Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Pembalajaran Kooperatif Tipe Round Table
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBALAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE
BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 4 JONO
KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Siti Miyatun
SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe round table di kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Mendeskripsikan hasil belajar IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe round table di kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V sebanyak 24 siswa. Pengumpulan data melalui obervasi (non tes) untuk memperoleh data aktivitas siswa, melalui tes untuk memeproleh data hasil belajar, dan dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. Penelitian dianggap berhasil apabila siswa telah mencapai SKBM sebesar 70, nilai rata-rata kelas telah mencapai ≥ 70, dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran telah mencapai lebih dari ≥85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe round table dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2017/2018â€. Peningkatan aktivitas belajar sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan sebanyak 2 (dua) kali tindakan terjadi peningkatan aktivitas belajar dari 40,63% menjadi 90,63% atau terjadi peningkatan sebesar 50,00%. Hasil belajar prasiklus ke siklus I, mengalami peningkatan nilai rata-rata maupun jumlah ketuntasan belajar. Peningkatan nilai rata-rata prasiklus ke siklus II terjadi peningakatan dari 68,04 menjadi 82,71, atau terjadi peningkatan sebesar 14,67. Jumlah siswa yang tuntas dari prasiklus 11 siswa ke siklus II menjadi 24 siswa atau terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 13 siswa.
Kata kunci: keaktifan siswa, hasil belajar, round table.
PENDAHULUAN
Pola pembelajaran IPS, yang dilaksanakan di SD, khususnya di kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo, sering dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dengan berorientasi pada buku IPS. Guru berupaya menstransfer pengetahuan yang ada di buku IPS kepada siswa sebatas pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Akibatnya dalam proses pembelajaran, guru sudah merasa mengajar dengan sebaik-baiknya, namun siswa tidak merasa belajar, dan tidak memahami apa yang diajarkan oleh guru. Selain itu pola pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning) menimbulkan kejenuhan bagi siswa, guru tidak mengajarkan kepada siswa agar berpikir logis, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut lebih dipentingkan pemahaman dan hafalan.
Pola pembelajaran tersebut nampaknya berdampak buruk bagi siswa, dimana siswa semakin tidak menyukai pelajaran IPS, pembelajaran IPS terkesan tidak menarik bagi siswa karena ruang lingkupnya yang luas dan penuh dengan hafalan. Sebagian siswa merasa stres dengan pembelajaran ini karena banyaknya materi yang harus di hafal, sehingga kemampuan berpikir logis, kemampuan mengingat dan konsentrasi jadi menurun. Siswa menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang monoton dan kurang bervariasi.
Berdasarkan pengalaman mengajar di kelas V, khususnya mengajar mata pelajaran IPS, dengan menggunakan pola pembelajaran demikian membuat siswa kurang fokus dalam belajar. Ketika siswa jenuh, siswa lebih memilih hal-hal yang menurut mereka lebih menyenangkan, seperti mengobrol dengan temannya atau juga asik dengan imajinasinya sendiri. Hal seperti itu akan berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran.
Hasil pengamatan awal yang dilakukan pada awal semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, saat dilaksanakan pembelajaran IPS dengan ceramah menjelaskan isi buku pelajaran IPS kelas V semester II tentang penjajahan Belanda di Indonesia, selama 2 (dua) pertemuan sebagian besar siswa tidak tertarik dengan apa yang disampaikan oleh guru. Sebagian besar siswa tidak aktiv dalam mengikuti pembelajaran, setelah dilakukan tes tertulis, dari 24 (duapuluh empat) siswa yang dapat mencapai ketuntasan minimal sebanyak 11 siswa (45,83%), sedangkan 13 (tigabelas) siswa (54,17%) belum dapat mencapai ketuntasan minimal.
Permasalahan tersebut di atas perlu disikapi dengan mengubah pola pembelajaran yang menjenuhkan menjadi pola pembelajaran yang menyenangkan. Melalui pola pembelajaran yang menyenangkan dapat menunjang keberhasilan suatu pembelajaran karena ketika pembelajaran itu di lakukan dengan cara yang menyenangkan, maka materi yang di pelajari akan mudah di terima dan di mengerti dengan baik oleh siswa.
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan senang adalah pembelajaran kooperatif tipe Rount Table, melalui pembelajaran ini setiap siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasannya dan mendengarkan pandangan atau pemikiran siswa lain terkait dengan materi pembelajaran. Pada praktiknya model pembelajaran ini dilakukan secara kelompok dengan langkah: (1) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan; (2). Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya; (3). Demikian seterusnya. Giliran bicara dapat dilakukan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan (Lie, 2010: 63).
Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa melalui pembelajaran kooperatif round table ini semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Setiap siswa memiliki peran penting dalam menyumbangkan gagasanya terhadap materi pembelajaran sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, apabila salah satu siswa dalam kelompok belum dapat menyumbangkan gagasanya, maka siswa lain dalam kelompok dapat membantu.
Sebagai bentuk tindakan untuk mengatasi permasalahan meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar IPS, maka pembelajaran kooperatif round table ini pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dalam suatu sikus penelitian, sekaligus sebagai kegiatan pengebangan profesionalisme guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian: Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Pembalajaran Kooperatif Tipe Round Table Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah pembelajaran kooperatif tipe round table dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS di kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe round table di kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Mendeskripsikan hasil belajar IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe round table di kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Hasil Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran (Cece dan Rusyan, 2014: 27). Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Belajar adalah perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan dari tidak tahu menjadi tahu dapat dikatakan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang (Bustalin, 2010:3).
Menurut Tirtonagoro (2011: 43), “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.†Nawawi (2008: 100), prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi tertentu. Menurut Poerwadarminta (2010:70) yang dimaksud prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikebangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.â€
Pembelajaran IPS
Menurut Sardjiyo (2009: 26) IPS merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau berbagai aspek dalam kehidupan. Pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu agar siswa memiliki kemampuan antara lain: mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, mempunyai rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global (Depdiknas, 2006: 575).
“IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah bidang studi yang terdiri dari bagian-bagian ilmu sosial yang dipadukan untuk keperluan pendidikan di sekolah†(Wiryohandoyo dkk. 2008). Tim Penyusun Depdiknas (2003: 1) Pengetahuan Sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table
Rusman (2010:204) mengatakan bahwa strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: adanya peserta didik dalam kelompok, adanya aturan main (role) dalam kelompok, adanya upaya belajar dalam kelompok, dan adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.
Cooperative round table adalah strategi yang digunakan untuk proses belajar dimana siswa akan lebih mudah menentukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan dengan siswa lainnya. Menurut pengertian definisi ini, belajar adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama (Asma, 2006:11).
Cooperative round table mengandung pengertian bekerja sama dengan mencapai tujuan bersama (Solihatin dan Raharja, 2008:4). Dalam kegiatan Cooperative round table siswa secara individu mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin menyatakan bahwa “Cooperative round table dalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam suatu kelompok-kelompok kecil secara kooperatif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang.
Keaktifan Siswa
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2010: 98). Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan dimana siswa aktif dalam belajar. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti saat mendengarkan penjelasan guru, diskusi, membuat laporan pelaksanaan tugas dan sebagainya. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam (Hamalik, 2010: 172).
Kerangka Pemikiran
Pola pembelajaran IPS, yang dilaksanakan di SD, khususnya di kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo, sering dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dengan berorientasi pada buku IPS, sehingga materi pembelajaran yang diterima oleh siswa sangat terbatas. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning) tersebut menimbulkan kejenuhan bagi siswa, dan berdampak buruk bagi siswa, karena siswa semakin tidak menyukai pelajaran IPS, bahkan sebagian siswa merasa stres karena banyaknya materi yang harus di hafal pada pembelajaran IPS. Dalam mengikuti pembelajaran, dan mendengarkan ceramah, siswa kurang fokus dalam belajar, karena merasa jenuh mendengarkan cerita guru. Hal ini berdampak terhadap berperilaku kurang respon terhadap pelajaran, siswa cenderung berperilaku menurut mereka lebih menyenangkan, seperti mengobrol dengan temannya atau juga asik dengan imajinasinya sendiri.
Hasil pengamatan awal yang dilakukan pada awal semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, diketahui sebagian besar siswa tidak aktiv dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar dari 24 (duapuluh empat) siswa yang dapat mencapai ketuntasan minimal sebanyak 11 siswa (45,83%), sedangkan 13 (tigabelas) siswa (54,17%) belum dapat mencapai ketuntasan minimal. Hal ini menjadi permasalahan serius untuk dilakukan tindakan perbaikan.
Salah satu cara untuk memperbaiki keadaaan tersebut adalah melakukan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe round table. Melalui pembelajaran ini semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Setiap siswa memiliki peran penting dalam menyumbangkan gagasanya terhadap materi pembelajaran sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Sehingga melalui pembelajaran ini siswa lebih berperan dalam proses pembelajaran yang tentunya akan lebih mudah memahami meteri pembelajaran.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas, maka dapat ditentukan hipotesis tindakan yaitu: melalui metode pembelajaran kooperatif tipe round table, aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 4 Jono, Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2017/2018 dapat meningkat.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelas V SD Negeri 4 Jono yang beralamat di Dusun Bolu, RT/RW 1/5, Desa Jono, Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 selama 6 (enam) bulan, tepatnya mulai bulan Januari hingga bulan Juni 2018.
Subjek Penelitian
Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa: â€Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi†(Arikunto, 2010: 90). Jadi, sampel dari penelitian ini adalah seluruh objek penelitian (populasi) yakni semua siswa kelas V semester II SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 24 siswa.
Prosedur Kerja
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Menurut Arikunto (2010: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa peneltian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaa atau planning, Tindakan atau acting, Pengamatan atau observing, Refleksi atau reflecting.
Teknik Analisis Data
Data yang dianalisa adalah data hasil observasi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar belajar IPS yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian tindakan. Sebagaimana bentuk penelitian ini, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa tabel dan grafik, yang dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang dapat menggambarkan keadaan secara sistematik.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja penelitian perlu dilakukan, agar setiap tindakan dapat diukur dengan jelas, apakah tindakan yang dilakukan telah berhasil atau belum. Keberhasilan tindakan dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut: Keaktifan siswa, tindakan dianggap berhasil apabila keaktifan siswa dari siklus ke siklus berikutnya mengalami peningkatan dan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran telah melebihi 85% dari seluruh siswa, atau minimal 21 siswa telah menunjukkan keaktifannya. Hasil belajar, tindakan dianggap berhasil apabila rata-rata hasil belajar telah melebihi Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang digunakan pada mata pelajaran IPS Kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, yaitu lebih dari sama dengan 70 (≥ 70). Jumlah siswa yang telah mencapai Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) telah melebihi 95%, atau minimal 23 (dua puluh tiga) siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Prasiklus
Pada kegiatan prasiklus, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran cenderung masih kurang. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang aktif sebanyak 9,75 siswa (40,63%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kurangnya aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pada kegiatan prasiklus ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang monoton. Oleh sebab itu sangat tepat bila diambil tindakan yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang berbeda yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe round table.
Demikian pula dengan menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru hasil belajar siswa cenderung rendah, dari 24 siswa, siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar baru 11 siswa (45,83%), sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar mencapai 13 (54,17%), sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa belum dapat mencapai kreteria ketuntasan belajar, nilai rata-rata kelas sebesar 68,04. dilihat dari keberhasilan kelas, pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan belum berhasil mencapai Nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70.
Siklus I
Setelah dilakukan tindakan berupa pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe round table, terjadi perubahan aktivitas belajar siswa, siswa yang aktif mulai bertambah menjadi 16 siswa (66,67%). Demikian pula ditinjau dari hasil belajar siswa berdasarkan hasil tes, terbukti jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar terbukti meningkat. Dari 24 siswa 18 siswa atau sebesar 75% telah mencapai ketuntasan, sedangkan 6 siswa (25%) belum mencapai ketuntasan belajar.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe round table secara individu aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa dapat meningkat, demikian pula dengan rata-rata kelas telah mengalami peningkatan, walaupun peningkatan tersebut belum dapat memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Siklus II
Setelah dilakukan tindakan ke II, yaitu melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe round table. Hasil penilaian terhadap aktivitas belajar siswa terlihat meningkat, dimana prosentase jumlah siswa sebanyak 21,75 siswa (90,63%). Sedangkan dari segi ketuntasan belajar dan rata rata kelas, jumlah siswa yang tuntas semakin bertambah yaitu meningkat menjadi 24 siswa (100%) dan yang belum tuntas sebanyak 0 siswa (0%). Sedangkan rata-rata kelas mencapai 82,71. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe round table, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar baik secara individu maupun secara kelompok (kelas).
Perbandingan Aktivitas belajar
Perbandingan aktivitas belajar siswa ini bertujuan untuk mengetahui perkemangan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dari prasiklus ke siklus I, siklus I ke siklus II, dan dari siklus II ke siklus III. Berikut perbandingan aktivitas belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, sesudah dilakukan tindakan siklus I, dan setelah dilakukan tindakan siklus II.
Perbandingan aktivitas belajar prasiklus dengan siklus I dapat diketahui bahwa prosentase aktivitas belajar siswa dari prasiklus ke siklus I meningkat sebanyak 26,04%. Peningkatan aktivitas belajar siswa tersebut tidak lepas dari adanya model pembelajaran yang banyak melibatkan siswa, sehingga siswa lebih senang dibandingkan sekedar mendengarkan guru berceramah. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa prosentase jumlah siswa yang aktif belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 23,96%. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator. Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar dari prasiklus ke siklus II dapat diketahui bahwa prosentase jumlah siswa yang aktif meningkat sebanyak 50%. Peningaktan terjadi pada seluruh indikator.
Perbandingan Hasil Belajar
Perkembangan hasil belajar siswa dapat dilihat pada perbandingan ketuntasan belajar dan peningkatan hasil rata-rata kelas. Adapun perbandingan rata-rata hasil belajar IPS dari pra siklus ke siklus I, dapat diketahui bahwa perkembangan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I, siswa yang tuntas meningkat dari 11 siswa menjadi 18 siswa, sedangkan dilihat dari nilai rata-rata kelas dari pra siklus ke siklus I yaitu 68,04 menjadi 75,04 atau meningkat sebesar 7,00. Perbandingan skor hasil belajar IPS dari siklus I ke siklus II, dapat diketahui bahwa perkembangan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, meningkat dari 18 siswa yang tuntas menjadi 24 siswa, sedangkan dilihat dari nilai rata-rata kelas dari kegiatan siklus I ke siklus II yaitu 75,04 menjadi 82,71 atau meningkat sebesar 7,67.
Perbandingan skor hasil belajar IPS dari prasiklus ke siklus II dapat diketahui bahwa perkembangan hasil belajar siswa dari kegiatan prasiklus ke siklus II, terjadi peningkatan yaitu dari 11 siswa yang tuntas menjadi 24 siswa, sedangkan dilihat dari perkembangan nilai rata-rata kelas dari kegiatan prasiklus ke siklus II yaitu 68,04 menjadi 82,71 atau meningkat sebesar 14,67. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran IPS yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe round table dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe round table dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas V SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II tahun pelajaran 2017/2018â€.
Peningkatan aktivitas belajar prasiklus sebesar 40,63%, setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, meningkat menjadi 66,67% (peningkatan sebesar 26,04%). Aktivitas belajar siswa siklus I sebesar 66,67%, pada siklus II meningkat menjadi 90,63% (terjadi peningkatan sebesar 23,96%). Dengan demikian aktivitas belajar sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan sebanyak 2 (dua) kali tindakan terjadi peningkatan aktivitas belajar dari 40,63% menjadi 90,63% atau terjadi peningkatan sebesar 50,00%.
Hasil belajar prasiklus ke siklus I, mengalami peningkatan nilai rata-rata maupun jumlah ketuntasan belajar. Nilai rata-rata prasiklus 68,04 pada siklus I meningkat menjadi 75,04 artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 7,00. Jumlah ketuntasan belajar prasiklus 11 siswa meningkat menjadi 8 siswa, artinya terjadi peningaktan 7 siswa. Nilai rata-rata siklus I sebesar 75,04, pada siklus II meningkat menjadi 82,71, artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 7,67. Jumlah ketuntasan belajar siklus I sebanyak 18 siswa, dan setelah tindakan siklus II meningkat menjadi 24 siswa, artinya terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa. Dengan demikian peningkatan nilai rata-rata prasiklus ke siklus II terjadi peningakatan dari 68,04 menjadi 82,71, atau terjadi peningkatan sebesar 14,67. Jumlah siswa yang tuntas dari prasiklus 11 siswa ke siklus II menjadi 24 siswa atau terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 13 siswa.
Saran-Saran
Untuk Kepala Sekolah
Sebaiknya, kepala sekolah selalu mendorong guru untuk menggunakan pembelajaran yang berpusat pada siswa seperti kooperatif tipe round tabel.
Untuk Guru lain
Sebaiknya pembelajaran kooperatif round table digunakan sebagai alternatif penerapan model pembelajaran yang berpusat pada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan. Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Bustalin, 2010, Prestasi Belajar dalam Pengajaran Remedial pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas II Semester 1 SLTP Negeri 1 Linggang Bingung Kabupaten Kutai Barat. Artikel. http:/artikel.us/html.
Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, 2014, Kemampuan dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari, 2008, Metode Penelitian Bidang Sosial, Jakarta: Gadjah Mada University. Press.
Poerwadarminta, W.J.S, 2010, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers
Sardiman, 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja. GrafindoPersada
Sardjiyo. 2009. Tinjauan Pustaka. Repository.upi.edu/operator/upload/s-pgsd-0802684-chapter2.pdf
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Tirtonagoro, Sutratinah. 2011. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Gramedia.
Wiryohandoyo, Sudarno, dkk. 2008. Pendidikan Ilmu Sosial. IKIP: Unnes Press