Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi dan Tanya Jawab
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KOMPETENSI PECAHAN DAN URUTANNYA
MELALUI METODE DISKUSI DAN TANYA JAWAB
BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 KEMUNING
SEMESTER II TAHUN 2018/2019
Winarni
SDN 01 Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar
ABSTRAK
Tujuan Peneliti ini untuk meningkatkan hasil belajar matematika Kompetensi Arti Pecahan dan Urutannya, yang belum memenuhi KKM di kelas IV SD N 01 Kemuning. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode diskusi dan tanya jawab yang dipredeksikan dapat mengatasi masalah hasil belajar matematika khususnya kompetensi dasar Arti Pecahan dan Urutannya. Subyek Penelitian adalah siswa Kelas IV SD N 01 Kemuning Tahun Ajaran 2018/2019 pada semester 2 dengan jumlah siswa 12 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Hasil Uji Hipotesa menunjukkan ketuntasan belajar pada Pra Siklus 33%, siklus I 75%, sedangkan siklus II 92% atua dengan kata lain hasil hipotesa meningkat pada Pra Siklus 33%, ke siklus I 75 meningkat 42%, sedangkan pada siklus II 92 berarti dari siklus I ke siklus II meningkat 17%. Dengan demikian uji hipotesa dalam pembelajaran pada kompetesi dasar Arti Pecahan dan Urutannya Dengan Metode diskusi dan tanya jawab Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 01 Kemuning berhasil.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Metode Diskusi Dan Tanya Jawab
PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua aktivitas yang memberikan kompetensi pelajaran kepada peserta didik agar peserta didik mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang memadai yang dapat memberikan manfaat dalam kehidupannya. Dalam proses pembelajaran kompetensi Arti Pecahan dan Urutannya selain melibatkan pendidik dan siswa secara langsung juga diperlukan pendukung yang lain, disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan yang tepat dan bisa menjadi pendukung yang menunjang. Sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.(Depdikbud, 2003:3)
Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Pendidikan mencakup pembelajaran dan pengajaran dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa komponen, dua diantaranya adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus berperan secara aktif, diantaranya dalam hal mendorong siswa untuk aktif belajar dan memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya pembelajaran. Terbukti dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Siswa hanya sebagai obyek saja dan tidak adanya umpan balik. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih banyak diarahkan kepada kemampuan menghafal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menumpuk berbagai informasi tanpa dituntut untuk dapat menemukan informasi tersebut berdasarkan proses penemuan mereka sendiri. Hal ini menjadikan siswa kaya secara teori tetapi sangat miskin dalam aplikasi.
Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk belajar menemukan jawaban atau pemecahan masalah untuk menyimpulkah suatu kompetensi yang relevan. Siswa dapat diarahkan untuk membentuk kelompok dan berdiskusi dengan kelompoknya dalam menemukan suatu informasi atau kompetensi Arti Pecahan dan Urutannya menurut pikiran dan hasil diskusi kelompok mereka. Sehingga siswa dapat menemukan suatu ilmu atau pengetahuan dengan lebih bermakna.
Penggunaan metode konvensional dalam pembelajaran Matematika masih banyak digunakan oleh guru. Dalam metode ini siswa cenderung pasif karena dalam mempelajari ilmu sebagian besar diperoleh dari guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri siswa hanyalah sebagai pendengar saja. Disinilah menyebabkan siswa cenderung pasif, dan tidak dapat memahami kompetensi pelajaran Matematika dengan baik, sehingga hasil belajar Matematika pun rendah (tidak memenuhi KKM). Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah metode diskusi dan tanya jawab metode ini merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada proses belajar dalam kelompok, bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Dalam metode pembelajaran ini guru akan membantu siswa menemukan dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Dengan model pembelajaran ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dan pada akhirnya siswa dapat menemukan banyak hal yang menarik dalam pembelajaran Matematika.
Metode diskusi dan tanya jawab merupakan salah satu strategi pembelajaran motivasional yang diyakini mampu meningkatkan motivasi maupun prestasi siswa dalam belajar. Metode ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa.
Penerapan metode pembelajaran dari guru di sekolah memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD. Gambaran selintas, guru SD Negeri 01 Kemuning dalam praktiknya mereka hampir seluruhnya menerapkan prinsip-prinsip pengajaran dengan menerapkan prinsip ceramah. Sehingga masih memerlukan pembenahan. Upaya pembenahan tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa, guru, bahkan pihak sekolah. Pembanahan yang harus dilakukan tidak saja berkaitan dengan media pembelajaran namun juga pada aspek media pembelajarannya yang digunakan.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan kepada murid dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya. Disini siswa dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul, dan saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari beberapa segi. Termasuk antara guru dan siswa. Untuk terciptanya pelaksanaan yang multi arah dalam pengajaran Matematika di SD interaksi dijembatani oleh media pembelajaran. Dengan demikian komunikasi akan berjalan lebih efektif dan efisien.
Dalam realitas proses pembelajaran, guru merupakan faktor penentu, karena merekalah yang mampu mengerahkan dan mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga tercipta proses belajar mengajar yang efektif dan berkualitas. Dengan melihat gejala dan berbagai pemikiran diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kompetensi Arti Pecahan dan Urutannya dengan Metode Diskusi dan Tanya Jawab Pada Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri 01 Kemuning Ngargoyoso Tahun 2018/2019 ”
Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan di depan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah Metode Diskusi Dan Tanya Jawab Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kompetensi Arti Pecahan dan Urutannya Bagi Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri 01 Kemuning Tahun Pelajaran 2018/2019 ?”.
Adapun tujuan dari penelitian ini dalah untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar Matematika kompetensi Arti Pecahan dan Urutannya melalui metode diskusi dan Tanya Jawab Bagi siswa kelas IV Semester II SD Negeri 01 Kemuning Tahun Pelajaran 2018/2019.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru KBI (2001:70). Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) bahwa “Prestasi belajar adalah penialian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, agka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Maslow (dalam Nana Sudjana, 2007:22) bahwa: “Prestasi belajar suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu pula manusia yang berada di bangku sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar adala hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet, tekun, sehingga memberikan kepuasan dan pemenuhan ingin tahu siswa. Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa prestasi belajar merupakan hasil siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran. Sedangkan prestasi belajar Matematika adalah hasil belajar siswa setelah melakukan suatu proses belajar Matematika.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut: Ngalim Purwanto (2002: 107) sebagai berikut: “a. Faktor dari luar, meliputi: lingkungan dan instrumental: b. Faktor dari dalam , meliputi: fisiologis, psikologis.
Pengertian Matematika
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi hakikat dari matematika sendiri suatu objek mata pelajaran yang bersifat abstrak. Russeffendi dalam Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3), matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (benalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiranpikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Sedangkan Murniati (2007: 46), matematika adalah pola pikir; pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan bunyi, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teoriteori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefenisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.
Matematika berasal dari bahasa Latin “Mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani “Mathematika” yang berarti mempelajari. 9 Sumantri dalam Adjie (2006: 34), matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistik. Wale (2006: 13), matematika sebagai ilmu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya bersifat abstrak. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki pola keteraturan yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Pembelajaran Matematika di SD
Matematika merupakan mata pelajaran dengan objek abstrak yang sulit dan tidak mudah dipahami siswa di sekolah dasar yang masih berpikir operasional konkret. Alasan tersebut tidak mengakibatkan mata pelajaran matematika tidak diajarkan di sekolah dasar, bahkan pada hakekatnya mata pelajaran matematika lebih baik diajarkan pada usia dini. Karena setiap jenjang pendidikan ada tingkatan kesulitannya sendiri-sendiri.
Aisyah (2007: 1-4), tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu sebagai berikut; (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika di SD dalam penanaman konsep yang baik, akan membuat siswa mudah memahami konsep-konsep matematika. Maka dari itu dalam mengajarkan matematika di sekolah dasar diurutkan dari yang konkret sampai pada yang abstrak.
Aisyah (2007: 1-4) Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika diatas, peneliti menyimpulkan bahwa guru hendaknya membimbing siswa untuk memahami konsep matematika dan mengarah pada pembentukan sikap serta menghargai kegunaan matematika. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan pembelajaran yang bervariasi dan bermakna.
Hasil Belajar Arti Pecahan dan Urutannya
Menurut Kennedy dalam Sukiyati (2003:1-2) ; (1) pecahan sebagia bagian yang ukurannya sama dari yang utuh atau keseluruhan; (2) pecahan sebagia bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak, atau juga menyatakan pembagian; (3) pecahan sebagai pembanding rasio.
Dari pendapat para ahli diatas pecahan dan urutannya adalah bagian dari keseluruhan, bagian dari himpunan, dan pembanding dari rasio.
Setelah membahas arti pecahan dan urutannya dapat dijelaskan bahwa hasil belajar arti pecahan dan urutanya adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang berupa angka-angka, yang dapat dijadikan bahan pertimbagan penguasaan materi belajar, yang mencakup aspek pengetahuan, aspek keterampilan, serta aspek sikap. Ketiga aspek tersebut sifatnya permanen yang berupa bagian dari keseluruhan, bagian dari himpunan, dan pembanding dari rasio.
Hakekat Metode Pembelajaran
Menurut Nana Sudjana(2005:75) Metode pembelajaran adalah “cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Metode mengajar dapat diartikan sebagai satu cara atau tehnik yang digunakan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung (Toto Ruhimat, 1997, 3). Lebih lajut dijelaskan bahwa metode Pembelajaran merupakan komponen dalam proses pembelajaran yang tidak dapat berdiri sendiri karena selalu terkait dengan komponen tujuan pembelajaran, komponen meteri pelajaran dan komponen evaluasi.
Menurut M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan”Metode pembelajaran adalah cara menyajikan kompetensi pelajaran yang dilakukan oleh guru/pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.
Metode tanya jawab adalah metode interaksi edukatif, suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini dimaksud untuk meninjau pelajaran yang lalu agar para murid memusatkan perhatiannya tentang kemajuan yang telah dicapanya sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnta. Metode ini dapat digunakan untuk apersepsi, selingan, dan evaluasi (zuharirini:1993) unduh onlaine zinbiru: para ahli blogspot.com tgl. 13 -1- 2017 jam 04.00.
Kerangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk sampai pada hipotesis. Adapun kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut: Metode Diskusi dan tanya jawab merupakan seperangkat pendukung mata pelajran Matematika yang merupakan pengaruh factor dari luar diri siswa.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Metode diskusi dan Tanya jawab dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa kelas IV Semester II SDN 01 Kemuning Ngargoyoso Karanganyar Tahun 2018/2019 ”
METODOLOGI PENELITIAN
Pada salah satu komponen penelitian kualitatif naturalistik yang memegang peranan penting dan memerlukan persiapan dari para peneliti adalah memilih setting. Setting menurut Webster (1983) dalam Sukardi (2006:17) adalah lingkungan, tempat kejadian, atau bingkai. Dalam hal ini setting penelitian dapat diartikan sebagai tempat kejadian atau lingkungan dimana sesuatu kegiatan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan penelitian. Para peneliti kualitatif seperti Moleong (1988) dan Nasution (1990) dalam Sukardi (2006:17) menyatakan bahwa memilih setting penelitian adalah penting sebagai langkah awal melakukan persiapan penelitian, khususnya ketika para peneliti hendak masuk kelas dimana subyek atau obyek yang hendak diteliti tinggal. Subyek penelitian adalah Kelas IV SD Negeri 01 Kemuning Kecamatan Ngargoyoso kabupaten Karanganyar. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2018/2019. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan II. Sebelum penelitian tindakan ini dilaksanakan, maka langkah yang dilakukan adalah mempersiapkan penyusunan persiapan survey awal dan proposal, instrumen penelitian pada bulan Januari 2019.
Sumber data penelitian tindakan kelas ini subjek penelitian adalah siswa Kelas IV semester II SD Negeri 01 Kemuning Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar dengan jumlah siswa 12 Terdiri 7 laki laki dan 5 perempuan.
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkuppinya. Langkah-langkah observasi meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan observasi kelas, dan (3) pembahasan balikan.
Pada tahap perencanaan, diperhatikan mengenai urutan kegiatan observasi dan penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati mengenai focus, criteria, atau kerangka piker interprestasi, disamping tekinik observasi yang akan dilakukan. Pada tahap pelaksanaan observasi kelas, peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran, baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi kelas. Pada tahap diskusi balikan, membahas hasil pengamata observasi dalam situasi yang saling mendukung (mutually supportive).
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal Matematika siswa yang diambil dari nilai ulangan Kelas IV Semester II SD Negeri 01 Kemuning Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar.
Prestasi belajar Matematika siswa diukur melalui tes. Setelah dilaksanakan tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal uraian yang menitik beratkan pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap siklus. Hasil setiap siklus dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keefektifan tindakan dengan jalan melihat kembali (merujuk silang) pada indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data validitas tersebut dapat dieprtanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi.
Moeleong (2004: 330) mengemukakan bahwa “Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pebandng terhadap data itu.” Teknik tringulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tringulasi data dan tringulasi metode. Tringulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda. Sedang tringulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda, seperti disimkronkan dengan hasil observasi atau dokumen yang ada.
Untuk menjaga validitas, secara kolaboratif data dalam penelitian ini akan didiskusikan/dikonsultasikan dengan teman sejawat, serta diupayakan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) observer akan mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi dikelas; 2) tujuan, batas waktu dan rambu-rambu observasi jelas; 3) hasil observasi dicatat lengkap dan hati-hati; dan 4) observasi harus dilakukan secara obyektif.
Data berupa hasil tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan nilai tes antarsirklus. Yang dianalisis adalah nilai tes sebelum menggunakan metode Diskusi dan Tanya Jawab, dan nilai tes setelah menggunakan metode Diskusi dan Tanya Jawab, sebanyak dua siklus. Kemudian, data yang berupa nilai tes antarsiklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto (2003: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: (1) Perencanaan atau planning: (2) Pelaksanaan atau acting; (3) Pengamatan atau observing;dan (4) Refleksi atau reflecting.
Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sbuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seharusnya.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakam sesuai dengan perubahan yang ngin dicapai, seperti yang telah didesain dalam variabel yang diteliti. Hasil observasi tersebut sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar Matematika.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat tercapai sesuai dengan harapan bila dalam penelitian ini terjadi: (1) Peningkatan Keterampilan siswa dalam penguasaan kompetensi Arti Pecahan dan Urutannya Kelas IV SD Negeri 01 Kemuning Kecamatan Ngargoyoso; (2) Prestasi belajar Matematika siswa Kelas IV meningkat sehingga hasil rata-rata kelas mencapai 70 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai minimal 80%; (3) Penguasaan strategi pembelajaran metode diskusi dan tanya jawab merupakan strategi yang efektif untuk mengajarkan kompetensi Arti Pecahan dan Urutannya hal ini ditandai dengan peningkatan hasil nilai yang didapatkan pada masing-masing siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Peneliti dan teman sejawat setelah diskusi tentang ketuntasan belajar pada kondisi awal atau prasiklus jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 4 siswa dengan prosentase 33%, sedangkan 8 siswa belum tuntas dengan prosentase 67%, kondisi ini belum memeuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan.
Siklus I
Hasil observasi sudah didapat pada pelaksanaan siklus pertama, berupa tindakan, proses pembelajaran, dan tindakan: (1) Pada Siklus I Guru tidak menggunakan metode diskusi dan tanya jawab yang dapat mendukung meningkatkan penguasaan siswa melalui melihat obyek secara nyata atau (konstektual). Guru tidak memberikan motovasi kepada siswa sehingga siswa tidak tertarik dengan proses pembelajaran yang berlangsung dampaknya siswa menjadi pasif sehingga tidak berjalannya pembelajaran PAIKEM. Sedangkan pada siklus 1 perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan Metode diskusi dan tanya jawab sebagai metode untuk menyajikan pembelajaran matematika pada kompetensi dasar ”Arti Pecahan dan Urutannya ” siswa yang pasif berkurang; (2) Pada Pra Siklus Pada pembelajaran berlangsung guru tidak melakukan apersepsi, menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan pembelajaran, tidak memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak ada tutor sebaya, tidak ada siswa yang bertanya kepada guru, tidak ada intraksi guru dengan siswa, tidak ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, tidak menggunakan metode diskusi dan tanya jawab. Pada Siklus 1 peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, dan menggunakan metode diskusi dan tanya jawab; (3) Dengan dasar Ketuntasan Belajar Siswa Pra siklus jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 4 siswa dengan prosentase 33%, sedangkan 8 siswa belum tuntas dengan prosentase 67%. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 9 siswa dengan prosentase 75%, sedangkan 3 siswa belum tuntas dengan prosentase 25%. Dari refleksi diatas bahwa pelaksanaan penilitia tindakan kelas masih mengalami hambatan-hambatan, terutama pada pelaksanaan diskusi anak belum terbiasa mengeluarkan pendapat dalam diskusi disertai anak masih malu-malu dalam bertanya. Walaupun ketutasan belajar sudah mencapai 75% tetapi belum memenuhi indikator maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Siklus II
Pada Siklus 1 peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, dan menggunakan metode diskusi dan tanya jawab. Pada Siklus 2 peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, ada umpan balik, ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, ada reward, dan menggunakan metode diskusi dan tanya jawab dengan power point.
Dengan dasar Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 9 siswa dengan prosentase 75%, sedangkan 3 siswa belum tuntas dengan prosentase 25%. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 11 siswa dengan prosentase 92%, sedangkan 1 siswa belum tuntas dengan prosentase 8%,
Pembahasan dan Hasil Penelitian.
Aspek yang diamati pada Pra Siklus tidak ada indikator yang muncul, pada siklus dua indikator yang muncul adalah; apersepsi, penyampaian perbaikan pembelajaran menggunakan metode yang bervariatif, pemberian motivasi terhadap siswa, siswa yang bertanya kepada guru, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan penggunaan metode diskusi dan tanya jawab. Sedangkan pada perbaikan pembelajar siklus II semua indikator aspek pengamatan muncul. Dengan kata lain pada Pra Siklus aspek yang muncul 0, pada siklus I aspek yang muncul 6, sedangkan pada siklus II aspek yang muncul ada 10. Dari Pra Siklus ke siklus I meningkat 6 aspek pengamatan, sedangkan dari kondisi siklus I ke siklus II meningkat 4 aspek pengamatan.
Data pada Pra Siklus bila dibandingkan dengan siklus I, bahwa hasil belajar yang menunjukkan ketuntasan belajar pada Pra Siklus 4 siswa atau 33%, sedangkan pada siklus I ketutuntasan siswa dalam belajar sebanyak 9 siswa atau 75%, dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar meningkat 6 siswa atau sebesar 50%. Bila data siklus I dibandingkan dengan siklus II diperoleh perbandingan ketuntatasn belajar pada siklus I sebanyak 9 atau 75% siswa, sedangkan pada siklus II sebanyak 11 siswa atau 92%. Jadi ketuntasan belajar meningkat siswa atau 17%.
Simpulan
Dari hipotesa melalui penggunaan media Metode diskusi dan tanya jawab dapat meningkatkan hasil belajar tentang arti pecahan dan urutannya bagi siswa kelas IV SD N 01 Kemuning Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019 terbukti berhasil dengan rincian sebagai berikut pada Pra Siklus ketuntasan belajar pada Pra Siklus 4 siswa atau 33%, sedangkan pada siklus I ketutuntasan siswa dalam belajar sebanyak 9 siswa atau 75%, dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar meningkat 5 siswa atau sebesar 42%. Bila data siklus I dibandingkan dengan siklus II diperoleh perbandingan ketuntatasn belajar pada siklus I sebanyak 9 atau 75% siswa, sedangkan pada siklus II sebanyak 11 siswa atau 92%. Jadi ketuntasan belajar meningkat 2 siswa atau 17%.
Selain itu hail belajar yang meningkat, proses belajar-mengajar juga berjalan dengan semakin baik dari prasiklus ke siklus I dan akhirnya ke siklus II. Hal ini ditandai dengan aktivitas belajar siswa yang semakin menunjukkan indikator positif dari siklus yang satu ke siklus yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
- Suryo subroto, 1997. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2001 Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) 2003. Jakarta: Sinar Grafika
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kuri Kulum Pedoman Penilaian. Jakarta: Depdiknas
……………2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Darsono, 2002. Teori pembelajaran. Jakarta: Erlangga digilib.unila.ac.id/11111/119/BAB%20II.pdf di akses 10 Januari 2019, jam 20.00 WIB
Djamarah, syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.: PT Rineka Cipta
Djojonegoro, Wardiman. 1994. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta
http://foldyku.blogspot.com/2005_10_10_archive.html. unduh 13-1-2019
Moleong, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Sujana, 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prasasti, 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Metode Diskusi dan Tanya Jawab siswa kelas V. Menjing:Perpustakaan SD