MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

DALAM MEMBACA PETA LINGKUNGAN SETEMPAT

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA SISWA KELAS 4 SEMESTER I SDN 2 TEMENGENG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Sumindar

SDN 2 Temengeng

ABSTRAK

Pada pembelajaran IPS banyak sekali siswa yang kurang minat terhadap pelajaran tersebut. Apalagi kalau metode yang digunakan hanya ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga. Ketika guru memberikan satu soal dan meminta salah satu siswa mengerjakan di papan tulis hanya 9 siswa dari 24 siswa yang berani mengajungkan tangan. Dampak yang ditimbulkan dari penerapan Model pembelajaran CTL selama dua siklus terhadap pencapaian hasil belajar siswa sangat nampak jelas pada Pra Siklus, siklus 1 dan siklus 2. Pada pra siklus, 15 siswa memperoleh nilai diatas 70 atau lebih dan ketuntasan mencapai 53%. Jadi masih ada 47% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sekolah. Pada siklus 1, siswa yang memperoleh nilai diatas 70 mencapai 17 siswa dari 24 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai mencapai 63% yang artinya jadi masih ada 37% siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM . Pada siklus 2, siswa yang memperoleh nilai diatas 70 mencapai 22 siswa dari 24 siswa yang ada. Ini berarti prosentase ketuntasan meningkat menjadi 89% sedangkan yang 2 anak atau 11% belum mencapai nilai sesuai dengan KKM.

Kata Kunci: Peta Lingkungan Setempat, IPS, CTL


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan hal tersebut, penulis berusaha memberikan model pembelajaran yang mampu mengangkat gairah siswa dalam mengikuti pelajaran dengan materi “Peta lingkungan setempat”. Dalam peneli-tian tindakan kelas ini peneliti akan menggunakan model Contextual Teaching Learning (CTL) sebagai upaya untuk me-ningkatkan hasil belajar dan meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV semester I di SDN 2 Temengeng. Alasannya menggunakan model CTL adalah pada dasarnya CTL menitikberatkan untuk mengetahui makna dan bukan hanya sekedar hafalan, melainkan menghubungkan sisi “mengapa” dari kenyataan konkret dalam proses mengajar memberi motivasi penting yang diperlukan untuk belajar.

Pada pembelajaran IPS banyak sekali siswa yang kurang minat terhadap pelajaran tersebut. Apalagi kalau metode yang digunakan hanya ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga. Ketika guru memberikan satu soal dan meminta salah satu siswa mengerjakan di papan tulis hanya 9 siswa dari 24 siswa yang berani mengajungkan tangan.

Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi ternyata hanya 9 siswa dari 24 siswa atau 37% yang mencapai tingkat ketuntasan. Sehingga banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 70.

1. Indetifikasi Masalah

a. Siswa kurang memberikan respon atas pertanyaan guru dan tidak mengajukan pertanyaan jika ada kesulitan.

b. Sebagian besar siswa kurang mempunyai motivasi belajar.

c. Proses pembelajaran belum terjadi secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

d. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak menggunakan alat peraga secara optimal.

e. Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi.

f. Rendahnya kemampuan siswa me-nyerap materi pelajaran yang disajikan guru disebabkan karena proses belajar kurang menarik minat dan perhatian siswa.

2. Analisis Masalah

Berdasakan identifikasi masalah tersebut diatas, maka dapat dianalisis penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

Dalam menyampaikan materi pela-jaran guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dan penggunaan media gambar kurang maksimal.

3. Pemecahan Masalah

Guru mengajak siswa untuk lebih merespon pembelajaran yang se-dang diajarkan oleh guru.

Memotivasi belajar siswa supaya hasil belajar lebih baik

Menggunakan alat peraga secara tepat, sehingga dapat terwujud sistem pembelajaran yang tepat dan terarah

Rumusan Masalah

1. Apakah melalui penerapan metode Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS dalam membaca peta lingkungan setempat pada siswa kelas IV Semester I SDN 2 Temengeng Tahun Pelajaran 2014/ 2015?

2. Apakah setelah diterapkan metode Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan hasil IPS materi membaca peta lingkungan setempat pada siswa kelas IV Semester I SDN 2 Te-mengeng Tahun Pelajaran 20153/ 2015?

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembela-jaran

1. Meningkatkan hasil belajar IPS materi membaca peta lingkungan setempat siswa kelas IV Semester I SDN 2 Temengeng melalui model pembelajaran Contextual.

2. Mendiskripsikan kendala yang muncul pada penerapan model pembelajaran Contextual dalam meningkatkan hasil belajar IPS dengan materi membaca lingkungan setempat.

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembe-lajaran

1. Bagi Guru

a. Dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi

b. Dapat membantu guru untuk mem-perbaiki pembelajaran dan mening-katkan mutu pendidikan di kelas-nya.

c. Membantu guru berkembang seca-ra profesional, meningkatkan rasa percaya diri dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.

d. Dapat memperbarui sistem belajar siswa sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan.

2. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa

b. Dapat mengurangi rasa jenuh ter-hadap pembelajraan IPS sehingga dapat menyenangkan dan menarik perhatian siswa.

3. Bagi Sekolah

a. Dapat meningkatkan prestasi seko-lah, sehingga mendapat keperca-yaan dari masyarakat.

b. Dapat meningkatkan mutu pendi-dikan di SD pada umumnya.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

1. Metode Pembelajaran Contextual Teaching Learning

Menurut Seels and Richey (1994: 32) metode pembelajaran adalah spesifika-si untuk menyeleksi dan mengurutkan peristiwa atau langkah-langkah dalam se-buah pembelajaran. Snelbecker (1982:115) mengemukakan metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan suatu proses pembe-lajaran dengan memahami perbedaan ka-rakteristik dan kemampuan siswa, sehingga diharapkan guru dapat membantu kesulitan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, artinya guru harus mampu memahami bahwa di antara siswa terdapat perbedaan-perbedaan karakteris-tik. Hal itu karena siswa berasal dari kondisi ekonomi dan kemampuan orang tua yang berbeda, sehingga dalam meng-ikuti proses pembelajaran terdapat perbedaan pula.

Dengan memahami perbedaan ka-rakteristik siswa, dalam proses pembe-lajaran, oleh guru dapat menentukan dan memilih metode pembelajaran yang sesuai, guru dapat memberikan suatu perlakuan, dan penilaian, serta keputusan yang tepat kepada siswa, sehingga siswa merasa dirinya dihargai dan diperhatikan dalam proses pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi dalam mencapai tujuan. Dalam menyajikan materi pembelajaran guru perlu menentukan dan memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.

Menurut Muhibbin Syah (1995:190) metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik metode pembelajaran maka semakin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode pembelajaran disebut baik, diperlukan ketentuan yang bersumber dari beberapa faktor. Adapun faktor utama yang menentukan adalah tujuan, juga faktor murid, faktor situasi, dan faktor ikut menentukan efektif tidaknya suatu metode pembelajaran.

Menurut Wasty Soemanto (1998: 102) metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan komunikasi dengan sis-wa pada saat berlangsungnya pembelajar-an. Oleh karena itu, peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk mencipta-kan proses pembelajaran. Dengan metode pembelajaran diharapkan terciptalah inter-aksi edukatif. Dalam interaksi ini guru harus dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

Contextual Teaching and Learning (CTL) atau metode kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemu-kan materi yang dipelajari dan menghu-bungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2006:109).

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, menekan-kan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks metode kontekstual tidak mengha-rapkan agar siswa hanya menerima pela-jaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, metode kontekstual men-dorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi dapat menemukan hubung-an antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasi-kan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, metode kontekstual men-dorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya metode kontek-stual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari-nya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks metode kon-tekstual bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidup-an nyata.

Kerangka Berfikir

Siswa kelas IV SD masih tergolong anak dalam masa berpola pikir kongkret dan holistik sehingga dalam belajar ia perlu menghadapi sesuatu yang nyata dan dapat dimanipulasi secara langsung.

Di sisi lain mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial adalah mata pelajaran yang mengandung konsep-konsep yang bersifat kongkrit. Guru dituntut kreativitas untuk menciptakan proses pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dengan pengamatan langsung tidak hanya sekedar hafalan. Serta guru dapat memilih cara dan metode yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang menghasilkan nilai pembelajaran IPS masih di bawah harapan guru, dan berdasrkan identifikasi masalah, rumusan tujuan dan manfaat penelitian di atas maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II. Perbaikan pembelajaran menggunakan alat peraga benda langsung diharapkan untuk menarik perhatian siswa sehingga dapat menghasilkan nilai pembelajaran yang meningkat.

Penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan mengharapkan berbagai problem atau permasalahan dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar pada mata Pelajaran IPS.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIK-AN PEMBELAJARAN

Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

1. Subyek Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu ”Meningkatkan Hasil Belajar IPS Dalam Membaca Peta Lingkungan setempat melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning pada Siswa Kelas 4 Semester I SDN 2 Temengeng Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 24 anak.

2. Tempat Penelitian

Berkaitan pembelajaran IPS untuk kelas IV Semester I yang di laksanakan SDN 2 Temengeng Kecamatan Sambong Kabupaten Blora. Penelitian dilakukan di sekolah ini karena penulis adalah sebagai kepala sekolah di sekolah tersebut

3. Karakter Peserta Didik

Peserta didik dengan jumlah siswa 24 anak, putra 8 anak dan putri 16 anak, dengan karakteristik tingkat kepandaian relatif sama, sikap atau perkembangan jiwa mereka wajar-wajar saja, tidak ada yang memiliki keistimewaan atau keluarbiasaan.

4. Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu 19 September 2014 s.d. 3 Oktober 2014. Adapun pembagian waktu penelitian dapat diperinci seperti pada tabel I.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Pra Siklus

Tabel 1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Formatif Pra Siklus Mata Pelajaran IPS

Nilai

Frekuensi

Prosentase

35-44

1

5%

45-54

2

5%

55-64

7

38%

65-74

5

26%

75-84

8

21%

85-94

1

5%

95-100

0

0%

Siklus I

Tabel: 2 Rekapitulasi Nilai Ulangan Formatif Silkus I Mata Pelajaran IPS

Nilai

Frekuensi

Prosentase

35-44

0

0%

45-54

3

13%

55-64

4

17%

65-74

6

25%

75-84

7

29%

85-94

4

17%

95-100

0

0%

Siklus II

Tabel: 3 Rekapitulasi Nilai Test Formatif Siklus II Mata Pelajaran IPS

Nilai

Frekuensi

Prosentase

35-44

0

0%

45-54

0

0%

55-64

2

8%

65-74

2

8%

75-84

9

38%

85-94

6

25%

95-100

5

21%

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Diskusi kelompok mampu mengaktif-kan semua siswa sehingga proses pembelajaran berlangsung hidup.

2. Penggunaan alat bantu/alat peraga yang sesuai dengan materi pembela-jaran secara maksimal akan mening-katkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

3. Untuk menguatkan pemahaman dan hasil belajar siswa, siswa diberi tes pengayaan yang berupa pekerjaan rumah.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai bentuk tindak lanjut, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru:

1. Untuk melayani kemampuan daya tangkap siswa yang agak lambat, guru membiasakan diri bersikap sabar dan tidak terburu-buru.

2. Dalam mengelola kegiatan diskusi kelompok, guru harus memantau setiap kelompok dan mendorong siswa yang kurang aktif ikut berpartisipasi.

3. Guru harus bisa memilih dan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pengajaran secara maksimal.

Selain peningkatan profesional guru, kita harus sering bertukar pikiran secara objektif dengan teman sejawat atau sekolah, bahkan sampai ke kegiatan KKG dan KKKS tentang strategi metode yang berhubungan dengan keberhasilan dan proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Kosasih Djahiri. 1978/1979.101. SBM (Strategi Belajar Mengajar). Gagne: (Mengelompokkan Hasil Belajar dalam 5 Kategori)

Nanik Supartini. (2005). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Metode Problem Solving pada Pembelajaran Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di SD. Universitas Terbuka Semarang,.

Ruseffendi (1991:124). Pengajaran IPS Modern Untuk Orang Tua Murid Guru dan SPG. Bandung: Tarsito.

Roestiyah, N.K. 2001-SBM (Strategi Belajar Mengajar). Jakarta: Rineka Cipta.

Whiterington dalam buku Educational Psychology