PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR

MATA PELAJARAN PKn MATERI PERUMUSAN PANCASILA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

PADA SISWA KELAS VI SDN BEJIREJO TAHUN 2015/2016

 

Sumartono

Kepala SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan prestasi belajar PKn materi perumusan Pancasila melalui model pembelajaran Mind Mapping pada siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan di SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 19 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis data diskriptif kualitatif pada data kualitatif dan teknik analisis statistik diskriptif pada data kuantitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran PKn materi perumusan Pancasila. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang meningkat dari kategori “rendah” pada pra siklus menjadi “sedang” pada siklus I dan meningkat lagi menjadi “tinggi” pada siklus II. Prestasi belajar siswa juga meningkat. Prestasi belajar siswa pada pra siklus, dari 19 siswa kelas VI hanya 8 siswa (42,11%) yang tuntas belajar dan rata-rata nilai ulangan hariannya adalah 61,05 menjadi 12 siswa (63,16%) tuntas belajar dan rata-rata nilai ulangan hariannya 68,95 pada siklus I. Pada siklus II kembali meningkat menjadi 16 siswa (84,21%) tuntas belajar dan nilai rata-rata ulangan hariannya 76,84.

Kata kunci :   aktivitas belajar, prestasi belajar, pembelajaran PKn, model pembelajaran Mind Mapping

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diberikan sejak SD sampai SLTA. Dengan PKn seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami karakter dan budaya bangsa serta menjadikan warga negara yang siap bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan jati diri bangsa. Melalui PKn setiap warga negara dapat mawas diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini yang memberi dampak positif dan negatif. PKn juga bermanfaat untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Sementara ini yang menjadi komponen utama keberhasilan dalam belajar adalah guru. Asumsi kebanyakan orang tentang prestasi akan baik dan kurang baik tersorot hanya kepada guru. Padahal keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak hal. Guna mengantisipasi asumsi tersebut, sebagai guru harus menyikapi dengan tepat. Karakter materi pelajaran harus dipahami benar agar kita memberikan materi baru dapat diterima dengan cepat. Metode yang tepat diharapkan membantu siswa dalam penerimaan dan pemahaman terhadap materi pelajaran yang diterimanya.

Terkait dengan keberhasilan dalam belajar pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Walaupun guru telah menggunakan berbagai metode, namun hasilnya masih mengecewakan. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode dan model yang kurang menarik perhatian siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan hasil evaluasi pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora diperoleh data sebagai berikut: (1) kegiatan pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru sehingga siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan; (2) metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menitik beratkan pada penanaman informasi/konsep-konsep yang dipelajari diberitahukan atau disajikan dengan ceramah saja; (3) dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa merasa kurang mendapatkan pengarahan dan bimbingan dalam belajar mandiri. Gambaran kegiatan belajar mengajar ini akhirnya menjadikan siswa pasif. Aktivitas belajar siswa rendah karena peran terbesar dalam kegiatan pembelajaran terletak pada guru. Siswa hanya dijadikan obyek pembelajaran.

Dari proses belajar seperti di atas akhirnya berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Jumlah siswa kelas VI SDN Bejirejo tahun pelajaran 2015/2016 adalah 19 siswa. Setelah dilakukan ulangan harian pada materi perumusan Pancasila, hanya 8 siswa yang mampu mencapai nilai KKM yang ditentukan. Jika dihitung, tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 42,11%. nilai rata-rata ulangan harian yang dicapai adalah 61,05.

Dari hasil analisis hasil pembelajaran awal, baik itu tentang aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa, perlu dilakukan langkah perbaikan. Guru merencanakan untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Model pembelajaran yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi perumusan Pancasila adalah model pembelajaran Mind Mapping. Model pembelajaran ini dipilih karena model ini merangsang siswa untuk lebih aktif menuangkan ide dan gagasan yang diketahuinya tentang suatu materi pelajaran.

Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah pembelajaran di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.   Bagaimana penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016?

2.   Bagaimana penggunaan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016?

 

Tujuan Penelitian

            Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas VI SDN Bejirejo. Lebih khusus tujuan penelitian ini adalah:

1.   Meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Mind Mapping.

2.   Meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Mind Mapping.

Manfaat Penelitian

1.     Bagi Siswa

Dapat memperluas proses berpikir dan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas serta aktivitas belajar siswa, sehingga siswa dapat berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2.     Bagi Guru

Bermanfaat untuk perbaikan dan mengembangkan kemampuan, serta merencanakan penggunaan model pembelajaran Mind Mapping sebagai salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan.

3.     Bagi Sekolah

Meningkatkan kwalitas pembelajaran di sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa sehingga akan mampu bersaing di jenjang pendidikan di atasnya.

KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.

Mind mapping disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain. Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%. Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.

Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu: a) Model pembelajaran ini cepat; b) Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda; c) Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain; d) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Model pembelajaran Mind Mapping juga mempunyai kekurangan. Kekurangan model pembelajaran mind mappingadalah: a) Hanya siswa yang aktif yang terlibat; b) Tidak sepenuhnya siswa yang belajar; c) Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.

Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model pembelajaran untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.

Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.

Aktivitas Belajar

Sardiman (2011:100) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Usman (2006) mengatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas jasmaniah dan rohaniah, yang meliputi aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas gerak dan aktivitas menulis. Silberman (2007) mengemukakan bahwa paham belajar aktif memberikan gambaran tingkatan aktivitas belajar terhadap penguasaan materi yang dikuasainya yaitu: (1) apa yang saya dengar saya lupa; (2) apa yang saya lihat saya ingat sedikit; (3) apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan saya mulai paham; (4) apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan sayamemperoleh pengetahuan dan keterampilan; (5) apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai.

Djamarah (2002:67) mengemukakan bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik. Dierich dalam Sardiman, (2011:101) menyatakan bahwa jenis kegiatan siswa digolongkan ke dalam 8 kelompok, diantaranya: (1) Visual activities, seperti: membaca dan memperhatikan; (2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, dan diskusi; (3) Listening activities, seperti: mendengarkan uraian dan diskusi; (4) Writing activities, seperti: menulis laporan dan menyalin; (5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram; (6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan; (7) Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil kesimpulan; (8) Emosional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Prestasi Belajar

Winkel (1989:110) menyatakan bahwa didalam prestasi belajar menampakan diri, selama potensi atau kemampuan internal tidak diwujudkan dalam suatu bentuk prilaku, sulitlah diperoleh kepastian tentang apa yang telah dipelajari. Prestasi itu adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti program pengajaran dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilaksanakan dari hasil belajar dari suatu bidang studi yang dilambangkan dengan angka setelah proses pengukuran dan penilaian atau evaluasi dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar mempunyai arti atau kedudukan yang sangat penting yaitu dengan skor yang diperoleh dan itu dapat dijadikan tolak ukur dari berhasil atau tidaknya usaha pendidikan yang sedang berlangsung.

Hasil belajar atau prestasi belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar (Purwanto, 2009:46).

Melalui proses belajar akan didapat suatu prestasi yang biasa disebut dengan prestasi belajar, prestasi belajar mempunyai arti kemampuan seseorang pada bidang tertentu yang diperoleh setelah menempuh serangkaian proses pembelajaran (Purwanto, 2009:25). Kata prestasi belajar secara termilogis dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti yaitu penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Sedangkan prestasi belajar merupakan manifestasi dari kemampuan seorang baik dari aspek kognitif, efektif maupun psikomotorik (Darajat, 2008:2).

Prestasi belajar merupakan hasil tes yang disusun secara terencana guna mengetahui apakah materi yang kita ajarkan telah terkuasai secara maksimal oleh subjek pembelajaran. Dalam kegiatan formal di kelas, prestasi belajar diperoleh melalui ulangan-ulangan harian, tes formatif, ujian akhir sekolah dan ujian –ujian masuk ketingkat atasnya.

Dari definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai peserta didik dari hasil belajarnya. Hasil belajar siswa dapat diukur berdasarkan tingkah laku sebelum dan sesudah proses belajar dilakukan, dimana diwujudkan dengan prilaku dan pengetahuan. Sedangkan wujud prestasi belajar secara konkrit adalah dalam bentuk nilai (angka) hasil dari tes formatif dalam pembelajaran pada masing- masing peserta didik. Prestasi belajar ini dapat tercapai yaitu dengan belajar tekun, sungguh- sungguh serta kemauan keras dalam belajar bagi peserta didik dan sebagai pendidik juga harus mempunyai semangst dan tanggung jawab penuh dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar, menurut Slameto (2010:53) dibagi menjadi 2 macam yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.

1.   Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri si pembelajar. Faktor ini, menurut Slameto (2010: 54-59) dikelompokkan menjadi 3, yaitu: a) Faktor jasmani, meliputi kesehatan dan cacat tubuh; b) Faktor psikologi, meliputi bakat, minat, motivasi, dan kemampuan kognitifnya; dan c) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (Slameto, 2010: 54-59).

2.   Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri si pembelajar. menurut Slameto (2010:60-72) dikelompokkan menjadi 3, yaitu:keluarga, sekolah,masyarakat.

Dengan demikian keberhasilan peserta didik sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam diri peserta didik (internal) dan faktor dari luar peserta didik (eksternal). Dimana faktor internal mempunyai pengaruh sangat kuat dalam mempengaruhi prestasi belajar.

Pendidikan Kewarganegaran

            Pendidikan Kewarganegaran merupakan mata pelajaran di sekolah yang perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Hal ini merupakan fungsi PKn sebagai pembangun karakter bangsa (nasional character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, yang perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.

Mata pelajaran PKn perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar karena PKn memiliki tugas pokok sebagai berikut: 1) Mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence); 2) Membina tanggungjawab warga negara (civic intelligence); 3) Mendorong partisipasi warga negara (civic intelligence).

Dengan demikian fungsi pembelajaran PKn tidak hanya sekadar memberi pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap-sikap tertentu mengenai hal-hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari-hari.

Kerangka Berpikir

Kondisi awal pembelajaran PKn, aktivitas belajar siswa rendah. Dari aktivitas belajar yang rendah berdampak pada prestasi belajar juga rendah ketika dilakukan ulangan harian. Kondisi seperti ini membuat guru merencanakan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping. Dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping diharapkan aktivitas belajar siswa meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa diharapkan dapat memberikan peningkatan pada prestasi belajar siswa.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam Penelitian ini adalah:

1.   Melalui penerapan model pembelajaran pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran PKn tentang perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Bejirejo tahun pelajaran 2015/2016.

2.   Melalui penerapan model pembelajaran pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PKn tentang perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Bejirejo tahun pelajaran 2015/2016.

METODOLOGI PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah di SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 tepatnya selama 3 bulan yaitu pada bulan Agustus sampai dengan November 2015.

Yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016 sejumlah 19 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Penelitian difokuskan pada peningkatan aktivitas dan prestasi belajar mata pelajaran PKn materi perumusan Pancasila melalui penerapan model pembelajaran Mind Mapping.

Sumber data diperoleh dari hasil pengamatan dan hasil belajar siswa. Banyak data dalam penelitian ini ada enam yaitu: 1) data aktivitas belajar kondisi awal; 2) data aktivitas belajar siklus I; 3) data aktivitas belajar siklus II; 4) data prestasi belajar kondisi awal; 5) data prestasi belajar siklus I; dan 6) data prestasi belajar siklus II.

Data hasil penelitian tersebut dikumpulkan dengan teknik tes dan nontes. Data aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan teknik nontes melalui observasi dan menggunakan alat pengumpul data berupa lembar observasi. Sedangkan data prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan teknik tes melalui ulangan harian dan menggunakan alat pengumpul data berupa butir-butir saol tes.

Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dengan melalui tiga tahapan yaitu display data, reduksi data dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah deskriptif komparatif.

 Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi (Kondisi Awal) Pra Siklus

            Kondisi awal dalam penelitian ini adalah kondisi aktivitas dan prestasi belajar sebelum diterapkan tindakan perbaikan. Dari hasil analisis jurnal pembelajaran, aktivitas belajar siswa pada kondisi awal masuk dalam kategori “rendah”. Dengan rendahnya aktivitas belajar siswa berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Data prestasi belajar siswa yang diambil dari daftar nilai menunjukkan rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 61,05. Dari 19 siswa kelas VI SDN Bejirejo, yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 8 siswa (42,11%). Sisanya, sejumlah 11 siswa (57,89%) nilainya masih di bawah KKM yang ditentukan. Berikut ini data lengkap nilai ulangan harian siswa pada kondisi awal:

Tabel 1. Data hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nilai

Jumlah Siswa

Persen

1

40

2

10,53%

2

50

4

21,05%

3

60

5

26,32%

4

70

6

31,58%

5

80

2

10,53%

 

Deskripsi Siklus I

Pembelajaran siklus I dilaksanakan bulan September 2015. Data aktivitas belajar pada siklus I dikumpulkan melalui pengamatan selama proses pembelajaran siklus I. Dari data yang terkumpul dalam lember observasi yang selanjutnya dianalisis menunjukkan bahwa aktivitas belajar siklus I masuk dalam kategori “sedang”. Untuk data prestasi belajar diambil dari hasil ulangan harian pada akhir siklus I. Data prestasi belajar yang berhasil dikumpulkan yaitu rata-rata nilai ulangan harian siswa sebesar 68,95. Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 12 siswa (63,16%) sedangkan siswa yang belum tuntas belajar adalah 7 siswa (36,84%). Berikut ini data lengkap nilai ulangan harian siswa pada siklus I:

Tabel 1. Data hasil ulangan harian siklus I

No

Nilai

Jumlah Siswa

Persen

1

50

2

10,53%

2

60

5

26,32%

3

70

7

36,84%

4

80

3

15,79%

5

90

2

10,53%

 

Deskripsi Siklus II

Sikus II dilaksanakan seperti yang direncanakan yaitu pada bulan Oktober 2015. Pengumpulan data aktivitas dan hasil belajar pada siklus II dilakukan seperti halnya pada siklus I. Data aktivitas belajar dalam lembar observasi yang dikumpulkan selama proses pembelajara siklus II menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa masuk dalam kategori “tinggi”.

Peningkatan aktivitas belajar siswa juga berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II adalah 76,84. Jumah siswa kelas VI SDN Bejirejo yang tuntas belajar pada siklus II adalah 16 siswa (84,21%) dan yang belum tuntas belajar adalah 3 siswa (15,79%). Berikut ini data lengkap nilai ulangan harian siswa pada siklus II:

Tabel 1. Data hasil ulangan harian siklus II

No

Nilai

Jumlah Siswa

Persen

1

60

3

15,79%

2

70

7

36,84%

3

80

4

21,05%

4

90

3

15,79%

5

100

2

10,53%

 

 

Pembahasan

            Setelah memberikan tindakan berupa penerapan model pembelajaran Mind Mapping pada siklus I dan siklus II, peneliti melakukan analisis hasil penelitian. Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VI SDN Bejirejo. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang dilakukan pada data yang terkumpul selama pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pembelajaran pra siklus, aktivitas belajar siswa masuk kategori rendah. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping, aktivitas belajar siswa pada siklus I meningkat menjadi “sedang”. Pada siklus II, aktivitas belajar siswa kembali meningkat menjadi “tinggi”. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari “rendah” pada kondisi awal menjadi “tinggi’ pada kondisi akhir.

            Peningkatan juga terjadi pada prestasi belajar siswa. Rata-rata nilai ulangan harian pada pra siklus adalah 61,05. Pada siklus I meningkat menjadi 68,95 dan kembali terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 76,84. Jadi terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan harian dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 15,79.

            Selain rata-rata nilai ulangan harian, peningkatan juga terjadi pada tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus, tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 42,11%. Pada siklus I meningkat menjadi 63,16% dan siklus II meningkat lagi menjadi 84,21%. secara keseluruhan terjadi peningkatan dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 42,11%.

PENUTUP

Simpulan

            Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.   Penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn tentang perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.

2.   Penerapan model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar PKn tentang perumusan Pancasila pada siswa kelas VI SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakuakan, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan prestasi belajar siswa SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran pada khususnya adalah:

1.   Bagi Siswa

a.   Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai.

b.   Siswa hendaknya memupuk keberaniannya dalam mengungkapkan ide dan gagasannya dalam kegiatan pembelajaran.

2.   Bagi Guru

a.   Selalu berusaha meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

b.   Selalu memberikan bimbingan dalam pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran

3.   BagiSekolah

a.   Pihak sekolah diharapkan melakukan tindakan agar pemahaman guru tentang berbagai model pembelajaran meningkat yang akhirnya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

b.   Pihak sekolah diharapkan senantiasa memberikan dukungan kepada guru-guru yang melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: YAPPENDIS.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, M. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Winkel, W. 1989. Psikologi Pengajaran