Mengembangkan Komunikasi Interpersonal Antara Guru Dengan Siswa Guna Meningkatkan Efektifitas Kegiatan Belajar Mengajar Di SDN 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016
MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA GURU DENGAN SISWA GUNA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SDN 3 PANUNGGALAN KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Rumisah
SDN 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan efektifitas kegiatan belajar mengajar melalui pengembangan komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa di SD Negeri 3 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian dapat dilihat pada hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa penerapan bimbingan dan konseling belajar secara intens melalui interpersonal yang efektif memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III). Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah bimbingan dan konseling belajar secara intens melalui interpersonal yang efektif dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
Kata kunci: Hasil belajar, komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa, efektifitas kegiatan belajar mengajar
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar (Asmawi Zainul, 2003).
Ketrampilan berkomunikasi merupakan suatu proses perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan-latihan ketrampilan khusus dari seorang pembimbing. Upaya peningkatan ketrampilan berkomunikasi dapat dilakukan dengan proses belajar dan berlatih (Hadi Sutrisno, 2003).
Pemberian layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan prosedur individual atau kelompok. Pendekatan kelompok atau klasikal pada dasarnya bukan untuk kelompok atau kelas tersebut, melainkan untuk kepentingan siswa yang berada di dalam kelompok atau kelas tersebut agar memahami, bersikap dan bertindak positif di dalam dan terhadap sekolah, lingkungan dan masyarakat. Secara umum tujuan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah adalah untuk membantu para siswanya agar mencapai tahap perkembangan yang optimal, baik fisik, psikologis maupun sosial. Secara akademik pelayanan bertujuan agar setiap siswa memperoleh kesesuaian antara kemampuan dan jurusan/program studi yang dipilihnya dan mencapai prestasi belajar secara optimal. Secara psikologis pelayanan bimbingan bertujuan agar setiap siswa mencapai tahap perkembangan yang ditandai dengan kematangan dan kemandirian. Demikian pula secara sosial, pelayanan ini bertujuan agar mencapai penyesuaian diri dan memiliki ketrampilan sosial secara memadai, sehingga tercapai kesejahteraan pribadi (Hadi Sutrisno, 2003).
Kenyataan di SD Negeri 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum berjalan secara efektif. Hal ini terjadi karena belum terjalin komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Seorang Kepala Sekolah selaku penanggungjawab operasional di sekolahnya wajib memberikan solusi sebagai ‘jembatan’ sekaligus media bagi lancarnya kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai bentuk implementasi kinerja Kepala Sekolah maka Program layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan salah satu upaya memberikan pelayanan bantuan kepada anak atau siswa dalam situasi demikian itu. Layanan bimbingan dan konseling mencakup empat bidang, yaitu; a) bidang pribadi, b) bidang sosial, c) bidang belajar, dan d) bidang karir. Komunikasi dapat berupa pemberian program bimbingan terhadap seluruh pendidik di sekolah. Dan untuk melaksanakan program bimbingan itu digunakan berbagai teknik, prosedur dan pendekatan yang beragam sesuai dengan kebutuhan. Salah satu prosedur yang digunakan adalah prosedur kelompok dengan memperhatikan pendekatan-pendekatan yang sesuai.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka sebagai upaya mengatasi permasalahan yaitu untuk meningkatkan efektifitas mengajar guru, perlu dilakukan tindakan nyata. Sebagai kepala sekolah tindakan ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan sekolah.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “apakah melalui komunikasi interpersonal (bimbingan dan konseling) yang efektif dan lancar antara guru dan siswa dapat meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar di SDN 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016? †.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari dilaksanakannya penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan guru dalam mengajar dan peningkatan prestasi belajar dengan adanya komunikasi interpersonal antara siswa dengan guru setelah mengikuti bimbingan dan konseling secara kelompok di SDN 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016.
LANDASAN TEORITIS
Pengertian supervisi
Ada bermacam-macam konsep supervisi. Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki.
Ada pandangan lain yang melihat supervisi dari segi perubahan sosial yang berpengaruh terhadap siswa, menurut Burton dan Brucner dalam Ali Muhammad (1992:18), “supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anakâ€.
