UPAYA PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PEMANFAATAN TUTOR SEBAYA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI MENGGUNAKAN SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG

BILANGAN BULAT BAGI SISWA KELAS VI

SD NEGERI 1 PANUNGGALAN SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Sumarwoto

SD Negeri 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan

ABSTRAK

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual dan Pemanfaatan Tutor Sebaya Mata Pelajaran Matematika Materi Menggunakan Sifat-sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Panunggalan Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam 2 siklus, dapat disimpulkan bahwa: “ Penerapan Pendekatan Kontekstual dan Pemanfaatan Tutor Sebaya Mata Pelajaran Matematika Materi Menggunakan Sifat-sifat Operasi Hitung Bilangan Bulat bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Panunggalan Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017“. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan prosentase ketuntasan siswa pada pra siklus dan siklus 1 yaitu 36 % meningkat menjadi 67 %. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 prosentasenya meningkat lagi dari 67 % dan akhirnya menjadi 97 %. Untuk rata – rata hasil belajar pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 berturut – turut 60, 72, dan 82.

Kata kunci: Hasil belajar, Pendekatan Kontekstual, Tutor Sebaya.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.Perkembangan pesat di bidang teknologi, informasi, komunikasi dan transportasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.

Ketidaktuntasan belajar juga dialami oleh siswa kelas VI SD Negeri 1 Panunggalan,Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan pada semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 . Di mana pada saat tes formatif mata pelajaran Matematika dengan materi pokok menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dari 33 siswa hanya 12 anak yang dapat mencapai target ketuntasan (Standar KKM yang ditetapkan 60), sedangkan 21 siswa yang lain belum mencapai hasil yang memuaskan.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Dalam Widyaiswara (2006) dinyatakan bahwa dewasa ini pembelajaran kontekstual berkembang di negara-negara maju dengan berbagai nama. Di Belanda berkembang dengan nama Realistic Mathematics Education (RME) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan dunia nyata siswa. Di Amerika berkembang dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Sementara itu di Michigan juga berkembang (connected Mathematics project (CMP) yang bertujuan mengintegrasikan ide matematika ke dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan baik dan mudah.

Pendekatan Kontekstual

Dalam Widyaiswara (2006) dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Johnson, dalam Widyaiswara (2006), ada delapan komponen utama sistem pembelajaran kontekstual seperti terinci sebagai berikut:

a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningfull conections).

Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara efektif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri, atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).

a. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work).

b. Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata.

c. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning).

Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan ada tujuannya, ada urusannya, dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.

Penerapan Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Telah dijelaskan di depan bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.Jika pendekatan kontekstual ini diterapkan dalam pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar maka guru dapat mengambil langkah-langkah seperti berikut ini:

a. Sejak awal pembelajaran, guru dapat menerapkan serta memanfaatkan segala kegiatan atau sesuatu yang sering dilakukan atau dilihat dan dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dipergunakan dalam pembelajaran sebagai media pembelajaran atau alat peraga, misal: menyanyi bersama, bermain sandiwara, ataupun menggunakan kelereng, roti, permen atau buah dalam penyampaian materi tentang konsep penjumlahan atau pengurangan bilangan bulat. Sehingga hal ini dapat membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran sekaligus dapat memotivasi siswa untuk tertarik mengikuti materi yang disampaikan oleh guru.

b. Demikian pula dalam kegiatan inti, guru juga dapat meneruskan memanfaatkan dan menggunakan alat peraga atau media pembelajaran tersebut, sehingga perhatian siswa akan selalu fokus dalam proses dari awal sampai akhir pembelajaran.

Pemanfaatan Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Model pembelajaran yang memanfaatkan tutor sebaya yang peneliti terapkan dalam pembelajaran ini mengacu pada pendapat Hisyam Zaini dalam Widyaiswara LPMP Jateng (2006: 4) yang mengatakan bahwa:

“Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan pada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.”

