Meningkatan Partisipasi Guru Melalui Small Discussion
MENINGKATAN PARTISIPASI GURU
DALAM MEMPERSIAPKAN ADIWIYATA MANDIRI
MELALUI SMALL DISCUSSION DI SMPN 1 SAMBIREJO
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Joko Waluyo
SMP Negeri 1 Sambirejo
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan partisipasi guru dalam mempersiapkan Adiwiyata Mandiri melalui Small Discussion Sekolah SMPN 1 Sambirejo Tahun Pelajaran 2019/2020. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS). Hasil tindakan pada siklus 1 yang menunjukan bahwa dari 6 Guru yang mengikuti pelatihan dalam PTS terdapat 36 guru atau 59% memiliki kemampuan baik dalam mempersiapkan adiwiyata, selanjutnya terdapat 25 guru atau 41% memiliki kemampuan yang cukup dalam mempersiapkan adiwiyata, dan tidak ada guru yang memiliki kemampuan kurang, sedangkan pada siklus II dengan melaksanakan small discussion kamampuan guru yang berpartisipasi dalam mempersiapkan adiwiyata mandiri menjadi lebih baik dengan hasil menunjukan bahwa dari 63 Guru yang mengikuti pelatihan adiwiyata dalam PTS terdapat 12 guru atau 20% memiliki kemampuan sangat baik dalam mempersiapkan adiwiyata, dan sebanyak 49 guru atau 80% guru memiliki kemampuan yang baik dalam mempersiapkan adiwiyata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan small discussion dapat meningkatkan partisipasi guru dalam mempersiapkan adiwiyata mandiri pada tahun pelajaran 2019/2020 di SMPN 1 Sambirejo.
Kata kunci: Partisipasi Guru, Adiwiyata Mandiri, Small Discussion
PENDAHULUAN
Program Adiwiyata merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2004 dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup melalui prinsip edukatif, partisipatif dan berkelanjutan. Program Adiwiyata adalah program yang dibentuk dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Tujuan program Adiwiyata sendiri sesuai dengan konsepnya adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (KLH, 2012: 3). Prinsip dasar yang dipegang oleh program Adiwiyata adalah partisipasi, dimana seluruh komponen turut berperan aktif dan berlanjutan, dimana program ini dilakukan secara terus menerus (KLH, 2012: 3).
Sekolah Adiwiyata didapatkan bahwa pembinaan Adiwiyata dilakukan oleh ketua Adiwiyata sekolah dan bersifat monitoring. Tinjauan atau kunjungan ke sekolah-sekolah imbas jarang dilakukan, dan apabila dilakukan hanya jika ada sekolah imbas yang meminta agar pembina datang untuk melihat capaian sekolah. Lebih lanjut dikatakan bahwa hal tersebut terjadi karena adanya kesulitan pembina dalam membagi waktu untuk membina sekolah imbas. Dalam proses pembinaan, pembina merasa kesulitan karena ada beberapa sekolah imbas kurang memiliki motivasi dan antusias, serta komitmen dalam mengikuti program Adiwiyata. Selain itu belum ada pembentukan tim khusus pembinaan, sehingga selama ini yang melakukan pembinaan hanya ketua Adiwiyata. Hal ini juga menjadi kendala karena seluruh tugas dan peran dalam pembinaan dikerjakan oleh pembina. Untuk pelaksanaan pembinaan belum berjalan dengan efektif dan maksimal dikarenakan sekolah imbas belum banyak berpartisipasi secara utuh karena kurang termotivasi dan juga masih memiliki komitmen yang rendah dalam melaksanakan program Adiwiyata ini, padahal keberhasilan untuk mewujudkan harapan seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, sesungguhnya membutuhkan partisipasi masyarakat melalui berbagai aktivitas yang dapat dihubungkan dengan pembinaan untuk kepentingan pelestarian lingkungan hidup, sehingga evaluasi yang dilakukan oleh pembina belum dapat mempengaruhi sekolah imbas secara optimal.
Paparan tersebut menunjukkan bahwa model pembinaan Adiwiyata yang ada belum dapat menjawab permasalahan di dalam melaksanakan pembinaan. Pembinaan belum terkonsep dengan baik serta kurangnya partisipasi secara tidak langsung pula memberi dampak negatif baik kepada sekolah induk maupun sekolah imbas dimana program Adiwiyata sulit atau tidak berjalan sebagaimana mestinya dan pada akhirnya tujuan program Adiwiyata sulit untuk tercapai.
Jika merujuk kepada teori mengenai pembinaan sebuah organisasi yang dikemukakan oleh Sudjana (2010: 199) pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara atau membawa sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga sesuatu keadaan sebagaimana seharusnya. Sedangkan Ivancevich (2009: 46) pembinaan adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. Untuk menghasilkan kinerja pada tingkat yang tinggi, maka seorang manajer atau pemimpin berjuang untuk memotivasi orang-orang di dalamnya dengan melibatkan mereka untuk turut ambil bagian dalam setiap prosesnya, sehingga muncul pertanggungjawaban dalam diri mereka untuk melaksanakan setiap tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk melakukan pembinaan harus jelas prosesnya dan harus sistematis, tahapan-tahapannya harus jelas mulai dari perencanaan hingga evaluasinya sehingga pembinaan dapat berjalan dengan efektif.
Partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan, baik berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan (Astuti, 2009: 31-32). Berkenaan dengan pembinaan Adiwiyata kepada sekolah imbas berbasis partisipasi, maka pembinaan adalah upaya untuk membawa dan memelihara atau menjaga agar sekolah imbas dapat menjadi sekolah Adiwiyata maupun mempertahankan sebagai sekolah Adiwiyata. Pelaksanaan pembinaan ditujukan agar kegiatan atau program yang sedang dijalankan yang dalam hal ini adalah program Adiwiyata selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan yaitu sekolah imbas dapat menjadi sekolah Adiwiyata. Jika terjadi penyimpangan, segera dapat dilakukan upaya untuk mengembalikan kegiatan pada yang seharusnya dilakukan.
Metode small discussion merupakan suatau proses pembelajaran yang melibatkan 3-5 guru dalam satu kelompok yang memiliki tujuan untuk berdiskusi mengenai informasi atau pengetahuan masing-masing anggota kelompok. Metode small discussion mampu memotivasi siswa supaya berani mengungkapkan ide atau pendapat guru. Ketika setiap guru dapat mengungkapkan pendapatnya dalam menjadikan sekolah untuk mendapatkan Adiwiyata. Menurut Abdul (2013: 200-201) Metode Pembelajaran Small Group Discussion memiliki keunikan dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah dan demonstrasi. Melalui metode small discussion diharapkan dpat meningkat. Memulai diskusi dengan kelompok kecil membuat guru mengungkapkan ide dan pendapat untuk kemajuan sekolah dalam meraih adiwiyata.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian mengambil judul penelitian tentang “ Upaya Peningkatan Partisipasi Guru dalam Mempersiapkan Adiwiyata Mandiri melalui Small Discussion Sekolah SMPN 1 Sambirejo Tahun Pelajaran 2019/2020”
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana untuk meningkatkan partisipasi guru dalam mempersiapkan Adiwiyata Mandiri melalui Small Discussion Sekolah SMPN 1 Sambirejo Tahun Pelajaran 2019/2020?
LANDASAN TEORI
Pengertian dan Tujuan Program Adiwiyata
Menurut Permen Negara Lingkungan Hidup nomor 5 Tahun 2013, program Adiwiyata adalah program yang dibentuk dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
Tujuan program Adiwiyata sendiri sesuai dengan konsepnya adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (KLH, 2012: 3).
Prinsip dasar yang dipegang oleh Program Adiwiyata adalah partisipasi, dimana seluruh komponen turut berperan aktif dan berlanjutan, dimana program ini dilakukan secara terus menerus (KLH, 2012: 3).
Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata
Pembinaan Adiwiyata adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh organisasi/lembaga atau pihak lainnya melakukan pembinaan dalam meningkatkan pencapaian kinerja program Adiwiyata yang berdampak positif terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (KLH, 2012: 10). Tujuan pembinaan adalah untuk: (1) meningkatkan kapasitas sekolah untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata, (2) meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dalam pengelolaan program Adiwiyata, (3) meningkatkan pencapaian kinerja pengelolaan Adiwiyata baik di provinsi maupun di kabupaten/kota termasuk sekolah dan masyarakat sekitarnya (KLH, 2012: 10).
Materi pembinaan program Adiwiyata meliputi: (1) tujuan, program, materi Adiwiyata seperti: komponen, standar, dan implementasi Adiwiyata. Pengkajian kondisi lingkungan hidup sekolah, kebijakan sekolah, kurikulum sekolah, kegiatan sekolah, dan sarana prasarana; (2) penyusunan rencana kerja dan mengalokasikan anggaran sekolah berdasarkan hasil kajian tersebut di atas, dan disesuaikan dengan komponen, standar, dan implementasi Adiwiyata; (3) pelaksanaan kegiatan program Adiwiyata di sekolah; (4) pemantauan dan evaluasi oleh sekolah; (5) pembuatan dan penyampaian laporan oleh Sekolah (KLH, 2012: 22).
Metode Small Discussion
Menurut Ismail (2008: 88) Metode Pembelajaran Small Group Discussion adalah proses pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Metode Pembelajaran Small Group Discussion juga berarti proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. (Hasibuan & Moedjiono, 2012: 20).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia diskusi memiliki makna melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengungkapkan pikiran mengenai pokok pembicaraan tertentu. Metode pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi di mana pendidik dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat
Metode pembelajaran diskusi adalah strategi pengajaran peserta didik untuk memberikan suatu masalah. Metode pembelajaran diskusi merupakan kombinasi pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kerja sama (Eggen, 2012). Diskusi kelompok (Group Discussion) diartikan sebagai cara untuk memecahkan suatu masalah yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam pembelajaran, peserta didik bisa berpikir kritis, sistematis dan menyumbangkan idenya dalam memecahkan masalah (Gulo, 2008).
Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berkenaan dengan Adiwiyata itu sendiri. Penelitian yang pertama dilakukan oleh Indri Sugiyantono dkk pada tahun 2015 yang berjudul pengelolaan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 6 Salatiga. Dalam penelitiannya, didapatkan bahwa sekolah telah melakukan perencanaan pengelolaan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dengan mengeluarkan kebijakan berwawasan lingkungan kemudian mensosialisasikan kepada warga sekolah. Sekolah juga telah melaksanakan pengelolaan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dengan memanfaatkan memelihara lingkungan sekolah sesuai dengan kaidah perlindungan dan pengelolaan lingkungan, sekolah juga menjalankan kemitraan dengan berbagai pihak termasuk sekolah yang lain. Sekolah telah melakukan evaluasi pengelolaan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan telah terpenuhinya 80% dari standar yang telah ditetapkan dari pemerintah. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Thomas Mastrilli (2005: 1-22) dalam jurnal internasional yang berjudul Environmental Education In Pennsylvania’s Elementary Teacher Preparation Programs: The Fight To Legitimize EE. Penelitian ini memberi informasi mengenai persiapan guru sekolah dasar dalam pendidikan lingkungan hidup. Tujuan penelitian ini adalah a) Menilai tingkat implementasi standar lingkungan hidup dan ekologi pada program pendidikan dasar; b) Menilai metode dan strategi yang digunakan dalam pendidikan lingkungan hidup pada program pendidikan dasar; dan c) Mengidentifikasi faktor positif dan hambatan dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Untung Wahyuhadi pada tahun 2012 dengan judul pengelolaan sekolah Adiwiyata di SMK N 1 Salatiga. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa karakteristik kebijakan sekolah adiwiyata di SMK Negeri 1 Salatiga dapat dilihat dalam (a) visi dan misi SMK Negeri 1 Salatiga; (b) pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran; (c) kegiatan tahunan yang bertema lingkungan hidup; (d) peningkatan sumber daya manusia yang berwawasan lingkungan hidup; (e) kebijakan sekolah mensosialisasikan penerapan pendidikan lingkungan hidup; (f) kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam; (g) kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat; (h) kebijakan sekolah untuk mengalokasikan anggaran.
Sedangkan penelitian yang berjudul How to Go Green: Creating a Conservation Culture in a Public High School Through Education, Modeling, and Communication oleh Chelsea Schelly, dkk tahun 2012 mendapatkan bahwa model peran individu, fasilitas sekolah, tata kelola sekolah dan budaya sekolah bersama-sama mendukung konservasi dan pendidikan lingkungan, khususnya melalui aplikasi prinsip-prinsip dari teori perilaku, termasuk komitmen pemodelan, nilai-nilai, harapan, dan perilaku. Selain itu, model peran dengan ciri-ciri pemimpin karismatik bisa sangat berperan dan komunikasi adalah benang yang menghubungkan beberapa aspek pemodelan, membantu menciptakan hubungan sinergis antara upaya konservasi dan pendidikan lingkungan. Penelitian menunjukkan bahwa upaya konservasi, ketika berhasil dimodelkan dalam pengaturan sekolah umum, secara simultan dan sinergis dapat memenuhi tujuan pendidikan konservasi dan keberlanjutan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Assaraf (2008) yang berjudul “A design Based Research of An Earth Systems Based Environmental Curriculum” dalam jurnal yang berjudul Eurasia Journal of Mathematics, Science, and Technologhy Educational, 5 (1), 47-62 menghasilkan sebuah model untuk pengembangan yang berorientasi lingkungan yang dirancang untuk dilaksanakan sebagai bagian integral dari kurikulum inti ilmu pengetahuan. Tujuan program utama adalah mendorong siswa di tingkat SMP untuk mengembangkan pemikiran sistem dan wawasan lingkungan sebagai dasar untuk melek lingkungan.
METODE PENELITIAN
Tahapan Penelitian Tindakan
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dan refleksi, dan dilakukan minimal dalam dua siklus. Pada tahap persiapan dibuat dibuat skenario kegiatan, jadwal waktu, tempat serta sarana pendukung lainnya seperti lembar observasi, serta angket.
Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Sambirejo selama bulan Juli sampai Oktober 2019. Penelitian ini ditujukan kepada guru SMPN 1 Sambirejo sebanyak 63 guru.
Tindakan
Langkah-langkah PTS ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas 4 (empat) langkah yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus 1
Perencanaan
Penelitian tindakan ini melibatkan 61 orang guru yang ada di sekolah ini. Hal ini perlu dilakukan karena mereka tidak pernah dibekali dengan pengetahuan tentang partisipasi guru dalam mepersiapkan adiwiyata mandiri yang akan dilakukan dilakukan. Kegiatan ini dilakukan selama 2 bulan yaitu selama bulan Juli dan dilakukan di sekolah dengan pengaturan waktu yang lebih fleksibel sehingga tidak mengganggu jadwal kegiatan pembelajaran. Sarana yang digunakan dalam kegiatan ini adalah silabus yang telah disusun bersama oleh setiap kelompok guru mata pelajaran dan dilakukan penyusunan ide dan pendapat untuk program pelaksanaan Adiwiyata.
Kegiatan ini dilakukan dalam dua siklus hingga guru dinilai memiliki kemampuan dalam partisipasi untuk mempersiapkan adiwiyata. Dalam setiap siklus supervisor melakukan observasi dan penilaian terhadap perkembangan kemampuan setiap guru.
Tindakan dan pengamatan
- Penelitian diawali dengan cara menyerahkan rencana pembelajaran yang disusun sendiri sesuai dengan mata pelajaran dan standar kompetensi masing masing kepada supervisor. Berdasarkan data tersebut supervisor melakukan pembinaan kepada guru sesuai dengan kesulitan masing masing guru dalam pengembangan partisipasi guru dalam mempersiapankan adiwiyata.
- Guru menyusun kegiatan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Terdapat indikator sekolah Adiwiyata, seperti yang dikemukakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (Muryanto, 2015: 21), diantaranya:
Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan
- Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran
- Penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar
- Pengembangan metode belajar berasis lingkungan dan budaya
- Pengemabngan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup
Pengembangan kegiatan berbasis partisipatif
- Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis partisipatif di sekolah
- Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar
- Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah
- Pengelolaan dan pengembangan sarana pendukung sekolah
Pengelolaan dan pengembangan sarana pendukung sekolah
- Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan sekolah
- Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah
- Penghematan sumberdaya alam (listrik, air, dll)
- Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.
- Pengembangan sistem peneglolaan sampah
Refleksi
Dalam kegiatan refleksi ini, Pembina/supervisor bersama dengan guru guru melakukan diskusi tentang pengembangan kurikulum berbasis lingkungan pengembangan kegiatan berbasis partisipasi, dan pengelolaan dalam pengembangan sarana pendukung sekolah. Hasil yang diperoleh dari kegiatan refleksi ini akan dijadikan sebagai bahan perencanaan dan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya
Siklus 2
Kegiatan Perencanaan berdasarkan pada refleksi dari siklus 1, sementara untuk langkah-langkah kegiatan tindakan dan pengamatan sama dengan siklus 1 dengan memperhatikan prioritas permasalahan yang disimpulkan pada siklus 1 dan dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Apabila hasil refleksi pada siklus 2 sudah menunjukan adanya peningkatan kemampuan guru secara signifikan, maka kegiatan penelitian dianggap berhasil, tetapi sebaliknya apabila belum menunjukan hasil yang di harapkan, maka kegiatan penelitian akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya dengan langkah-langkah kegiatan yang sama dengan kegiatan pada siklus 2 ini.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian lembar observasi selama proses tindakan penelitian oleh supervisor sehingga akan diperoleh data kualitatif sebagai hasil penelitian.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan terhadap hasil partisipasi guru sebagai data awal kemampuan guru dan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembinaan akan dianalisis secara deskriptif untuk mengukur keberhasilan proses pembinaan sesuai dengan tujuan penelitian tindakan sekolah ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian tindakan yang dilakukan di SMPN 1 Sambirejo ini dilakukan oleh kepala sekolah melalui tehnik small discussion secara berkelompok sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi guru dalam mempersiapkan Adiwiyata mandiri. Penelitian dilakukan terhadap 63 orang guru yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan akan namun tidak semua guru ikut dalam mempersiapkan adiwiyata. Sehingga tidak semua guru selalu ikut dalam mempersiapkan adiwiyata.
Kegiatan yang dilakukan dalam 2 siklus ini, dilakukan sejak bulan Juli sampai bulan Oktober 2019 dengan menitik beratkan pada unsur-unsur dan langkah-langkah dalam memeprsiapkan adiwiyata mandiri yang telah diuraikan pada BAB III.
Dari awal yang diperoleh pada kegiatan penelitian, terlihat bahwa 30% guru tidak ikut berpartisipasi dan 28% guru cukup ikut dalam berpartisipasi dan 43% guru sudah baik dalam berpartisipasi mempersiapkan adiwiyata mandiri. Selain itu guru juga masih menemukan kesulitan dalam memilih Strategi dan metode untuk mengikuti adiwiyata mandiri. Masih banyak guru yang tidak mengembangkan ide dan memberikan pendapat untuk pelaksanaan perbaikan lingkungan sekolah.
Deskripsi Hasil Siklus I
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 19-31 Agustus 2019 yang terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi seperti berikut ini.
Observasi dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019, terhadap 61 orang guru. Semua guru melakukan penyusunan program pembelajarn dan program kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan yang sesuai dengan indikator dalam pelaksanaan adiwiyata. Dalam proses kegiatan untuk meningkatkan partisipasi guru dilakukannya dengan small discussion yang dilakukan secara berkelompok:
- Bebrapa orang guru berhasil menyusun kegiatan dan program kerja dengan komponen yang dijelaskan
- Sebagain orang guru berhasil menyurun kegiatan dan program kerja akan tetapi masih belum bagus dalam pelaksanaannya adan konsep yang masih sulit dilakukan.
- Terdapat guru yang masih tidak membuat program kerha dan kegiatan yang sesuai dengan adiwiyata.
Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang diperoleh. Dalam pelaksanaan siklus 1 partisipasi guru dalam mempersiapkan adiwiyata. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 61 Guru yang mengikuti pelatihan dalam PTS terdapat 36 guru atau 59% memiliki kemampuan baik dalam mempersiapkan adiwiyata, selanjutnya terdapat 25 guru atau 41% memiliki kemampuan yang cukup dalam mempersiapkan adiwiyata, dan tidak ada guru yang memiliki kemampuan kurang.
Pada akhir kegiatan siklus 1 diperoleh peningkatan kemampuan guru sebagai berikut: Berikut ini grafik peningkatan hasil setelah siklus 1 menunjukan bahwa dari 61 Guru yang mengikuti pelatihan dalam PTS terdapat terdapat 36 guru atau 59% memiliki kemampuan baik dalam mempersiapkan adiwiyata, selanjutnya terdapat 25 guru atau 41% memiliki kemampuan yang cukup dalam mempersiapkan adiwiyata, dan tidak ada guru yang memiliki kemampuan kurang.
Melihat hasil yang diperoleh pada refleksi kegiatan siklus 1, maka dilakukan tindakan penelitian pada siklus 2 dengan menggunakan hasil tindakan siklus 1 sebagai bahan masukan dalam perencanaan kegiatan siklus ini dengan tujuan untuk lebih meningkatkan dan menguatkan kemampuan guru dalam partisipsi guru untuk mempersiapkan adiwiyata hingga bisa mencapai hasil minimal 70%.
Pada akhir kegiatan siklus diperoleh hasil yang cukup baik dan memberikan indikasi tercapainya tujuan penelitian tindakan ini. Hasil yang diperoleh dapat kita lihat sebagai berikut: Perumusan tujuan pembelajaran hasil rata-rata menunjukkan angka 80%. Pada penentuan bahan ajar diperoleh hasil 80%, pengembangan guru dalam partisipasi dengan menggunakan small discussion.
Deskripsi Hasil Siklus II
Siklus kedua yang dilaksanakan pada 25 Agustus 2019 juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Hasil observasi pada siklus kedua dapat dideskripsikan berikut ini:
Observasi dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2019, terhadap 61 orang guru. Semua guru melakukan penyusunan program pembelajarn dan program kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan yang sesuai dengan indikator dalam pelaksanaan adiwiyata. Dalam proses kegiatan untuk meningkatkan partisipasi guru dilakukannya dengan small discussion yang dilakukan secara berkelompok:
- Bebrapa orang guru berhasil menyusun kegiatan dan program kerja dengan komponen yang dijelaskan
- Tidak ada guru yang mendapatkan nilai cukup dan guru.
- Guru dapat berdiskusi dengan baik dan membuat program dalam kegiatan pembelajaran maupun diluar pembelajaran yang sesuai dengan indikator adiwiyata dan pelaksanaan guru melakukan diskusi dengan kelompok masing-masing dengan baik.
Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang diperoleh. Dalam pelaksanaan siklus II kemampuan penyusunan RPP guru lebih baik dibandingkan siklus I. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 61 Guru yang mengikuti pelatihan untuk mempersiapan adiwiyata dalam PTS terdapat 12 guru atau 20% memiliki kemampuan sangat baik dalam mempersiapkan adiwiyata, dan sebanyak 49 guru atau 80% guru memiliki kemampuan yang baik dalam mempersiapkan adiwiyata. Pada tahap refleksi siklus kedua, peneliti melakukan evaluasi bersama guru yang disupervisi terhadap hasil observasi di siklus kedua.
Dari data yang dikumpulkan sebelum dan selama proses penelitian tindakan, kita dapat melihat adanya peningkatan partisipasi guru dalam mempersiapkan adiwiyata mandiri dengan penerapan metode small discusion, dimana masing-masing guru dibagi dalam beberapa kelompok dan membuat program serta kegiatan yang sesuai dengan langkah-langkah adiwiyata mandiri.
Hal tersebut berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1 yang menunjukan bahwa dari 6 Guru yang mengikuti pelatihan dalam PTS terdapat terdapat 36 guru atau 59% memiliki kemampuan baik dalam mempersiapkan adiwiyata, selanjutnya terdapat 25 guru atau 41% memiliki kemampuan yang cukup dalam mempersiapkan adiwiyata, dan tidak ada guru yang memiliki kemampuan kurang, sedangkan pada siklus II kamamampuan guru yang berpartisipasi dalam mempersiapakn adiwiyata mandiri menjadi lebih baik dengan hasil menunjukan bahwa dari 61 Guru yang mengikuti pelatihan adiwiyata dalam PTS terdapat terdapat 12 guru atau 20% memiliki kemampuan sangat baik dalam mempersiapkan adiwiyata, dan sebanyak 49 guru atau 80% guru memiliki kemampuan yang baik dalam mempersiapkan adiwiyata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan partisipasi guru dalam mempersiapkan adiwiyata mandiri pada tahun pelajaran 2019/2020.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1 yang menunjukan bahwa dari 6 Guru yang mengikuti pelatihan dalam PTS terdapat terdapat 36 guru atau 59% memiliki kemampuan baik dalam mempersiapkan adiwiyata, selanjutnya terdapat 25 guru atau 41% memiliki kemampuan yang cukup dalam mempersiapkan adiwiyata, dan tidak ada guru yang memiliki kemampuan kurang, sedangkan pada siklus II kamamampuan guru yang berpartisipasi dalam mempersiapakn adiwiyata mandiri menjadi lebih baik dengan hasil menunjukan bahwa dari 61 Guru yang mengikuti pelatihan adiwiyata dalam PTS terdapat terdapat 12 guru atau 20% memiliki kemampuan sangat baik dalam mempersiapkan adiwiyata, dan sebanyak 49 guru atau 80% guru memiliki kemampuan yang baik dalam mempersiapkan adiwiyata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan partisipasi guru dalam mempersiapkan adiwiyata mandiri pada tahun pelajaran 2019/2020.
Saran
- Kegiatan small discussion sangat baik dilakukan untuk membina guru meningkatkan partisipasi guru dalam mempersiapkan adiwiyata. Sebaiknya kegiatan ini dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan.
- Mengembangkan pembinaan hendaknya: (1) membuat perencanaan pembinaan yang berdasarkan dengan kebutuhan sekolah imbas, (2) melakukan monitoring selama kegiatan pembinaan secara rutin, (3) mengadakan evaluasi terhadap program pembinaan, (4) mengembangkan pembinan sekolah imbas Adiwiyata berbasis partisipasi agar dapat menjangkau pembinaan lebih luas lagi. Bagi sekolah imbas hendaknya memotivasi diri serta tetap menjaga komitmen untuk senantiasa mengembangkan diri sehingga berhasil menjadi sekolah Adiwiyata
DAFTAR PUSTAKA
Abdul majid.2013. Strategi Pembelajaran.Bandung. Remaja Rosdakarya
Astuti, A. W. 2009. Motivasi Berprestasi Ditinjau dari Persepsi Terhadap. Kompetensi Guru. Bandung. Sinar Baru
Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Eggen, Paul Don Kouchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks
Gulo, W. 2008, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Hasibuan dan Moedjiono. (2012). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja