Meningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKn
MATERI HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN KONSTITUSI MELALUI PENERAPAN TIPE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH PESERTA DIDIK KELAS X MIPA 5
SMA NEGERI 1 PATI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sagino
Guru PKn SMA N 1 Pati
ABSTRAK
Hasil belajar yang rendah ini dapat dilihat dari hasil tes peserta didik pada materi Indonesia Masa Penjajahan, dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 45 dan nilai diatas KKM sebesar 75 sebesar 38,23%. Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah: Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Tipe Make A Match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA7 Semester 1 SMA Negeri 1 Pati tahun pelajaran 2017/2018. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan 2 siklus yaitu siklus I dan II. Pelaksanaan tahap-tahap ini dibagi menjadi 2 siklus dalam penelitian tindakan kelas (Action Research) yaitu siklus I dan II, masing-masing siklus meliputi: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting). Berdasarkan asil penelitian dan refleksi pada siklus I, II pada materi Indonesia Masa Penjajahan dapat disimpulkan bahwa Tipe Make A Match efektif digunakan dengan bukti hasil peserta didik mengalami peningkatkatan dari Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 68,67 menjadi 79,80 dan menjadi 85,85. Ada kenaikan nilai terendah dari 55 menjadi 60 dan menjadi 85. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 85 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 13 anak menjadi 24 anak dan menjadi 34 anak.
Kata kunci: Tipe Make A Match
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kenyataan pembelajaran di kelas Mapel Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Pati selama ini berkesan kurang menarik, tidak menantang dan hasil belajar peserta didik rendah. Dalam situasi yang berlangsung secara monoton peserta didik merasa bosan dan tersiksa. Komunikasi pembelajaran hanya satu arah. Apalagi guru sebagai motivator dalam pembelajaran hanya menggunakan Tipe ceramah, maka suasana pembelajaran akan semakin tidak menarik. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya inovatif dan kreatif dari semua komponen pembelajaran yang meliputi peserta didik, lingkungan sekolah, sarana belajar, kurikulum dan faktor guru dengan berbagai Tipe pembelajarannya. Hal ini dilakukan dengan harapan pelaksanaan program MBS yang mengarah pada Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
Keberhasilan penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Mapel PKn dengan KD menganalisis Hubungan dasar Negara dengan konstitusi, mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan nontes. Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan baik.
Pendekatan pembelajaran percaya bahwa belajar yang baik adalah penuh disiplin, patuh, guru sebagai satu-satunya sumber ilmu. Sementara itu nampak bahwa hasil proses pembelajaran semacam itu menciptakan peserta didik dan guru yang monoton dan statis.
Pembelajaran PKn dengan menggunakan berbagai pendekatan / Tipe, teknik dan Tipe pembelajaran variatif dan inovatif dapat diterapkan dalam setiap materi pembelajaran sehingga menarik peserta didik
Hasil belajar yang rendah ini dapat dilihat dari hasil tes peserta didik pada materi Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi, dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 45 dan nilai diatas KKM 38,23%. Kemajuan teknologi informasi peserta didik diharapkan secara bertahap melakukan penyesuaian dalam pengkajian informasi dalam bentuk peraga. Dalam kerangka itulah penelitian tindakan kelas ini dengan mengambil judul “UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKn MATERI HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN KONSTITUSI MELALUI PENERAPAN TIPE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA 5 SMA NEGERI 1 PATI TAHUN PELAJARAN 2017/2018â€.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat disampaikan adalah: Apakah melalui penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik kelas X MIPA 5 Semester 1 SMA Negeri 1 Pati tahun pelajaran 2017/2018 ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah: Untuk mengetahui melalui penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik kelas X MIPA 5 Semester 2 SMA Negeri 1 Pati tahun pelajaran 2017/2018.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
Umum
Memberikan manfaat secara teoritis bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan pengkajian strategi
pembelajaran Sejarah dengan Tipe dan Tipe yang tepat.
Khusus
a. Bagi Guru
1) Memberikan pembelajaran yang variatif, inovatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
2) Menambah motivasi meningkatkan kualitas pembelajaran dengan harapan KKM hasil belajar tercapai.
b. Bagi Peserta didik
1) Menciptakan minat, rasa ingin tahu, penasaran dan ketertarikan terhadap pelajaran.
2) Meningkatkan hasil belajar peserta didik
LANDASAN TEORI
Hakekat Motivasi Belajar
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986), motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya. Motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan Motivasi secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Menurut Sudjana, belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Menurut Slameto (2003: 2). Belajar adalah â€merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannyaâ€
Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Pemberian Motivasi Menurut (Djmarah dan zain, 2002: 168). Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah adalah: memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi: 1) Faktor individual, seperti; kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. 2) Faktor sosial, seperti; keluaga atau keadaan rumah tangga,guru dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial.
Hakekat Hasil Belajar
Menurut Muhibin Syah bahwa Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai setelah siswa menyelesaikan sejumlah materi pelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.( 2003, 213). Adapun prestasi merupakan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto; 2003: 2).
Pengertian Tipe Kooperatif Make A Match
Tipe pembelajaran kooperatif make a match dapat menjadi salah satu strategi penting dalam ruang kelas dengan tujuan untuk melatih siswa agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. Tipe pembelajaran make a match adalah Tipe pembelajaran dengan mencari pasangan. Pengembang metode ini adalah Curran tahun 1994. Tipe pembelajaran make a match adalah Tipe pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu itu bisa berisi pertanyaan, bisa berisi jawaban. Selanjutnya mereka mencari pasangan yang cocok sesuai dengan kartu yang dipegang. Perkembangan berikutnya, para pengguna Tipe pembelajaran ini berusaha memodifikasi.
Ada tiga hal yang perlu dipahami dan yang perlu lakukan, jika ingin menerapkan Tipe pembelajaran ini dengan baik. Pertama adalah tujuan pembelajaran make a match. Kedua, persiapan yang perlu di lakukan. Ketiga, sintaks atau langkah-langkah pembelajaran ketika menerapkan metode ini di kelas. Metode pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi empat, antara lain metode STAD (Student Teams Achivement Divisions), metode jigsaw, metode GI (Group Investigasion) dan metode struktural. Berdasarkan beberapa metode di atas make a match merupakan bagian dari metode struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur tersebut memiliki tujuan umum diantaranya untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan mengajarkan keterampilan sosial (Sugiyanto 2010:44-48). Teknik make a match adalah teknik mencari pasangan, siswa digabung suruh mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Keunggulan tekhnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Curran dalam Huda 2011:113).
Menurut Rusman (2011:223-233) Tipe make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Lie (2008:56) menyatakan bahwa Tipe pembelajaran make a match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa teknik make a match adalah suatu Tipe pembelajaran dalam pembelajaranya siswa mencari pasangan dari kartu yang dibagikan oleh guru di awal pembelajaran selanjutnya menggabungkan pertanyaan dengan jawaban sesuai atau sebaliknya. Tipe pembelajaran cooperative learning teknik make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Penerapan Tipe pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Secara garis besar make a match adalah teknik belajar mencari pasangan, siswa mencari pasangan sambil belajar. Dengan teknik ini diharapkan guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat, selain itu teknik yang terdapat didalamnya juga mendorong siswa untuk semangat kerja sama.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal pembelajaran guru belum menerapkan Tipe kooperatif make a match motivasi dan hasil belajar yang dicapai masih rendah, selanjutnya guru mengambil tindakan dengan penerapan pembelajaran Tipe kooperatif make a match yang dilaksanakan melalui dua siklus.
Tindakan pada Siklus I, pembelajaran sudah menerapkan Tipe kooperatif make a match motivasi dan hasil belajar peserta didik. Tindakan pada Siklus II, melakukan pembelajaran dengan merevisi penerapan Tipe kooperatif make a match. Kondisi akhir diduga melalui penerapan kooperatif make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas X MIPA 5 semester 2 SMAN 1 Pati tahun pelajaran 2017/2018.