Lebih luas lagi pandangan Kimball Wiles, dalam Ali Muhammad (1992:18) yang menjelaskan bahwa “supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar agar lebih baikâ€. Dijelaskan bahwa situasi belajar mengajar di sekolah akan lebih baik tergantung kepada keterampilan supervisor sebagai pemimpin. Menurut Kimball Wiles seorang supervisor yang baik memiliki 5 keterampilan dasar, yaitu: a) Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan, b) Keterampilan dalam proses kelompok, c) Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan, d) Keterampilan dalam mengatur personalia sekolah, dan e) Keterampilan dalam mengevaluasi, (Ali Muhammad (1992:18).
Dari semua definisi yang diuraikan di depan, sehingga dapat dirumuskan supervisi pendidikan sebagai bantuan yang diberikan oleh supervisor dalam hal ini kepala sekolah untuk memperbaiki situasi belajar mengajar kepada guru-guru baik secara individual atau kelompok mulai dari perencanaan proses pembelajaran sampai dengan evaluasi proses pembelajaran.
Ketrampilan Komunikasi
Proses komunikasi berlangsung melalui tiga media yaitu: a) visual, b) oral, dan c) written. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu hal dari satu pihak ke pihak yang lain dengan menggunakan suatu lambang yang mempunyai arti tertentu, misalnya bahasa dan dikirimkan melalui media sehingga dapat diterima oleh orang lain.Penerima pesan akan menginterpretasikan pesan tersebut melalui persepsinya. Komunikasi adalah media penyampaian energi dari satu pihak ke pihak yang lain baik yang berupa sistem, organisasi atau dari indra ke pusat syaraf. Komunikasi terjadi ketika pihak yang berinteraksi saling memberikan informasi atau gagasan tertentu. Komunikasi dapat disampaikan secara verbal yaitu dengan kata-kata. Penyampaian pesan secara verbal ini dapat ditambah oleh pesan yang dapat diinterpretasikan dari ekspresi non-verbal, misalnya dengan melihat gerakan tubuh, ekspresi muka, dan kontak mata. Cara penyampaian informasi juga ikut menentukan interpretasi isi pesan, misalnya dengan tinggi rendahnya suara (Hadi Sutrisno, 2003).
Komunikasi dengan orang lain dapat diistilahkan dengan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah pesan verbal yang diberikan pengirim pesan kepada penerima pesan disertai faktor afeksi yang disadari dari masing-masing pihak yang berperan aktif dalam proses komunikasi (Hadi Sutrisno, 2003).
Komunikasi interpersonal adalah proses interaksi dimana seseorang mengirimkan pesan yang disampaikan melalui media tertentu, misalnya: penglihatan, perabaan, perasaan dan pendengaran. Pesan diinterpretasikan oleh penerima pesan, kemudian penerima pesan memberikan umpan balik sebagai tanggapan atas pesan yang diterima. Komunikasi interpersonal merupakan proses transaksi seseorang dengan lingkungan dalam situasi tertentu sehingga terbentuk hubungan sosial, misalnya sebagai teman, keluarga, saudara atau bahkan orang yang sama sekali belum dikenal. Ketika seseorang melakukan komunikasi terjadi proses pengiriman dan penerimaan pesan serta penginterpretasian pesan yang dikirimkan (Hadi Sutrisno, 2003).
Pentingnya Komunikasi
Beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia. Antara lain: (a) Komunikasi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. (b) Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam lewat komunikasi dengan orang lain. (c) Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia sekitar kita, kita perlu membandingkan dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. (d) Kesehatan mental kita sebagaian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significan figure) dalam hidup kita (Hadi Sutrisno, 2003).
Masalah Kompetensi Pimpinan Kelompok
Association for Specialits in GroupWork (ASGW) mengelompokkan kemampuan khusus menjadi tiga kelompok besar, yaitu (a) kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan khusus, (b) kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan khusus, (c) kemampuan yang berkenaan dengan pengalaman praktek.
Kemampuan yang berkaitan dengan praktek klinis
Dalam hal ini, pembimbing kelompok harus mampu: (a) membuat kritik mengenai rekaman kegiatan kelompok, (b) mengamati pelaksanaan konseling kelompok, (c) turut serta sebagai seorang anggota dalam kelompok, (d) menjadi pendamping pemimpin kelompok, (e) melakukan praktek konseling kelompok secara mandiri, dan (f) melaksanakan program magang (internship)
Kerangka Berpikir
Berdasar hasil pengamatan penulis, banyak guru yang belum memiliki kemampuan dalam menjalin komunikasi yang baik dengan siswa. Sehingga hal tersebut berdampak terhadap kualitas pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kepala Sekolah selaku penanggung jawab dan penyelenggara pendidikan di sekolah sekaligus pembina teknis ingin meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar melalui pengembangan komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir peneliti berasumsi bahwa melalui wahana komunikasi interpersonal setelah mengikuti bimbingan dan konseling secara berkelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar di kelas dan peningkatan prestasi belajar di SDN 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 di SDN 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Tepatnya dilaksanakan pada bulan Oktober–November 2016. Subyek Penelitian adalah guru dan siswa di SDN 3 Panunggalan.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (a) silabus, (b) rencana pelajaran (c) lembar kegiatan siswa, dan (d) tes formatif. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi hubungan antara siswa dengan guru, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui kinerja guru yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
Berdasarkan hasil monitoring tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah menyampaikan konsep dan tujuan diadakannya bimbingan dan konseling terhadap siswa kelas VI SDN 3 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam menemukan cita-citanya, yaitu 4,0 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup buruk adalah meminta siswa untuk menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan bimbingan dan konseling yaitu masing-masing sebesar 1,7 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah bekerjasama dengan sesama kelompok untuk mendiskusikan cita-cita mereka yaitu masing-masing sebesar 15,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup buruk adalah menyajikan hasil pretest kemampuan diri berupa pengisian angket.
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan interpersonal sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena kegiatan tersebut tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 November 2015 di Kelas VI dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan bimbingan belajar secara intensionalitas tinggi dalam interpersonal yang lebih akrab mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat/penulis selaku Kepala Sekolah di SDN 3 Panunggalan . Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan interpersonal yang komunikatif secara intents diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami cita-cita mereka di masa yang akan datang.
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah diskusi antar siswa dan antara siswa dengan guru yaitu (19,1%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan.
Pada perbaikan siklus III peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan bimbingan dan konseling belajar melalaui interpersonal secara intens serta lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 9 November 2015. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 89,3% mencapai ketuntasan belajar. Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan Kinerja Guru pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan bimbingan dan konseling belajar secara intens melalui interpersonal yang efektif sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran yang akrab sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Pembahasan
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan bimbingan dan konseling belajar secara intens melalui interpersonal yang efektif memiliki dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) .
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas dengan penerapan bimbingan dan konseling belajar secara intens melalui interpersonal yang efektif yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah bimbingan dan konseling belajar secara intens melalui interpersonal yang efektif dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian mengenai peningkatan ketrampilan komunikasi interpersonal melalui konseling kelompok dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian ini ada perbedaan ketrampilan komunikasi interpersonal bagi siswa setelah diberi perlakuan dengan sebelum diberi perlakuan bagi kelompok eksperimen, sehingga dapat dikatakan bahwa konseling kelompok telah terbukti efektif untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi interpersonal bagi siswa yang mengalami hambatan dalam ketrampilan berkomunikasi.
Saran
Berdasarkan simpulan penelitian tersebut maka saran yang diberikan oleh peneliti adalah: (a) pembimbing seharusnya mempraktekkan dalam programnya di sekolah sehingga manfaatnya akan semakin dirasakan oleh peserta didik. (b) berdasarkan pengalaman bahwa konseling kelompok memerlukan jumlah pertemuan beberapa kali serta waktu yang relatif lama, maka perlu mencari waktu yang tidak mengganggu agenda kegiatan siswa seperti belajar, dan diperlukan beberapa reward untuk memberikan motivasi siswa agar mengikuti konseling kelompok hingga akhir sesuai dengan kontrak yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Tarsito.
Asmawi Zainul. 2003. Evaluasi Hasil Belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
________________. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi III. Jakarta: Bina Aksara.
Hadi Sutrisno, Prof, Drs. 2003. Komunikasi Dua Arah . Jilid 1 – 4. Yogyakarta: Psikologi UGM.
Kemmis, S & Mc Taggart, R. (1992). The Action research planner. Victoria: Deakin University