Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Dengan Pembelajaran Berbasis SETS
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SETS KOMPETENSI
LISTRIK DINAMIS KELAS XI IPA-1
DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 02 SURAKARTA
Madiyono
Guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan pembelajaran yang berbasis SET pada kompetensi Listrik Dinamis. (2) Meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran pendekatan SETS pada kompetensi Listrik Dinamis mata pelajaran Fisika kelas XI IPA-1 di MAN 2 Surakarta. Ketuntasan belajar siswa (yang mendapat nilai di atas KKM atau yang memperoleh nilai lebih dari 65) yaitu dari 6 siswa (15,4%) sebelum tindakan, menjadi 19 siswa (43,9%) setelah Siklus I dan mengalami peningkatan menjadi 33 siswa atau 82,1% setelah Siklus II. Interaksi siswa dalam diskusi kelompok juga mengalami peningkatan dengan kategori terbaik pada Siklus I sebanyak 11,1% pada Siklus II mengalami peningkatan menjadi 55,6%, kategori baik pada Siklus I sebanyak 22,2% pada Siklus II naik menjadi 33,3%, kategori cukup baik pada Siklus I sebanyak 44,5% pada Siklus II berkurang menjadi 11,1%, dan pada Siklus I untuk kategori kurang baik sebanyak 22,2% pada Siklus II tidak ada (0%).
Kata kunci: SETS, listrik dinamis
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran fisika di Madrasah Aliyah dikembangkan dengan mengacu pada pengembangan fisika yang ditujukan untuk mendidik siswa agar mampu mengembangkan observasi dan eksperimental serta berfikir atas asas. Hasil ulangan tengah semester satu kelas XI. IPA-1 Madrasah Aliyah Negeri 02 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019 masih jauh dari harapan, sebagian besar siswa belum tuntas belajar.
Rendahnya hasil tes semester I merupakan salah satu indikasi bahwa penguasaan konsep fisika oleh siswa masih rendah. Hasil tes fisika yang masih rendah ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) materi ajar yang kurang menarik; 2) fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai, 3) minat belajar kurang, 4) kurangnya kemampuan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran, dan 5) suasana proses belajar mengajar yang kurang kondusif.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berkaitan dengan pemilahan masalah-masalah, sehingga nampak jelas sebagai landasan peningnya dilakukan sebuah penelitian. Beberapa identifikasi masalah yang berhasil dihimpun sehingga menjadikan nilai tes fisika rendah adalah sebagai berikut.
- Materi ajar yang kurang menarik
- Fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai
- Minat belajar kurang
- Kurangnya kemampuan guru dalam memilih pendekatan pembelajaran
- Suasana proses belajar mengajar yang kurang kondusif
Pembatasan Masalah
Penyebab ketidaktuntasan belajar fisika adalah sebagai berikut: 1) materi pembelajaran Fisika kurang menarik, 2) fasilitas sarana dan prasarana pembelajaran kurang memadai, 3) motivasi belajar siswa kurang, 4) pendekatan pembelajaran oleh guru kurang sesuai dengan materi pembelajaran, dan 5) suasana pembelajaran kurang kondusif.
Perumusan Masalah
“Bagaimanakah materi ajar dan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan tuntas belajar Fisika, dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar Fisika?”
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan jumlah siswa yang menguasai dan memahami lebih baik mengenai konsep Fluida Statis dan Fluida dinamais di MA Negeri 02 Surakarta. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya hasil belajar siswa.
Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan maupun institusi di bawah ini:
- Bagi siswa: dapat meningkatkan pemahaman tentang konsep Fisika dan menumbuhkan motivasi belajar Fisika yang pada akhirnya meningkatkan keaktifan dalam proses belajar mengajar.
- Bagi Guru: Menumbuhkan kreativitas untuk membuat strategi pembelajaran yang menarik dan menambah pendekatan pembelajaran yang telah dimilikinya.