Kerangka Berpikir

Berdasar landasan teori tersebut di atas, maka dapat diambil pokok-pokok pikiran sebagai berikut: pembelajaran matematika akan menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan disukai jika dibelajarkan secara kontekstual, yaitu dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari. Dengan anak menyukai mata pelajaran Matematika maka akan memberi motivasi yang sangat besar dalam mempelajari materi-materi yang disampaikan,dan akan mempermudah siswa dalam memahaminya, sehingga siswa mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, karena pada intinya tujuan pembelajaran matematika adalah siswa mampu memecahkan masalah/persoalan atau soal.Selain itu dengan memanfaatkan tutor sebaya dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa yang kurang mampu untuk memahami materi pelajaran dengan bantuan temannya yang lebih pandai. Dengan belajar bersama teman, siswa akan lebih leluasa dalam bertanya tentang materi yang kurang jelas tanpa dibebani rasa takut dan malu. Sedangkan bagi siswa yang pandai dengan memberi bantuan kepada teman yang kurang, akan lebih memantapkan/meningkatkan penguasaan materi yang dipelajari. Dengan strategi pembelajaran yang demikian akan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara (hipotesis) sebagai berikut: “Bahwa dengan penerapan pendekatan kontekstual dan pemanfaatan tutor sebaya materi menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat pada pembelajaran matematika di kelas VI semester 1 SD Negeri 1 Panunggalan,Kecamatan Pulokulon, , Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017 hasil belajar siswa akan meningkat.”

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 1 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2010 pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat.

Waktu Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:

No

Kegiatan

Hari/Tanggal Kegiatan

1.

Kegiatan Prasiklus

2 s/d. 7 Agustus 2016

2.

Penyusunan formulir penilaian

9 Agustus 2016

3.

Penyampaian Kondisi Awal dengan Guru

14 Agustus 2016

4.

Perencanaan siklus 1

17 s/d. 21 Agustus 2016

5.

Pelaksananaan Siklus 1

22 s/d. 30 Agustus 2016

6.

Penyampaian hasil siklus 1, dan pembinaan

8 September 2016

7.

Perencanaan siklus 2

10 s/d. 12 September 2016

8.

Pelaksanaan Siklus 2

17 s/d. 22 September 2016

9.

Penyampaian hasil siklus 2, dan pembinaan

6 Oktober 2016

10.

Perencanaan siklus 3

8 s/d. 10 Oktober 2016

11.

Pelaksanaan Siklus 3

11 s/d. 15 Oktober 2016

12.

Penyampaian hasil siklus 3, dan pembinaan

23 Oktober 2016

13.

Penyusunan Laporan Penelitian

24 Oktober s/d. 30 Nopember 2016

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Siklus I

Siklus I (satu) dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran yang masing-masing terdiri dari 35 menit. Materi pada siklus I adalah menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dengan menerapkan pendekatan kontekstual dan memanfaatkan tutor sebaya. Peneliti mengawali kegiatan penelitian ini dengan membuat rencana perbaikan pembelajaran, kemudian melaksanakan perbaikan, pengamatan, dan yang terakhir adalah refleksi.

Hasil Perencanaan

Dalam perbaikan pembelajaran peneliti memfokuskan pada permasalahan yang ada pada pembelajaran sebelumnya (pra siklus). Di sini guru menyusun metode yang tepat agar siswa dapat termotivasi dan minatnya bertambah saat mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang tepat yaitu pendekatan kontekstual diharapkan siswa menjadi lebih termotivasi dalam pembelajaran. Selain itu guru juga memanfaatkan tutor sebaya untuk dapat membantu dan membimbing siswa-siswa yang kurang pandai.

Hasil Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan siklus I ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.

Tabel 1 Hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I

Rentang Nilai

Jumlah Siswa

0 – 20

21 – 40

41 – 60

61 – 80

81 – 100

0

0

11

15

7

Jumlah

33

Hasil Pengamatan

Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, tak ada seorangpun yang mendapat nilai antara 0 – 20 dan 21 – 40. Nilai antara 41 – 60 sebanyak 11 siswa, nilai 61 – 80 sebanyak 15 siswa, dan nilai 80 – 100 sebanyak 2 siswa. Jika diprosentase ketuntasannya mencapai 82 % (dengan KKM yang ditetapkan sebesar 60) dan nilai rata-rata 72. Berarti sudah ada peningkatan meskipun belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan, maka peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II.

Hasil Refleksi

1. Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat dan untuk mengkaji semua temuan. Dan dari hasil diskusi diperoleh hasil refleksi antara lain sebagai berikut:

2. Secara garis besar guru sudah menerapkan pendekatan kontekstual, di mana guru sudah mengkaitkan materi dengan kehidupan nyata yang sering dijumpai oleh siswa.

3. Motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran telah meningkat.

4. Guru sudah memanfaatkan media dalam proses pembelajaran.

5. Hanya saja, perhatian guru baru tertuju pada siswa yang pandai saja, sehingga siswa yang kurang pandai masih kurang keaktifannya dalam kegiatan kelompok.

6. Demikian pula dalam proses penarikan kesimpulan, ternyata belum semua siswa dilibatkan dalam kegiatan ini.

Siklus II

Siklus II (dua) dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran yang masing-masing terdiri dari 35 menit. Materi pada siklus II adalah menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dengan menerapkan pendekatan kontekstual dan memanfaatkan tutor sebaya. Peneliti mengawali kegiatan penelitian ini dengan membuat rencana perbaikan pembelajaran, kemudian melaksanakan perbaikan, pengamatan, dan yang terakhir adalah refleksi.

Hasil Perencanaan

Dalam perbaikan pembelajaran peneliti mulai memfokuskan pada permasalahan yang ada pada pembelajaran sebelumnya (perbaikan pembelajaran siklus I). Di sini guru menyusun metode yang tepat agar siswa lebih aktif saat mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru serta siswa yang pandai dapat membantu memberi penjelasan kepada temannnya yang belum mengerti atas materi yang disampaikan. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang terlaksana sesuai dengan perencanaan.

Hasil Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan siklus II ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan tes formatif untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Adapun hasil dari perbaikan pembelajaran siklus II dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2 Hasil tes formatif setelah perbaikan pembelajaran siklus II

No.

Rentang Nilai

Jumlah Siswa

1

2

3

4

5

0 – 20

21 – 40

41 – 60

61 – 80

81 – 100

0

0

1

18

14

Jumlah

33

Hasil Pengamatan

Dari data yang terlihat pada tabel dan diagram di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, tak seorangpun yang mendapat nilai di bawah nilai 60. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai antara 41 – 60 sebanyak 1 siswa, 61 – 80 sebanyak 18 siswa, dan 81 – 100 sebanyak 14 siswa. Dan jika diprosentase ketuntasan belajarnya mencapai 97 % dengan nilai rata-rata nilai 82.

Hasil Refleksi

Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat ,untuk mengkaji semua temuan. Dan dari hasil diskusi diperoleh hasil refleksi antara lain sebagai berikut:

1. Guru telah mengkaitkan materi dengan hal-hal yang dapat ditemui dan dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa memperoleh pengetahuannya secara nyata dan lebih bermakna.

2. Guru telah memanfaatkan media dalam pembelajaran dengan sangat baik , sehingga minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran meningkat.

3. Dalam perbaikan pembelajaran siklus II, siswa yang kurang pandai dilibatkan dalam kegiatan diskusi kelompok, sehingga siswa aktif secara keseluruhan dalam proses pembelajaran. Demikian pula dalam kegiatan penarikan kesimpulan.

4. Dari data yang terlihat pada tabel dan diagram pada pelaksanaan perbaikan pada siklus II di atas dapat terlihat bahwa hasil belajar siswa setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, tak seorangpun yang mendapat nilai di bawah nilai 60. Dan jika diprosentase ketuntasan belajarnya mencapai 97 % dengan nilai rata-rata nilai 82.

Karena tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah mencapai 100 %, maka peneliti tidak perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus III, cukup dengan perbaikan pembelajaran siklus II saja.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Melihat uraian dari bab I sampai bab III dan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Dengan menerapkan pendekatan kontekstual dan pemanfaatan tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran matematika materi pokok menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat kelas VI semester 1 di SD Negeri 1 Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016 / 2017.

Saran

Agar hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi pokok menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dapat mencapai hasil yang maksimal, sebaiknya guru Menerapkan pendekatan kontekstual cara sebagai berikut:

1. Mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari.

2. Menggunakan media yang menunjang.

3. Siswa belajar sambil berbuat.

4. Pengalaman belajar siswa diperoleh secara langsung, bukan semata-mata transfer dari guru.

5. Menggunakan penilaian otentik.

Dalam proses pembelajaran guru sebaiknya memanfaatkan siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dunne dan Wragg dalam Widyaiswara LPMP. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran. Semarang: LPMP Semarang.

Hisyam Zaini dalam Widyaiswara LPMP. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Semarang: LPMP Semarang.

Purwanto, N. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim Bina Karya Guru. (2007). Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas VI. Jakarta: Erlangga.

Widyaiswara LPMP. (2006). Pendidikan Kontekstual. Semarang: LPMP Semarang.