Peningkatan Kemampuan Listening dan Hasil Belajar Bahasa Inggris Melalui Media Youtube
PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING
DAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA YOUTUBE PADA SISWA KELAS XII IPS 3 SEMESTER 1 SMAN 1 BAE KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Christina Murti Saptaningsih
SMAN 1 Bae Kudus
ABSTRAK
Bahasa sangat berperan dalam kehidupan kita sehari-hari, karena bahasa merupakan cara untuk mengkomunikasikan ide-ide kita kepada orang lain. Dengan bahasa semua orang dapat mengekspresikan perasaan, keinginan, pendapat dan kebutuhan masing-masing individu. Tanpa berbahasa maka akan sulit bagi setiap orang untuk memahami maksud dari perkataan orang lain. Belajar bahasa Inggris sangatlah komplek karena bahasa Inggris memiliki empat kemampuan dasar yaitu Listening (mendengar/menyimak), Speaking (berbicara), Reading (membaca) dan Writing (menulis). Serta memiliki tiga kemampuan tambahan yaitu Grammar (tatabahasa), Vocabulary (kosa kata) dan Pronunciation (pengucapan). Semua komponen itu sangat penting dan harus dipelajari jika ingin menguasai bahasa Inggris dengan baik. Nilai kemampuan listening siswa pun mengalami kenaikan cukup signifikan. Dari semula 3,11 (kategori baik) pada siklus I menjadi rerata 3,67, 65 (kategori baik) pada siklus II. Penerapan pembelajaran dengan media Youtube dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus Semester gasal Tahun Pelajaran 2019/2020 dinyatakan berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan adanya realitas data sebagai berikut: Kenaikan persentase ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata, meskipun siklus I indikator belum tercapai tetapi ada peningkatan dari Kondisi Awal. Ketuntasan klasikal dari Siklus I sampai Siklus II yaitu siklus I: 69,70%, siklus II: 87,88%. Perolehan nilai rata-rata penilaian akhir pembelajaran setiap akhir Siklus yaitu siklus I: 76,73, siklus II: 86,18. Nilai rata-rata kemampuan listening juga mengalami kenaikan cukup signifikan. Pada tahap kondisi awal nilai kemampuan listening 2,44 (cukup), tahap Siklus I nilai rerata sebesar 2,90 (cukup) dan tahap siklus II nilai rerata sebesar 3,59 (baik). Berdasarkan data prestasi nilai akademik dan nilai kemampuan listening tersebut di atas, maka pada konklusinya bisa dinyatakan bahwa pembelajaran menggunakan media youtube telah berhasil meningkatkan kemampuan listening dan hasil belajar bahasa Inggris materi homofon pada Siswa Kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus semester gasal tahun pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci: Listening, Hasil Belajar Bahasa Inggris, Youtube
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Berlangsungnya proses pendidikan melibatkan unsur-unsur guru, siswa, metoda, sarana/media, situasi, kurikulum, tujuan, penilaian dan pengelolaan.
Bahasa sangat berperan dalam kehidupan kita sehari-hari, karena bahasa merupakan cara untuk mengkomunikasikan ide-ide kita kepada orang lain. Dengan bahasa semua orang dapat mengekspresikan perasaan, keinginan, pendapat dan kebutuhan masing-masing individu. Tanpa berbahasa maka akan sulit bagi setiap orang untuk memahami maksud dari perkataan orang lain.
Belajar bahasa Inggris sangatlah komplek karena bahasa Inggris memiliki empat kemampuan dasar yaitu Listening (mendengar/menyimak), Speaking (berbicara), Reading (membaca) dan Writing (menulis). Serta memiliki tiga kemampuan tambahan yaitu Grammar (tatabahasa), Vocabulary (kosa kata) dan Pronunciation (pengucapan). Semua komponen itu sangat penting dan harus dipelajari jika ingin menguasai bahasa Inggris dengan baik.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.
- Kurikulum standar dari pemerintah diharapkan dapat di aplikasikan oleh sekolah, sehingga tujuan pendidikan nasional cepat tercapai.
- Model pembelajaran konvensional yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar di kelas kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran.
- Prestasi belajar kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus semester gasal tahun pelajaran 2019/2020 rendah, ditunjukkan dengan nilai siswa yang masih belum mencapai KKM.
Pembatasan Masalah
- Penelitian tindakan kelas dilakukan pada siswa kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae tahun pelajaran 2019/2020.
- Pendekatan pembelajaran yang dipakai adalah menggunakan media Youtube, khusus pada materi homofon dan unjuk kerja.
- Kemampuan listening siswa dibatasi pada kategori sangat baik, baik dan kategori cukup dan kurang diukur dengan menggunakan lembar pengamatan.
Rumusan Masalah
- Apakah pembelajaran bahasa Inggris menggunakan media Youtube dapat meningkatkan kemampuan listening siswa kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus?
- Apakah pembelajaran bahasa Inggris menggunakan media Youtube dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus?
Tujuan Penelitian
- Untuk meningkatan kemampuan listening siswa kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus dalam pembelajaran menggunakan media Youtube pada mata pelajaran bahasa Inggris.
- Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus dengan pembelajaran menggunakan media Youtube pada mata pelajaran bahasa Inggris.
Manfaat Penelitian
- Bagi guru, hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang alternatif pembelajaran menggunakan media Youtube.
- Bagi siswa pembelajaran dengan menggunakan media Youbute dapat meningkatkan hasil belajarnya.
- Model penilaian kemampuan listening dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk digunakan sebagai alternatif penilaian baik aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotorik siswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Teori
Listening
Pengertian Listening
Listening belum mendapatkan perhatian yang cukup luas di masa sebelumnya. Padahal keterampilan ini merupakan keterampilan yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Burely-Allen, 1995).
Permasalahan pebelajar di dalam Listening Comprehension, dapat menyebabkan siswa kesulitan untuk menguasai ketrampilan lain di dalam Bahasa Inggris. Hal ini disebabkan karena jika siswa tidak memahami apa yang didengar, pebelajar tidak akan memiliki kemampuan yang baik di dalam speaking untuk merespon dari apa yang didengar.
Faktor-faktor Kesulitan Belajar Listening bahasa Inggris.
Kesulitan yang terdapat dalam keterampilan ini dalam Listening yang dialami oleh pembelajar bahasa Inggris, yaitu (1) Pendengar tidak dapat mengontrol kecepatan berbicara orang yang menyampaikan pesan. (2) Pendengar tidak mempunyai kesempatan untuk meminta pembicara mengulangi atau mengklarifikasi pesan yang disampaikan, misalnya saat mendengarkan radio, menonton TV. (3) Keterbatasan kosa kata yang dimiliki oleh pendengar, membuat pendengar tidak dapat memahami isi teks yang didengarnya bahkan dapat membuat mereka menjadi bosan dan frustasi (4) Kegagalan pendengar untuk mengenali dan memahami ‘tanda-tanda’ yang dikirim oleh pembicara yang menyebabkan pendengar salah dalam memahami isi pesan yang diterimanya (5) Kesalahan dalam menginterpretasikan pesan yang diterima, sehingga isi pesan yang disampaikan tersebut diterima atau dimaknai berbeda oleh pendengar.
Belajar
Pengertian Belajar
Menurut Hilgard dan Bower dalam Ngalim Purwanto (2002: 22) menyatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya
Menurut Edward Thorndike dalam Sri Esti (2006: 18), belajar adalah proses seseorang memperolah berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Sedangkan kaum neobehaviorisme memandang belajar sebagai salah satu bentuk atau wujud respon dari asosiasi stimules-respon (S-R), reorganisasi pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi suatu tingkah laku yang erat hubungannya dangan penyelesaian suatu persoalan.
Prinsip Pembelajaran
Berbagai eksperimen yang dilakukan para ahli psikologi dalam Sagala (2010: 54) menemukan sejumlah prinsip atau kaidah dalam belajar antara lain:
- Law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dengan respon diikuti dengan keadaan memuaskan dan sebaliknya. Jadi hasil belajar akan diperkuat dan menumbuhkan rasa senang atau puas (thorndike).
- Law of exercice, yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan. Jadi hasil belajar akan lebih sempurna jika sering diulang dan sering dilatih.
- Law of intensity, yaitu belajar memberi makna yang dalam apabila dilakukan dangan kegiatan yang dinamis.
- Belongingness, yaitu keterikatan bahan yang dipelajari pada situasi belajar akan mempermudah berubahnya tingkah laku.
Proses Pembelajaran
Proses belajar yang dinamis dan memberikan rasa senang kepada siswa akan meningkatkan prestasi hasil belajar. Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran (Suryo Subroto, 2009: 36).
Belajar mengajar harus bernilai normatif, yaitu mengandung sejumlah nilai yang mampu mengubah tingkah laku, sikap dan perbuatan anak didik menjadi lebih baik, dewasa, dan bersusila. Proses interaksi edukatif melibatkan komunikasi aktif dua arah antara guru dan anak didik, aktif dalam arti sikap, mental, dan perbuatan.
Hasil Belajar Siswa
Hasil Belajar
Proses yang dialami oleh siswa akan menghasilkan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi bidang pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap. Adanya perubahan tersebut dilihat pada kemampuan yang dimiliki siswa
Hasil Belajar Bahasa Inggris
Proses yang dialami oleh siswa mempelajari bahasa Inggris akan menghasilkan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan ini meliputi bidang pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap.
Media You tube
Internet dan peningkatan pembelajaran Listening
Sekarang terjadi peningkataan yang cukup tajam dalam perkembangan fasilitas internet. Hal ini didukung kuat dengan oleh perkembangan dunia komputer dan juga tuntutan para pengguna untuk mendapatkan aplikasi yang lebih inovatif dalam teknologi.
Salah satu manfaat internet yang dikemukakan oleh Warschauer (2000: 15) adalah autentik. Penggunaan materi listening yang autentik akan memberi kesempatan siswa atau pembelajar untuk memiliki pengalaman dengan latihan listening yang alami.
Youtube
YouTube adalah sebuah situs website media sharing video online terbesar dan paling populer di dunia internet. Saat ini pengguna youtube tersebar di seluruh dunia dari berbagai kalangan usia, dari tingkat anak-anak sampai dewasa.
Youtube memiliki beberapa keunggulan sebagai media pembelajaran yaitu Potensial yaitu youtube merupakan situs yang paling poluper di dunia internet saat ini yang mampu memberikan edit value terhadap education/pendidikan; Praktis yaitu youtube mudah digunakan dan dapat diikuti oleh semua kalangan termasuk siswa dan guru.
Pembelajaran Bahasa Inggris Homophone
Peningkatan kompetensi Listening melalui penguasaan Homophone adalah sebagai berikut:
- Peningkatan berarti menambah keahlian, kemampuan, kecakapan.
- Kompetensi berasal dari Bahasa Inggris competence: being competent, ability (Oxford Advanced Learner’s Dictionery of Current English) yang berarti menjadi mampu/bisa melakukan sesuatu.
- Listening: ”try to hear, pay attention” yang berarti mencoba mendengarkan, memperhatikan (Oxford Dictionery)
- Melalui alat atau bantuan
- Penguasaan: dari kata dasar kuasa yang berarti, menguasai, mendalami, dan mumpuni.
- Homophone: word pronounce like another but different in meaning spelling or origin (Oxfort Dictionary) yang berarti kata yang ucapannya sama tetapi artinya, ejaanya (tulisan) asalnya berbeda.
- Homophones:
“Are words that have same pronunciation but different spellings and meaning “.
Seperti Practise and Progress by LG Alexander (p viii).
- Nothing should be spoken before it has been heard
- Nothing should be read before it has been spoken
- Nothing should be written before it has been read
Jadi urutannya:
Listening a speaking a reading a writing
Mendengar a berbicara a membaca a menulis
Seperti dalam standar kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Contoh minimal pair (similar sound):
Statement : Joanne doesn’t like to read his stories.
It means : Joanne isn’t fond of the stories he writes (not histories).
Statement : it’s very difficult to leave here after such a long time.
It means : it isn’t easy to go away (not live or remain).
Statement : most students don’t know whether they will like a place until after they have been there for a while.
It means : most students aren’t sure about a place (not about the weather).
Masih banyak lagi Homophone dan cara membacanya (Phonetic Transcription) yang ada dalam lampiran halaman belakang.
Contoh Minimal Pair
Pen: bullpen kiss: mencium
Pan: panic case: kasus, kotak
Attack: menyerang team: tim, regu
Attach: melekat theme: tema
Ascent: menyetujui astray: tersesat
Accent; logat ashtray: asbak
Masih banyak contoh minimal pair dan cara membacanya (Phonetic Transcription) yang ada dalam lampiran di halaman belakang.
Pembatasan Masalah
Masalah yang ada pada pembelajaran listening cukup beragam, maka pembatasan masalah dibatasi pada hal-hal berikut:
- Perlunya peningkatan proses dan hasil belajar, khususnya kompetensi listening.
- Perlunya model pembelajaran listening yang lebih menekankan pada homophone.
- Perlunya penerapan homophone pada soal tes, percakapan, cerita pendek dan lagu.
Tujuan Penelitian
Penelitian diadakan dengan tujuan:
- Agar peserta didik mampu membedakan homophone yang disajikan melalui kalimat, percakapan, lagu dan penggalan cerita pendek.
- Agar peserta didik mampu meningkatkan kompetensi listening melalui penguasaan homophone.
- Mengukur kemampuan peserta didik menentukan homophone dalam mengerjakan soal yang ada.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam PTK ini adalah Penggunaan media Youtube dapat meningkatkan kemampuan listening dan hasil belajar bahasa Inggris bagi siswa kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2019/2020.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Setting Penelitian
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus tahun pelajaran 2019/2020 berjumlah 33 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Kelas XII IPS 3.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bae Kudus kabupaten Semarang.
Data dan sumber data
Data.
- Data kualitatif (hasil observasi setiap siklus pada lembar observasi)
- Data kuantitatif berupa nilai hasil pengerjaan instrumen penilaian akhir Siklus untuk ditentukan rerata keberhasilan klasikal. Acuan ketuntasan klasikal dalam PTK ini ditetapkan sebesar 85%.
Sumber Data.
Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus, observer/kolabor (Rika Aprilia, S.Pd.) teman sejawat peneliti, yang juga mengajar mata pelajaran bahasa Ingris di SMAN 1 Bae Kudus.
Instrumen Penelitian
- Perangkat pembelajaran, yaitu: Silabus dan RPP
- Tabel pengamatan observer terhadap partisipasi siswa selama kegiatan pembelajaran.
- Catatan lapangan, berupa kejadian-kejadian menarik yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
- Jurnal Siswa.
- Jurnal Guru.
Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul. Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, selanjutnya mereduksi data (memilih dan memilah data, membuang data yang tidak penting) dan menyusunnya dalam satuan-satuan kemudian mengkategorikannya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Kondisi Awal
Diskripsi Hasil Belajar
Kondisi awal sebelum diadakan Penelitian Tindakan Kelas, dapat dideskripsikan bahwa prestasi belajar masih tergolong cukup rendah. Data pendukungnya: nilai Penilaian harian rata-rata 71,5, nilai terendah 55 (diraih Aufa Roykhan) dan tertinggi 85 (diraih Amelia Dian Nugrahani, Mochammad Faizal Wahyu R. dan Nadya Laili Rizqiyah), tetapi apabila dilihat dari jumlah siswa tuntas hanya 19 siswa (71,90%) dari jumlah 33 siswa dengan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 57,58%. Target minimal ketuntasan klasikal adalah sebesar 85% siswa tuntas. Hasil belajar pelajaran bajasa Inggris siswa kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus tersebut menujukkan bahwa pembelajaran belum berhasil. Oleh karena jumlah siswa belum tuntas masih ada 14 siswa (42,42%), maka diadakan perbaikan pembelajaran, tidak hanya sekedar perbaikan penilaian saja. Perbaikan pembelajaran tersebut diwujudkan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Diskripsi Tiap Siklus
Diskripsi Siklus I.
Perencanaan
Pelaksanaan siklus I direncanakan tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama (Jum’at, 16 Agustus 2019), satu jam pelajaran untuk membahas Teks interaksi transaksional, hubungan sebab akibat. Sedangkan satu jam lagi digunakan untuk membahas fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan percakapan.
Kegiatan dalam pertemuan pertama siklus 1 tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut:
- Pendahuluan:
Apersepsi: Mengingat kembali materi terdahulu
Motivasi: Memberikan contoh pentingnya mempelajari materi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks interaksi transaksional lisan.
Mengkondisikan Kelompok belajar dengan perubahan kelompok belajar karena terjadi ketidak seimbangan kerja kelompok.
- Kegiatan Inti
- Guru memberikan penjelasan
- Siswa Mengerjakan LKS dengan media youtube dan bimbingan guru.
- Tanggapan dari kelompok lain.
- Guru melakukan konfirmasi untuk soal-soal yang belum dikuasai secara umum.
- Penutup:
- Siswa membuat rangkuman dengan bimbingan guru
- Refleksi Proses pembelajaran
- Siswa diberi tugas untuk pertemuan berikutnya.
Tindakan (Action)
Pada pertemuan pertama siklus I langkah pertama membentuk kelompok belajar heterogen dengan mengacu pada hasil Penilaian Harian, kemudian guru mengamati keseimbangan penyebaran pembagian kelompok belajar. Pada pertemuan ke 2 siklus I guru melakukan pergeseran kelompok belajar untuk mengatasi ketidak seimbangan pemerataan. Pergantian terjadi apabila ada lebih dari 4 siswa yang tidak masuk sekolah pada hari itu untuk menyeimbangkan jumlah anggota kelompok belajar. Pada pertemuan ke 2 diadakan presentasi pertama kali. Langkah pertama guru membentuk kelompok diskusi yang heterogen dari segi kemampuan akademis. Kemudian guru menerangkan cara kerja presentasi. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dalam kelompoknya,.
Hasil Pengamatan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan model pembelajaran berbantuan media Youtube menunjukkan antusias yang cukup tinggi bagi siswa, suasana proses belajar tampak lebih hidup. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena menjadi bagian dari kesibukan kolektif.
Pada pertemuan pertama siklus I kerja kelompok agak terhambat karena kurang bagus dalam pembagian kelompok belajar. Pada pertemuan ke 2 kelompok belajar sudah ada pergeseran sehingga kerja kelompok menjadi lebih hidup. Meskipun dari 33 siswa yang hadir, ada 7 siswa atau 21,21% yang terekam tampak kurang bersemangat saat proses diskusi berlangsung sehingga kurang ikut andil dalam kelompok diskusinya. Mereka adalah Anindya Salum Mushlikhah, Kharis Ferdiansyah, D Miftakhun Ni’am., Muhammad Kevin Akilla, dan Rosalin Adwitiya Maharani. Sedangkan 26 siswa atau 78,79% terlihat aktif dan serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berikut ini hasil pengamatan dari siklus I.
Refleksi
Dari hasil penilaian dan pengamatan, dapat dipakai sebagai dasar untuk merefleksi untuk melakukan kegiatan selanjutnya. Hasil penilaian dan pengamatan ditunjukkan secara menyeluruh.
Dalam hal pencapaian hasil nilai tournament, terdapat 1 kelompok dalam ketegori Istimewa, 3 kelompok kategori Baik Sekali dan hanya 1 kelompok dalam kategori predikat Baik.
Pembahasan antar Siklus
Pembahasan Data Siklus I
Pada siklus pertama, dari data hasil penelitian yang tersaji terlihat indikator pencapaian belum tercapai tapi sudah ada banyak peningkatan hasil belajar. Ketuntasan klasikal mengalami kenaikan 12,12% dan rata-rata 5,2 dari kondisi awal. Pada siklus I siswa sudah mulai senang dan tertarik dengan pembelajaran berbantuan Youtube.
Apabila dilihat dari nilai kemampuan listening juga mengalami kenaikan. Dari rerata nilai 2,31 (kategori cukup) pada tahap kondisi awal, menjadi nilai rerata sebesar 3,67 (kategori baik) pada tahap siklus II atau mengalami kenaikan nilai kemampuan listening sebesar 1,36 point.
Pembahasan Data Siklus II
Pada siklus kedua, dari data hasil penelitian hasil belajar yang tersaji terlihat indikator pencapaian sudah tercapai. Ketuntasan klasikal mencapai 87,88% dan rata-rata 82,96. Apabila diperbandingkan dengan hasil siklus I terjadi kenaikan prosentase ketuntasan sebesar 19,45% sedangkan nilai rata-ratanya mengalami kenaikan sebesar 6,26 atau 6,26%.
Nilai kemampuan listening siswa pun mengalami kenaikan cukup signifikan. Dari semula 3,11 (kategori baik) pada siklus I menjadi rerata 3,67, 65 (kategori baik) pada siklus II.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penerapan pembelajaran dengan media Youtube dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus Semester gasal Tahun Pelajaran 2019/2020 dinyatakan berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan adanya realitas data sebagai berikut:
- Kenaikan persentase ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata, meskipun siklus I indikator belum tercapai tetapi ada peningkatan dari Kondisi Awal. Ketuntasan klasikal dari Siklus I sampai Siklus II yaitu siklus I: 69,70%, siklus II: 87,88%. Perolehan nilai rata-rata penilaian akhir pembelajaran setiap akhir Siklus yaitu siklus I: 76,73, siklus II: 86,18.
- Nilai rata-rata kemampuan listening juga mengalami kenaikan cukup signifikan. Pada tahap kondisi awal nilai kemampuan listening 2,44 (cukup), tahap Siklus I nilai rerata sebesar 2,90 (cukup) dan tahap siklus II nilai rerata sebesar 3,59 (baik).
- Berdasarkan data prestasi nilai akademik dan nilai kemampuan listening tersebut di atas, maka pada konklusinya bisa dinyatakan bahwa pembelajaran menggunakan media youtube telah berhasil meningkatkan kemampuan listening dan hasil belajar bahasa Inggris materi homofon pada Siswa Kelas XII IPS 3 SMAN 1 Bae Kudus semester gasal tahun pelajaran 2019/20
Implikasi
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan wawasan yang jelas tentang pembelajaran bahasa Inggris dengan media Youtube dapat diterapkan atau digunakan dalam proses pembelajaran bahasa Inggris pada materi homofon siswa kelas XII IPS. Metode pembelajaran ini mempermudah siswa untuk memahami materi bahasa Inggris khususnya materi homofon dan mampu merangsang siswa untuk lebih kreatif dan inovatif serta peran belajar siswa lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan kemampuan listening dan hasil belajar siswa.
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang diberi pembelajaran bahasa Inggris dengan media Youtube, mendapatkan hasil belajar yang sangat baik dimana dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan yaitu di atas kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan di sekolah. Pembelajaran bahasa Inggris melalui media Youtube menjadikan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipelajari bagi siswa.
Saran
- Penggunaan media Youtube sebagaimana telah digunakan pada penelitian ini ternyata pada hakikatnya dapat membantu siswa dalam membangun kecerdasan sosial, membangun rasa percaya diri siswa dan dapat meningkatkan kemampuan listening dan hasil belajar siswa.
- Penarapan media Youtube bisa dikembangkan dengan penambahan berbagai variasi dan inovasi guru untuk memperbaiki pembelajaran di kelas.
|
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2005. Coopertive Learning. PT Grasindo, Jakarta.
Arifah Nur Triyani. 2009. Skripsi: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games tournament (TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta Kelas IX C. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Endang Mulyatiningsih. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik. Yogyakarta: UNY press.
Hamalik Oemar. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hilgard & Bower dalam bukunya Theoris of Learning (1975)
Kadir Tiya. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Siswa Kelas VIII SMPN 1 Mawasangka Kab. Buton. Buton: FPMIP FKIP Universitas Halueleo.
- Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu (2004)
Muhibbin Syah. (1995). Psikologi Pendekatan Suatu Pendidikan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nur Asma. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Pupuh Fatkhurrohman, Prof. (2007). Strategi Belajar Mengajar melalui konsep umum dan konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama.
Rochiati Wiriaatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.