Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI KONDUKTOR
DAN ISOLATOR PANAS MELALUI METODE DEMONSTRASI
BAGI SISWA KELAS VI SDN KALISARI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Muryani
SDN Kalisari Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas bagi siswa kelas VI SDN Kalisari Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui penerapan metode demonstrasi. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Kalisari tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 15 siswa. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan sebagai metode pokok adalah observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus ketuntasan belajar siswa adalah 53,33% dan rata-rata nilai ulangan siswa 64,00. Pada siklus I ketutasan belajar meningkat menjadi 66,67% dan rata-rata nilai ulangan harian siswa 70,67. Pada pembelajaran siklus II hasil belajar siswa kembali meningkat. Ketuntasan belajar siklus II mencapai 86,67% dan rata-rata nilai ulangan hariannya 77,33. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan dengan penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SDN Kalisari Kecamatan Randublatung Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kata kunci : hasil belajar, pembelajaran IPA, konduktor dan isolator, metode demonstrasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Nash 1993 (dalam Samatowa, 2006: 2) dalam bukunya The Nature of sciences, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perpektif yang baru tentang objek yang diamatinya.
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris, yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkutpaut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (dalam Samatowa, 2006: 2).
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Samatowa, 2006: 2) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
Berdasarkan data hasil ulangan di kelas VI SDN Kalisari Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora yang berjumlah 15 siswa, hanya 8 siswa (53,33%) yang mencapai nilai KKM yang ditentukan, dan terdapat 7 siswa (46,67%) yang belum tuntas. Hasil belajar siswa yang kurang memuaskan tersebut dikarenakan dalam pembelajaran guru belum menerapkan metode yang sesuai dengan materi pelajaran. Pada pembelajaran IPA, metode belajar yang digunakan harus membuat siswa tidak hanya sekedar menghafalkan konsep, tetapi siswa harus melakukan pembuktian suatu konsep. Metode yang sangat tepat untuk membuat siswa membuktikan konsep yang dipelajari adalah metode demonstrasi.
Dengan demikian metode yang cocok untuk digunakan yaitu metode demonstrasi karena metode demonstrasi tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja, metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SDN Kalisari Tahun Pelajaran 2016/2017?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian tindakan kelas ini adalah: Meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SDN Kalisari Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui penerapan metode demonstrasi.
Manfaat Penelitian
Dengan dilakukan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan pembelajaran khususnya pelajaran IPA, antara lain:
1. Manfaat bagi siswa, dapat lebih meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa juga meningkat
2. Manfaat bagi guru, dapat mengetahui menyelesaikan masalah pembelajaran di dalam kelas terutama masalah rendahnya hasil belajar siswa.
3. Manfaat bagi sekolah, dapat memperbaiki pembelajaran khususnya pembelajara IPA sehingga kualitas pembelajaran di sekolah meningkat.
KAJIAN TEORI
Pengertian Hasil Belajar
Menurut W. Gulo (2008:40) hasil belajar pada hakikatnya merupakan refleksi dari tujuan yang hendak dicapai dari belajar itu sendiri, sebab tujuan itulah yang menggambarkan ke mana arah pembelajaran akan dibawa.
Menurut Nana Sudjana (2008:28), hasil belajar adalah segala perubahan yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan latihan, meliputi pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, kebiasaannya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, daya pikir, dan aspek lain yang ada pada individu.
Berdasarkan penjelasan para ahli dapat dikemukakan bahwa, hasil belajar merupakan proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan latihan dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi: pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, kebiasaannya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, daya pikir, dan aspek lain yang ada pada individu, yang merupakan refleksi dari tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Oemar Hamalik (2006:30). Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Dalam menganalisis hasil belajar siswa adalah unsur yang cukup sulit, sangatlah jarang siswa yang sama hasilnya dalam belajar. Mungkin metode pelajaran yang di berikan guru sama pada semua siswa namun perbedaannya terletak pada kemampuan tiap siswa dalam memahami setiap pelajaran serta kemampuan dalam belajar.
Menurut Slameto (2003:54-71) hasil belajar yang dicapai peserta didik secara menyeluruh dipengaruhi dua faktor utama, yakni faktor dalam diri peserta didik itu sendiri (faktor intern), dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik (faktor ekstern).
Pembelajaran IPA di SD
Menurut Syaiful Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 12) menyatakan bahwa mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni. Proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung hanya dalam satu arah, melainkan dari berbagai arah (multiarah) sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dari berbagai sumber belajar yang ada.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat berpikir serta bertindak secara ilmiah. Adapun IPA untuk anak Sekolah Dasar dalam Usman Samatowa (2006: 12) didefinisikan oleh Paolo dan Marten yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah “cara penyajian pelajaran dengan meragakan dan mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung†(Zain 2006:90).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.
Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya: proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211), mengemukakan tujuan penggunaan metode demonstrasi sebagai berikut: 1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau dikuasai peserta didik; 2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik; 3) Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para peserta didik secara bersama-sama.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211), kelebihan metode demonstrasi adalah: 1) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya; 2) Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama; 3) Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek; 4) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya; 5) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak; 6) Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
Masih menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211), kekurangan metode demonstrasi adalah: 1) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol; 2) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama; 3) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik; 4) Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas; 5) Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum; 6) Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya; 7) Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan kesabaran.
Kerangka Berpikir
Pada awal pembelajaran siswa belum mampu menguasai materi konduktor dan isolator panas, terbukti dengan hasil evaluasi belajar rendah, nilai ketuntasan belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Hasil belajar yang rendah dikarenakan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran rendah. Penggunaan metode demonstrasi diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa karena dalam metode demonstrasi siswa dihadapkan pada pembuktian suatu konsep materi pelajaran. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang onduktor dan isolator panas juga akan meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SDN Kalisari tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Seting dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kalisari Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2016/2017 semester I selama 4 bulan mulai bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2016. Subyek dalam penelitian ini siswa kelas VI SDN Kalisari Kecamatan Randublatung dengan jumlah siswa 15 dengan rincian 6 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini ada dua teknik pengumpulan data yaitu teknik tes dan teknik nontes. Data hasil belajar pada siklus I dan siklus II yang dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis. Agar datanya valid perlu divalidasi isinya dengan cara menyusun kisi-kisi sebelum membuat butir soal.
Prosedur Penelitian dan Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah kriteria yang ditentukan untuk menentukan keberhasilan penelitian. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila motivasi belajar siswa tinggi pada kondisi akhir dan minimal 80% jumlah siswa mampu tuntas dalam pembelajaran dengan acuan mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pra Siklus
Data hasil belajar pra siklus diambil pada saat pembelajaran pra siklus. Dalam pembelajaran pra siklus guru belum menerapkan metode demonstrasi. Motivasi belajar siswa pada pembelajaran pra siklus rendah. Siswa tampak pasif dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa sibuk dengan kesibukannya sendiri-sendiri. Hanya beberapa siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru. Dari situasi ini berdampak pada hasil belajar siswa pada saat dilakukan ulangan harian. Jumlah siswa yang mendapat nilai 40 adalah 1 anak, nilai 50 adalah 3 anak, nilai 60 adalah 3 anak, nilai 70 adalah 5 anak, dan nilai 80 adalah 3 anak. Dengan KKM 70, siswa yang tuntas belajar adalah 8 anak atau 53,33%. Rata-rata nilai ulangan siswa pada pembelajaran pra siklus adalah 64,00.
Hasil Siklus I
Pelaksanaan siklus I sesuai jadwal yang direncanakan yaitu pada bulan Agustus 2016. Dalam pembelajaran siklus I guru menerapkan metode demonstrasi. Motivasi belajar siswa pada pembelajaran siklus I sudah mulai meningkat. Hanya tinggal beberapa siswa yang sibuk dengan kesibukannya sendiri. Sebagian besar siswa sudah terlibat aktif dalam pembelajaran.
Peningkatan motivasi belajar siswa berdampak pada hasil ulangan harian siswa. Jumlah siswa yang mendapat nilai 50 adalah 1 anak, nilai 60 adalah 4 anak, nilai 70 adalah 5 anak, nilai 80 adalah 3 anak, dan nilai 90 adalah 2 anak. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I adalah 10 anak atau 66,67%. Masih terdapat 5 siswa (33,33%) yang belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan siswa pada pembelajaran siklus I adalah 70,67.
Hasil Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada bulan September 2016. Seperti pada siklus I, guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Pada pembelajaran siklus II semangat belajar siswa sangat tinggi. Motivasi belajar siswa sangat tinggi. Semua siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa senang.
Pada akhir siklus II dilakukan ulangan harian. Hasil ulangan harian pada siklus I adalah: jumlah siswa yang mendapat nilai 60 adalah 2 anak, nilai 70 adalah 5 anak, nilai 80 adalah 4 anak, nilai 90 adalah 3 anak, dan nilai 100 adalah 1 anak. Siswa yang tuntas belajar pada siklus II adalah 13 anak atau 86,67%. Masih ada 2 siswa (13,33%) yang belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan siswa pada pembelajaran siklus II adalah 77,33.
Pembahasan
Metode demonstrasi terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SDN Kalisari tahun pelajaran 2016/2017. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Hasil Belajar Siswa
Uraian |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Rata-Rata Nilai Ulhar |
64,00 |
70,67 |
77,33 |
Tuntas Belajar |
8 (53,33%) |
10 (66,67%) |
13 (86,67%) |
Tidak Tuntas Belajar |
7 (46,67%) |
5 (33,33%) |
2 (13,33%) |
Nilai Terendah |
40 |
50 |
60 |
Nilai Tertinggi |
80 |
90 |
100 |
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian yang dikumpulkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas pada siswa kelas VI SDN Kalisari tahun pelajaran 2016/2017 dari kondisi awal 53,33% siswa tuntas belajar menjadi 86,67% siswa tuntas belajar pada kondisi akhir.
Saran
Untuk perbaikan dimasa yang akan datang, peneliti memberikan saran, dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi konduktor dan isolator panas pada pembelajaran IPA di SD, diharapkan guru dapat menerapkan metode demonstrasi, karena melalui metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA di SD akan membantu siswa dalam memahami materi dengan teknik penyajian pembelajaran yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful. 2006. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Darmojo, Hendro., Jenny R.E Kaligis. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta:Depdikbud.
Djamarah, Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Gulo,W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo
Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana