UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA GAMBAR

DENGAN METODE THREE MINUTE SPEECH

BAGI SISWA KELAS XI MIPA 4 SMA NEGERI 3 PATI

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Dwi Julyati Kustinah

Guru Mapel Bahasa Inggris SMA N 3 Pati

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran Bahasa Inggris siswa kelas XI MIPA 4 semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020, untuk mengetahui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa kelas XI MIPA 4 semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020, untuk mengetahui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa kelas XI MIPA 4 semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. Setting Penelitian Tindakan Kelas ini di SMAN 3 Pati dan Subyek penelitiannya adalah siswa XI MIPA 4 semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan materi Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris. Sumber data yang peneliti peroleh adalah data yang berasal dari subyek penelitian ini sebagai sumber data primer, yaitu: (1) Data awal dari subyek penelitian yang berupa hasil pre tes sebagai data kondisi awal; (2) Data hasil tes pada siklus I; (3) Data hasil tes pada siklus II. Data hasil observasi dengan praktek di lapangan. Kesimpulan penelitian ini bahwa: Aktivitas Ketrampilan berbicara bahasa Inggris siswa kelas XI MIPA 4 semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat meningkat melalui media gambar dan teknik Three Minute Speech. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji ketrampilan pada siklus I dan Siklus II. Hasil rata-rata uji Siklus I sebesar 26,95% meningkat menjadi 90% pada siklus II. Hasil belajar kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa kelas XI MIPA 4 semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 terhadap pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa Inggris setelah melalui media gambar dan teknik Three Minute Speech dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru, mengajukan dan menjawab pertanyaan, antusiasme dalam berdiskusi dan kesungguhan dalam menyiapkan materi presentasi. Kondisi tersebut menjadikan siswa sangat menikmati proses pembelajaran, sehingga pada saat harus menyampaikan presentasinya sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan.

Kata kunci: Three Minute Speech

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMA terdapat dua jenis kompetensi, yaitu kompetensi produktif (vocational skill) dan kompetensi antar pribadi (interpersonal skill). Kecakapan interpersonal mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Jenis kompetensi ini ternyata memegang peranan yang sangat signifikan dalam persaingan merebut kesempatan kerja. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Inggris memainkan peran yang penting karena tidak dapat dipungkiri bahwa Bahasa Inggris merupakan bahasa pengantar yang digunakan secara luas di dunia kerja.

Masih banyak keluhan dari berbagai pihak tentang rendahnya kemampuan lulusan SMA untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, terutama dalam komunikasi secara lisan. Guru sebagai ujung tombak memiliki tanggung jawab yang besar untuk membekali lulusan SMA dengan kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, terutama secara lisan. Guru mata pelajaran Bahasa Inggris harus secara aktif mencari metode yang dapat merangsang siswa untuk berani berbicara dalam bahasa tersebut.

Salah satu alasan kegagalan pembelajaran ketrampilan berbicara Bahasa Inggris adalah karena lebih dari 50% siswa tidak berani berbicara Bahasa Inggris di depan kelas karena takut salah, terutama karena mereka tidak yakin dengan apa yang harus disampaikan dan bagaimana harus mengatakannya. Banyak siswa merasa sangat terancam dalam situasi seperti ini sehingga mereka tidak mampu memproduksi bahkan kalimat-kalimat sederhana sekalipun. Hal ini menyebabkan rendahnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara Bahasa Inggris. Hal ini disebabkan pengaruh dari faktor siswa, guru, dan sekolah.

Guru mencari metode pembelajaran yang dinilai sesuai adalah metode pembelajaran dengan metode Three Minute Speech. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas metode pembelajaran dengan metode Three Minute Speech untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa Inggris.

Identifikasi Masalah

Penulis memgidentifikasi masalah sebagai berikut:

  1. Dalam berbicara Bahasa Inggris siswa belum menguasai bahasa dengan baik
  2. Siswa masih belum berani dan takut salah melavalkan kalimat dalam Bahasa Inggris.
  3. Dalam mengajar guru belum menggunakan media gambar.
  4. Dalam mengajar guru belum menggunakan metode Three Minute Speech.

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini: (1) Apakah melalui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Bahasa Inggris siswa? 2) Mengapa hasil belajar perlu ditingkatkan?

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah melalui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Bahasa Inggris? (2) Apakah melalui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris?

Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Melalui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Bahasa Inggris. (2) Melalui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui melalui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Bahasa Inggris. (2) Untuk mengetahui melalui media gambar dan metode Three Minute Speech dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris.

Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat:

Bagi Siswa

  1. Aktivitas siswa dalam berbicara Bahasa Inggris dapat meningkat.
  2. Siswa tidak takut lagi berbicara dengan Bahasa Inggris.
  3. Kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa Inggris dapat ditingkatkan.

Bagi Guru

  1. Dapat mengetahui efektifitas metode pembelajaran Three Minute Speech terhadap aktivitas dan kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa Inggris.
  2. Merupakan upaya memperbaiki cara mengajar/metode pembelajaran siswa sehingga siswa bisa berbicara Bahasa Inggris.

Bagi Sekolah

  1. Dapat memfasilitasi penelitian-penelitian lain dalam pengembangan sekolah.
  2. Dapat menambah khasanah hasil penelitian yang disimpan di perpustakaan sekolah.

KAJIAN TEORI

Hakekat Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik Oemar: 2001). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa.

Menurut Gagne (1984), belajar didefinisikan sebagai proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Sedangkan James O. Wittaker (1996) berpendapat, “learning may be defined as the process by which behavior organites or is altered through training or experience”. Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Menurut Howard L. Kingsley, “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is organited or changed through practice or training”. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.

Oemar Hamalik (2001: 28) berpendapat bahwa belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Hakekat Kemampuan Berbicara Siswa

Menurut Ellis (1989) Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi Kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan merupakan (1) model ekpresi yang sering digunakan, (2) bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai.

Hakekat Media Gambar

Menurut Santoso S. Hamijaya, Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (www. Media diakses tagl 2 Agustus 2019). Menurut Oemar Hamalik (1986:43), Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran.Menurut KBBI, Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya

Hakekat Three Minute Speech

Harmer (2001:272) merekomendasikan Just a Minute sebagai suatu kontes dimana setiap peserta harus berbicara selama enam puluh detik tentang suatu masalah yang diberikan oleh guru atau pemimpin kontes tanpa ragu, tanpa perulangan kata dan tanpa kesalahan baik dari pilihan kata maupun pola kalimatnya. Peneliti mengadaptasi kontes ini menjadi teknik mengajar karena peneliti menganggap teknik ini bisa diterapkan pada siswa untuk memancing mereka berbicara tanpa ragu dan tanpa kesalahan dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini diperkuat oleh pendapat Brown (2004:181) yang mengatakan bahwa para peserta didik sangat bergairah ketika mengikuti ketrampilan berbicara dalam bentuk Picture-cued story-telling dengan batasan waktu sekitar satu setengah menit.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas siswa kelas kelas XI MIPA 4 semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 dipilih karena menunjukkan kecenderungan keaktifan dan aktivitas yang perlu segera mendapatkan penanganan. Selain itu, hasil belajar siswa juga rendah dengan rata-rata tuntas hanya tercapai < 50%, berjumlah 36 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Siklus ketiga tidak dilaksanakan karena indikator penelitian telah tercapai pada siklus 2 (Trip dalam Subyantoro 2007:24).

Siklus I bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kondisi awal siswa dalam berbicara setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media gambar dengan metode Three Minute Speech. Selain itu, siklus I juga digunakan sebagai refleksi untuk kemudian melaksanakan siklus II. Dari hasil tindakan pada siklus II dapat diketahui peningkatan ketrampilan berbicara setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I.

Pengamatan pendahuluan atau observasi awal dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Observasi ini bertujuan agar mengetahui kondisi siswa sebenarnya saat di kelas. Sebaliknya dari pihak siswa, observasi awal ini bermanfaat agar dalam pelaksanaan penelitian nantinya siswa sudah tidak merasa asing lagi dengan peneliti sehingga pembelajaran pun akan bisa berjalan dengan lancar.

Rencana pelaksanaan Penelitian: 1) Tahap pertama pada penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, yakni rencana rinci mengenai tindakan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah. 2) Tahap kedua yaitu tindakan, yaitu wujud nyata dari suatu rencana yang telah dibuat sebelumnya Pelaksanaan atau tindakan yakni suatu langkah yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan. Saat pelaksanaan tindakan, guru harus benar-benar memahami karakter siswa. Kegiatan pelaksanaan tindakan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas ini. 3) Tahap ketiga yaitu observasi atau pengamatan terhadap semua hal yang terjadi di dalam kelas. Pengamatan adalah proses pengambilan data dari pelaksanaan tindakan atau kegiatan pengamatan. Pengamatan dilakukan oleh guru dengan cara mencatat semua hal yang terjadi di dalam kelas. Pengamatan ini meliputi situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian materi, dan sebagainya. Observasi atau pegamatan ini dilakukan terhadap hasil dari tindakan yang telah dilaksakan siswa, kesulitan yang dialami siswa, dan tanggapan siswa yang didokumentasikan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan siklus berikutnya. 4) Tahap keempat yaitu refleksi, yakni kegiatan mengulas apa yang telah dan atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan cara berkolaborasi. Siswa dan guru berdiskusi mengenai berbagai masalah yang dialami di dalam kelas. Hasil refleksi kemudian dijadikan acuan untuk langkah perbaikan dan tindakan selanjutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus karena pada siklus 2 indikator penelitian telah tercapai. Berikut akan diuraikan deskripsi hasil penelitian ini.

Hasil Penelitian Kondisi Awal

Kelas dipilih karena menunjukkan kecenderungan aktivitas kelas kurang yang perlu segera mendapatkan penanganan. Selain itu, hasil belajar siswa juga rendah dengan rata-rata tuntas hanya tercapai < 50%, berjumlah 36 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Siswa yang mendapat nilai ≥ 76 sebanyak 5 orang atau 12,5%. Siswa yang memiliki keaktifan belajar dan kemampuan berbicara yang rendah. Hal ini nampak dari keaktifan mereka dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sebagian besar malas karena siswa merasa mengalami kesulitan dengan kosa kata. Rendahnya aktivitas siswa makin nampak ketika mereka disuruh untuk berbicara. Pengalaman guru sebelum melaksanakan penelitian juga menunjukkan bahwa ketrampilan berbicara siswa memang masih kurang. Hasil tes yang diperoleh dari uji ketrampilan berbicara yang dilaksanakan pada siklus I, dari 40 siswa hanya 37,5% siswa yang memperoleh nilai ³ 76.

 

Hasil Penelitian Siklus I

Persiapan Tindakan

Pembelajaran berbicara mendeskripsiksn gambar pada siklus I ini merupakan pemberlakuan tindakan awal penelitian dengan menggunakan metode Three Minute Speech. Tindakan pada siklus I ini berfungsi untuk mengetahui seberapa besar kondisi siswa dalam mendeskripsikan gambar menggunakan metode Three Minute Speech.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran mendeskripsikan gambar dengan metode Three Minute Speech pada Siklus I dilaksanakan sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pembelajaran yang telah dibuat. Setelah selesai memberikan tindakan siswa diberi evaluasi dengan disuruh berbicara di depan teman-teman sekelasnya berdasarkan gambar yang diberikan. Gambar yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman atau hasil belajar siswa.

Observasi dan Evaluasi

Hasil pelaksanaan pembelajaran mendeskripsikan gambar melalui metode Three Minute Speech pada siklus I melalui data tes dan nontes sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Tes Siklus I

No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 85 – 100 Sangat Baik 5 12,5
2 75 – 84 Baik 13 37,5
3 60 – 74 Cukup 10 30
4 < 60 Kurang 8 20
Jumlah   36 100

 

Berdasarkan tabel di atas, persentase siswa yang mendapat nilai hasil belajar ³ 75 dengan ketuntasan klasikal 75% sedangkan nilai keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran lebih ³75 adalah 50%, berarti indikator penelitian belum tercapai.

Hasil tes yang diperoleh dari uji ketrampilan berbicara yang dilaksanakan pada akhir siklus I yaitu 20% siswa masuk dalam kategori Kurang, 30% siswa masuk dalam kategori Cukup. Sedangkan siswa yang masuk kategori Baik 37,5% dan hanya 12,5% siswa yang masuk kategori Amat Baik. Sedangkan keaktifan siswa bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Keaktifan Siswa Siklus I

No Interval Skor Kategori Frekwensi Persentase(%)
1 41 – 50 Sangat Tinggi 6 15
2 31 – 40 Tinggi 18 55
3 21 – 30 Cukup 7 17,5
4 < 20 Kurang 5 12,5
  Jumlah 36 100

 

Secara rata-rata, nilai kemampuan siswa dalam ketrampilan berbicara melalui metode Three Minute Speech pada akhir Siklus I adalah sebanyak 24 siswa 70% Kategori sangat tinggi dan Tinggi, dan walaupun masih ada 12 siswa 30% masuk Kategori cukup sampai rendah yang belum mampu berbicara dalam waktu satu menit.

Analisis dan Refleksi Siklus I

Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dalam Siklus I, tampak sikap-sikap siswa yang positif maupun negatif terhadap metode yang digunakan maupun materi pembelajaran. Sikap positif antara lain terlihat dari antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini juga ditandai dengan banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan terutama tentang pola-pola kalimat dan kata-kata yang harus dipergunakan. Sikap negatif ditunjukkan dengan adanya siswa yang tidak mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan guru.

Wawancara dilakukan peneliti terhadap 8 siswa yaitu 2 orang memperoleh nilai dalam kategori Amat Baik, 2 orang kategori Baik, 2 orang Cukup dan 2 orang yang masuk kategori Kurang. Siswa yang mendapatkan nilai Cukup dan Kurang mengalami kesulitan dalam memilih dan mengucapkan kata-kata bahasa Inggris yang dipergunakan. Sering terjadi mereka lupa bahasa Inggris untuk kata tertentu. Mereka juga mengatakan bahwa mereka menemukan kendala psikologis yaitu grogi dalam berbicara karena takut tidak bisa mencapai waktu satu menit dan ada yang mengatakan grogi takut ditertawakan oleh teman satu kelasnya. Bagi beberapa siswa waktu diskusi yang hanya dua puluh menit terasa kurang. Mereka meminta waktu yang lebih lama. Sedangkan mereka yang memperoleh nilai dalam kategori Baik dan Amat Baik mengatakan bahwa mereka tidak menemukan kesulitan apapun dalam mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang ada dalam gambar karena sebelumnya mereka sudah dikenalkan dengan Exspression Suggestion.

Agar dapat mencapai hasil yang ditargetkan, perlu diadakan penelitian siklus II. Pelaksanaan siklus II bertujuan agar siswa dapat berbicara mendeskripsikan gambar dengan tepat dan dapat mencapai target nilai yang ditentukan peneliti. Penelitian siklus II ini pada dasarnya adalah perbaikan dan penyempurnaan rencana pembelajaran siklus I dengan melanjutkan materi sebelumnya. Selain perbaikan rencana pembelajaran.

Pelaksanaan siklus II dilakukan dengan meminimalisasi kekurangan-kekurangan pada siklus I. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain, belum tercapainya nilai rata-rata klasikal yang ditargetkan peneliti, beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi dan mengganggu siswa lain pada saat pembelajaran, serta masih kurangnya keaktifan siswa dalam bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Belum tercapainya nilai rata-rata klasikal yang ditargetkan, dapat diatasi dengan cara peneliti kembali memberikan penjelasan berbicara mendeskripsikan gambar, dengan lebih memberikan waktu lebih lama 10 menit dari Siklus I, sehingga diharapkan pada siklus II siswa akan mampu berbicara mendeskripsikan gambar dengan tepat. Adanya beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi dan suka mengganggu siswa lain saat pembelajaran berlangsung, peneliti berusaha mengatasi hal ini dengan cara menciptaan suasana pembelajaran yang lebih kondusif, menarik, dan menyenangkan.

Kurangnya keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru terlihat dari jumlah siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Untuk mengatasi hal ini peneliti berusaha mengintensifkan interaksi dengan siswa supaya hubungan siswa dengan peneliti lebih akrab dan diharapkan siswa tidak malu atau canggung lagi sehingga kegiatan tanya jawab berlangsung dengan lebih baik.

 

Hasil Penelitian Siklus II

Persiapan Tindakan

Tindakan siklus II merupakan perbaikan dan pemecahan masalah pada siklus I. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I diperbaiki pada siklus II ini. Siklus II dilakukan untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam berbicara mendeskripsikan gambar. Dalam upaya meningkatkan ketrampilan berbicara pada Siklus II, maka perlu direncanakan kegiatan pembelajaran yang lebih efektif agar bisa mendorong siswa untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada Siklus II. Siswa diberi waktu 10 menit lebih lama untuk mempersiapkannya. Siswa diberi waktu berdiskusi 30 menit. Soal mendeskripsikan gambar digunakan untuk mengetahui tingkat ketrampilan berbicara siswa. Tes atau soal latihan Siklus II digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Three Minute Speech pada Siklus II dilaksanakan sesuai dengan skenario yang ada pada rencana pembelajaran yang telah dibuat. Selesai memberikan tindakan siswa diberi evaluasi dengan disuruh berbicara mendeskripsikan gambar dalam waktu satu menit. Adapun soal-soal yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman atau hasil belajar. Pada akhir Siklus II siswa kembali mengikuti uji ketrampilan berbicara seperti pada Siklus I. Namun, pada Siklus II waktu untuk bardiskusi kelompok lebih lama 10 menit daripada Siklus I, yaitu dari waktu 20 menit menjadi 30 menit. Adapun materinya sama dengan materi yang dipergunakan dalam Siklus I yaitu mendeskripsikan gambar.

Observasi dan Evaluasi

Hasil pelaksanaan pembelajaran mendeskripsikan gambar melalui metode Three Minute Speech pada siklus II terdiri atas data tes dan nontes dengan hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Tes Siklus II

No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 86 – 100 Sangat Baik 8 20
2 76 – 85 Baik 24 70
3 60 – 75 Cukup 4 10
4 < 60 Kurang 0
Jumlah 36 100

 

Bisa kita lihat pada Siklus II ada tidak ada siswa atau 0% masuk kategori Kurang, 4 siswa atau 10% masuk kategori Cukup, 24 siswa atau 70% masuk kategori Baik dan 8 siswa atau 20% masuk kategori Amat Baik. Keaktifan siswa bisa dilihat pada tabel:

Tabel 5. Keaktifan Siswa Siklus II

No Interval Skor Kategori Frekwensi Persentase
1 33 – 40 Sangat Tinggi 9 22,5
2 25 – 32 Tinggi 24 72,5
3 17 – 24 Cukup 2 5
4 < 17 Kurang 0 0
  Jumlah 36 100

Berdasarkan Tabel di atas, persentase siswa yang mendapat nilai hasil belajar ³ 76 dengan ketuntasan klasikal sebesar 75% sedangkan nilai keaktifan siswa yang sebesar 95%. Hal ini berarti indikator penelitian sudah tercapai.

Pada Siklus II, sikap siswa terhadap materi, metode maupun media pembelajaran semakin banyak yang positif walaupun ada beberapa siswa yang bersikap negatif. Sikap positif siswa ditunjukkan dengan semakin banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan, terutama tentang kata-kata bahasa Inggris yang akan mereka gunakan dalam Three Minute Speech dan cara pengucapannya. Kelompok ini sebagian besar adalah mereka yang merasa senang terhadap materi, metode maupun media pembelajaran, tetapi pada Siklus I mereka belum merasa maksimal dalam uji ketrampilan berbicara dan mereka ingin mendapatkan nilai yang lebih baik.

Wawancara yang dilakukan setelah Siklus II selesai ditujukan terhadap 8 siswa kategori ketrampilan berbicaranya kategori Amat Baik, 24 siswa kategori Baik, 4 siswa yang mengalami peningkatan kategori Cukup. Dari hasil wawancara dan pengamatan memang termasuk siswa yang bermasalah secara psikologis maupun fisik, misalnya tampak dari cara mereka menjawab pertanyaan dalam wawancara yang gugup dan tidak berani menatap mata pewawancara.

Analisis dan Refleksi

Melalui perbaikan dengan cara merevisi waktu yang dialokasikan untuk melakukan diskusi kelompok ternyata dapat meningkatkan aktifitas dan ketrampilan berbicara siswa melalui media gambar dengan metode Three Minute Speech. Peningkatan hasil tersebut terjadi karena guru memberikan waktu 10 menit lebih lama untuk berdiskusi dalam kelompok untuk mempersiapkan presentasi uji ketrampilan berbicara siswa. Selain itu karena siswa sudah tahu kesalahan pilihan kata maupun ucapan yang dilakukan pada waktu uji ketrampilan berbicara pada Siklus I. Hal ini bisa terjadi karena pada proses presentasi pembelajaran Siklus II, guru mereview kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada tahap presentasi Siklus I. Peningkatan ketrampilan berbicara siswa melalui media gambar dengan metode Three Minute Speech ini sangat menggembirakan bagi guru karena pada awal pembelajaran pada Siklus I tampak bahwa para siswa kurang antusias terhadap materi yang sedang disampaikan. Hal ini terjadi karena siswa harus memahami daftar kata sifat yang biasa digunakan untuk Describing Things yang jumlahnya tidak kurang dari seratus kata. Hal ini terutama terjadi pada siswa yang ternyata pada akhir Siklus I memperoleh hasil yang masuk kategori Kurang yaitu delapan siswa.

Pembahasan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tiap siklus maka dapat diuraikan:

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

Persentase keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran untuk masing-masing siklus seperti tabel berikut ini.

 

 

 

 

Tabel 6. Hasil Tes Antar Siklus

No Nilai Kategori Siklus I   Siklus II   Naik/Turun
      F (%) F (%)  
1 86 – 100 Sangat Baik 6 3,85 8 20 Naik 16,15
2 76 – 85 Baik 18 23,1 24 70 Naik 46,9
3 60 – 75 Cukup 7 69,2 4 10 Turun 59,2
4 < 60 Kurang 5 3,85 0 Turun 2,85
Jumlah 36 100 36 100  

 

Berdasarkan grafik di atas, persentase siswa yang mendapatkan nilai keaktifan ³ 76 adalah 26,95.% berarti indikator penelitian belum tercapai atau < 75%. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran melalui media gambar dan metode Three Minute Speech. Pada siklus 2 terjadi peningkatan persentase keaktifan menjadi 75,35% berarti indikator penelitian sudah tercapai. Hal ini terjadi karena pada siklus 2 guru memberikan waktu 10 menit lebih lama sehingga siswa lebih leluasa untuk berpikir.

Nilai hasil belajar siswa

Siklus 1 siswa yang mendapat nilai hasil belajar ³ 75 sebanyak 69,2%. Berarti indikator penelitian belum tercapai. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan model pembelajaran melalui media gambar dengan metode Three Minute Speech yang didukung oleh data keaktifan siswa yang masih dibawah indikator penelitian. Siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi 84,6% karena keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga meningkat. Kerjasama yang saling membantu diantara siswa untuk dapat memperoleh nilai tes yang tinggi sangat mempengaruhi hasil belajar siswa secara individual.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Aktivitas Ketrampilan berbicara bahasa Inggris melalui media gambar dengan Metode Three Minute Speech dapat meningkat bagi siswa kelas XI MIPA 4 SMA N 3 Pati. Hal ini dibuktikan siswa memperhatikan penjelasan guru, mengajukan dan menjawab pertanyaan, antusiasme dalam berdiskusi dan kesungguhan dalam menyiapkan materi presentasi.Hal ini dapat dibuktikan dari hasil rata-rata uji Siklus I sebesar 26,95% meningkat menjadi 90% pada siklus II.
  2. Hasil belajar kemampuan berbicara Bahasa Ingr siswa kelas XI MIPA 4 SMA N 3 Pati setelah menggunakan media gambar denagn Metode Three Minute Speech meningkat dapat dilihat dari hasil belajar Siklus 1 siswa yang mendapat nilai hasil belajar ³ 70 sebanyak 69,2%, siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi 84,6% karena keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

Saran

  1. Bagi guru bahasa Inggris dalam melaksanakan pembelajaran Describing Things, khususnya ketrampilan berbicara, dapat menggunakan media gambar dan Metode Three Minute Speech karena terbukti dapat meningkatkan ketrampilan berbicara siswa Penggunaan ini juga dapat mengubah perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Inggris sehingga siswa merasa nyaman dan termotivasi dalam melakukan aktivitas pembelajaran.
  2. Perlu dilakukan tindak lanjut dari hasil penelitian ini, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena berdasarkan hasil penelitian ini siswa sangat dimungkinkan untuk mencapai kompetensinya.

DAFTAR PUSTAKA

……………………1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Brown, H.Douglas, 2004. Language Assesment: Principles and Classroom Practises. New York: Longman

Hamalik, Oemar. 2001. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru Algesindo

Harmer, Jeremy. 2001. The Practice of English Language Teaching. Essex: Longman

 

Gagne. 1984. Oxford Advanced Lerner’s Dictionary of Current English. Oxford: Oxford University Press

 

Ellis 1989. Picture Cue Cards for Oral Language Practice. London: Evans Brothers Limited

Nasution. 2000. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2005. Model Pemelajaran Bahasa Inggris di SMK dengan Kurukulum 2004. Jakarta: Depdiknas

Slameto, 2003; Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta; Rineka Cipta.

Subyantoro. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indthreesia.

Suharno, Agus, dkk. Pedoman Bimbingan Penulisan Skripsi serta Penulisan Karya Ilmiah.. Semarang: UPGRIS Pers.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Witttaker. O James. 1996. Authentic Assesment for English Language Learners. The USA: Longman

Supardi, Suhardjono, 2011, Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas: Yogyakarta: Andi Offset

www. Media oleh Santosodiakses tagl 2 Agustus 2019