Hipotesis Tindakan
Untuk menjawab permasalahan yang diajukan serta guna mencapai tujuan penelitian, maka disusun hipotesis tindakan: Melalui penerapan Tipe Make a Match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn materi Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi peserta didik kelas X MIPA 5 semester 22 SMAN 1 Pati tahun pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian dan Subyek penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2018 kelas X MIPA 5 semester 2 SMA N 1 Pati tahun pelajaran 2017/2018.
Subyek penelitian adalah peserta didik kelas berjumlah 34 orang dengan perincian peserta didik laki-laki 15 orang dan perempuan 19 orang.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan Tipe Make a Match yang terdiri atas 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus menggunakan 4 (empat) tahapan tindakan yaitu perencanaan/persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
1. Siklus I
a. Rencana tindakan, membuat perangkat pembelajaran antara lain Silabus, RPP, dan alat penilaian.
b. Pelaksanaan tindakan, menerapkan rencana tindakan pembelajaran Tipe Make a Match dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Tahap pemberian materi pelajaran, Tahap Pembagian Kelompok (Tim), Tahap persiapan permainan dan Tahap permainan dan pertandingan.
Langkah-langkah aktifitas pembelajaran meliputi: Tiap-tiap tim mendapat giliran memutar roda impian untuk menentukan kartu soal yang dipilih, kemudian menjawab pertanyaan yang muncul. Jika dalam tim tidak ada yang dapat menjawab, maka pertanyaan dilempar kepada kelompok lain dibawahnya dan bila kelompok dibawahnya dapat menjawab maka skor nilai diberikan pada kelompok yang bias menjawab. Roda impian dapat diputar oleh tiap-tiap tim untuk mendapat pertanyaan sampai habis. Kartu permainan dapat berupa kartu soal, kartu bonus, kartu hadiah, kunci jawaban, kartu permainan dan menentukan pemndu permainan. Pemandu permainan mengumumkan hasil nilai tim yang telah terkumpul.
c. Observasi, guru mitra melaksanakan pengamatan dengan bantuan lembar observasi bekerja sama dengan kolaboran.
d. Refleksi, hasil pembelajaran dibahas peneliti dengan guru mitra kekurangan dalam tindakan.
2. Siklus II
a. Rencana tindakan, membuat perangkat pembelajaran antara lain Silabus, RPP, dan alat penilaian.
b. Pelaksanaan tindakan, menerapkan rencana tindakan pembelajaran Tipe Make a Match.
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Tahap pemberian materi pelajaran, Tahap Pembagian Kelompok (Tim), Tahap persiapan permainan dan Tahap permainan dan pertandingan.
Langkah-langkah aktifitas pembelajaran meliputi: Tiap-tiap tim mendapat giliran memutar roda impian untuk menentukan kartu soal yang dipilih, kemudian menjawab pertanyaan yang muncul. Jika dalam tim tidak ada yang dapat menjawab, maka pertanyaan dilempar kepada kelompok lain dibawahnya dan bila kelompok dibawahnya dapat menjawab maka skor nilai diberikan pada kelompok yang bias menjawab. Roda impian dapat diputar oleh tiap-tiap tim untuk mendapat pertanyaan sampai habis. Kartu permainan dapat berupa kartu soal, kartu bonus, kartu hadiah, kunci jawaban, kartu permainan dan menentukan pemndu permainan. Pemandu permainan mengumumkan hasil nilai tim yang telah terkumpul.
c. Observasi, guru mitra melaksanakan pengamatan dengan bantuan lembar observasi dan kolaboran.
d. Refleksi, hasil pembelajaran dibahas peneliti dengan guru mitra kekurangan dalam tindakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dalam kondisi awal ini belum dilakukan suatu tindakan. Dalam kegiatan pembelajaran konsisi awal ini, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, juga dilakukan secara klasikal. Pembelajaran monoton, masih searah dari guru, semua kegiatan terpusat pada guru, banyak peserta didikyang kurang memperhatikan sehingga kegiatan pembelajaran nampak kurang aktif. Sehingga peserta didikkurang memahami materi yang dibahas karena kurang memperhatikan akibatnya hasil belajar peserta didikrendah.
Hasil belajar yang rendah ini dapat dilihat dari hasil tes peserta didik pada materi Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi, dengan nilai tertinggi 85, nilai terendah 45 dan nilai diatas KKM 32,35%.
Dapat diketahui bahwa modus berada pada rentang nilai 66 – 74, nilai tertinggi 90, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 68,67%. Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 75, ternyata peserta didikyang telah tuntas hanya ada 13 anak atau 38,23%, sehingga jumlah peserta didikyang belum tuntas masih ada 21 anak atau 61,33%.
Dalam proses pembelajaran kondisi awal penelitian juga mengamati motivasi peserta didikdalam mengikuti kegiatan belajar sebagai hasil non tes.
Motivasi dalam belajar dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian peserta didikdalam mengikuti proses belajar. Jumlah peserta didikyang aktif hanya 5 anak atau 13,89% dan jumlah peserta didikyang nampak mempunyai minat ada 7 anak atau 19,44% serta jumlah peserta didikyang mempunyai perhatian ada 10 anak atau 27,78%.
Dapat diketahui bahwa dalam proses belajar pada kondisi awal motivasi belajar peserta didiksangat rendah. Karena dari 34 anak hanya ada 4 anak yang aktif tinggi, dari 34 anak hanya ada 10 anak yang nampak mempunyai aktif sedang dan ada 20 anak yang aktif rendah sebesar 58,82%.
Diskripsi Siklus I
Hasil tes
Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes pada kondisi awal dengan hasil tes pada Siklus I.
Hasil tes pada kondisi awal, nilai tertinggi 90, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata tuntas 65,90 setelah dilakukan tindakan yaitu pembelajaran kooperatif Tipe TGT pada kegiatan pembelajaran Siklus I ini, maka nilai tertinggi 90, nilai terendah 60 dan nilai rata-rata 83,80.
Diketahui bahwa ada kenaikan nilai tertinggi dari kondisi awal ke Siklus I sebesar 5 atau 14,70%. Juga untuk nilai terendah dari kondisi awal ke Siklus I ada kenaikan sebesar 15 atau 44,12%. Juga nilai rata-rata kondisi awal ke Siklus I mengalami kenaikan sebesar 29,41%.
Dapat diketahui bahwa jumlah peserta didikyang tuntas belajar antara kondisi awal dengan siklus I mengalami kenaikan sebesar 12 atau 38,24%, semula peserta didikyang tuntas hanya 13 anak pada kondisi awal, setelah ada tindakan melalui pembelajaran kooperatif Tipe TGT pada siklus I, peserta didikyang tuntas menjadi 25 anak.
Hasil Non Tes
Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat, perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat pada saat proses kegiatan pembelajaran antara kondisi awal dengan siklus I.
Hasil pengamatan teman sejawat pada kondisi awal, nampak hanya 5 anak yang aktif, 7 anak yang minat dan 10 anak yang perhatian. Pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran kooperatif Tipe TGT, ada 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian.
Dapat diketahui bahwa hasil pengamatan mengenai motivasi belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara kondisi awal dengan Siklus I masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan 6 atau 120%, untuk aktif sedang ada kenaikan 4 atau 136% dan untuk aktif rendah ada kenaikan 10 atau 130%.
Diskripsi Siklus II
Hasil tes
Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes pada Siklus I dengan hasil tes Siklus II. Hasil tes pada Siklus I nilai tertinggi 95, nilai terendah 65 dan nilai rata-rata 85,85. Pada Siklus I sudah dilakukan pembelajaran kooperatif Tipe TGT dan pada Siklus II dilakukan perbaikan dengan membentuk kelompok kecil dan mendapat bimbingan dari guru. Hasil tes Siklus II ini diperoleh nilai rata-rata 85,,85.
Dapat diketahui bahwa ada kenaikan nilai tertinggi dari Siklus I ke Siklus II sebesar 5 atau 14,70% dan untuk nilai terendah ada kenaikan 10 atau 22,22%, juga untuk nilai rata-rata ada kenaikan 6,05 atau 19,55%.