- Bagi Sekolah: Memberikan sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
LANDASAN TEORI
Landasan Teori
Materi Pembelajaran Fisika Berwawasan Science, Environment, Technology and Society
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalaminya dan merupakan pengalaman kehidupan siswa,dan siswa mengetahui manfaat dari apa yang dipelajarinya.
Keterkaitan komponen-komponen dalam SETS akan membuat siswa berfikir secara luas tentang konsep sains. Komponen-komponen SETS tersebut adalah Science, Environment, Technology, Society yang dalam bahasa Indonesia dapat disingkat SaLingTeMas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) (Binadja 2000:10).
Inti materi pembelajaran fisika berwawasan SETS terpusat pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Memberi materi pembelajaran konsep Fisika sesuai dengan target kurikulum.
- Murid dibawa kesituasi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan konsep sains yang diajarkan dan memanfaatkan konsep fisika ke dalam bentuk teknologi yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.
- Murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur-unsur dalam SETS yang berkaitan dengan konsep sains fisika yang diajarkan.
Pendekatan Science, Environment, Technology and Society
Pendekatan SETS memiliki tujuh komponen utama, yaitu: konstruktivisme (Constructivim), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Ketujuh komponen pendekatan SETS tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
- Konstruktivisme merupakan landasan landasan berfikir pendekatan SETS, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, atau konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
- Menemukan (Inquiri) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran dengan pendekatan SETS. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh merupakan hasil dari menemukan sendiri, bukan hasil dari mengingat seperangkat dari fakta-fakta. Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiri) adalah: merumuskan masalah, mengamati (observasi), menganalisis, dan mengkomunikasikan.
- Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran dengan pendekatan SETS. Bertanya merupakan aktivitas yang harus dilakukan jika siswa tidak faham akan sesuatu, bertanya tidak terbatas pada guru tetapi pada siapapun yang dianggap bias memberikan jawaban tentang apa yang tidak diketahui.
- Masyarakat Belajar (Learning Community) yang menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “Sharing“ antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dengan yang belum tahu, yng semua itu merupakan “ Masyarakat Belajar“.
- Pemodelan (Modeling) merupakan contoh nyata dari sesuatu yang dijelaskan pada siswa.
- Refleksi (Reflection) adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Refleksi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah: 1) memberikan pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari itu, 2) memberikan catatan atau jurnal di buku siswa, 3) memberikan kesan dan saran mengenai pembelajaran hari itu, dan 4) melakukan diskusi tentang hasil yang dicapai hari itu.
Tuntas Belajar
Pembelajaran adalah merupakan kegiatan untuk memenuhi target kurikulum. Di dalam kurikulum terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai,melalui indikator-indikator yang telah dijabarkan. Keberhasilan dari pembelajaran diukur berdasarkan ketercapaian indikator yang telah ditentukan. Peserta didik dikatakan tuntas belajar jika minimal menguasai 68% materi yang dipelajarinya atau 68% indikator telah dicapainya.
Penelitian yang Relevan
- Tuwuh Rusrantoro. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah, Langsung dan Konvensional dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Mata Pelajaran Fisika. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa mata pelajaran Fisika mampu mencapain kriteria belajar tuntas bagi siswa.
- Tartib Supriyadi. 2005. Pengembangan Keterampilan Proses Bervisi SETS untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa dengan bervisi SETS kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat lebih meningkat.
Kerangka Berfikir
Materi pembelajaran fisika berwawasan SETS merupakan materi pembelajaran yang dapat menimbulkan motivasi belajar siswa, karena siswa mengetahui manfaat dari konsep fisika yang dipelajarinya terhadap terciptanya suatu teknologi.
Hipotesis Tindakan
|
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. “Dengan diberikan materi pembelajaran fisika berwawasan SETS melalui pendekatan SETS dapat meningkatkan tuntas belajar Fisika sekurang-kurangnya 30% dari kondisi awal”.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Negeri 02 Surakarta berlokasi di Jl. Slamet Riyadi Surakarta. Menurut data sekolah siswa kelas XI. IPA-1 MAN 02 Surakarta berjumlah 44 Siswa yang terdiri dari 14 laki – laki, dan 30 perempuan. Dalam kelas tersebut siswa belum mencapai tuntas belajar klasikal. Jumlah siswa yang mendapat nilai minimum 68 kurang dari 75%.
Berdasarkan daftar nilai mata pelajaran Fisika diperoleh keterangan bahwa siswa yang memperoleh nilai minimum 68 sebanyak 45% dan yang memperoleh nilai di bawah 68 sebanyak 55%. Dari catatan guru diperoleh keterangan bahwa siswa kurang termotivasi terhadap mata pelajaran Fisika.
Metode dan Rancangan Penelitian
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan merupakan studi dari situasi sosial dengan suatu pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakannya.
Selanjutnya Soly Abimanyu (1995:34) mengemukakan “penelitian tindakan adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri”.
Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I diberikan materi pembelajaran Fisika berwawasan SETS dengan konsep Fluida Statis. Tindakan pada siklus berikutnya merupakan perbaikan dari siklus I, dan pemberian materi pembelajaran Fisika berwawasan SETS dengan konsep Fluida Dinamis.
SIKLUS I
Perencanaan
Perencanaan dalam Classroom Action Research (CAR) meliputi: 1) identifikasi masalah, 2) menyusun rencana pembelajaran disertai work-sheet siswa dan evaluasi, dan 3) intervensi yang digunakan dalam CAR adalah materi pembelajaran berwawasan SETS melalui pendekatan SETS pada konsep Fluida Statis selama 2 minggu yaitu minggu ke dua dan ke empat bulan Agustus. Alat peraga yang digunakan adalah: 1) dua bejana, bejana satu berdia meter lebih kecil sedangkan yang lain berdiameter lebih besar. Alat peraga ini digunakan untuk menjelaskan tekanan hidrostatis. 2) pipa U, alat peraga ini digunakan untuk menjelaskan hukum hidrostatika. 3) dongkrak hidrolik. Alat peraga ini digunakan untuk menjelaskan hukum Pascal 4) neraca pegas, dua macam kubus dari besi dan tembaga,gelas ukur dan bejana, alat peraga ini digunakan untuk menjelaskan hukum Archemedes. 5) pipa kapiler alat peraga ini digunakan untuk menjelaskan kapilaritas. 6) gelas ukur, oli, kelereng, jangka sorong alat peraga ini digunakan untuk menjelaskan viskositas zat cair.
Penerapan Tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran dan Work sheet, dengan materi pembelajaran Fisika berwawasan SETS melalui pendekatan SETS. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
- Guru menyediakan alat peraga sesuai dengan perencanaan kemudian melakukan demonstrasi.
- Siswa mengikuti jalannya demonstrasi
- Di akhir pertemuan dilakukan diskusi informasi dengan siswa dan membuat suatu kesimpulan.
- Kolaborator berperan mengambil data berupa: a) profil kinerja siswa dan guru, b) wawancara dengan siswa pada akhir pelajaran, dan c) memberi angket pada siswa.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi: 1) data kemajuan hasil belajar pada sub pokok bahasan suhu dan pemuaian. Hal ini dipantau dengan ulangan harian. 2) data tentang proses pembelajaran di kelas yang akan dipantau dengan: a) classroom observation, b) wawancara dengan siswa. c) data tentang perubahan kinerja guru yang dipantau melalui: (1) classroom observation dan (2) learning logs guru.
Refleksi
Data yang diperoleh dari observasi dan dari tes hasil belajar siswa akan dianalisis. Kegitan reflecting ini antara lain:
- Mengetahui ketuntasan belajar, dilakukan dengan cara menganalisis data kuantitatif yang berupa nilai ulangan harian siswa secara deskriptif, yaitu dicari rata- rata nilai kelas. Jika 75% siswa telah mencapai nilai 68 berarti siswa kelas XI. IPA-1 telah mencapai tuntas belajar.
- Data kualitatif yang berupa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas direkam ditranskripsi dan digolongkan. Menganalisis data kuantitatif lainnya berupa Wawancara terhadap siswa.
- Mencari kelemahan dalam pekerjaan siklus I sebagai dasar penyusunan rencana siklus II.
SIKLUS II
Perencanaan Ulang
Siklus II ini merupakan penyempurnaan siklus I. Bahan kajian yang diajarkan sub pokok bahasan Fluida Dinamis, yang terdiri dari 1) debit dan Hukum Kontinuitas; 2) Hukum Bernoulli dan penerapannya. Intervensi sub pokok bahasan Fluida Dinamis dilakukan selama dua minggu yaitu minggu pertama dan kedua bulan Mei. Alat peraga yang digunakan adalah:
- Selang Plastik untuk menjelaskan materi pembelajaran Hukum Kontinuitas.
- Selang Plastik dibentuk leher angsa untuk menjelaskan materi hukum Bernoulli.Penerapan hukum Bernoulli
- Venturimeter untuk menjelaskan materi Penerapan Hukum Bernoulli
Kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) identifikasi masalah, 2) intervensi tindakan, 3) menyusun rencana pembelajaran disertai work sheet siswa dan alat evaluasinya.
Penerapan Tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran dan work shett, dengan materi pembelajaran kalor berwawasan SETS dan Pendekatan SETS. Melakukan perbaikan siklus I. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II terhadap siklus I berupa: 1) pengurangan anggota kelompok, 2) Pemilihan ulang anggota kelompok berdasarkan kemampuan akademik siswa, 3) meningkatkan dan optimalisasi alat peraga yang dipergunakan. Tindakan ini menggunakan work-sheet siswa yang dilengkapi dengan penjelasan yang jelas dan sistematik.
Pengumpulan Data
Data yang terpenting meliputi: 1) data tentang kemajuan hasil belajar siswa tentang pokok bahasan kalor dipamtau dengan ulangan harian atau tes, 2) data tentang proses pembelajaran dipantau dengan a) classroom observer form, b) wawancara dengan siswa, c) pemberian angket pada siswa. Semua data dianalisis untuk menentukan efektifitas tindakan pada siklus II yaitu seberapa jauh tindakan yang direncanakan meningkatkan sekurang- kurangnya 75% siswa mencapai tuntas belajar fisika.
Refleksi
Refleksi CAR dalam siklus II difokuskan pada pengalaman yang diperoleh siklus sebelumnya. Dan menilai kembali sasaran perbaikan yang ditetapkan. Bila hasil analisis dan refleksi tidak dapat mengatasi masalah yang dipecahkan pada siklus yang lalu, maka dilakukan perbaikan lebih lanjut dengan membidik secara jeli apa sebenarnya masalah yang muncul. Diharapkan Replaning berikutnya dapat membuka/menemukan masalah yang sebenarnya.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan responden yang akan dijadikan sasaran penelitian dan dijadikan sebagai bahan pengambilan data informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI. IPA-1 Madrasah Aliyah Negeri 02 Surakarta berjumlah 36 Siswa yang terdiri dari 12 laki-laki, dan 24 perempuan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah sebagai berikut.
- Teknik survey meliputi: a) wawancara terhadap 5 orang siswa secara langsung dengan pedoman wawancara. Kriteria siswa yang diwawancarai berupa 1) siswa tidak mencapai tuntas belajar, dan 2) kurang minat belajar dengan indikasi kurang respon dalam proses KBM. b) angket dibagikan kepada semua siswa dalam kelas penelitian, dan c) checklist observasi dan catatan lapangan dilakukan oleh kolaborator.
- Teknik test yang digunakan untuk mengetahui perubahan hasil belajar dari konsep yang telah diajarkan dalam bentuk soal pilihan ganda.
- Teknik dokumentasi yang digunakan untuk mendapatkan karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar dari daftar nilai ulangan harian dan buku pekerjaan rumah.
Validasi Data
Validitas tes dilakukan dengan cara: 1) Face Falidity (anggota AR saling mengecek validitas instrumen), dan 2) content (isi tes sesuai dengan materi yang diajarkan/sesuai dengan isi kurikulum).
Analisis Data
Data yang dipergunakan untuk dianalisis terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari: 1) observasi, 2) wawancara siswa, dan 3) angket. Sedangkan data sekunder bersumber dari: 1) daftar nama siswa yang tidak tuntas belajar, 2) daftar nilai ulangan harian, dan 3) buku pekerjaan rumah (PR).
Semua data yang ada, baik data primer maupun sekunder diolah dengan mencari rata-rata setiap nilai test kemudian dijumlah dan dicari rata-rata keseluruhan selanjutnya hasilnya disesuaikan dengan indikator belajar tuntas yang diharapkan dalam bentuk persentase.
Indikator Kinerja
Penelitian ini dinyatakan berhasil bila pembelajaran Fisika dengan materi ajar berwawasan SETS dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan jumlah siswa yang menguasai dan memahami lebih baik terhadap konsep- konsep Fisika. Pemahaman dan penguasaan konsep fisika ditunjukkan oleh meningkatnya hasil belajar siswa. Target peningkatan yang hendak dicapai sekurang- kurangnya 30% dari kondisi awal (sebelum pelaksanaan tindakan).
Keberhasilan lain yang ingin dicapai adalah pada akhir penelitian tahun ajaran 2018/2019 jumlah siswa kelas XI. IPA -1 Madrasah Aliyah Negeri 02 Surakarta yang menguasai konsep Fisika dengan baik meningkat secara nyata, sebagaimana ditunjukkan oleh dua indikator utama yaitu:
- Sekurang-kurangnya 75% siswa kelas XI. IPA-1 MAN 02 Surakarta mendapat nilai ulangan harian 68.
- Aktivitas siswa dalam PMB meningkat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Hasil Belajar Pada Siklus I
Ketuntasan belajar Fisika yang dicapai sebesar: 33/44 x 100% = 75%. Hasil ketuntasan belajar Fisika sebesar 75% pada siklus I ini, sudah mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 75% siswa memperoleh nilai ulangan harian ³ 68 (ketuntasan belajar 75%.
Hasil Belajar Pada Siklus II
Ketuntasan belajar Fisika yang dicapai pada siklus II sebesar: 37/44 x 100% = 84,09%. Ketuntasan belajar Fisika sebesar 84% pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I.
Aktivitas Siswa dan Guru
Kuesioner tentang Perilaku Siswa dan Guru
Penurunan jumlah jawaban “tidak pernah” dari kondisi awal (sebelum AR) dengan akhir siklus I dan akhir siklus pada setiap perilaku siswa dan perilaku guru sangat besar sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru.
Hasil Wawancara dengan Siswa
Wawancara dilakukan tiga tahap tahap pertama sebelum AR, tahap kedua pada akhir siklus I,dan tahap ke tiga pada akhir siklus II. Adapun siswa yang diwawancarai adalah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 5 siswa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa dengan pembelajaran Fisika berwawasan SETS dengan pendekatan SETS membuat siswa menjadi aktif, dan menyukai pelajaran Fisika.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya adalah “Dengan diberikan materi pembelajaran Fisika berwawasan SETS melalui pendekatan SETS dapat meningkatkan tuntas belajar Fisika sekurang-kurangnya 30% dari kondisi awal”. Hipotesis tersebut dapat dibuktikan dengan data-data sebagai berikut:
- Ketuntasan belajar Fisika yang dicapai pada siklus I sebesar: 33/44 x 100% = 75%. Hasil ketuntasan belajar Fisika sebesar 75% pada siklus I ini, sudah mencapai indikator utama pada penelitian ini yaitu 75% siswa memperoleh nilai ulangan harian ³ 68 (ketuntasan belajar 75%.
- Ketuntasan belajar Fisika yang dicapai pada siklus II sebesar: 37/44 x 100% = 84,09%. Ketuntasan belajar Fisika sebesar 84% pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I.
Pembahasan Hasil Penelitian
Proses pembelajaran Fisika dengan menggunakan pendekatan SETS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa dengan pendekatan SETS sangat cukup untuk mencapai hasil belajar siswa sesuai dengan ketuntasan yang diharapkan. Demikian pula dari kemampuan guru yang dimiliki telah mampu menerapkan pendekatan SETS secara optimal, sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Dalam penggunaan pendekatan SETS pada setiap siklus terjadi perubahan yang signifikan, jika sebelumnya pada siklus I menjadi ketuntas 75%, maka pada siklus II menjadi 84,09%.
Dalam pembelajaran Fisika dengan pendekatan SETS akan memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa, mengingat pendekatan tersebut berusaha untuk memadukan antara teori dengan keadaan yang sebenarnya. Dengan adanya pengalaman belajar yang demikian, maka siswa menjadi lebih mudah untuk mengingat, sehingga hasil test yang diberikan guru menjadi lebih baik.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah diuraikan pada babIV maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
- Pembelajaran Fisika dengan materi ajar berwawasan SETS melalui pendekatan SETS dapat meningkatkan jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar Fisika.
- Pembelajaran fisika dengan materi ajar berwawasan SETS melalui pendekatan SETS dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam PBM.
- Pembelajaran fisika dengan materi ajar berwawasan SETS melalui pendekatan SETS dapat meningkatkan aktivitas guru.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dikemukakan beberapa saran antara lain sebagai berikut.
- Pembelajaran Fisika dengan materi ajar berwawasan SETS melalui pendekatan SETS sangat efektif untuk dilakukan dalam PBM untuk itu diharapkan guru dapat mengembangkan materi ajar berwawasan SETS melalui pendekatan SETS pada setap pokok bahasan dan mengimplementasikannya di kelas.
- Pembelajaran Fisika dengan materi ajar berwawasan SETS melalui pendekatan SETS memerlukan saran dan prasarana laboratorium yang memadai untuk memberikan pengalaman pada siswa untuk itu sangat dianjurkan kepada kepala sekolah untuk melengkapi sarana laboratorium.
- Pembelajaran Fisika dengan materi ajar berwawasan SETS melalui pendekatan SETS memerlukan seorang guru yang benar-benar menguasai teknologi. Untuk itu diharapkan guru selalu mencari teknologi yang berkaitan dengan Sains pada setiap pokok bahasan.
- Diharapkan setiap perguruan tinggi yang memiliki fakultas keguruan untuk mengembangkan pembelajaran berwawasan SETS dengan pendekatan SETS.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu. S. 1995. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: IKIP Surakarta Press.
Andreas. P. 1999. Penulisan Proposal Penelitian Classroom Based Action Research. Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Kanwil Depdiknas Propinsi Jawa Tengah.
Binadja. 2000. Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS Dalam Konteks Kehidupan dan Pendidikan Yang Ada. Seminar Lokakarya Pendidikan SETS
Natawidjaya. R. 1996. Peningkatan Kualitas Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Rustantoro. T. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah, Langsung dan Konvensional dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa Mata Pelajaran Fisika. Penelitian LPMP Jawa Tengah.
Sardiman. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyanto. 2005. Pengantar Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Tarsito.
Supriyadi. T. 2005. Pengembangan Keterampilan Bervisi SETS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Thesis PPS Unnes.
Tim Khusus. 2004. Kurikulum Pendidikan Fisika untuk SMA. Jakarta: Depdikbud.
Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud.