Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Model Pembelajaran Numbered Head Together
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 2 SLAWI
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Arum Sintowati
SMP Negeri 2 Slawi Kabupaten Tegal
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika yang ditandai dengan belum tercapainya ketuntasan belajar klasikal sebagaimana analisis tes kompetensi siswa pada kondisi awal diketahui besarnya siswa yang tuntas belajar baru mencapai 12 siswa atau 43,8%, padahal kriteria ketuntasan belajar klasikal 71%. Upaya peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kompetensi segiempat dan segitiga melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam 2 siklus penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi segiempat dan segitiga melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), siswa mengalami peningkatan sebagaimana analisis nilai tes kompetensi diketahui pada kondisi awal persentase ketuntasan 43,8%, pada siklus I sebesar 53,1%, dan pada siklus II mencapai 78,18%.
Kata Kunci: kooperatif, Numbered Head Together, hasil belajar
PENDAHULUAN
Keberhasilan dari suatu kegiatan sangat ditentukan oleh perencanaannya. Apabila perencanaan suatu kegiatan dirancang dengan baik, maka kegiatan akan lebih mudah dilaksanakan, terarah serta terkendali. Perencanaan pembelajaran berperan sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan efisien dan efektif. Dengan perkataan lain perencanaan pembelajaran berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan memberi kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikannya dengan respon siswa dalam proses pembelajaran sesungguhnya.
Untuk pelaksanaan pendidikan dan segala kegiatan pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Belajar matematika harus menekankan pada pembelajaran pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah biasa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi atau kerja kelompok karena pada saat itulah berlangsung kerjasama sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Dengan demikian tugas guru adalah membangkitkan semangat belajar siswa dan meningkatkan partisipasi mereka dengan cara menciptakan suasana belajar yang dinamis, harmonis, menarik dan menciptakan komunikasi dua arah. Guru harus bertindak sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan, bukan untuk memindahkan pengetahuan.
Model pembelajaran matematika yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri didalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT), yaitu membelajarkan kepada siswa ketrampilan dan kerja sama dan berkolaborasi.
Berdasar hasil pengamatan dalam pembelajaran matematika SMP Negeri 2 Slawi kelas VII C pada hasil ulangan harian sebagian siswa masih rendah, kemampuan siswa dalam menguasai materi belum memuaskan, terbukti dari observasi dan hasil evaluasi yang diperoleh yaitu baru 14 siswa (43,8%) siswa yang tuntas, dan 18 siswa (56,2%)belumtuntas, dengan nilai rata-rata 60,3. Hal ini menunjukan tingkat kemampuan siswa masih dibawah KKM (70), salah satu penyebabnya adalah penggunaaan model pembelajaran yang belum tepat.Oleh sebab itu, model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together merupakan model yang dijadikan alternatif pembelajaran yang memiliki konsep memberdayakan siswa untuk aktif dalam belajar.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran kooperatif. Siswa belajar dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. Setelah guru menjelaskan materi kemudian guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan, kemudian kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan dan mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja mereka. Dengan jawaban tersebut teman dari kelompok lain memberi tanggapan. Terakhir guru menyimpulkan jawaban dari siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimanakah dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran Matematika materi Segiempat dan Segitiga dapat meningkatkan aktivitas siswa di SMP Negeri 2 Slawi kelas VII C Semester Genap TahunPelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakahdengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran Matematika materi Segiempat dan Segitiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri 2 Slawi kelas VII C Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020?
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika materi Segiempat dan Segitiga dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VII CSMP Negeri 2 Slawi Kelas VII C Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Meningkatkan hasil belajar matematika materi Segiempat dan Segitiga dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VII CSMP Negeri 2 Slawi Kelas VII C Semester Genap TahunPelajaran 2019/2020.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Belajar
Di dalam proses belajar matematika, terjadi juga proses berpikir, sebab seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental (Hudojo, 2002: 5).
Apabila membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnnya, namun demikian mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Menurut Winkel (1996: 53) belajar adalah “suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan”.
Dengan demikian dapat disimpulkan Belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju pribadi manusia seutuhnya.
Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar siswa adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental (Sardiman, 2005: 96). Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar yang optimal. Dalam aktivitas belajar ini siswa haruslah aktif mendominasi dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Dengan kata lain dalam beraktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang dijumpai di sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran secara konvensional.
Menurut Nasution (2008: 89), aktivitas belajar adalah aktivitas yang besifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang siswa akan berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka siswa tidak berfikir. Oleh karena itu agar siswa aktif berfikir maka siswa harus di beri kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas.
Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,2006: 26).
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dipahami siswa. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar”. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Arikunto Suharsimi, 2009: 24).
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Pada model pembelajaran sekarang ini telah memiliki banyak jenisnya, sehingga bagi para pendidik profesional sudah sewajarnya menerapkan berbagai model pembelajaran inovatif yang tepat untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dinilai efektif adalah model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan sebuah metode yang dikembangkan oleh tokoh ternama yaitu Spencer Kagan.
Model Pembelajaran Numbered Head Together merupakan nama sebuah model pembelajaran yang cukup unik. Keunikan dapat kita jumpai dari segi nama, selain itu keunikan tersebut juga nampak dalam pelaksanaan di kelas. Siswa menggunakan sebuah nomor yang sudah dipersiapkan guru, nomor tersebut biasanya dibentuk menyerupai topi yang melingkar di kepala bertuliskan angka.
Sesuai dengan keunikannya maka Numbered Head Togetherini model pembelajaran yang penampilannya menggunakan nomor di kepala. Numbered Head Together dengan bertitik pada pengembangan kemampuan siswa dalam hal menganalisis dan menarik sebuah kesimpulan melalui sebuah pertukaran ide dan mendengarkan pendapat orang lain.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dapat dilakukan dengan melaksanakan 6 langkah utama. Adapun 6 langkah tersebut sebagai berikut: (1) Guru membagi siswa dalam sebuah kelompok kecil yang beranggotakan sekitar 4 siswa. Kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan heterogen. (2) Guru memastikan setiap siswa memiliki buku pegangan tentang tema atau materi yang akan dibahas, sehingga dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. (3) Guru memberikan pemahaman awal tentang materi dan setelah selesai guru memberikan tugas, dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Setelah selesai mengerjakan kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. (4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil maju untuk mengerjakan soal jawabannya dari hasil kerjasama mereka. (5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dan kelompoknya untuk membahas tentang materi yang dipelajari Guru memberi tanggapan atas jawaban dari siswa yang telah menyampaikan hasil kerjanya. Jika sudah selesai guru dapat menunjuk nomor berikutnya. (6) Ketika seluruh siswa telah diberi kesempatan untuk beragumen, maka sebagai penutup guru akan memberikan kesimpulan tentang materi yang dibahas.
Materi Segiempat dan Segitiga
Jenis bangun datar segiempat yang akan dipelajari antara lain: pesergi, pesergi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium. Segitiga: segitiga sembarang, segitiga sama kaki, segitiga sama sisi dan segitiga siku-siku.
Kerangka Berpikir
Sebelum tindakan penelitian guru hanya mengajar dengan v=cara konvensional dan tidak menarik bagi siswa, sehingga siswa tidak aktif dan hasil belajar matematika masih rendah.
Kemudian guru menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Tindakan yang dilakukan pada siklus I pada model pembelajaran Numbered Head Together adalah siswa berkelompok dengan anggota kelompok 4–5 siswa yang dipilih secara acak oleh siswa sendiri, dan masing-masing mendapat nomer urut yang dipasang di kepala. Pada siklus II, peneliti mengubah jumlah anggota kelompok menjadi 3–4 siswa, siswa diberi nomer kepala dan mengerjakan soal-soal latihan. Dengan model pembelajatan Numbered Head Together diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
METODE PENELITIAN
Objek Tindakan
Objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar matematika materiSegiempat dan Segitiga pada kelas VII C SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Slawi Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 8 Dukuh Salam Slawi pada kelas VII C Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020. Jumlah siswa kelas VII C seluruhnya ada 32 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 6 bulan, dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2020 yaitu Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.
Metode Pengumpulan Data
Observasi
Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas dan kendala-kendala apa yang dialami siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Observasi juga digunakan rekan sejawat peneliti selama proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini diperoleh deskripsi yang menggambarkan sejumlah kegiatan dalam pembelajaran seperti interaksi yang tinggi terjadi antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan guru serta mengatasi kendala-kendala yang ada selama proses pembelajaran berlangsung.
Tes
Tes untuk mengukur sejauh hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Tes kemampuan awal berisikan soal-soal yang berkaitan dengan menentukan keliling dan luas pada pokok bahasan Segiempat dan Segitiga pada siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020. Tes yang diberikan disusun dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 10 soal, alasan memilih tes pilihan ganda dapat mengetahui penguasaan materi siswa yang dilihat dari setiap jumlah penyelesaian benar dan soal lebih bervariatif, sehingga guru dapat menilai kemampuan siswa lebih objektif.
Dokumentasi
Dokumen pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan data tambahan serta informasi lainnya yang mendukung baik dalam bentuk tulisan maupun yang ditargetkan. Data dokumen foto diambil pada saat kegiatan belajar mengajar siklus I dan siklus II berlangsung.
Sumber Data
Data yang digunakan yaitu data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari subyek penelitian, sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa materi Segiempat dan Segitiga. Data sekunder merupakan data yang diperoleh sebagai pendukung untuk kelengkapan data penelitian, data yang diambil bersumber selain dari subyek penelitian yaitu berupa data yang berasal dari pengamatan oleh peneliti maupun teman sejawat.
Analisis Data
Data Aktivitas Siswa
Hasil observasi terhadap siswa dalam model Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kemudian dianalisis untuk diketahui jumlah skor perolehan semua indikator observasi dan dipresentasikan.
Data Hasil Belajar Siswa
Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah data hasil belajar materi Segiempat dan Segitiga. Hasil belajar yang diukur dengan instrumen tes kemudian dianalisis untuk diketahui jumlah nilai masing-masing siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal. Analisis data tersebut selanjutnya dibuat perbandingan hasil antar siklus, perbandingan dengan menggunakan tabel dan grafik serta dideskripsikan secara kualitatif.
Cara Pengambilan Keputusan
Pengambilan simpulan penelitian ini ditetapkan peneliti dengan menentukan indikator capaian sebagai berikut: (1) Indikator capaian pada ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Matematika sebesar 70 atau (KKM = 70) sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai sama atau di atas 75%. (2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran ditetapkan indikator capaiannya adalah jika aktivitas siswa dalam pembelajaran telah mencapai lebih dari 75% dengan kriteria sangat aktif.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang merupakan perbaikan pembelajaran berdasarkan permasalahan yang dijumpai di kelas. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahapan yang meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada saat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode satu arah sehingga monoton seperti ceramah, ternyata kurang menarik dan anak tidak aktif belajar dalam mengikuti kegiatan di kelas oleh sebab itu dalam kegiatan penelitian ini ada alternatif pemecahan masalah. Untuk mengatasi itu semua guru melakukan perubahan dalam kegiatan pembelajarannya dengan menggunakan model pembelajaran yang tidak biasa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
Pada kondisi awal tersebut diperoleh data observasi keaktifan siswa sebagai berikut: (1) Semangat mengikuti pembelajaran matematika: 16 siswa (50%/kriteria kurang) (2) Aktif berdiskusi dengan teman kelompok: 10 siswa (31,3%/kriteria kurang) (3) Memberikan jawaban ke kelompok lain: 8 siswa (25%/kriteria kurang (4) Menangggapi pertanyaan kelompok lain: 12 siswa (37,5%/kriteria kurang) (5) Bekerja sama menyelesaikan target: 20 siswa (62,7%/kriteria cukup). Rata-rata 41,3% dengan kriteria kurang.
Keaktifan siswa yang rendah menyebabkan hasil belajar juga rendah seperti berikut ini: nilai rata-rata 60,3. Nilai tertinggi 90, nilai terendah 29, tuntas belajar 14 siswa (43,8%) dan belum tuntas 18 siswa (56,2%).
Deskripsi Siklus I
Pada siklus ini, pembelajaran materi matematika dilakukan pada standar kompetensi dengan kompetensi dasar “Segiempat dan Segitiga” dengan materi segiempat. Pembelajaran siklus ini dilakukan 3 kali pertemuan tatap muka yaitu tanggal 5, 6, dan 8 Februari 2020.
Pada Siklus I diperoleh data observasi keaktifan siswa sebagai berikut: (1) Semangat mengikuti pembelajaran matematika: 24 siswa (75%/kriteria cukup) (2) Aktif berdiskusi dengan teman kelompok: 18 siswa (56,3%/kriteria cukup) (3) Memberikan jawaban ke kelompok lain: 17 siswa (53,1%/kriteria cukup (4) Menangggapi pertanyaan kelompok lain: 19 siswa (54,9%/kriteria cukup) (5) Bekerja sama menyelesaikan target: 22 siswa (68,8%/kriteria cukup). Rata-rata 62,52% dengan kriteria cukup.
Keaktifan siswa yang meningkat menyebabkan hasil belajar juga meningkat seperti berikut ini: nilai rata-rata 66,56. Nilai tertinggi 90, nilai terendah 30, tuntas belajar 17 siswa (53,1%) dan belum tuntas 15 siswa (46,9%).
Dari hasil keaktifan dan hasil belajar matematika materi segiempat dan segitiga pada siklus I sudah ada peningkatan tapi belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga diadakan perbaikan siklus II.
Deskripsi Siklus II
Pada pembelajaran siklus II membahas materi segitiga. Pembelajaran siklus II dilakukan 3 kali pertemuan tatap muka yaitu tanggal 26, 27, dan 29 Februari 2020. Pada Siklus II diperoleh data observasi keaktifan siswa sebagai berikut: (1) Semangat mengikuti pembelajaran matematika: 27 siswa (84,38%/kriteria tinggi) (2) Aktif berdiskusi dengan teman kelompok: 25 siswa (78,13%/kriteria tinggi) (3) Memberikan jawaban ke kelompok lain: 26 siswa (81,25%/kriteria tinggi (4) Menangggapi pertanyaan kelompok lain: 25 siswa (78,13%/kriteria tinggi) (5) Bekerja sama menyelesaikan target: 25 siswa (78,13%/kriteria tinggi). Rata-rata 80,63% dengan kriteria tinggi.
Keaktifan siswa yang meningkat menyebabkan hasil belajar juga meningkat seperti berikut ini: nilai rata-rata 76,86. Nilai tertinggi 100, nilai terendah 40, tuntas belajar 25 siswa (78,13%) dan belum tuntas 7 siswa (21,87%).
Dari hasil keaktifan dan hasil belajar matematika materi segiempat dan segitiga pada siklus II sudah ada peningkatan yang maksimal dan memenuhi indikator keberhasilan sehingga tidak perlu diadakan perbaikan siklus berikutnya.
Pembahasan
Dalam pembelajaran aktivitas siswa yang diobservasi menggunakan lembar observasi. Aktivitas siswa dalam model Numbered Head Together (NHT) mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitian tindakan ini. Pada indikator berdiskusi dengan teman kelompok juga mengalami peningkatan, dimana pada kondisi awal hanya 10 orang siswa atau 31,3% pada siklus I ada 18 siswa atau 56,3% dan siklus II sebanyak 25 siswa atau 78,13%.Pada indikator memberikan jawaban ke kelompok lain juga mengalami peningkatan, dimana pada kondisi awal 8 siswa atau 25% pada siklus I mengalami peningkatan sebanyak 17 siswa atau 53,1% dan siklus II sebanyak 26 siswa atau 81,25%. Pada indikator menanggapi pertanyaan kelompok lain juga mengalami peningkatan, dimana pada kondisi awal 12 siswa atau 37,5% pada siklus I ada 19 siswa atau 59,4% dan siklus II 25 siswa atau 78,13%. Pada indikator bekerjsama menyelesaikan tugas juga mengalami peningkatan dimana pada kondisi awal 20 siswa atau 62,7%. Pada siklus I sebanyak 22 siswa atau 68,8% dan siklus II 26 siswa atau 81,25%.
Peningkatan hasil belajar yang diperoleh dapat dijelaskan berikut ini: siklus I nilai tertinggi diperoleh siswa 90 dan pada siklus II nilai yang diperoleh 100, secara klasikal siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal adalah 14 siswa atau 13.82% pada siklus I ada 17 siswa 53.1% dan siklus II ada 25 siswa atau 78.13% sehingga bisa dikatakan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus mengalami peningkatan dan memenuhi indikator keberhasilan.
PENUTUP
Simpulan
- Aktivitas siswa pada pembelajaran matematika materi segiempat dan segitiga dengan peningkatan dari siklus I dan siklus II dari 62,50% menjadi 80,63%. Selamaproses kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) siswa lebih aktif dan bekerja sama dengan kelompoknya.
- Hasil belajar siswa pada pembelajaran juga mengalami peningkatan, hal ini dilihat dari rata-rata siklus I 66,56% dan pada siklus II rata-rata meningkat menjadi 76,86%. Ketuntasanbelajar dari siklus I ke siklus II naik 9,28%. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terbukti meningkatkan hasil belajar siswa. siswa menggunakan waktu yang tersedia selama pembelajaran dengan belajar aktif berdiskusi dengan teman, mengemukakan jawaban dan bertanggung jawab.
Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan simpulan hasilpenelitian sebagai berikut:
- Seorang guru sebaiknya mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun instrumen pembelajaran dan menerapkan pendekatan atau model pembelajaran sekolah sebab dengan referensi model dan pendekatan dapat memvariasikan kegiatan belajar mengajar yang dapat menarik siswa tumbuh giat belajar, salah satunya pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT)
- Seorang guru dalam menggunakan model pembelajaran sebaiknya bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa. guru juga harus mengetahui bagaimana mengatasi kendala setiap materi ayang akan disajikan. Selain metode pembelajaran yang bervariatif, model pembelajaran juga diperhatikan sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Hudojo,H. 2002.Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Belajar Matematika, Jurusan Matematika FMIPA. Universitas Malang.
Nasution S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sardiman.2005.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sudjana.2006.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.
W.S.Winkel.1996.Psikologi Pengajaran.Yogyakarta: Media Abadi.