UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

TYPE JIGSAW BAGI SISWA KELAS VIII J SMP NEGERI 1 SUKOHARJO PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Laminto

SMP Negeri 1 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk: (1) mengetahui peningkatan aktivitas belajar melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw; (2) mengetahui peningkatan hasil belajar tentang persamaan linier dua variabel melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw ; (3) mengetahui perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil pembelajaran. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah 32 siswa kelas VIII J di SMP Negeri 1 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa: observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Prosedur pelaksanaan tindakan meliputi: perencanaan, tindakan; observasi, refleksi. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada materi persamaan linier dua variabel dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang dibuktikan dengan peningkatan aktivitas belajar. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw aktivitas belajar berkategori rendah 34,38%, kategori sedang 37,50%, dan kategori tinggi 28,13%. Perubahan terlihat aktivitas siswa berkategori rendah 18,75%, kategori sedang 43,75%, dan kategori tinggi 37,50% pada siklus I dan berkategori rendah 3,13%, kategori sedang 50,50%, dan kategori tinggi 46,88%. Ketuntasan belajar siswa juga menunjukkan peningkatan, dari sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw nilai rata-rata kelas 67,44, setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,53 pada siklus I dan 81,25 pada siklus II. Sehingga siswa berhasil mencapai KKM dengan prosentase 81,25% dari seluruh siswa kelas VIII J. Siswa yang mencapai KKM ada 81,25% dari 80% target yang direncanakan. Walaupun masih terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 18,75% dari seluruh siswa kelas VIII J. Dalam hal pelaksanaan penelitian tindakan kelas, kondisi awal, siklus pertama, dan siklus kedua dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif Jigsaw mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, hasil belajar, dan perubahan perilaku positif siswa pada materi persamaan linier dua variabel dan aktivitas siswa kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo.

Kata kunci: aktivitas siswa, cooperative learning type jigsaw, persamaan linier dua variabel.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah                               

Matematika merupakan pelajaran yang memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Dimana belajar matematika tidak perlu banyak yang dihafal namun materi-materi matematika akan mudah dipahami dan dimengerti apabila diperbanyak dengan latihan soal-soal. Salah satu materi matematika yang penguasaan siswa rendah adalah pada materi persamaan linier dua variabel, seperti yang dialami oleh siswa Kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo, hasil ulangan harian pada materi persamaan linier dua variabel yang dapat mencapai nilai tuntas hanya 18 siswa (56.25%) dari 32 siswa sedangkan yang mendapat nilai kurang dari 72 ada 14 siswa (43.75%) dengan nilai rata-rata klasikal 67,44 dari KKM yang ditetapkan yaitu 72. Atau dapat dikatakan masih banyak siswa belum dapat mencapai KKM

Dari hasil pengamatan proses pembelajaran matematika dikelas VIII J diketahui hal lain yang berkaitan dengan perilaku guru dalam menyampaikan materi kurang divariasikan dengan model pembelajaran lain yang bisa mendorong aktivitas belajar siswa. Guru mengajar tidak mengetahui keadaan siswa, apakah dapat menerima pelajaran yang disampaikan atau tidak. Sebaliknya murid diam tidak memberi respon terhadap apa yang disampaikan guru. Keadaan ini sebenarnya mengundang pertanyaan, apakah diamnya murid itu sudah paham atau sebaliknya tidak paham apa yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan model pembelajaran yang kooperatif yakni suatu model pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi siswa-siswa tertentu saja. Dengan pembelajaran yang kooperatif diharapkan siswa aktif dan antusias sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terlihat dari meningkatnya nilai ulangan harian siswa.

Rumusan Masalah     

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1). Bagaimanakah proses model pembelajaran Cooperative Learning Type Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika materi Persamaan Liner Dengan Dua Variabel bagi siswa VIII J?; (2). Bagaimanakah hasil belajar matematika materi Persamaan Linier Dua Variabel bagi siswa VIII J dapat meningkat melalui model pembelajaran Cooperative Learning Type Jigsaw?; (3). Bagaimanakah perubahan aktivitas siswa sebagai dampak hasil belajar matematika materi persamaan linier dua variabel bagi siswa kelas VIII J melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Type Jigsaw ?

Tujuan

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: (1). Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo; (2). Untuk meningkatkan perilaku positif siswa yaitu aktivitas belajar matematika materi persamaan linier dengan dua variabel bagi bagi siswa kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo semester 1 tahun 2018/2019 melalui model pembelajaran Cooperative Learning type Jigsaw; (3). Untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi persamaan linier dengan dua variabel bagi bagi siswa kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo semester 1 tahun 2018/2019 melalui model pembelajaran Cooperative Learning type Jigsaw.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKANKajian Teori   

Hasil Belajar

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi Persamaan Linier Dua Variabel pada siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Menurut Winataputra (2007:10) hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa berupa perubahan yang khas, meliputi keterampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar. Begitu pula dikemukakan oleh Sudjana (2008) bahwa, hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu; faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Saptono (2003) berpendapat bahwa hasil belajar adalah mengaitkan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki peserta didik. Hasil belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan suatu tugas pada saat tertentu pula.

Aktivitas, menurut Mulyono (2001), diartikan sebagai “kegiatan/ keaktifan”. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktifitas. Sedangkan belajar menurut Hamalik (2001), adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap. Selanjutnya Sardiman (2003) menyatakan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah merupakan kegiatan psikologis, yakni kegiatan aktif dalam memahami dan menguasai serta mengkaji berbagai hubungan antara obyek-obyek matematika sehingga diperoleh pengetahuan baru atau peningakatan pengetahuan.

Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah “Pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Jadi model pembelajaran dapat berfungsi sebagai suatu pedoman atau petunjuk bagi guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. Banyak cara dan usaha yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan keaktifan siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada prestasi belajar siswa, salah satunya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Slavin (2009) pembelajaran kooperatif merujuk pada metode pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan membantu teman dalam suatu kelompok kecil, sehingga akan terbentuk suatu hubungan saling ketergantungan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Hal serupa juga dikemukakan oleh Arends (2008), model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas, tujuan, dan penghargaannya. Pernyataan dari Arends tersebut mendukung pendapat Slavin bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk saling bekerja sama sehingga terbentuk saling ketergantungan yang positif yaitu ketergantungan dalam tugas, tujuan, dan hasil yang diperoleh (penghargaan).

Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman kepada siswa agar dapat memberikan kontribusi saat terjun dalam masyarakat. Namun pemberian bekal kepada siswa ini tidaklah hanya dengan menjejali siswa dengan berbagai ilmu, pengetahuan, dan ketrampilan saja. Melainkan dengan menciptakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Berdasarkan penemuan Johnson dan Johnson yang dikutip Slavin (2009) bahwa bagi siswa belajar dalam kelompok itu lebih menyenangkan daripada belajar secara individual

Dalam hal ini, model pembelajaran Cooperative Learning Type Jigsaw dapat menjadi solusi pemecahan masalah. Prosedur dalam Jigsaw yang dikemukakan oleh Mel Silberman (2009: 169) mampu untuk memfasilitasi pembelajaran yang diperlukan. Pembelajaran Cooperative type Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan yang akan diajukan adalah sebagai berikut: (1). Pembelajaran dengan model Cooperative Learning Type Jigsaw diduga dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran matematika pada materi Persamaan Linier dengan dua variabel; (2). Pembelajaran dengan model Cooperative Learning Type Jigsaw diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi Persamaan Linier dengan dua variabel; (3). Pembelajaran dengan model Cooperatif Learning Type Jigsaw diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi Persamaan Linier dengan dua variabel siswa kelas VIIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.

MetodE Penelitian

Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Pemilihan lokasi penelitian ini dilandasi beberapa alasan, yaitu: (a) peneliti adalah guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan tindakan; dan (b) siswa kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 memerlukan perbaikan dalam pembelajaran persamaan linier dengan dua variabel. Penelitian dilakukan pada semester 1 tahun 2018/2019 selama 6 bulan mulai bulan Juli hingga bulan Desember 2018.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa kelas VIII J seluruhnya ada 32 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber primer dan sumber sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung berupa kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran tentang persamaan linier dua variabel, dalam hal ini siswa dan guru mematika di kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo sebagai objek utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, berupa dokumen sekolah, studi pustaka, dan data-data lain yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi dokumentasi, hasil tes tertulis kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo, hasil pengamatan teman sejawat yang membantu sebagai observer. Validitas data yang digunakan adalah validitas isi. Menurut Haynes, dkk. (1995), validitas isi adalah sejauh mana elemen-elemen instrumen asesmen relevan dan mewakili konstruk alat ukur yang ditargetkan untuk tujuan tertentu. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif menurut Miles & Huberman (Sugiyono, 2009:247). Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Indikator Kinerja      

Ada tiga indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu: (1). Proses pembelajaran dari 66% (21 siswa) menjadi minimal 75% (24 siswa) memperoleh kriteria minimal ≥ baik dari 32 siswa. (2). Hasil belajar dari 56,25% (18 siswa) menjadi minimal 80% (28 siswa) memperoleh nilai ≥ KKM dari 32 siswa. (3). Perubahan perilaku positif dari 50,00% menjadi minimal 75% (24 siswa) memperoleh kriteria minimal ≥ baik dari 32 siswa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Data Awal

Berdasarkan observasi pada proses pembelajaran tentang persamaan linier dua variabel di kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo diperoleh informasi bahwa teacher center learning masih mendominasi. Hal tersebut menyebabkan siswa kelas VIII J di SMP tersebut kurang aktif dalam proses belajarnya. Selain itu, nilai hasil tes pra siklus dari 32 orang siswa yang mengerjakan soal, hanya 18 siswa yang mendapat nilai di atas 72 sedangkan sisanya mendapat nilai di bawah 72, sehingga dapat disimpulkan 43,75% siswa belum mencapai Kriteria Kelulusan Minimal (KKM), yaitu72.

Analisis hasil evaluasi pada tes pra siklus menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo pada pembelajaran tentang persamaan linier dua variabel masih rendah. Berdasarkan data hasil belajar sebelum diterapkan penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning type Jigsaw diperoleh rata-rata kelas sebesar 67,44 Siswa yang mendapat nilai kurang dari 72 (KKM) sebanyak 14 orang dan yang mendapat nilai ≥ 72 (KKM) sebanyak 18 orang. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 56,25%. Kondisi ini masih berada di bawah indikator kinerja yang ditetapkan yaitu sebesar 80% siswa mendapatkan nilai ≥ 72 (KKM).

Berdasarkan nilai hasil belajar tentang persamaan linier dua variabel yang masih rendah dan banyak siswa yang belum dapat mencapai KKM, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih belum tuntas dalam mencapai kompetensi dalam pembelajaran. Selain itu, dari hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo, fakta bahwa mereka tidak senang, tidak bersemangat, dan mudah bosan dalam belajar matematika terutama tentang persamaan linier dua variabel. Hal ini ternyata disebabkan oleh aktivitas belajar siswa.

Siklus 1

Dari pengamatan aktivitas siswa setelah pelaksanaan siklus I diperoleh hasil bahwa 12 siswa aktivitasnya tinggi, 14 siswa aktivitasnya sedang, dan 6 siswa aktivitasnya rendah. Dengan demikian terjadi peningkatan motivasi dan semangat belajar siswa sebagai indikator kualitas proses pembelajaran tentang persamaan linier dua variabel melalui model Cooperative Learning type Jigsaw.

Dengan diterapkannya model Cooperative Learning type Jigsaw pada siklus I, hasil belajar tentang persamaan linier dua variabel mengalami peningkatan.

Dari hasil evaluasi siklus I yang dilakukan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua maka dapat diketahui bahwa pada siklus I hasil belajar tentang persamaan linier dua variabel belum mencapai indikator kinerja.

Dari observasi tentang perubahan perilaku positif siswa setelah pelaksanaan siklus I diperoleh hasil bahwa terdapat 50,00% (16 siswa) yang memperoleh skor nilai baik, sehingga inipun belum mencapai indikator kinerja.

Siklus 2

Dari pengamatan aktivitas siswa setelah pelaksanaan siklus II diperoleh hasil bahwa 15 siswa aktivitasnya tinggi, 16 siswa aktivitasnya sedang, dan 1 siswa aktivitasnya rendah. Dengan demikian terjadi peningkatan motivasi dan semangat belajar siswa sebagai indikator kualitas proses pembelajaran tentang persamaan linier dua variabel melalui model Cooperative Learning type Jigsaw.

Dari tindakan siklus I diperoleh data nilai rata-rata kelas 77,53, ketuntasan klasikal yang diperoleh adalah 71,88% atau 23 siswa mencapai batas nilai KKM, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 28,13% atau 9 siswa. Dari hasil observasi rata-rata skor aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I telah terjadi peningkatan skor aktivitas siswa. Pada siklus II nilai hasil belajar tentang persamaan linier dua variabel menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.

Dari hasil evaluasi siklus II dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran tentang persamaan linier dua variabel melalui model Cooperative Learning Type Jigsaw sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.. Dari penelitian siklus II diperoleh data rata-rata kelas 79,28, ketuntasan klasikal yang diperoleh adalah 81,25% atau 26 siswa mencapai batas nilai KKM, sudah sesuai indikator yang ingin dicapai yaitu 80% tuntas KKM.

Dari pengamatan perubahan perilaku siswa setelah pelaksanaan siklus II diperoleh hasil bahwa 3 siswa skor perubahan perilaku positif tinggi, 25 siswa skor perubahan perilaku positif sedang, dan 4 siswa skor perubahan perilaku positif rendah. Dengan demikian terjadi peningkatan perilaku positif siswa sebagai indikator kualitas proses pembelajaran tentang persamaan linier dua variabel melalui model Cooperative Learning type Jigsaw.

Pembahasan

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran melalui model pembelajaran cooperative learning type jigsaw. Hal ini dapat diketahui dari skor aktivitas siswa dalam belajar matematika terutama tentang materi persamaan linier dua variabel. Hasil belajar tentang persamaan linier dua variabel dapat ditingkatkan melalui penerapan model cooperative learning type jigsaw pada siswa kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai hasil belajar. Dari hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan hasil belajar tentang pada kondisi awal, jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 18 siswa dari 32 siswa dengan rata-rata nilai kelas 67,44 ketuntasan belajar siswa hanya 56,25%, sedangkan masih ada 14 siswa atau 43,75% siswa yang tidak tuntas. Setelah diterapkan tindakan model pembelajaran cooperative learning type jigsaw pada siklus I, siswa yang tuntas (mencapai nilai KKM ≥ 70) meningkat menjadi 23 siswa dengan nilai rata-rata kelas 77,53 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 71,88%, artinya masih ada 9 siswa atau 28,13% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus I sudah ada peningkatan, tetapi belum mencapai indikator kenerja yang ditargetkan yaitu jumlah siswa yang tuntas mencapai 80%. Belum berhasilnya tindakan pada siklus I dikarenakan oleh berbagai faktor dan diperbaiki pada siklus II. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas meningkat yaitu 26 siswa dengan nilai rata-rata kelas 79,28 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 81,25%. Persentase ketuntasan pada siklus II tersebut dinyatakan telah sesuai dengan indikator yang ditetapkan yaitu 80%. Penelitian dinyatakan berhasil karena siswa yang tuntas (mencapai nilai KKM ≥ 72) mencapai 80% telah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yang ditetapkan yaitu 80%.

Peningkatan aktivitas siswa yang dapat diketahui sebagai dampak penggunaan model pembelajaran cooperative learning type jigsaw dalam pembelajaran tentang persamaan linier dua variabel terlihat dari peningkatan skor dari indikator keaktifan siswa.

Perubahan perilaku positif siswa yang dapat diketahui sebagai dampak penggunaan model pembelajaran cooperative learning type jigsaw dalam pembelajaran tentang persamaan linier dua variabel terlihat dari peningkatan skor dari indikator perubahan perilaku positif siswa.

Hal tersebut memberikan bukti bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini telah berhasil pada siklus II. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Ibrahim dkk (2000) yang menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru. Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan dua siklus dapat disimpulkan, bahwa kualitas proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw meningkat. Hal ini terbukti dari seluruh siswa kelas VIII J SMP Negeri 1 Sukoharjo lebih termotivasi dan semangat dalam belajar matematika terutama tentang materi persamaan linier dua variabel. Hal ini terbukti dari hasil penelitian tindakan kelas yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tentang persamaan linier dua variabel meningkat signifikan. Pada kondisi awal rata-rata nilai kelas 67,44 dengan ketuntasan klasikal belajar siswa hanya 56,25% atau hanya 18 siswa dari 32 siswa yang dapat mencapai nilai KKM. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 77,53 dengan ketuntasan klasikal siswa mencapai 71,88%. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelas 79,28 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 81,25%. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus III tersebut telah mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 80%. Dengan demikian, indikator kinerja dalam penelitian ini sudah tercapai. Perubahan perilaku dampak dari perubahan hasil belajar cooperative learning type jigsaw adalah meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran cooperative learning type jigsaw terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Anton, M, Mulyono. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung. Yrama

Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw Hill Companies

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Haynes, S.N., Richard, D.C., & Kubany, E.S.1995.Content Validity in Psychological Assessment: A Functional Approach to Concepts and Methods. Psychological Assessment, 7, 238 – 247.

Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Nana Sujana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ratumanan. 2002. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Saptono S. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang:UNNES

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Silberman, Mel. (2009). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Sugiyono. 2009. Model Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Udin S. Winataputra, dkk. 2007. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.