Menerapkan Model Pembelajaran 3 T Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN 3 T
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PAGER PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN PUSAT
Subito
SDN Pager Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Pager Kecamatan Kaliwungu pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis McTaggart digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui dua teknik yaitu: pengamatan, dan tes. Keabsahan data ditentukan dengan trianggulasi. Teknik Analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran 3 T aktifitas dan hasil belajar siswa meningkat.
Kata kunci: model pembelajaran 3T, PKn
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran adalah adanya perubahan pada diri siswa, terutama bertambahnya pengetahuan. Perubahan ini ditandai dengan perolehan hasil belajar yang telah dilakukannya. Untuk mengukur seberapa jauh hasil belajar siswa, maka dilakukan tes. Hasil tes dapat memberikan laporan tentang proses dan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan keterlibatan siswa pada setiap pembelajarannya. Magnesen (1983) dalam dePorter (2000:57) menyebutkan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan kita dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Pernyataan ini semakin mempertegas bahwa keterlibatan siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran mutlak diperlukan.
Meskipun demikian, pada mata pelajaran tertentu usaha agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran penulis mengalami kesulitan. Salah satu contohnya adalah mata pelajaran PKn pada materi Susunan Pemerintahan Pusat.
Dalam mengajarkan materi tersebut, sebenarnya penulis telah berusaha untuk memudahkan siswa dalam menangkap materi pelajaran dengan menggunakan media berupa gambar (Struktur) Susunan Pemerintahan Pusat berbentuk bagan. Berdasarkan bagan itu pula, Susunan Pemerintahan Pusat dijelaskan secara rinci mengenai lembaga yang terdapat pada bagan tersebut.
Meskipun telah menggunakan media belajar, aktivitas belajar siswa rendah. Para siswa tetap pasif dalam mengikuti pelajaran. Para siswa kurang antusias dalam belajar. Keyataan ini tampak pada sikap mereka saat mengikuti pelajaran. Ada siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru, dan suka melamun. Berawal dari sikap negatif tersebut, pada akhirnya siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru.
Pada sebagaian siswa yang lain, terutama siswa yang duduk dimuka memang menunjukkan sikap positif saat mengikuti pelajaran di kelas. Mereka memperhatikan penjelasan guru dengan seksama. Masalah yang muncul kemudian adalah dia selalu ragu dalam memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan penulis. Dengan kata lain bahwa, Semua materi pelajaran yang telah diberikan begitu mudahnya terlupakan dari ingatan siswa dan mereka tampak sulit dalam menguasai materi pelajaran.
Semua aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn tentang Susunan Pemerintahan Tingkat Pusat tersebut, pada akhirya membuat prestasi belajar siswa menjadi rendah. Kenyataan ini dibuktikan dengan hasil tes fomatif yang dilakukan pada akhir pembelajaran, menunjukkan bahwa siswa yang telah tuntas belajar hanya 5 dari 19 siswa kelas IV.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis untuk memperbaiki pengelolaan pembelajaran PKn pada materi Susunan Pemerintahan Pusat dengan menerapkan model pembelajaran 3T (Telaah, Tebak, Tepat)
Perumusan Masalah
Apakah penerapan model pembelajaran 3T dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV, dalam pembelajaran PKn tentang Susunan Pemerintahan Pusat ?
Apakah penerapan model pembelajaran 3 T dapat meningkatkan prestasi belajar PKn tentang Susunan Pemerintahan Pusat pada siswa kelas IV SDN Pager?
Tujuan Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan:
· Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran 3 T tentang Susunan Pemerintahan Pusat.
· Untuk meningkatkan prestasi belajar PKn pada materi Susunan Pemerintah Pusat
Manfaat Penelitian
Perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
Guru
· Dapat memperbaiki pembelajaran PKn di kelas IV.
· Dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme guru dalam mengatasi masalah pada pembelajaran.
· Dapat menambah wawasan guru terutama yang berhubungan dengan pembelajaran PKn.
Siswa
· Mempermudah siswa dalam menguasai materi pelajaran PKn tentang susunan Pemerintah Pusat.
· Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran PKn.
· Meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran PKn
Sekolah
Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas pendidikan bagi sekolah yang bersangkutan.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Kerangka Teoritik dan Hipotesis Tindakan
Pengertian Aktivitas Belajar
Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris “activity†yang artinya adalah kegiatan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktivitas dapat diartikan sebagai kegiatan atau kesibukan.
Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai proses transfer yang ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, tingkah laku dan kemampuan seseorang yang relatif tetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman yang terjadi melalui aktivitas mental yang bersifat aktif dan berorientasi pada tujuan.
Berdasarkan dua pengertian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam menuju perubahan yang berorientasi kepada tujuan. Berdasarkan pengertian ini dapat diketahui bahwa dalam proses belajar tidak hanya terbatas kepada kegiatan membaca, menulis dan menghapal, melainkan beberapa kegiatan lain yang dimungkinkan dapat menunjang keberhasilan seseorang dalam mengumpulkan pengalamannya. Aktivitas tersebut antara lain: (a). mendengarkan, (b). memandang (c). mencatat, (d). membaca, (e). mengingat, (f). berfikir, (g). latihan
Pengertian 3 T
3 T merupakan gabungan dari TTT (tiga huruf T). T yang pertama berarti telaah, T yang kedua Tebak, dan T yang ketiga tepat. Inti dasar dari permainan ini terletak pada kegiatan siswa saat belajar tentang Susunan Pemerintahan Pusat.
Ali (2005:1160, 1152, 1177) mendifinisikan ketiga istilah kata tersebut sebagai berikut: “Telaah†diartikan dengan kajian atau pemeriksaan. “Tebak†artinya mengira-ira atau menerka, sedangkan “Tepat†artinya kena benar pada sasaran.
Telaah merupakan pengaturan awal untuk mengkondisikan siswa mencoba untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajarinya. Ausubel (Dahar, 1998:144) menyatakan bahwa Pengaturan awal mengarahkan siswa ke materi yang dipelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali pengetahuan yang telah diterimanya. Langkah operasional pada kegiatan menelaah yaitu: kegiatan yang dilakukan para siswa pada saat berpikir atau berdiskusi untuk menentukan letak dan kedudukan lembaga yang dimaksudkan dalam pertanyaan.
Tebak sebagai suatu aktivitas siswa pada saat menentukan pilihan dari pengetahuan yang telah diperolehnya. Berkenaan dengan penelitian tindakan ini, pengetahuan tersebut antara lain: Lembaga Legeslatif (MPR, DPR dan DPD), Lembaga Eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden), Lembaga Yudikatif (Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, dan Komisi Yudisial), BPK. Pada kegiatan ini para siswa bersama kelompoknya menerka salah satu kartu kata yang berisi inisial (singkatan) dari nama lembaga yang dimaksud, misalnya: Majlis Permusyaratan Rakyat menjadi MPR dan seterusnya. Sedangkan Tepat mengarah kepada ketepatan siswa atau anggota kelompok yang lainnya dalam menentukan letak, kedudukan dan susunan lembaga yang ada dalam pemerintahan pusat.
Langkah ketiga ini (Tepat) dijadikan sebagai indikator penulis dalam mengukur tingkat penguasaan materi siswa. Jika siswa dapat menempelkannya dengan tepat, maka siswa yang bersangkutan telah menguasai pelajaran, begitu pula sebaliknya.
Penjelasan di atas merupakan gambaran dari penerapan model 3 T pada pembelajaran PKn. Supaya kegiatan pembelajaran lebih menarik, maka 3T diterapkan dalam bentuk permainan (game).
Kerangka Berpikir
Masalah utama yang dihadapi dalam pembelajaran PKn adalah rendahnya keterlibatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung, terlebih pada pembelajaran Susunan Pemerintahan Pusat, Para siswa tampak tidak antusias untuk mengikuti pelajaran. Persoalan ini kemudian menimbulkan rendahnya prestasi belajar siswa. Upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn, khususnya materi tentang Susunan Pemerintahan Pusat, salah satunya dapat dilakukan dengan menerapkan model 3 T.
3 T sebagai pengganti istilah Telaah, Tebak, Tepat (TTT). Pada kegiatan ini para siswa dibimbing dan diarahkan untuk mengikuti aktivitas pembelajaran diantaranya: mendengarkan, membaca, berpikir, mengingat, dan bergerak. Dalam pandangan 3 T proses mendengarkan, membaca, berpikir, dan mengingat merupakan bagian dari menelaah dan menebak. Sedangkan aspek bergerak mengarah kepada Ketepatan jawaban siswa yang diwujudkan dengan kegiatan menempelkan kartu (singkatan nama lembaga), pada struktur yang tersedia.
Penggunaan Model 3 T dipandang tepat untuk mengatasi masalah di atas. Vergusen dalam dePorter (1999:57) menyatakan bahwa kita belajar: 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan kita dengar, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.
Berangkat dari asumsi di atas, dengan menerapkan model 3 T diharapkan dapat menyelesaikan masalah pada pembelajaran PKn tentang Susunan Pemerintahan Pusat pada siswa kelas IV.
|
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilakukan dilakukan di kelas IV SDN Pager, Kecamatan Kaliwungu, pada semester II tahun pelajaran 2015/2016
Subyek Penelitian
Siswa kelas IV SDN Pager Kecamatan Kaliwungu, sebanyak 19 siswa.
Sumber Data
Data diperoleh dari dua sumber yaitu:1) aktivitas belajar siswa dan hasil tes PKn.
Aktivitas belajar siswa
Data yang bersumber dari aktivitas siswa difokuskan kepada sejauhmana peningkatan aktivitas belajar siswa pada saat mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model 3 T.
Hasil tes belajar PKn
Hasil tes yang digunakan sebagai sumber data adalah hasil tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan 3T
Teknik dan Alat Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian tindakan. Sedangkan alat pengumpulan data merupakan instrumen yang digunakan pada saat mengumpulkan data penelitian tindakan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan alat tes.
Lembar pengamatan terdiri atas sebuah pernyataan dengan 5 alternatif jawaban, dengan ketentuan: A = skor 5, B = skor 4, C = skor 3, D = skor 2 dan E = skor 1. instrumen ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya, sedangkan alat tes digunakan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan prestasi belajar siswa.
Prosedur Penelitian
Sebagaimana lazimnya Penelitian Tindakan Kelas, Secara prosedural penelitian Tindakan dilakukan melalui 4 tahap, yakni:
(a) Planning atau perencanaan
(b) Action atau tindakan
(c) Observing atau Pengamatan
(d) Refleksi atau refleksi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Kondisi Awal
Seperti halnya yang telah tertuang pada latar belakang masalah, bahwa dalam pembelajaran PKn tentang Susunan Pemerintahan Pusat, para siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Akibat dari sikap pasip tersebut, maka siswa menjadi mudah lupa, tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, suka melamun. Akumulasi dari beberapa tindakan tersebut, maka prestasi belajar siswa rendah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian tindakan dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Hasilnya penelitian tersebut dideskripsikan pada bagian-bagian di bawah ini.
Deskripsi Siklus I
Secara umum hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, masih diwarnai oleh pembelajaran konvensional. Para siswa tetap belum aktif dalam mengikuti pelajaran. Meskipun pada tahap pembukaan para siswa berebut meminta kartu materi pada guru, namum setelah mereka membacakannya, kembali seperti sikap awal yang biasa dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran sebelumnya. Para siswa tidak menulis, melongo, tidak dapat menjawab pertanyaan guru, dan pada waktu mencoba menerapkan langkah-langkah permainan 3T, permainan juga belum hidup. Para siswa masih tampak ragu-ragu dan takut salah dalam mengikuti pola permainan.
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya rendahnya aktivitas belajar siswa, merupakan faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Rendahnya keterlibatan siswa pada saat mengikuti pembelajaran pada siklus I, juga demikian.
Berdasarkan paparan dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebenarnya penerapan model 3T memberikan peluang untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peluang tersebut ditunjukkan oleh banyaknya siswa yang telah tuntas belajar pada siklus I lebih banyak dari pembelajaran hari-hari biasanya. Kalau pada kegiatan pembelajaran pra siklus, siswa yang telah tuntas hanya 10 sedangkan pada siklus I ada 12 orang. Berkenaan dengan temuan ini, maka penulis melakukan refleksi untuk bahan pijakan pada siklus II.
Dari hasil refleksi, ditemukan beberapa peluang yang dapat diperbaiki antara lain: menggerakkan siswa untuk mencatat pokok-pokok materi pelajaran, meningkatkan perhatian siswa dengan menggunakan berbagai variasi dan memberikan penjelasan tentang tata cara mengikuti permainan 3 T.
Deskripsi Siklus II
Berangkat dari hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I, penulis selanjutnya menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran 3 T, untuk mengatasi masalah yang masih dihadapi pada siklus I.
Hasil pengamatan menunjukkan ada peningkatan. beberapa sub variabel yang memperoleh skor rendah, mulai ada peningkatan. Siswa yang mempersiapkan diri saat akan mengikuti pelajaran, memperhatikan penjelasan guru, mengamati bagan juga bertambah banyak. Dengan meningkatnya aktivitas ini maka siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru semakin banyak. Persiapan untuk pelaksanaan 3 T juga semakin terencana semakin matang. Disamping siswa sudah mempunyai pengalaman pada siklus I, pada siklus II ini penulis menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam bermain 3 T. Hasilnya cukup signifikan, karena hampir semua siswa terlibat aktif dalam bermain 3 T.
Bila dibandingkan dengan siklus I, pelaksanaan tindakan siklus II lebih baik, kenyataan ini dibuktikan dengan meningkatnya skor tentang aktivitas belajar siswa dan banyaknya siswa yang telah tuntas belajar juga demikian.
Pembahasan
Sebagaimana yang telah dituangkan pada teknik analisis data, bahwa untuk menganalisis dan memberikan makna terhadap data yang telah diperoleh, penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. (lihat bab III bagian F). Untuk itu semua data dilakukan analisis dan hasilnya dituangkan sebagai berikut:
Data hasil pengamatan dan Prestasi belajar Siklus I – II
Siklus |
Variabel |
Skor |
Predikat |
Diartikan |
I |
Aktivitas Belajar Siswa |
43,64 |
Cukup Baik |
Penerapan model 3T mempunyai peluang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. |
Banyaknya siswa yang telah tuntas belajar |
44,45 |
Cukup Baik |
Penerapan model 3T mempunyai peluang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa |
|
II |
Aktivitas Belajar Siswa |
74,55 |
Baik |
Penerapan model 3 T dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa |
Banyaknya siswa yang telah tuntas belajar |
74,07 |
Baik |
Penerapan model 3 T dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa |
Secara keseluruhan tentang data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian tindakan. Pada siklus I, skor untuk aktivitas belajar lebih rendah dari skor banyaknya siswa yang telah tuntas belajar. (43,64 dengan 44,45). Perolehan skor tersebut artiya bahwa Penerapan model 3T mempunyai peluang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Jika dianalisis perolehan skor pada siklus I masih biasa-biasa saja. Artinya para siswa masih pasif dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan untuk prestasi belajar siswa, penulis menggunakan mengukur dengan menggunakan rata-rata ketuntasan belajar siswa. Dari hitungan tersebut diperoleh data skor memperoleh skor yang lebih besar dari aktivitas belajar siswa Siswa yang telah tuntas belajar hanya siswa yang tergolong pandai di kelas IV, sebanyak 5 siswa. Meningkatnya jumlah siswa yang telah tuntas belajar menjadi 12 siswa merupakan pertanda bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran 3 T dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pada siklus II, skor kedua variabel menunjukkan grafik yang seimbang. Skor yang diperoleh 74, untuk aktivitas belajar siswa dan 74,07 untuk hasil belajar siswa. Skor yang diperoleh pada siklus II ini diartikan bahwa Penerapan model 3 T dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Dengan mempertimbangkan perkembangan data setiap siklus, dan beberapa temuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran 3 T aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Pager meningkat.
Temuan
Mengacu kepada landasan teori dan bukti empirik yang telah dilakukan dalam penelitian, maka ada beberapa temuan dalam menerapkan pembelajaran 3 T antara lain:
Aktivitas belajar siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika aktivitas belajar siswa renda, maka prestasi belajarnya juga rendah. Begitu pula sebaliknya.
Aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran antara lain: a). mendengarkan, b). mengamati c). mencatat, d). membaca, e). mengingat, f). berfikir, g). Latihan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama melaksanakan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran 3 T pda mata pelajaran PKn aktivitas dan prestasi belajar siswa meningkat.
Peningkatan aktivitas belajar siswa ditandai dengan peningkatan setiap skornya yaitu dari 43,64 pada siklus I menjadi 74,55 pada siklus II dan meningkat menjadi 83, 64.
Implikasi dan Rekomendasi
Adanya temuan bahwa aktivitas belajar siswa dapat mempengaruhi prestasi belajarnya, maka baik disadari ataupun tidak kenyataan ini memberikan implikasi kepada kita, bahwa dalam sebuah pembelajaran diupayakan agar para siswa senantiasa terlibat aktif, terlebih pada pembelajaran PKn. Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran 3 T.
Saran
Mengacu kepada manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, maka saran yang ingin disampaikan kepada teman guru yaitu lakukanlah perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan kelas, sebab dengan melakukan PTK, permasalahan dalam pembelajaran akan teratasi, dengan demikian maka kemampuan profesionalisme guru meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi DePorter.2002. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa
Lukman Ali. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Nu’man Somantri. (1976). Konsep Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Remadja Rosdakarya
_______________ (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Remadja Rosdakarya.
Poerwadarminta, WJS. (1988) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Suharsimi Arikunto. (2005). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung Rineka Cipta
Udin S. Winataputra. 2005. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Ngalim Purwanto. (1984) Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosdakarya