma’dud
  8. Biologi pada KD. Metabolisme
  9. Bahasa Indonesia pada KD: Analisis struktur dan kaidah kebahasaan
  10. Ekonomi pada KD. Jurnal umum, buku besar, jurnal penyesuaian, kertas kerja dan laporan keuangan

Dari beberapa contoh diatas rata-rata kesulitannya bertambah keika pembelajaran dilaksanakan secara daring. Mayoritas guru menghendaki pembelajaran tatap muka. Tetapi masa covid-19 mau tidak mau guru harus melaksanakan pembelajaran secara daring dan rata-rata solusinya dengan berdiskusi melalui WhatcApp.

 

  1. Fase III. Hari Kamis, 26 Maret 2020; guru diberikan teori penyusunan proposal penelitian atau bab I, bab II, dan bab III. Yang tidak boleh dilupakan adalah pembuatan RPP, pembuatan lembar pengamatan/observasi, lembar refleksi, dan lembar analisis hail penilaian (pengawas madrasah memberi contoh RPP Daring dan Luring)

Rekomendasi: Setiap guru peserta pendampingan wajib membuat proposal PTK dengan diberikan contoh nyata serta format yang telah disediakan pendamping, sehingga arah penulisannya jelas.

  1. Fase IV. Hari Sabtu, 28 Maret 2020; Berlatih bersama membuat proposal

Rekomendasi: Revisi tentang proposal yang telah dibuat

  1. Fase V. Hari Senin, 30 Maret 2020. Hasil proposal yang telah dibuat dan direvisi oleh guru, secara acak dipresentasikan untuk dibahas bersama dari sesi keunggulan maupun kekurangan yang perlu dilengkapi.

Rekomendasi:

a). Proposal harus dilengkapi dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta lembar kerja dan lembar penilaiannnya, intrumen observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar anilisis penilaian, dan surat ijin penelitian dari kepala madrasah.

b). Proposal harus dipraktikkan dalam proses pembelajaran yang dibuktikan dengan foto dokumentasi dan lembar pengamatan yang ditandatangani oleh teman sejawat.

Sebelum fase ke VI, seluruh peserta pendampingan diberikan waktu kurang lebih 3 minggu, yaitu mulai tanggal 31 Maret 2020 sampai dengan tanggal 20 April 2020 untuk mempraktikkan pembelajaran di kelasnya masing-masing (melalui daring/luring) sesuai dengan proposal yang telah dibuat. Hasil praktik pembelajaran harus disertai bukti fisik antara lain: lembar observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara mengirimkan hasil centang lewat daring, lembar analisis hasil penilaian, lembar refleksi diri oleh guru yang bersangkutan, contoh hasil kerja siswa, serta foto minimal 3 shot yang dikirimkan guru maupun siswa saat daring dari arah yang berbeda pada masing-masing siklus peneitian.

  1. Fase VI. Selasa, tanggal 21 April 2020 khusus untuk pendampingan guru Indduksi Guru pemula, Rabu 22 April 2020 untuk Guru MAN 1 Tuban, Kamis 23 April 2020 untuk guru MAN 2. Materi yang disampaikan adalah membuat laporan hasil penelitian guru berdasarkan hasil praktik pebelajaran yang telah dilakukan.

Rekomendasi: Guru harus berlatih bersama-sama menyusun laporan hasil penelitian sesuai bukti fisik yang telah dikirim.

  1. Fase VII. Sabtu, tanggal 25 April 2020 khusus untuk pendampingan guru Indduksi Guru pemula, Senin 27 April 2020 untuk Guru MAN 1 Tuban, Selasa 28 April 2020 untuk guru MAN 2. Materi yang disampaikan adalah tiap peserta mempresentasikan laporan hasil penelitian guru berdasarkan hasil praktik pebelajaran yang telah dilakukan.

Rekomendasi: Tiap peserta membuat slide program Power point untuk presentasi.

  1. Fase VIII. Rabu tanggal 29 April 2020 khusus untuk pendampingan guru Induksi Guru pemula, Kamis 30 April 2020 untuk Guru MAN 1 Tuban, Sabtu 2 Mei 2020 untuk guru MAN 2.. Materi yang disampaikan adalah membuat laporan menyeluruh dan meperbaiki laporan hasil PTK dan membuat kesimpulan dan saran dari hasil peneltian yang telah dilaksanakan.

Rekomendasi: Setiap guru membuat laporan lengkap dari hasil PTK.

  1. Fase IX. Senin tanggal 4 Mei 2020 khusus untuk pendampingan guru Induksi Guru pemula, Selasa 5 Mei 2020 untuk Guru MAN 1 Tuban, Rabu 6 Mei 2020 untuk guru MAN 2.Materi yang disampaikan adalah koreksi terhadap PTK yang telah dibuat oleh Guru.

Rekomendasi: Setiap guru menyempurnakan laporan lengkap dari hasil PTK.

Dari seluruh rangkaian kegiatan atau 9 (sembilan) fase yang telah dilaksanakan ada temuan-temuan yang menarik, antara lain:

  1. Pada umumnya guru bersemangat dalam kegiatan pendampingan, terbukti kegiatan yang dilaksanakan pada pukul 12.30 WIB, adalah waktu istirahat, walaupun secara daring, namun guru masih aktif mengikuti pendampingan.
  2. Guru-guru yang telah berusia lebih dari 50 tahun, pada umumnya kesulitan dalam tugas pengetikan.
  3. Guru-guru kesulitan mencari referensi/buku sumber untuk kajian pustaka atau kajian teori pada bab II.

Refleksi/Respon Guru Terhadap Proses Pendampingan

Adapun hasil quisioner dari yang telah diisi oleh responden sejumlah 40 orang guru secara acak, maka jawaban guru peserta pendampingan adalah sebagai berikut:

  1. Pelaksanaan pendampingan khusus (Damsus) penulisan laporan PTK ini dirasa sangat perlu bagi guru. Ada 54% guru yang menyatakan sangat perlu, 43% guru menyatakan perlu, 3% menganngap kurang perlu dan 0% atau tidak ada yang menganggap tidak perlu.
  2. Selama ini guru malas membuat laporan PTK, hal ini disebabkan 52% guru belum pernah pelatihan/pendampingan khusus, ada 30% guru sudah mengikuti pelatihan tetapi sulit untuk mempraktikannya. Ada 15% guru yang menyatakan memang sulit dan rumit dalam pembuatan laporan PTK, dan 3% orang guru malas karena sudah tidak ingin naik pangkat lagi.
  3. Setiap peserta diberikan tugas dalam pembuatan proposal. Tugas yang diberikan kepada guru tentang membuat proposal pada umumnya atau 50% guru langsung membuat konsep dan diketik sendiri pada computer/laptop, ada 40% guru menyatakan, sebelum diketik maka proposal ditulis tangan dulu. Sedangkan guru yang menulis konsep sendiri dan baru meminta bantuan oranglain untuk mengetik ada 10%.
  4. Waktu yang diperlukan pendampingan penulisan laporan PTK ini selama 9 kali pertemuan dirasa ada 67% guru sudah ideal dan cukup waktu, ada 24% guru yang menyatakan kurang lama, 5% menyatakan lama, dan hanya 4% guru yang menyatakan terlalu lama.
  5. Dari segi biaya dengan sistem daring dengan menggunakan paketan dari guru yang bersangkutan baik melalui google form,WA dan pertemuan langsung dalam selama 9 kali pendampingan ini, menurut guru ada 84% yang menganggap cukup murah, 7% menyatkan sangat murah, 9% menyatakan mahal, dan tidak ada guru yang mengatakan sangat mahal.
  6. Setelah mengikuti pendampingan khusus ini, maka tentang penulisan laporan PTK ini, saya sangat paham 5%, 66% paham, 28% kurang paham, dan 1 % orang yang tidak paham.
  7. Menurut saya, penulisan laporan PTK ini yang paling sulit adalah pada Bab IV ada 57%, Bab III ada 29%, bab II ada 8% dan bab I ada 5%.
  8. Metode dan teknik yang digunakan pendamping dalam pelaksanaan kegiatan sudah seimbang antara teori yang diberikan dengan praktik dijawab oleh 60% guru, Ada 22% guru yang menganggap terlalu banyak teori, ada 17% guru yang mengatakan teori yang disampaikan sulit dipraktikan dan hanya 1% guru yang menganggap terlalu banyak praktik.
  9. Jika suatu saat yang akan datang ada kegiatan kolektif guru yang kegiatannya mirip dengan kegiatan ini dengan materi berbeda, maka menurut guru ada 49% yang mengatakan nara sumber/pendamping/pembimbing sebaiknya pengawas pembina dan sebagian kecil dari luar. Ada 41% guru yang menyatakan semua pendamping berasal dari pengawas pembina sendiri. Ada 10% guru yang menyarankan sebagian besar pendamping dari luar pengawas Pembina.

 KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

  1. Penerapan Model “Damsus 99” dilaksanakan pendampingan terhadap guru-guru selama 9 pertemuan dan 9 rekomendasi.
  2. Model “Damsus 99” dapat membangun motivasi dan kejujuran guru dalam menulis laporan PTK pada guru MA wilayah Madrasah binaan se- Kabupaten Tuban 2020.
  3. Respon guru MA Kabupaten Tuban setelah penerapan model “Damsus 99” dalam penulisan laporan PTK sangat baik. Dengan bukti guru-guru menyusun PTK nya sampai selesai dan disesuaikan dengan pembelajarannya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Dikbud, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.

Moleong Lexi, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya

LPMP Jatim, 2007. Bahan Diklat Pengembangan Profesi Guru; Surabaya

Suharsimi Arikunto Prof., 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Rachmawati Tutik. 2013. Penilaian Kinerja Profesi Guru dan Angka Kreditnya. Gava Media. Yogyakarta

Tim Narasumber. 2013. Bahan Diklat Penguatan Pengawas. Dinas Pendidikan Prov Jatim.