Jumlah peserta didikyang tuntas belajar antara Siklus I dengan Siklus II setelah diadakan perubahan penggunaan pembelajaran kooperatif Tipe Make a Match mengalami kenaikan sebesar 10 atau 29,41%. Semula Siklus I jumlah peserta didikyang tuntas 24 anak atau 7,18 dan Siklus II jumlah peserta didikyang tuntas ada 34 anak atau 100%.
Hasil Non Tes
Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat dan perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat selama proses pembelajaran antara Siklus I dan Siklus II
Hasil pengamatan teman sejawat pada Siklus I nampak 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian. Pada siklus II setelah ada perbaikan dalam pembelajaran kooperatif Tipe Make a Match, ada 30 anak yang aktif, ada 28 anak yang minat dan ada 34 anak yang perhatian.
Dapat diketahui bahwa hasil pengamatan mengenai motivasi belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara Siklus I dan Siklus II, masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan sebesar 20 atau 200%, untuk minat ada kenaikan sebesar 20 atau 200% dan untuk perhatian juga ada kenaikan sebesar 20 atau 200%.
Pelaksanaan Tindakan
Pada kondisi awal dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran belum menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Make a Match. Dalam kegiatan pembelajaran kondisi awal ini guru masih menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah dan pemberian tugas.
Kegiatan pembelajaran konvensional membuat peserta didikkurang aktif tampak kurang minat dan kurang perhatian, sehingga motivasi belajar rendah. Peserta didiksulit memahami konsep materi yang dibahas akibatnya hasil belajar peserta didikrendah.
Pada Siklus I dilakukan suatu tindakan dengan cara membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 10 siswa, sedangkan kelompok lain 11 peserta didikkarena jumlah peserta didikkelas ada 34 anak, maka ada 3 kelompok.
Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke 1: guru mempresentasikan materi Indonesia Masa Penjajahan lalu memberi tugas perkelompok untuk mendiskusikan dan mengerjakan soal secara bersama-sama. Dan pada pertemuan ke 2: masih secara berkelompok peserta didikmelanjutkan diskusi dan menjelaskan unjuk kerja atau lembar kerja secara bersama-sama. Setelah selesai selanjutnya dilaksanakan tes.
Menurut pengamatan teman sejawat, dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini terlihat hanya ada beberapa peserta didikyang aktif, minat dan perhatian, sehingga motivasi belajar masih kurang. Hal ini disebabkan jumlah peserta didikdalam kelompok masih terlalu banyak, tiap kelompok 10 sampai 11 anak.
Pada Siklus II kegiatan pembelajaran juga sudah menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Make a Match namun perlu memperbaiki dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 anak. Untuk menambah motivasi belajar,guru memberikan bimbingan dalam melaksanakan materi kepada kelompok kecil ini sehingga setiap kelompok benar-benar bisa memahami konsep materi ini
Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke 1: guru mempresentasikan materi dan menyusun kertas kerja secara singkat melalui peta konsep, lalu memberi tugas perkelompok untuk mendiskusikan dan mengerjakan secara individu per kelompok. Dan pada pertemuan ke 2: masih secara berkelompok peserta didik melanjutkan diskusi dan mengerjakan unjuk kerja atau lembar kerja dengan bimbingan guru sampai semua anggota kelompok dapat memahami konsep materi ini serta setelah selesai satu KD melaksanakan tes bagi peserta didikyang memperoleh nilai tertinggi diberi penghargaan.
Hasil Pengamatan
Pada kondisi awal kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah dan penugasan saja, sehingga motivasi belajar kurang, peserta didikkurang memahami konsep materi yang dibahas akibatnya hasil belajar rendah.
Rendahnya hasil belajar peserta didiktersebut dapat dilihat dari hasil tes pada kondisi awal, nilai rata-ratanya 68,67 nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 85. Dengan KKM 75 jumlah peserta didikyang tuntas ada 13 sebesar 38,23% anak, jumlah peserta didikyang belum tuntas ada 21 anak.
Dari hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada kondisi awal ini ada beberapa peserta didikyang aktif, minat dan perhatian, sehingga motivasi belajar masih kurang.
Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I ini, nilai rata-ratanya 79,80, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90. Dengan KKM 75, jumlah peserta didikyang tuntas memenuhi KKM ada 24 anak sebesar 70,58%, jumlah peserta didikyang belum tuntas ada 13 anak.
Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan kooperatif Tipe Tipe Make a Match yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing juga, nilai rata-rata 85,85, nilai terendah 85 dan nilai tertinggi 95. Dengan KKM 75, jumlah peserta didikyang tuntas telah memenuhi KKM ada 34 anak sebesar100%, jumlah peserta didikyang belum tuntas tidak ada.
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini, aktifitas belajar peserta didikmakin meningkat, terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian peserta didikpada pembelajaran Siklus I ini makin bertambah daripada kondisi awal. Namun penambahannya belum optimal untuk itu perlu ada perbaikan lagi.
Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan kooperatif Tipe Make a Match yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing. Nilai rata-rata 85,85, nilai terendah 85 dan nilai tertinggi 95, dengan KKM 75 jumlah peserta didikyang tuntas telah memenuhi KKM ada 34 anak, jumlah peserta didiktuntas 100%.
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus II ini, motivasi belajar peserta didikmeningkat sangat baik. Hal ini terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian peserta didikbertambah sangat signifikan. Dari 34 anak keaktifan tinggi hanya ada 20, aktif sedang 9 anak anak dan aktif rendah 5 anak yang tidak aktif.
Hasil refleksi
Hasil tes
Hasil tes pada kondisi awal nilai rata-ratanya 68,67 sedangkan hasil tes pada Siklus I nilai rata-ratanya 79,80 dan hasil tes pada Siklus II nilai rata-ratanya 85,85.
Hasil tes pada kondisi awal ini, nilai terendah 55, nilai tertinggi 85. Sedangkan hasil tes Siklus I nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90, serta hasil tes pada Siklus II nilai terendah 85, tertinggi 95.
Ketuntasan belajar pada kondisi awal, jumlah peserta didik yang tuntas hanya 13 anak. Pada siklus I peserta didik yang tuntas ada 24 anak dan pada siklus II peserta didikyang tuntas ada 34 anak.
Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 68,67 menjadi 79,80 dan menjadi 85,85. Ada kenaikan nilai terendah dari 55 menjadi 60 dan menjadi 85. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 85 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 13 anak menjadi 24 anak dan menjadi 34 anak.
Hasil Non Tes
Hasil non tes ini terlihat dalam proses kegiatan pembelajaran tentang motivasi belajar melalui unsur keaktifan, minat, dan perhatian siswa. Pada kondisi awal pembelajaran peserta didikbanyak yang tidak aktif, pada siklus I motivasi belajar meningkat karena keaktifan, minat dan perhatian peserta didikmakin meningkat. Dan pada siklus II dengan memperbaiki tindakan, maka motivasi belajar meningkat secara signifikan, karena semua peserta didikterlihat keaktifan tinggi, keaktifan sedang dan keaktifan rendah.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan asil penelitian dan refleksi pada siklus I, II pada materi Indonesia Masa Penjajahan dapat disimpulkan bahwa Tipe Make a Match efektif digunakan dengan bukti hasil peserta didik mengalami peningkatkatan dari Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 68,67 menjadi 79,80 dan menjadi 85,85. Ada kenaikan nilai terendah dari 55 menjadi 60 dan menjadi 85. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 85 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 13 anak menjadi 24 anak dan menjadi 34 anak.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan peneliti antara lain:
1. Untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan maka diperlukan Tipe pembelajaran inovasi seperti Tipe Make a Match
2. Tipe pembelajaran inovasi seperti model Tipe Make a Match dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik materi membaca peta.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Asman Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda Karya.
Rosalia, Tara. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Rusman. 2011. Tipe-Tipe Pembelajaran Mengembangkan Profeisonalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sardiman A.M. ,2010; Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, cet. Ke-2.
Sardiman A.M. ,2010; Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, cet. Ke-2.
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Ganeca Exact.
Sugiyanto. 2007. Tipe Inovasi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Syah. Muhibbin, 2003; Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.