MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI DATAR

MELALUI ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS VIIIE

SMPN 2 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Ana Rahmawati

Guru Mata Pelajaran Matematika SMPN 2 Bringin

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan bangun ruang sisi datar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas dan hasil belajar dalam menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar dapat ditingkatkan melalui penerapan alat peraga pada siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2 Bringin semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 pada siswa kelas VIIIE di SMPN 2 Bringin Kabupaten Semarang. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas dengan prasiklus dan dua siklus tindakan yang terdiri dari satu kali pertemuan dalam satu siklus tindakan, setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik dan alat pengumpulan data menggunakan teknik analisis deskreptif terhadap data hasil belajar siswa dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat peraga mempermudah pemahaman pada materi menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar, sehingga aktivitas dan hasil belajar meningkat. Hasil ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa dari prasiklus ke siklus II sebesar 23,62%, peningkatan ketuntasan hasil belajar dari pra siklus ke siklus II sebesar 28,02%. Disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa materi luas permukaan bangun ruang sisi datar.

Kata kunci: Hasil belajar, aktivitas siswa, alat peraga

 

Latar Belakang Masalah

Materi luas permukaan bangun ruang sisi datar merupakan salah satu materi dalam pelajaran matematika tentang geometri yang bersifat abstrak, yang membicarakan titik, garis, bidang, ruang dan keterkaitan satu sama lain. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan membayangkan obyek dimensi dalam ruang yang digambarkan pada bidang datar. Hal inilah yang mengakibatkan kesulitan dalam memahami konsep luas permukaan bangun ruang sisi datar dan kesulitan mengkonstruksikan pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan observasi awal pada pra siklus di kelas VIIID, menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada materi luas permukaan bangun ruang sisi datar belum optimal. Aktivitas siswa dalam kategori rendah dengan persentase 54,95%, terutama pada kriteria menanggapi pendapat atau pertanyaan. Dari 26 siswa hanya 8 siswa yang aktif. Rendahnya aktivitas siswa di dalam kelas bukan hanya materinya yang abstrak, tetapi juga karena dalam pembelajaran guru belum menggunakan alat peraga, sehingga siswa kesulitan untuk memahami konsep awal pada penentuan rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar.

Selain aktivitas siswa pada kategori rendah, pada pra siklus juga diperoleh data hasil ulangan harian materi luas permukaan bangun ruang sisi datar kelas VIIID rendah. Dari 26 siswa hanya 15 siswa yang tuntas dengan persentase 57,69%. Data ini menunjukkan hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal, yaitu  85% siswa harus tuntas.

Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pengalaman melalui benda-benda nyata (konkrit), dalam mempelajari luas permukaan bangun ruang sisi datar, yaitu alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak. Konsep abstrak matematika yang disajikan dalam bentuk konkret akan lebih dapat dipahami dan dimengerti siswa. Kegiatan belajar mengajar yang menggunakan alat peraga sangat besar artinya bagi keberhasilan siswa. Diharapkan dengan menggunakan alat peraga siswa dapat melihat, meraba, mengungkapkan dengan memikirkan secara langsung obyek yang sedang dipelajari. Sehingga konsep abstrak yang sedang dipelajari dapat mengendap, melekat dan tahan dibenak pikiran siswa. Penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dengan aspek penanaman konsep, pemahaman konsep serta pembinaan keterampilan dan juga meningkatkan aktivitas siswa.

Berdasarkan uraian diatas peneliti memandang perlu untuk mengembangkan suatu tindakan yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa berupa penggunaan alat peraga untuk mempermudah pemahaman pada materi menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar.

Landasan Teori

Pengertian Aktivitas Belajar

Sadirman (2007:97) menegaskan bahwa “Dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif berbuat. Jadi belajar memerlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik”. Sudjana (2004, diakses 3 Februari) berpendapat bahwa kegiatan belajar / aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, siswa yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, siswa yang memahami situasi, dan pola respons siswa.

Aktivitas yang dilakukan siswa di kelas bervariasi. Siswa tidak hanya mendengarkan dan mencacat saja. Menurut Dierich (dalam Sadirman 2007:101) menyatakan bahwa indikator aktivitas belajar siswa berdasarkan jenis aktivitasnya dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a.        Kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, memperhatikan gambar, mengamati demonstrasi atau mengamati pekerjaan orang lain.

b.       Kegiatan lisan (oral activities), yaitu kemampuan menyatakan, merumuskan, diskusi, bertanya atau interupsi.

c.        Kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, diskusi atau mendengarkan percakapan.

d.       Kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, mengerjakan soal, menyusun laporan atau mengisi angket.

e.        Kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu melukis, membuat grafik, pola, atau gambar.

f.        Kegiatan emosional (emotional activities), yaitu menaruh minat, memiliki kesenangan atau berani.

g.       Kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat atau membuat model.

h.       Kegiatan mental, yaitu mengingat, memecahkan masalah, menganalisa, melihat hubungan-hubungan atau membuat keputusan.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan pengamatan dan penyelidikan untuk mengembangkan potensi belajar siswa (kognitif, afektif dan psikomotorik) sehingga timbul minat, gairah dan semangat untuk terlibat dalam proses belajar atau pembelajaran dan bahkan memeliki rasa keinginan belajar mandiri untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Pengertian Hasil Belajar

Slameto (2008:7) menyatakan bahwa”Hasil belajar adalah suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar, yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa”. Menurut Jihad dan Haris (2012:14) “Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu”.Menurut Sudjana (2009:3) “Hasil Belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang dinyatakan dalam symbol, huruf, atau kalimat. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Pengertian Alat Peraga

Menurut Estiningsih (dalam Widyantini dan Sigit 2009:3) bahwa alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Fungsi utama dari alat peraga adalah menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu memahami arti dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, memanipulasi obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti dari suatu konsep.

Sedangkan Sudjana (2004, diakses 3 Februari 2016) berpendapat bahwa alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pengertian alat peraga pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Manfaat Alat Peraga dalam Pembelajaran

Menurut Sugiarto dan Hidayah (2010:1) menyatakan bahwa manfaat alat peraga dalam pembelajaran matematika di Pendidikan Dasar, sebagai berikut: Pertama, secara psikologis taraf berpikir siswa di SD/MI dan beberapa siswa di SMP/MTs masih berada pada tahap konkret, sedangkan substansi matematika bersifat abstrak, sehingga dengan memanfaatkan alat peraga, siswa akan lebih mudah memahami konsep, prinsip matematika yang abstrak tersebut. Kedua, dapat menumbuhkan rasa senang siswa untuk belajar matematika.

Pentingnya Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Standar Isi Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, matematika mulai dipelajari di sekolah dasar, untuk itu agar siswa dapat memahami matematika dengan baik diperlukan pemahaman konsep dasar matematika. Menurut Piaget perkembangan kognitif seseorang dari bayi sampai dewasa terbagi atas empat tahap yaitu: a) Tahap sensorik motorik (0 – 2 tahun); b) Tahap pra operasional (2 – 7 tahun); c) Tahap operasional konkrit (7 – 11 tahun); d) Tahap formal (lebih dari 11 tahun).

Berdasarkan teori Piaget tampak bahwa siswa SMP, yaitu usia 11 – 15 tahun berada pada tahap formal. Pada tahap ini operasi mental pada anak tidak lagi terjadi pada obyek konkrit, tapi juga dapat diaplikasikan pada kalimat verbal atau logika. Pada tahap ini siswa sudah dapat berfikir secara abstrak dengan bantuan benda-benda konkrit.

Berdasarkan teori di atas, siswa SMP merupakan peralihan dari tahap operasional konkrit menuju ke tahap formal. Oleh karena itu, agar siswa dapat menguasai konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak maka dalam membelajarkan matematika kepada siswa masih diperlukan azas peragaan. Oleh karena itu ketika proses pembelajaran matematika berlangsung sudah seharusnya menggunakan model atau benda nyata (benda konkrit) yaitu alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak. Berkaitan dengan topik-topik tertentu yang dapat membantu pemahaman siswa.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “aktivitas dan hasil belajar dalam menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar dapat ditingkatkan melalui penerapan alat peraga pada siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2 Bringin semester II tahun pelajaran 2015/2016”.

Metodologi Penelitian

Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian       

Subyek penelitian untuk pra siklus adalah kelas VIIID yang berjumlah 26 siswa. Subyek penelitian untuk siklus I dan II adalah siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2 Bringin tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 siswa dengan karakteristik siswa yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti menjadi guru. Tempat penelitian di SMP Negeri 2 Bringin berlokasi di Desa Pakis, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang pada bulan Februari sampai dengan April 2016

 

 

Analisa Data

Data-data yang diperoleh dari penelitian melalui pengamatan, tes maupun dokumentasi diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus. Data hasil observasi dianalisa untuk mengetahui kualitas penilaian pelaksanaan pembelajaran yang berpedoman pada lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran. Penilaian dilihat pada hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase diperoleh dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar penilaian pelaksanaan pembelajaran.

Data hasil observasi dianalisa untuk mengetahui aktivitas siswa yang berpedoman pada lembar observasi aktivitas siswa. Penilaian dilihat pada hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase diperoleh dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentase siswa saat pertemuan.

Data mengenai hasil belajar dianalisa dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar secara klasikal. Keberhasilan belajar individu, dilihat dari siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal dari nilai KKM yang ditetapkan sekolah pada KD menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar. Nilai minimal yang ditetapkan adalah 75.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Prasiklus

Temuan awal penilaian pelaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, dan hasil belajar diperoleh data sebagai berikut:

1)    Data Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran

Tabel 4 Rekapitulasi Data Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Prasiklus

No

Jumlah Skor (%)

Kategori

Interpretasi/Makna

1

66,67

B

Cukup

 

2)    Data Aktivitas Siswa

Tabel 5 Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa Prasiklus

No

Kriteria

Banyaknya Siswa

Persentase

1.

Membaca buku sumber atau referensi

18

69,23

2.

Bertukar pendapat dalam kelompok

15

57,69

3.

Berdiskusi dalam kelompok

14

53,85

4.

Mendengarkan penjelasan guru

19

73,08

5.

Membuat laporan hasil diskusi

13

50,00

6.

Mengerjakan lembar kerja siswa

13

50,00

7.

Berani menanggapi pendapat atau pertanyaan

8

30,77

Rata -rata

54,95

Kategori

Rendah

 

3)    Data Hasil Belajar Siswa

Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Belajar Prasiklus

Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

(%)

Tuntas

15

57,69

Belum Tuntas

11

42,31

Jumlah Siswa

26

100

Rata-rata

68,27

 

Siklus I

Berdasarkan hasil refleksi pada pra siklus, maka dilakukan tindakan pada siklus I, dan diperoleh data sebagai berikut:

1)    Data Hasil Observasi Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas

Tabel 7 Rekapitulasi Data Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

No

Jumlah Skor (%)

Kategori

Interpretasi/Makna

1

76,39

B

Berkualitas

 

2)    Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Tabel 8 Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa

No

Kriteria

Banyaknya Siswa

Persentase

1

Membaca buku sumber atau referensi

22

78,57

2

Bertukar pendapat dalam kelompok

21

75,00

3

Berdiskusi dalam kelompok

20

71,43

4

Mendengarkan penjelasan guru

22

78,57

5

Membuat laporan hasil diskusi

20

71,43

6

Mengerjakan lembar kerja siswa

19

67,86

7

Berani menanggapi pendapat atau pertanyaan

16

57,14

Rata -rata

71,43

Kategori

Baik

 

 

 

3)    Data Hasil Belajar

Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I

 

Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

(%)

Tuntas

22

78,57

Belum Tuntas

6

21,43

Jumlah Siswa

28

100

Rata-rata

81,55

 

Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dilakukan tindakan pada siklus II, dan diperoleh data sebagai berikut:

1)    Data Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas

Tabel 10 Rekapitulasi Data Hasil Penilaian Pembelajaran Siklus II

 

No

Jumlah Skor (%)

Kategori

Interpretasi/Makna

1

80,55

B

Berkualitas

 

2)    Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Tabel 11 Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa Siklus II

No

Kriteria

Banyaknya Siswa

Persentase

1

Membaca buku sumber atau referensi

24

85,71

2

Bertukar pendapat dalam kelompok

22

78,57

3

Berdiskusi dalam kelompok

23

82,14

4

Mendengarkan penjelasan guru

24

85,71

5

Membuat laporan hasil diskusi

23

85,71

6

Mengerjakan lembar kerja siswa

20

82,14

7

Berani menanggapi pendapat atau pertanyaan

18

71,43

Rata -rata

78,57

Kategori

Baik

 

3)    Data Hasil Belajar

Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II

Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

(%)

Tuntas

24

85,71

Belum Tuntas

4

14,29

Jumlah Siswa

28

100

Rata-rata

83,42

 

 

Pembahasan Hasil Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan analisa data hasil penelitian pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dibandingkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 13 Rangkuman Perbandingan Hasil Penelitian Tindakan Kelas Prasikus, Siklus I, dan Siklus II

No

Aspek

Hasil Siklus (%)

Persentase Kemajuan

Pra

I

II

1

Penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas

66,67

76,39

80,55

13,88

2

Aktivitas siswa pada saat PBM

54,95

71,43

78,57

23,62

3

Ketuntasan Hasil Belajar

57,69

78,57

85,71

28,02

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 3 aspek yang diteliti ternyata masing-masing aspek terjadi peningkatan dari prasiklus ke siklus II yaitu: Penilaian pelaksanaan di kelas sebesar 13,88%, aktivitas siswa pada saat pembelajaran sebesar 23,62%, ketuntasan hasil belajar sebesar 28,02%. Perbandingan pencapaian hasil setiap siklus untuk ketiga aspek yang diteliti, terbukti terjadi perbaikan atau peningkatan mutu.

Hal ini dapat diartikan bahwa: “aktivitas dan hasil belajar dalam menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar dapat ditingkatkan melalui penerapan alat peraga pada siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2 Bringin semester II tahun pelajaran 2015/2016”. Dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat dicapai.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang “ Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Menghitung Luas Permukaan Bangun Ruang Sisi Datar Melalui Alat Peraga” yang dilakukan pada siswa kelas VIIIE SMPN 2 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.     Aktivitas siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2 Bringin tahun pelajaran 2015/2016 dalam menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar melalui penerapan alat peraga mengalami peningkatan.

b.     Hasil belajar siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2 Bringin tahun pelajaran 2015/2016 pada materi menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar melalui penerapan alat peraga mengalami peningkatan.

Saran

a.     Aktivitas dan hasil belajar dalam menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar melalui penerapan alat peraga pada siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2 Bringin semester II tahun pelajaran 2015/2016 dapat ditingkatkan, maka disarankan kepada guru mata pelajaran matematika pada materi menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar untuk menggunakan alat peraga.

b.     Penelitian ini sebaiknya dikembangkan tidak hanya terbatas dalam satu kelas perlakuan saja, satu materi saja, tetapi dapat dikembangkan pada beberapa kelas dan pada kompetensi dasar yang lain, atau bahkan untuk mata pelajaran lain.

DAFTAR PUSTAKA

Jihad A, dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Sadirman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

. 2004. Pengertian Hasil Belajar. Jakarta: http://techonly13.com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar/ (diakses 3 Februari 2016)

. 2009. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiarto dan Isti Hidayah. Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Matematika Untuk Pendidikan Dasar Sesuai dengan KTSP. Semarang:U-UJI Mebelika Universitas Negeri Semarang

Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Perdana Media Group