UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MATERI BIDANG DATAR MELALUI MODEL

PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VII E

SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Muh. Fakhrudin Suryana

Guru SMP Negeri 3 Teras Boyolali

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan optimalisasi penguasaan materi bidang datar melalui model problem based learning dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Subjek dan sumber data penelitian sebanyak 35 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan tes, sedangkan alat pengumpulan data menggunakan butir soal. Analisis data menggunakan analisis kritis dan komparatif. Indikator keberhasilan menggunakan ketuntasan belajar minimal (KBM) sebesar 75 dan target ketuntasan kelas 100%. Prosedur penelitian menggunakan siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemajuan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika, pada prasiklus rata-rata sebesar 66 dan siklus I rata-rata sebesar 76 serta siklus II rata-rata sebesar 88. Dari data ini, tampak jelas bahwa terjadi kenaikan rata-rata nilai dari prasius ke siklus I sebesar 10 digit (15%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 12 digit (16%), dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 22 digit (33%). Nilai tertinggi prestasi belajar pada prasiklus sebesar 78, siklus I sebesar 86, dan siklus III sebesar 94. Terjadi kenaikan nilai tertinggi dari prasiklus ke siklus I sebesar 8 digit (10%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 8 digit (9%), dan dari pasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 16 digit (21%). Nilai terendah dari prasiklus sebesar 60, siklus I sebesar 68, dan siklus II sebesar 84. Terjadi kenaikan nilai terendah dari prasiklus ke siklus I sebesar 8 digit (13%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 16 digit (24%), dan dari pasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 24 digit (40%). Persentase ketuntasan belajar diperoleh pada prasiklus sebesar 20% dan pada siklus I sebesar 69% serta siklus II sebesar 100%. Dari prasiklus ke siklus I terjadi kenaikan ketuntasan kelas sebesar 49%, dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 51%, dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 80%. Dengan demikian, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dari prasiklus hingga siklus II terjadi kenaikan yang signifikan.

Kata kunci: problem based learning, bangun datar, prestasi belajar.

 

PENDAHULUAN

Salah satu aktivitas dasar bagi manusia adalah memecahkan suatu masalah, khususnya terkait dengan belajar dan pembelajaran di sekolah. Berdasarkan kenyataan, sebagian besar kehidupan manusia selalu berhubungan dengan masalah–masalah, dan kita perlu mencari penyelesaian dari masalah–masalah tersebut. Jika kita gagal menyelesaikan suatu masalah dengan suatu cara tertentu, maka kita perlu mencoba memecahkannya dengan cara lain, termasuk dalam dunia pendidikan sekolah, komunikasi guru dan siswa saling tergantung melalui pembelajaran inovatif seperti pembelajaran berbasis masalah atau yang disebut dengan problem based learning yang dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah secara mandiri.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu metode pembelajaran untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir memecahkan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbabagi peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dan pengalaman nyata atau stimulus, dan menjadi pelajar (siswa) yang otonom dan mandiri (Ibrahim, 2010:5). Pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih inkuiri (banyak menemukan dan mampu menyelesaikan masalah), memandirikan dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Abbas, 2010:12).

Guru memiliki peran yang dominan apabila pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan konvensional, suasana kelas menjadi tanggung jawab guru sepenuhnya, seperti selama kegiatan diskusi hingga selesai guru harus memimpin atau menguasai kelas dan memandu siswa secara keseluruhan, siswa minim sekali diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat, bertanya, dan mempresentasikan unjuk kerjanya di hadapan kelas, dalam arti siswa memiliki ketergantungan yang tinggi dari gurunya, sehingga berdampak kurang berkembangnya pada pemahaman konsep, penalaran, dan pemecahan masalah pada diri siswa, guru hanya serius menyampaikan bahan-bahan pembelajaran, menghadirkan suasana belajar yang kurang hidup, kurang onovatif, kurang krreatif, bahkan suasana kelas kurang menyenangkan dan siswa pasif.

Pelaksanaan pembelajaran inovatif, aktif, inovatif, kresatif, dan menyenangkan, guru menyampaikan bahan-bahan pembelajaran secara hirarkhis, yaitu setahap demi setahap, satu kalimat demi satu kalimat, satu rumus demi satu rumus sampai menyusun kesimpulan (resume), dituliskan dan dijelaskan oleh guru dengan mantap dan dinamis. Siswa dapat memahami konsep guru melalui informasi yang komunikaitf, siswa mampu menyerap bagian mana yang ditekankan penting oleh guru dan bagian mana yang hanya berupa penjelasan pendukung saja. Pertemuan antara guru dengan siswa dan antarsiswa yang berbeda kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor secara langsung maupun tidak langsung akan membentuk perilaku dan pengalaman yang baru, menghasilkan perubahan yang lebih baik dari hasil pembelajaran tersebut.

Pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu model pembelajaran yang bersifat inovatif, implementasinya perlu diperhatikan secara lebih seksama, dapat diketahui bahwa suatu proses pembelajaran tersebut tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotor yang memiliki sejumlah manfaat lain yang juga penting dalam membentuk perubahan perilaku baru bagi siswa, misalnya responsif (cepat tanggap), penalaran, dan kemampuan memecahkan masalah lebih baik.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan dengan pendekatan konvensional, terfokus pada aspek pengetahuan, belum diimbangi dengan aspek afektif dan psikomotor. Akibatnya, keterampilan berpikir kritis, sikap, dan keterampilan di kalangan siswa tidak dapat bertumbuh kembang sesuai dengan harapan. Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis, sikap cepat tanggap dan terbuka, serta keterampilan dalam memanipulasi gerak motorik. Ennis (dalam Costa, 2010:22), menyebutkan ada lima aspek berpikir kritis, yaitu a) memberi penjelasan dasar (klarifikasi), b) membangun keterampilan dasar, c) menyimpulkan, d) memberi penjelasan lanjut, dan e) mengatur strategi dan taktik (Sudria, 2008:12).

Adnyana (2008:1), berpendapat ada enam variabel kemampuan berpikir kritis yang perlu dicermati pada siswa, yaitu 1) kemampuan merumuskan masalah, 2) kemampuan memberikan argumentasi, 3) kemampuan melakukan deduksi, 4) kemampuan melakukan induksi, 5) kemampuan melakukan evaluasi, dan 6) kemampuan memutuskan dan melaksanakan. Sedangkan Beyer menyebutkan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan untuk 1) menentukan kredibilitas suatu sumber, 2) membedakan antara yang relevan dan tidak relevan, 3) membedakan fakta dari penilaian, 4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, 5) mengidentifikasi bisa yang ada, 6) mengidentifikasi sudut pandang, dan 7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan (Hassoubah, 2007:92). Berdasarkan kajian tersebut, berpikir kritis adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang berpotensi meningkatkan daya analitis kritis siswa dan memperkuat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan mempelajari matematika. Kesulitan belajar ini berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap minat dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Akibatnya, guru mengalami banyak kesulitan untuk memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan minat dan motivasi siswa untuk mempelajari ilmu matematika rendah yang berakibat kepada rendahnya kualitas proses dan hasil belajar siswa (Adnyana, 2008:8).

Hasil ulangan harian materi bangun datar di SMP Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali semester genap tahun pelajaran 2018/2019 menunjukkan bahwa kelas VII A nilai rata-rata 7,25 < KKM 75 dengan keterangan tidak tercapai, kelas VII B nilai rata-rata 7,18 <KKM 75 dengan keterangan tidak tercapai, VII C nilai rata-rata 7,20 <KKM 75 dengan keterangan tidak tercapai, VII D nilai rata-rata 7,11 <KKM 75 dengan keterangan tidak tercapai, VII E nilai rata-rata 6,41 <KKM 75 dengan keterangan tidak tercapai, VII F nilai rata-rata 6,93 <KKM 75 dengan keterangan tidak tercapai.

Perlunya dilaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas VII E SMP Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali semester genap tahun pelajaran 2018/2019, karena nilai atau prestasi belajar matematika paling rendah jika dibandingkan dengan kelas VII lainnya, pembelajaran materi bidang datar memerlukan perhatian yang lebih serius, terutama melalui model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

Uraian di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Bidang Datar melalui Model problem based learning pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 3 Teras Boyolali Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui model problem based learning dapat meningkatkan prestasi belajar materi bidang datar pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali semester genap tahun pelajaran 2018/2019?

 

Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang hendak dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah ingin mendeskripsikan tentang kebermaknaan model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar materi bidang datar pada siswa VII E SMP Negeri 3 Teras Boyolali semester genap tahun pelajaran 2018/2019, sedangkan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah melalui model problem based learning dapat meningkatkan prestasi belajar materi bidang datar melalui pada siswa VII E SMP Negeri 3 Teras Boyolali semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Kita dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diobservasi (Robbins, 2007: 69). Secara umum pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2008:24).

Problem based learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya (Suchaini, 2008:1). Selanjutnya, Nurhadi (2010:56) bahwa pengajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu model pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dalam hal ini, inti problem based learning adalah menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Ciri Pembelajaran Problem Based Learning

Ciri problem based learning menurut Arends (Abbas, 2008: 13) masalah yang diajukan harus memenuhi kriteria. a) Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. b) Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. c) Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. d) Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. e) Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah. 2) Keterkaitannya dengan berbagai disiplin ilmu Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu. 3) Penyelidikan yang Autentik Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir. 4) Menghasilkan dan memamerkan karya/hasil Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. 5) Kolaborasi Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar siswa.

Tinjauan tentang Belajar

Belajar adalah proses yang dapat melukiskan atau mengubah suatu kegiatan positif melalui jalan latihan atau belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan (Nasution, 2010: 38). Cronbach – Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman (Sardiman, 2010: 50). Jadi, belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian pada adanya pola sambutan baru, yang dapat berupa pengertian (Sardiman, 2010: 51).

Belajar adalah proses yang diarahkan untuk mencapai tujuan, proses perbuatan melalui berbagai pengalaman. Menurut Winkel (Darsono, 2008:4) mengemukakan, bahwa belajar adalah suatu mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam perubahan pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Menurut Hamalik (2007:45), belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dari perilaku termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi yang lengkap.

Kerangka Berpikir

Guru adalah pendidik profesional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017, perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Guru profesional memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1), memiliki sertifikat pendidik, menguasai kompetensi, sehat jasmani dan rohani, memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik, meningkatkan kemampuan inovasinya dengan model-model pembelajaran, khususnya problem based learning.

Melalui problem based learning, diharapkan dapat meningkatkan perhatian, motivasi, dan kreativitas serta penguasaan materi ajar oleh siswa, yang diharapkan siswa akan mampu meningkatkan dalam pemecahan masalah lebih jelas dan efektif, sehingga mendukung penguasaan materi dan prestasi belajar siswa lebih baik. Berdasarkan tujuannya untuk meningkatkan kemampuan siswa mempelajari matematika dan meminimalkan anggapan-anggapan negatif terhadap matematika dengan melihat karakteristik yang dimungkinkan dapat diujicobakan juga di sekolah.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah dan permasalahan atau perumusan masalah dapat diajukan hipotesis tindakan, yaitu: melalui model problem based learning dapat meningkatkan prestasi belajar materi bidang datar pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

 

 

 

 

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Teras Boyolali semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian tindakan kelas ini berlangsung selama tiga bulan, dimulai sejak tanggal 2 Februari sampai dengan 31 Maret 2019.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa VII E SMP Negeri 3 Teras Boyolali sebanyak 35 siwa.

Validitas Data

Apabila menunjukkan bukti nyata ada peningkatan atau perubahan perilaku (afektif), kognitif, dan psikomotor yang lebih baik dalam pembelajaran, maka data yang digunakan adalah valid atau memiliki validitas yang tinggi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, jadi tidak perlu menggunakan analisis statistik untuk menguji validitas data.

Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kritis dan analisis komparatif. Teknik analisis kritis yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup kegiatan mengungkap kelemahan kelebihan siswa dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria. Hasil analisis kritis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Berkaitan dengan kemampuan siswa, analisis kritis mencakup hasil menyelesaikan tes mata pelajaran matematika sesuai permasalahan yang diteliti yaitu bidang datar. Teknik komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memadukan data penelitian deskripsi awal (prasiklus), siklus pertama dan kedua. Hasil komparasi tersebut untuk mengetahui keberhasilan maupun kekurangberhasilan dalam setiap siklusnya.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja ditetapkan sebagai pijakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian belajar siswa. Indikator adalah harapan atau batas nilai akhir yang diharapkan setelah perlakuan pembelajaran mengoptimalkan pembelajaran berbasis masalah. Indikator penilaian adalah harapan atau batas nilai akhir yang diharapkan selama dan setelah perlakuan pembelajaran model problem based learning. Upaya menerapkan pembelajaran berbasis masalah akan memberikan perubahan dan peningkatan partisipasi aktif siswa mulai dari prasiklus ke siklus I, dan diakhiri dari siklus I ke siklus II bila sudah optimal atau ada peningkatan partisipasi aktif. Intinya ada peningkatan hasil belajar siswa lebih baik sesuai ketuntasan belajar minimal (KBM) sebesar 75 (tujuhpuluh lima) dan ketuntasan kelas 100%.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengoptimalkan prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus melalui problem based learning. Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi tercapainya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai.

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Observasi Guru dalam Pembelajaran

Hasil penelitian mulai dari prasiklus hingga siklus II, diketahui aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran mengalami kemajuan, pada prasiklus sebesar 50%, siklus I sebesar 71,4% dan siklus II sebesar 97,1%. Dari data ini menunjukkan bahwa ada kemajuan aktivitas guru dari prasiklus ke siklus I sebesar 21,4%, kemudian dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 25,7% serta dari prasiklus ke siklus II sebesar 47,1%. Dengan demikian, hasil obervasi guru dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Observasi Guru dalam Persiapan Kelas untuk Pembelajaran

Hasil pengumpulan data mulai dari prasiklus hingga siklus II diketahui bahwa dalam mempersiapkan kelas, pada prasiklus sebesar 56%, siklus I sebesar 80% dan siklus II sebesar 94%. Dari data ini menunjukkan bahwa ada kemajuan persiapan kelas dari prasiklus ke siklus I sebesar 24%, kemudian dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 14% serta dari prasiklus ke siklus II sebesar 38%. Dengan demikian, hasil obervasi guru dalam mempersiapkan kelas untuk pembelajaran menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Motivasi Belajar Siswa

Hasil pengumpulan data yang dimulai dari prasiklus hingga siklus II diketahui adanya kemajuan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika, pada prasiklus rata-rata sebesar 65 dan siklus I rata-rata sebesar 75 serta siklus II sebesar 90. Dari data ini, tampak jelas bahwa terjadi kenaikan dari prasiklus ke siklus I sebesar 10 digit (15%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 15 digit (20%), dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 25 digit (38%).

Data nilai tertinggi dari prasiklus sebesar 80, siklus I sebesar 86 serta siklus II sebesar 96, maka dapat diketahui bahwa dari prasiklus ke siklus I terjadi kenaikan 6 digit (8%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 10 digit (12%), dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 16 digit (20%). Nilai terendah pada prasiklus sebesar 52 dan pada siklus I sebesar 68 serta pada siklus II sebesar 82 maka dapat ditegaskan bahwa terjadi kenaikan dari prasiklus ke siklus I sebesar 16 digit (31%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 14 digit (21%), dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 30 digit (58%).

Persentase ketercapaian motivasi belajar pada prasiklus sebesar 23% dan siklus I sebesar 43% serta siklus II sebesar 100%. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa terjadi kenaikan optimalisasi motivasi belajar siswa dari prasiklus ke siklus I sebesar 20% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 57% serta dari siklus I ke siklus II sebesar 77%. Dengan demikian, motivasi siswa dalam pembelajaran matematika dari prasiklus hingga siklus II terjadi kenaikan yang signifikan dan sudah optimal.

Prestasi Belajar Siswa

Hasil pengumpulan data tentang prstasi belajar mulai dari prasiklus hingga siklus II dapat dapat diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan (prasiklus) sebesar 66 dan siklus I rata-rata sebesar 76 serta siklus II rata-rata sebesar 88. Dari data ini, tampak jelas bahwa terjadi kenaikan rata-rata nilai dari prasius ke siklus I sebesar 10 digit (15%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 12 digit (16%), dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 22 digit (33%). Data nilai tertinggi prestasi belajar pada prasiklus sebesar 78, siklus I sebesar 86, dan siklus III sebesar 94. Terjadi kenaikan nilai tertinggi dari prasiklus ke siklus I sebesar 8 digit (10%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 8 digit (9%), dan dari pasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 16 digit (21%).

Nilai terendah dari prasiklus sebesar 60, siklus I sebesar 68, dan siklus II sebesar 84. Terjadi kenaikan nilai terendah dari prasiklus ke siklus I sebesar 8 digit (13%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 16 digit (24%), dan dari pasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 24 digit (40%). Persentase ketuntasan belajar diperoleh pada prasiklus sebesar 20% dan pada siklus I sebesar 69% serta siklus II sebesar 100%. Dari prasiklus ke siklus I terjadi kenaikan ketuntasan kelas sebesar 49%, dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 51%, dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 80%. Dengan demikian, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dari prasiklus hingga siklus II terjadi kenaikan yang signifikan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Bidang Datar melalui Model Problem based learning pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 3 Teras Boyolali Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019, dapat disimpulkan bahwa kemajuan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika, pada prasiklus rata-rata sebesar 66 dan siklus I rata-rata sebesar 76 serta siklus II rata-rata sebesar 88. Dari data ini, tampak jelas bahwa terjadi kenaikan rata-rata nilai dari prasius ke siklus I sebesar 10 digit (15%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 12 digit (16%), dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 22 digit (33%).

Nilai tertinggi prestasi belajar pada prasiklus sebesar 78, siklus I sebesar 86, dan siklus III sebesar 94. Terjadi kenaikan nilai tertinggi dari prasiklus ke siklus I sebesar 8 digit (10%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 8 digit (9%), dan dari pasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 16 digit (21%). Data nilai terendah dari prasiklus sebesar 60, siklus I sebesar 68, dan siklus II sebesar 84. Terjadi kenaikan nilai terendah dari prasiklus ke siklus I sebesar 8 digit (13%), dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 16 digit (24%), dan dari pasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 24 digit (40%). Persentase ketuntasan belajar diperoleh pada prasiklus sebesar 20% dan pada siklus I sebesar 69% serta siklus II sebesar 100%. Dari prasiklus ke siklus I terjadi kenaikan ketuntasan kelas sebesar 49%, dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 51%, dan dari prasiklus ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 80%. Dengan demikian, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dari prasiklus hingga siklus II terjadi kenaikan yang signifikan, dengan demikian melalui model problem based learning dapat meningkatkan prestasi belajar materi bidang datar dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Teras Kabupaten Boyolali semester genap tahun pelajaran 2018/2019, dengan kata lain model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, keterampilan, dan berpikir kritis siswa serta prestasi belajar matematika.

 

 

Saran-saran

Bagi Guru

Guru perlu menerapkan berbasis masalah, mengingat dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru. Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pembelajaran yang dilaksanakan guru saat ini kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan siswa baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang aktif, kritis, kreatif, objektif, dinamis, dan menyenangkan sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta memperhatikan ketuntasan belajar minimal (KBM) secara individual maupun klasikal.

Bagi Siswa

Hendaknya siswa selalu mempersiapkan diri belajar mandiri di rumah sebelum pembelajaran berlangsung di sekolah, aktif dan kreatif memperhatikan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang perlu ditanyakan pada guru, atau berdiskusi dengan teman sekelas, yang diharapkan hal ini dapat meningkatkan pemahaman konsep materi ajar yang dipelajari, juga perlu didukung dengan berlatih mengerjakan soal-soal secara rutin dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Nurhayati. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem-Based Instruction. Program Studi Pendidikan Matematika Program pascasarjana. UNESA.

Arnyana. 2008. Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. http://www.puskur.or.id/ data/2008/B. Pelayanan Profesional/04.KBM yang efektif.pdf. Diakses tanggal 26 Januari 2014.

Costa. A 2010. Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Alexandria Virginia.

Darsono, Max, 2008. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

Hamalik, Oemar. 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hassoubah, Zaleha Izhab. 2007. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi dan Latihan. Terjemahan Bambang Suryadi. Developing Creative & Critical Thinking Skills: A Handbook for Students. 2002. Bandung: Nuansa

Ibrahim M. Dan M. Nur, 2010, Pembelajaran Berdasar Masalah, Surabaya: UNESA University Press

Nasution S., 2012. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: P.T. C.V. Bina Aksara.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Robbins SP dan Judge, 2007, Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat

Sardiman, 2010. Psikologi Belajar. Yogjakarta: Andi Offdset.

Suchaini, 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah. http:// suchaini.wordpress.com PBL.htm. Diakses tanggal 26 Januari 2014.