UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS IX C MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK

DENGAN MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

DI SMP NEGERI 4 AMPEL SATAP BOYOLALI JAWA TENGAH

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Niken Budianingsih

Guru SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IXC melalui metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali semester genap tahun 2018/2019, yaitu dimulai Januari sampai dengan tanggal Juni 2019 dan terdiri dari 3 siklus masing-masing 2 kali pertemuan dengan subjek penelitian siswa kelas IXC yang berjumlah 22 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS), dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik secara individu maupun kelompok dan hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi siswa kelas IXC SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali. Peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran tercermin dari hasil pengamatan prasiklus rata-rata siswa sebanyak 56,8%, setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode diskusi kelompok meningkat menjadi 76,1%, Setelah dilakukan tindakan siklus II, keaktifan siswa meningkat lagi menjadi 92%. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok prasiklus rata-rata sebanyak 48,5% mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 77,27% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 90,9%. Nilai rata-rata hasil belajar IPS aspek pengetahuan pada kegiatan prasiklus sebesar 70,09 dengan jumlah ketuntasan sebanyak 12 siswa (54,55%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 76,59 dengan jumlah ketuntasan meningkat menjadi 14 siswa (63,64%). Pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 81,23 dan jumlah ketuntasan sebanyak 22 siswa (100,00%).

Kata kunci: diskusi kelompok, keaktifan siswa, hasil belajar IPS

 

PENDAHULUAN                                                  

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan mudah, cepat dan melimpah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Siswa membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama yang efektif untuk dapat memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Cara berfikir seperti ini dapat di kembangkan melalui belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) karena Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa terampil berpikir rasional (Tim Penyusun, 2003:1). Menurut Hudojo (2008: 3), dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa harus melakukannya secara kontinu, tidak terputus-putus. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang diperoleh di jenjang bawah menjadi landasan untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dijenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa itu sendiri.Apabila seseorang berminat dengan sesuatu hal, maka ia akan cenderung memberikan perhatian, rasa senang dan punya keingintahuan terhadap hal yang diminatinya. Jika seseorang semakin berminat dengan pekerjaannya, maka orang itu akan bekerja sebaik mungkin, jadi minat dan penguasaan suatu pokok bahasan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) akan mempengaruhi prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada pokok bahasan berikutnya. Sardiman (2006: 94) juga mengungkapkan bahwa minat merupakan alat motivasi pokok bagi seseorang untuk berusaha termasuk belajar. Jadi bila seseorang siswa merasa tertantang dan memiliki minat yang besar untuk mempelajari pelajaran, maka siswa akan terdorong agar berada pada kondisi yang memungkinkan dirinya untuk dapat menyalurkan minatnya dan berusaha menghilangkan atau mengabaikan faktor yang akan menghalanginya.

Dalam Kurikulum 2013 yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran Abad 21, ketika didalamnya akan terdapat pergeseran dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar yang melampaui batas pendidik dan satuan pendidikan. Kurikulum 2013 menempatkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai penghela mata pelajaran lain dan karenanya harus berada di depan semua mata pelajaran lain, apabila peserta didik tidak menguasai mata pelajaran tertentu harus dipastikan bahwa yang tidak dikuasainya adalah substansi mata pelajaran tersebut.

Sebagai bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, dalam mempelajari IPS, siswa dituntut untuk berpartisipasi aktiv dalam proses pembelajaran, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran IPS guru harus diharuskan menggunakan pendekatan dan metode yang berbasis pada keaktivan siswa yang ditunjang dengan media pembelajaran yang sesuai.

Berdasarkan pengalaman mengajar, pelaksanaan pembelajaran IPS dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan terbukti tidak mendorong siswa untuk dapat belajar secara aktiv dalam belajar secara individu maupun belajar secara kelompok, hasil pengamatan awal yang dilakukan terhadap siswa kelas IX C, SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah semester II Tahun Pelajaran 2018/2019, saat pembelajaran dilaksanakan dengen menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan kelompok, aktivitas siswa secara individu tergolong sangat rendah, hal ini terlihat dari 22 siswa, siswa kurang aktif sebanyak 10 siswa atau 45,5%, siswa yang aktif sebanyak 12 siswa atau 54,5%, dan yang sangat aktif belum ada. Keaktivan siswa saat melaksanakan pembelajaran kelompok dari 22 siswa yang kurang aktif sebanyak 17 siswa atau 77,3%, siswa yang aktif sebanyak 5 siswa atau 22,7% sedangkan siswa yang sangat aktif belum ada. Berdasarkan ulangan harian, dari 22 siswa, siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 12 siswa atau 54,55%, siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa atau 45,45%, nilai rata-rata kelas sebesar 70,09, nilai tertinggi sebesar 80, dan nilai terendah sebesar 58.

Berdasarkan hasil pengamatan tentang aktivitas siswa dan hasil belajar aspek pengetahuan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan dengan metode ceramah, terbukti kurang mendorong siswa untuk belajar lebih aktif, dan hasil belajar aspek pengetahuan tidak maksimal, hal ini disebabkan, siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran, siswa cenderung pasif, sehingga timbul kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPS dengan menerapkan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan kelompok, terbukti kurang efektif.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu adanya tindakan nyata berupa penerapan metode pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran, yaitu metode diskusi kelompok dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Melalui metode pembelajaran diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS), penerimaan siswa terhadap pelajaran diharapkan akan lebih terkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan mantap, juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan setiap materi yang dibahas saat pelajaran sedang berlangsung. metode pembelajaran diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) menunjang interaksi belajar mengajar di kelas sehingga memberi keuntungan bahwa dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) aktivitas siswa akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa penerapan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan menggunakan LKS tersebut merupakan upaya untuk mengatasi permasalahan di kelas. Untuk itu sesuai dengan karakteristik permasalahan dan upaya yang akan dilakukan tersebut, maka tindakan perbaikan aktivitas dan hasil belajar tersebut dikemas dalam desain penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul: “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IXC Melalui Metode Diskusi Kelompok Dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IX C pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 4 ampel Satap Boyolali Jawa Tengah semester II Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi siswa kelas IXC melalui metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolalis semester II Tahun Pelajaran 2018/2019.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Menurut Kurikulum Tahun 2013

Dalam pandangan Kurikulum Tahun 2013, kegiatan pembelajaran adalah suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Kemampuan ini akan diperlukan oleh siswa tersebut untuk kehidupannya dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan kehidupan umat manusia. Karena itu suatu kegiatan pembelajaran seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi siswa agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan (Hamalik, 2009: 89).

Metode Diskusi Kelompok dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Alipandie (2014: 80) “Metode diskusi kelompok adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan pada kelompok siswa untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau memecahkan suatu masalah”. Sedangkan menurut Burton dalam Nasution (2015:148) “diskusi kelompok adalah cara individu mengadakan relasi dan bekerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama-sama”. Relasi artinya setiap individu berpartisipasi secara aktif dan turut bekerjasama memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan cara kerja dalam proses pembelajaran atau merupakan bentuk operasional dari satuan pelajaran. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kerja yang mengandung petunjuk kerja dimana siswa dapat memperoleh tuntutan urutan kerja dan mengisikan hasil kerja didalamnya. Jadi, Lembar Kerja Siswa (LKS) itu adalah lembaran petunjuk bagi siswa untuk melakukan suatu kegiatan dalam proses belajar mengajar serta daftar tugas dan tempat mencatat hasil pengamatan. Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS) bagi guru adalah untuk memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat membantu guru dalam memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa untuk melakukan kegiatan dan dapat menghemat tenaga dan waktu (Trianto, 2011: 111).

Aktivitas Belajar

Menurut Hartono (2011: 5), “aktivitas adalah suatu kesibukan dalam kelas secara terstruktur dan terbimbing oleh guru guna meningkatkan pemahaman murid terhadap pelajaran yang disajikan”. Setiap reaksi yang diberikan dalam proses belajar mengajar mengandung aktivitas, sehingga makin banyak aktivitas yang dilakukan maka dalam kita menguasai segala sesuatu semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh. Hasil belajar tidak akan dapat dikuasai hanya dengan mendengarkan atau membaca saja, tetapi masih diperlukan kegiatan lain seperti membuat rangkuman, mengadakan tanya jawab, diskusi, melakukan percobaan, memecahkan soal, mengambil keputusan, dan sebagainya. Aktivitas belajar dapat terwujud apabila siswa terlibat belajar secara aktif. Yamin (2007: 82) mendefinisikan belajar aktif sebagai usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya.

Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2005: 38) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendiikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Bloom (Purwanto, 2008: 50) yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

Kerangka Berfikir

Aktivitas belajar siswa sangat mempengaruhi kualitas hasil belajar yang dilakukan. Oleh karena itu, guru harus berupaya menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan melatih siswa belajar memahami secara mandiri maupun berkelompok, serta mampu menyelesaikan tugas-tugas. Salah satunya adalah melalui metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sarana belajar siswa berupa lembaran yang berisi perintah dan uraian tugas secara terstruktur yang harus dibaca, dipahami, dan dikerjakan oleh siswa. Lembar Kerja Siswa (LKS) akan lebih efektif dan bermakna jika dikerjakan melalui diskusi kelompok. Diskusi kelompok adalah metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengerjakan tugas atau perintah secara bersama-sama sehingga akan tumbuh sikap kritis, toleran, dan kemampuan bekerjasama secara efektif, serta dapat menumbuhkan sikap patuh terhadap aturan atau tata tertib yang telah disepakati.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IXC pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP Negeri 4 Ampel Satu Atap Boyolali Jawa Tengah semester II Tahun pelajaran 2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan pada kelas IXC di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 6 (Enam) bulan pada semester II tahun 2018/2019, dimulai pada bulan Januari 2019 sampai dengan bulan Juni 2019.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah yang mempunyai akademik bervariasi berjumlah 22 siswa seperti terlampir.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan dalam 2 (dua) siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan. Namun sekiranya setelah dilaksanakan 2 siklus belum dapat mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus 3. Tiap-tiap siklus terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, obervasi, dan refleksi.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu teknik analisis dengan mendeskripsikan perbandingan hasil penilaian antar siklus. Teknik analisis aktivitas individu siswa dalam belajar dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan aktivitas masing-masing siswa saat mengikuti pembelajaran prasiklus dengan siklus I, siklus I dengan siklus II, dan prasiklus dengan siklus II. Teknik analisis kerja kelompok dilakukan dengan membandingkan peningkatan aktivitas siswa dalam kerja kelompok prasiklus dengan siklus I, siklus I dengan siklus II, dan prasiklus dengan siklus II. Teknik analisis hasil belajar dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata skor, skor maksimum, skor minimum, dan jumlah ketuntasan belajar mulai dari prasiklus dengan siklus I, siklus I dengan siklus II, dan prasiklus dengan siklus II.

Indikator Keberhasilan

Penelitian dinyatakan berhasil apabila Sebagian besar siswa minimal 85% telah menunjukkan keaktivan dalam mengikuti pembelajaran dengan kategori aktif dan sangat aktif. Sebagian besar siswa minimal 86% telah menunjukkan keaktivan dalam kerja kelompok dengan kategori aktif dan sangat aktif. Sebagian besar siswa minimal 18 siswa atau 85% dari seluruh telah dapat mencapai ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata kelas minimal melabihi nilai KKM yaitu 75 (≥ 75).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Pada kegiatan prasiklus, aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS cenderung masih sangat kurang. Hasil pengamatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS masih rendah, yaitu rata-rata siswa yang aktif sebanyak 12,5 siswa (56,8%) dan aktivitas kelompok siswa dengan rata-rata siswa yang aktif sebanyak 10,7 siswa (48,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran. Saat dilakukan ulangan harian, siswa yang tuntas baru mencapai 12 siswa (54,55%) dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 22 siswa. Artinya masih ada 10 siswa atau 45,45% siswa yang belum tuntas, sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa masih belum dapat mencapai kreteria ketuntasan belajar, nilai rata-rata kelas sebesar 70,09. Hal ini dapat dikemukakan bahwa pembelajaran dengan metode ceramah tidak mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan belum mampu memberikan pemahaman yang baik kepada siswa.

Siklus I

Setelah dilakukan tindakan perbaikan dengan menerapkan metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) terjadi perubahan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dimana siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran meningkat menjadi 16,75 siswa (76,1%) dan aktivitas kelompok siswa dengan rata-rata siswa sebanyak 17 siswa (77,27%). Demikian pula dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian, terbukti jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat menjadi 14 siswa atau sebesar 63,64% sedangkan siswa yang belum tuntas turun menjadi 8 siswa (36,36%). Hal ini membuktikan bahwa melalui metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS), dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Siklus II

Setelah tindakan dilanjutkan siklus II, yaitu dengan menerapkan metode yang sama seperti siklus I dengan materi yang berbeda, keaktifan siswa semakin meningkat yaitu menjadi 20,25 siswa atau 92% dan aktivitas kelompok siswa dengan rata-rata siswa sebanyak 20 siswa (90,9%). Artinya siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran semakin banyak. Demikian pula dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian yang dilakukan setelah pertemuan pertama dan kedua, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar terbukti meningkat menjadi 22 siswa (100%) dan siswa yang tidak tuntas menjadi 0, sedangkan rata-rata kelas meningkat menjadi 81,23. Hal ini membuktikan bahwa melalui pembelajaran metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan keaktifan siswa dalam belajar.

Perbandingan Hasil pengamatan Keaktifan siswa dalam belajar

Perbandingan aktivitas belajar siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 76,1% (peningkatan sebesar 19,3% dari 56,8% pada prasiklus). Perbandingan aktivitas belajar kelompok siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, aktivitas kelompok siswa meningkat menjadi 77,3% (peningkatan sebesar 28,8% dari 48,5% pada prasiklus).

Perbandingan aktivitas belajar siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 92% (peningkatan sebesar 15,9% dari 76,1% pada siklus I). Perbandingan aktivitas kelompok siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas kelompok siswa meningkat menjadi 90,9% (peningkatan sebesar 13,6% dari 77,3% pada siklus I). Peningkatan terjadi hampir pada setiap indikator.

Perbandingan aktivitas belajar siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 92% (peningkatan sebesar 35,2% dari 56,8% pada siklus I). Perbandingan aktivitas kelompok siswa dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas kelompok siswa meningkat menjadi 90,9% (peningkatan sebesar 42,4% dari 48,5% pada prasiklus).

Perbandingan Hasil Belajar IPS

Perbandingan hasil belajar IPS dari pra siklus ke siklus I dapat diketahui bahwa melalui metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 70,09 menjadi 76,59, meningkatnya nilai tertinggi dari 80,00 menjadi 84, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 12 siswa menjadi 14 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 10 siswa menjadi 8 siswa.

Perbandingan hasil belajar IPS dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode diskusi kelompok siklus II dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 76,59 menjadi 81,23, meningkatnya nilai tertinggi dari 84 menjadi 86, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 14 siswa menjadi 22 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 8 siswa menjadi tidak ada.

Perbandingan hasil belajar IPS dari prasiklus ke siklus II dapat dapat diketahui bahwa pembalajaran IPS yang dilaksanakan dengan menerapkan metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lemar Kerja Siswa (LKS), mampu meningkatkan hasil belajar siswa dari kegiatan prasiklus ke siklus II dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 70,09 menjadi 81,23, meningkatnya nilai tertinggi dari 80,00 menjadi 86,00, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 12 siswa menjadi 22 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 22 siswa menjadi tidak ada.

 

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS), dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran baik secara individu maupun kelompok dan hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi siswa kelas IXC SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali semester II Tahun Pelajaran 2018/2019. Peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran tercermin dari hasil pengamatan prasiklus rata-rata siswa sebanyak 56,8%, setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode diskusi kelompok meningkat menjadi 76,1%, dengan demikian setelelah dilakukan tindakan perbaikan siklus I keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat sebesar 19,3%. Setelah dilakukan tindakan siklus II, keaktifan siswa meningkat lagi menjadi 92% (peningkatan sebanyak 15,9%). Dengan demikian setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II, keaktifan siswa secara keseluruhan meningkat sebesar 35,2%. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok prasiklus rata-rata sebanyak 48,5% mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 77,27% (peningkatan sebanyak 28,8%) dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 90,9% (peningkatan 13,6%).

Nilai rata-rata hasil belajar IPS aspek pengetahuan bagi siswa kelas IXC di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali pada kegiatan prasiklus sebesar 70,09 dengan jumlah ketuntasan sebanyak 12 siswa (54,55%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 76,59 dengan jumlah ketuntasan meningkat menjadi 14 siswa (63,64%) dengan demikian setelah dilakukan tindakan siklus I, terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 6,5. Pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 81,23 dan jumlah ketuntasan sebanyak 22 siswa (100,00%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan ”penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX C pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas IXC di SMP Negeri 4 Ampel Satap Boyolali Jawa Tengah Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019” terbukti benar.

Saran-Saran

Untuk Kepala Sekolah

Sebaiknya kepala sekolah merekomendasikan metode pembelajaran diskusi kelompok agar dapat diterapkan pada fokus pembelajaran selain IPS.

Untuk Guru lain

Sebaiknya dalam melaksanakan pembelajaran guru menggunakan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, selain itu sebaiknya guru berani mencoba untuk menerapkan model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning).

DAFTAR PUSTAKA

Alipandie, I., 2014, Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, O., 2009, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Hartono, J., 2011, Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Hudojo, H. 2008. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Proyek. Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan

Nasution, 2015, Dikdaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, N., 2008, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Rosda Karya.

Sardiman2006, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N., 2004, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru

Trianto, 2011, Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi Dan Implementasinya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press