Mengatasi Perilaku Membolos Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Tekhnik Pengelolaan Diri
UPAYA MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS
MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK
DENGAN TEKHNIK PENGELOLAAN DIRI (SELF MANAGEMENT)
PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUKOHARJO
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Jati Mualimah
Guru Mata Pelajaran BK SMP Negeri 2 Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan kelompok dengan teknik pengelolaan diri (self management) untuk mengatasi perilaku membolos pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sukoharjo Semester Ganjil SMP Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2019/2020. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTBK). Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukoharjo yang berjumah 7 siswa laki-laki. Metode pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian Tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus, tiap-tiap siklus terdiri dari: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan perilaku membolos siswa di sekolah yaitu: sebelum tindakan/prasiklus siswa yang sering membolos mencapai 80,36%, pada siklus I perilaku membolos menurun menjadi 48,21%, pada siklus II perilaku membolos menurun menjadi 32,14%, dan siklus III terjadi perubahan yang signifikan menjadi 1,78%. Penurunan perilaku membolos dalam penelitian ini adalah signifikant. Peningkatan komulatif dari sebelum tindakan/prasiklus sampai dengan siklus III adalah, siswa mencapai penurunan perilaku membolos yang mencapai 100% sejumlah 6 siswa dan 1 siswa mengalami penurunan 98,22% Indikator kinerja yang telah ditetapkan sudah tercapai, maka penelitian dapat dikatakan berhasil. Hipotesis pada penelitian ini diterima, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan: layanan bimbingan kelompok dengan teknik pengelolaan diri (self management) merupakan cara efektif untuk menangani perilaku membolos atau masalah siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.
Kata Kunci: Membolos Bimbingan Kelompok, Pengelolaan diri (Self Management)
PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar merupakan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran (Suryosubroto, 2009: 30). Komponen inti dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru dan siswa. Proses belajar mengajar dapat terlaksana apabila kedua komponen tersebut ada. Jika salah satu komponen tidak hadir maka proses belajar mengajar tersebut tidak akan terjadi. Sehingga proses transfer ilmu pengetahuan kepada siswa tidak dapat dilakukan. Melihat pandangan diatas tentunya dapat diketahui bahwa kehadiran komponen inti dalam proses kegiatan belajar mengajar sangatlah penting.
Namun, melihat fenomena dilapangan saat ini menunjukkan hal berbeda. Saat ini banyak ditemukan sekali salah satu komponen inti dari kegiatan belajar mengajar tidak hadir dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu contoh bentuk persoalan tersebut adalah perilaku membolos atau bolos sekolah pada siswa. Saat ini banyak sekali ditemukan siswa yang tidak hadir mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah pada saat jam pelajaran.
Kata “BOLOS” sangat populer dikalangan pelajar. Dari beberapa survei, jumlah siswa yang membolos pada jam efektif sekolah memang lebih sedikit dibandingkan dari jumlah siswa yang tidak membolos Terlepas sekecil apapun dari jumlah tersebut harus tetap harus menjadi perhatian bagi pihak sekolah, karena apabila hanya disikapi dengan sebelah mata, tidak menutup kemungkinan hal yang kecil ini akan menjadi masalah yang besar bagi sekolah dengan meningkatnya jumlah siswa yang membolos dikalangan siswa yang disebabkan pengaruh siswa yang membolos kepada teman lainnya.
Kebiasaan siswa membolos disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal dari seorang anak. Faktor internal misalnya karena tingkat IQ anak yang rendah sehingga anak sering mengalami kesulitan mengikuti pelajaran yang akhirnya siswa lebih memilih untuk membolos. Faktor eksternal yang kadang kala menjadikan alasan membolos adalah mata pelajaran yang tidak diminati atau tidak disenangi oleh siswa dan guru yang mengajar galak/keras atau kurang menarik dalam menyampaikan pelajaran. Bagi siswa yang kebanyakan remaja yang penuh dengan jiwa kebebasan berfikir dan beraktifitas, hal ini akan sangat membelenggu dirinya. Sebab, masa remaja adalah masa yang penuh gelora dan semangat kreatifitas. Menurut pandangan psikologis, usia seseorang antara 15 – 21 tahun adalah usia dalam masa pencarian jati diri. Tentu saja sistem pendidikan yang ketat tanpa diimbangi dengan pola pengajaran yang sifatnya ‘menyejukkan‘ membuat anak tidak lagi betah di sekolah. Mereka yang tidak tahan itulah yang kemudian mencari pelarian dengan membolos, walaupun secara tidak langsung hal seperti ini sebenarnya bukan merupakan suatu jawaban yang baik. Hal ini dapat dibuktikan bahwa siswa yang suka membolos seringkali menjadi ikut serta terlibat pada hal- hal kenakalan remaja yang cenderung merugikan siswa, sekolah dan masyarakat.
Siswa yang sering membolos akan menanggung resiko kegagalan dalam belajar. Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja mulai tingkat pendidikan SMP. Salah satu penyebabnya terkait dengan masalah kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Penanganan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab munculnya perilaku membolos tersebut.
Betapa seriusnya masalah perilaku membolos ini sehingga perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Bukan saja hanya perhatian yang berasal dari pihak sekolah, melainkan juga perhatian yang berasal dari orang tua, teman maupun pemerintah. Perilaku membolos sangat merugikan dan bahkan bisa saja menjadi sumber masalah baru apabila hal ini terus menerus dibiarkan. Karena dengan membolos akan memberikan dampak yang luas bagi lingkungkan belajar di sekolah.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang muncul saat pembelajaran sebagai berikut:
- Masih banyak siswa yang melakukan perilaku membolos baik karena faktor internal ataupun eksternal di sekolah.
- Siswa yang sering membolos akan menanggung resiko kegagalan dalam belajar.
- Perilaku membolos apabila tidak segera diambil langkah penangan yang baik akan dapat menimbulkan banyak siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah lainnya. Yang dapat menghambat siswa untuk mencapai keberhasilan masa depannya
- Perlunya layanan bimbingan kelompok untuk mengurangi perilaku membolos
Rumusan Permasalahan
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik pengelolaan diri (self management) dapat mengurangi perilaku membolos pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukoharjo tahun Pelajaran 2019/2020”
Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling ini adalah: Untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik pengelolaan diri (self management) dapat mengurangi perilaku membolos pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukoharjo tahun Pelajaran 2019/2020”
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Pengertian Perilaku Membolos
Kehadiran siswa yang tidak teratur merupakan salah satu problem di sekolah, yang dapat menimbulkan efek negatif bagi peserta didik. Ketidakhadiran yang dimaksud di sini adalah ketidakhadiran yang disebabkan karena alasan yang tidak jelas, bukan karena alasan sakit atau lainnya yang dengan tanpa surat ijin pemberitahuan ke sekolah. Namun untuk siswa jika ketidakhadirannya tanpa alasan atau tidak jelas mengapa siswa tidak hadir atau tidak masuk sekolah, hal ini perlu penanganan serius. Sebab, cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk baik untuk siswa itu sendiri maupun terhadap lingkungan siswa sekolahnya.
Gunarsa menyebutkan bahwa perilaku membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
Membolos menurut Poerwadarminto W. J. S diartikan sebagai tidak masuk sekolah yaitu siswa yang absen dari sekolah tanpa izin dan tanpa sepengetahuan dari orang tua, meninggalkan sekolah atau tidak masuk sekolah dari awal pelajaran sampai akhir
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “membolos adalah tidak masuk bekerja (sekolah, dsb)”. Sedangkan menurut Badudu dan Zain (2001) membolos adalah sengaja tidak masuk sekolah atau tidak masuk kerja. Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan/dicari solusinya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah.
Menurut Apriyatni membolos sering terjadi tidak hanya saat ingin berangkat sekolah, namun saat jam pelajaran ketika dimulai pun terkadang ada siswa yang memanfaatkan waktu untuk membolos. Keinginan membolos ini bermacam-macam, ada yang sekedar menghilangkan rasa suntuk karena pelajaran di sekolah atau sedang mempunyai masalah pribadi yang membuat siswa tidak berkonsentrasi belajar di sekolah. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu, penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas maka diperoleh kesimpulan bahwa membolos merupakan sebuah perilaku tidak masuk sekolah ataupun meninggalkan sekolah yang dilakukan tanpa sepengetahuan pihak sekolah dan tanpa izin yang jelas, dan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Faktor-Faktor Penyebab Siswa Membolos
Perilaku siswa membolos dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab anak membolos ada 2 faktor penting, yaitu:
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, yaitu:
Motivasi atau dorongan
Ada kalanya anak menjadi patah semangat karena kurangnya motivasi dalam diri sehingga membuat siswa enggan untuk berpikir dalam belajar disekolah dan memilih untuk membolos daripada harus mengikuti pelajaran disekolahnya.
Kemampuan belajar
Anak membolos bisa juga karena kemampuan belajarnya yang rendah dan malu untuk mengakui kekurangannya. Dalam keterbatasannya tersebut anak menjadi minder dan beban sehingga lebih merasa nyaman ketika anak melakukan aktifitas membolos sekolah karena lebih merasa bebas dan tanpa adanya tuntutan belajar.
Akibat kegagalan.
Ada kalanya dalam belajar siswa mengalami kegagalan, akibat kegagalan yang dialami tersebut di sering dicemooh oleh teman-temannya, dan akhirnya membuat anak memilih untuk membolos.
Rasa rendah diri.
Kemampuan yang dimiliki setiap anak tidak sama, bagi anak yang mempunyai kemampuan rendah dibanding teman-temannya, maka hal ini akan menyebabkan anak menjadi rendah diri atau minder.
Kesalahan dalam belajar
Siswa merasa mendapatkan sesuatu yang lebih menarik di luar dari pada kegiatan di sekolah, hal ini merupakan suatu kesalahan dalam belajar. Karena dengan membolos siswa tidak akan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya
Faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu:
Dari keluarga.
Adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak karena kesibukannya dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Orangtua yang sibuk bekerja terkadang lupa memberikan pengawasan kepada anak tentang kedisiplinan masuk sekolah.
Interaksi guru dengan siswa
Interaksi ini banyak bergantung pada setiap guru dalam menghadapi siswa, ada kalanya guru tidak mengetahui kalau ada siswa yang merasa terasing di tangah-tengah teman sekolahnya sehingga kondisi ini tidak terpantau oleh guru.
Dari teman
Pengaruh teman-temannya sangat besar dalam membolos sekolah. Biasanya kelompok anak membolos akan mengajak teman lainnya untuk ikut membolos. Ada hal-hal menarik yang bisa dilakukan dengan bersama ketika membolos sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku membolos siswa tidak hanya berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal) melainkan dapat juga disebabkan oleh faktor eksternal seperti lingkungan sekolah dan keluarga.
Dampak Negatif Perilaku Membolos
Perilaku membolos apabila tidak segera di atasi maka dapat menimbulkan banyak dampak negatif. Supriyo menyatakan bahwa apabila orang tua tidak mengetahui dapat berakibat anak berkelompok dengan teman yang senasib dan membutuhkan kelompok/group yang menjurus ke hal-hal yang negatif (gang), peminum, ganja, obat-obat keras, dan lain- lain. Dan akibat yang paling fatal adalah anak akan mengalami gangguan dalam perkembangannya dalam usaha untuk menemukan identitas dirinya (manusia yang bertanggung jawab).
Sementara menurut Prayitno perilaku membolos dapat menimbulkan beberapa dampak negatif antara lain yaitu:
- Minat terhadap pelajaran akan semakin berkurang
- Gagal dalam ujian
- Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang dimilki
- Tidak naik kelas
- Penguasaan terhadap materi pelajaran tertinggaldari teman- teman lainnya
Berdasarkan definisi di atas diketahui bahwa masalah yang melatar belakangi tingkah laku membolos sekolah ternyata memiliki dampak yang buruk bagi diri siswa sendiri maupun sekolah. Bagi diri siswa sendiri tingkah laku membolos dapat menghambat perkembangan belajar yang sering dihubungkan dengan pemahaman pelajaran yang rendah karena sering tertinggal materi pelajaran, penurunan nilai akademik, dimarahi oleh guru bidang studi yang menuntut pengumpulan tugas atau nilai ulangan harian, diskorsing, atau bahkan karena ketidakberhasilan mengatasi perilaku membolos, siswa terpaksa dikeluarkan dari sekolah.
Sedangkan dampak buruk bagi sekolah, siswa yang membolos akan dapat memberi pengaruh bagi siswa lain untuk mengikuti perilaku membolos tersebut sehingga akan menambah prosentasi tingkat membolos di sekolah yang akhirnya menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu perilaku membolos juga dapat memberikan resiko pada tindakan kriminalitas karena tindakan yang dilakukan siswa saat membolos biasanya mengarah pada tindakan yang negatif, misalnya merokok, minuman keras, main game online, kebut kebutan bahkan perkelahian remaja yang mengarah pada kasus tawuran remaja.
Pengertian Bimbingan Kelompok
Prayitno (1995: 178) mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Wibowo (2005: 17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Sedangkan menurut (Sukardi, 2003: 48) Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.
Pengelolaan Diri (Self Management)
Pengelolahan diri adalah prosedur dimana individu mengatur perilakunya sendiri (Gantina 2011:180). Selanjutnya menurut Gie (1996:95) manajemen diri adalah dimana setelah seseorang menetapkan tujuan hidup bagi dirinya, ia harus mengatur dan mengelola dirinya sebaik-baiknya untuk membawanya ke arah tercapainya tujuan hidup dan itu juga segenap kegiatan dan langkah mengatur dan mengelola dirinya.
Menurut Gunarsa (1996:225-226) self management merupakan salah satu model dalam cognitive –behavior therapy. Self management meliputi pemantauan diri (self-monitoring). Reinforcement yang positif (self reward), kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), dan penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control).
Menurut Cormier & Nurius (2002:243) Strategi pengelolaan diri (self management) adalah melibatkan membantu klien untuk mengamati perilakunya menetapkan tujuan bagi dirinya sendiri. Mengidentifikasi penguat yang cocok, merencanakan langkah-langkah yang diberi nilai (graded steps) untuk mencapai tujuannya, dan menetapkan kapan menetapkan konsekuensi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa self management adalah suatu strategi dimana klien dituntut harus mampu mengatur perilakunya sendiri, menetapkan tujuan hidup bagi dirinya, mengelola dirinya sebaik-baiknya untuk membawanya ke arah tercapainya tujuan hidup yang akan dicapai.
Hipotesis Tindakan
hipotesis tindakan dalam bimbingan konseling sebagai berikut bahwa: “ Perilaku membolos dapat diatasi melalui bimbingan kelompok dengan teknik pengelolaan diri (self management) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukoharjo tahun 2019/2020.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sukoharjo, Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 2 Sukoharjo Tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu mulai bulan September s/d November 2019.
Subyek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (Classroom Action Research) adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukoharjo semester ganjil Tahun pelajaran 2019/2020, sejumlah 7 siswa yang memiliki tingkat perilaku membolos tinggi kemudian diberikan bimbingan kelompok dengan strategi pengelolaan diri (self management).
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu:
- Observasi
- Wawancara
- Analisis daftar absensi kehadiran Siswa (dokumentasi)
Validasi Data
Validasi data meliputi validitas hasil dan validitas proses. Validasi data proses pembelajaran dan hasil pembelajaran pada kondisi awal dilakukan oleh peneliti dan siswa sedangkan validasi data pada siklus I, Siklus II dan Siklus III dilaksanakan melalui triangulasi data. Data berasal dari hasil observasi, wawancara dan analisis daftar kehadiran siswa (dokumentasi) yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan membandingkan perubahan tingkah laku yakni hasil pra-tindakan, hasil tindakan, dan pasca tindakan. Analisis dilakukan secara kualitatif, dimana hasil dari penelitian diuraikan secara rinci dan sistematis serta tidak menggunakan perhitungan angka, berdasarkan persentasi perubahan-perubahan positif dari tingkah laku siswa yang membolos
Indikator Kinerja
Penelitian ini dinyatakan telah berhasil apabila 80% dari 7 siswa yang sering membolos telah terentaskan dari perilaku membolos dengan prosentase 90% untuk perubahan perilaku siswa yang membolos. Adapun indikasi perilaku positif dalam perubahan perilaku membolos adalah adanya penurun intensitas perilaku membolos siswa di sekolah.
HASIL PENELITIAN
Tindakan pada setiap siklus telah memberikan perubahan penurunan perilaku membolos disekolah, baik pada siklus 1,, siklus II maupun siklus III. Perubahan perilaku tersebut menunjukkan bahwa proses bimbingan kelompok yang dilakukan telah berhasil mengubah perilaku membolos menjadi tidak membolos.
Pada kondisi pra siklus diperlihatkan kondisi kelompok siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukoharjo yang sering melakukan perilaku membolos dengan rata rata prosentase membolos 80,36%. Selain melakukan tindakan membolos siswa juga sering melakukan pelanggaran tata tertib sekolah dan kurang disukai oleh teman sekolah.
Dari pelaksanaan tindakan penelitian, pada hasil siklus 1 menunjukkan prosentase membolos menjadi 48,21%. Namun dalam pelaksanaan bimbingan kelompok belum berjalan sesuai harapan karena ada beberapa peserta yang terlihat belum maksimal dalam mengikuti setiap kegiatan. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang masih kurang percaya diri dalam mengikuti bimbingan kelompok. Sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II agar masalah siswa yang berkaitan dengan membolos lebih dapat terselesaikan. Untuk pelaksanaan Siklus II perlu mendapat perhatian dari peneliti agar mempersiapkan metode yang lebih menarik dalam siklus II, sehingga tujuan dari bimbingan kelompok ini dapat tercapai.
Pada siklus II memberikan hasil prosentase 32,14% bahwa perilaku siswa sudah mengalami peningkatan keaktifan masuk sekolah secara positif. Anak juga terlihat lebih semangat dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Namun demikian masih diperlukan diadakan pertemuan lagi untuk mengetahui efektifitas bimbingan kelompok tersebut. Karena tidak semua siswa mengalami peningkatan tersebut.
Pada Siklus 3 semua siswa memperlihatkan penurunan perilaku membolos yang siknifikant yaitu rata-rata 1,78%, yang berarti siswa sudah tidak melakukan perilaku membolos samasekali sejumlah 6 siswa, ada 1 siswa masih membolos dengan penurunan yang yang siknifikant. Dikarenakan indikator kerja sudah tercapai maka penelitian diakhiri sampai pada siklus 3 ini.
Dari rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti, beserta dengan setiap evaluasi dari masing-masing kegiatan tiap siklus, peneliti merasakan bahwa indikator kinerja sudah 80% tercapai yang dirumuskan dengan adanya penurunan jumlah siswa yang membolos dan perubahan perilaku siswa menjadi tidak membolos.
Dari indikator tersebut persentase ketercapaian mencapai 98%. Artinya dari 7 siswa yang mengikuti bimbingan kelompok ada 6 siswa yang tidak melakukan perilaku membolos sama sekali, hal ini menujukkan perubahan perilaku membolos tercapai hingga prosentase 100%. Peningkatan yang ditunjukkan adalah peningkatan dalam keaktifan siswa masuk sekolah. Sedangkan 1 siswa menunjukkan penurunan membolos hingga 96,53%, dengan demikian sudah mencapai kriteria kinerja yang ditetapkan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian tindakan bimbingan konseling ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Dengan melalui penerapan bimbingan kelompok dengan tehnik pengelolaan diri (self management), ternyata berhasil mengatasi perilaku membolos siswa kelas VIII semester Ganjil SMP Negeri 2 Sukoharjo Tahun 2019/20 Hal ini nampak jelas dari perkembangan perolehan skor perilaku membolos yang menunjukkan penurunan dari 80,36 menjadi 1,78%. Hal ini menujukkan bahwa pada pelaksanaan siklus I, II dan III melalui bimbingan kelompok membawa dampak yang positif dan signifikan terhadap penurunan perilaku membolos siswa dibandingkan pada saat sebelum diterapkan bimbingan kelompok.
- Layanan bimbingan konseling untuk mengatasi perilaku membolos dengan melalui bimbingan kelompok dengan strategi pengelolaan diri (Self management) efektif digunakan untuk mengatasi perilaku membolos khususnya pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020.
Implikasi
Dampak Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi SMP pada umumnya dan SMP Negeri 2 Sukoharjo pada khususnya, bahwa bimbingan belajar kelompok dengan teknik pengelolaan diri (self management) dapat mengurangi perilaku membolos pada siswa. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai landasan pengembangan penelitian yang akan datang.
Dampak Praktis
Dengan berhasilnya penelitian upaya penurunan perilaku membolos melalui bimbingan kelompok dengan teknik pengelolaan diri (self management) maka dapat diterapkan dalam permasalahan perilaku membolos pada siswa.
Saran
Bagi siswa
- Siswa supaya mentaati tata tertib yang berlaku di sekolah, sehingga tidak terjadi pelanggaran di sekolah, sehingga perilaku membolos tidak akan terjadi pada siswa.
- Hendaknya siswa pandai mengelola perasaannya dan mengendalikan diri agar tidak melakukan perilaku membolos.
Bagi Konselor/Guru BK
Apabila ditemukan siswa yang sering malakukan pelanggaran sekolah atau masuk indikasi perilaku membolos supaya diberikan layanan bimbingan kelompok dengan strategi pengelolaan diri (Self management).
Bagi Kepala Sekolah
- Menyelenggarakan sekolah yang kondusif, sehingga anak nyaman dalam belajar.
- Memberi pembinaan kepada semua warga sekolah untuk menanamkan kedisiplinan, khususnyaa kepada semua
|
DAFTAR PUSTAKA
Andi Mapiare. 1982. Psikologi Remaja. Jakarta: Usaha Nasional. .
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Azwar, Saifudin. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Borba, Michele. 2008. Membangun Kecerdasan Moral. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Damayanti, Nidya. 2012. Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska http://psikologi umum. landasan-teori empati. com
Departemen Kesehatan Jiwa RI. 2002. Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan di Indonesia III. Jakarta.
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Maramis, W. F. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Universitas Airlangga.
Prayitno. 2005. Layanan Bimbingan Kelompok, Konseling Kelompok. Padang: FIP Universitas Negeri Padang.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar danProfil). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UNM
Subyantoro, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Supratiknya. 1995. “Komunikasi antar pribadi Pendekatan Psikologis”. Yogyakarta: Kanisius.
Suharsimi, Arikunto. 2008. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Wiryanto. 2005. “Pengantar ilmu Komunikasi”. Jakarta: Grasindo
WJS Poerwadaminta, 1984, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka
Wibowo, Mungin Edi. 2005. “Konseling Kelompok Perkembangan”. Semarang: UNNES Press.
Winkel, W. S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia