Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Make a Match
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
MATERI BERAKHIRNYA ORDE BARU DAN LAHIRNYA REFORMASI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IX B SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 PANGKAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Noviani Budijatni W
SMP Negeri 3 Pangkah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menerapkan model pembelajaran Make A Match untuk meningkatkan prestasi belajar IPS materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya reformasi pada siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Pangkah. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau PTK. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Indikator keberhasilan nilai rata-rata hasil tes IPS meningkat dan ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yang telah ditetapkan kelas IX yaitu 77. Pembelajaran dikatakan tuntas apabila >75% siswa yang hadir telah memenuhi KKM yang ditentukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran MakeA Match dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi pada siswa kelas IX B SMP Negeri 3 Pangkah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan prestasi belajar dari pra tindakan ke siklus I, dari 32 siswa rata-rata nilai IPS adalah 50,83 dengan siswa yang mencapai KKM sebanyak 13 siswa (40,62%,) setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata meningkat menjadi 69,28 dengan siswa yang mencapai KKM sebanyak 19 siswa (59,38%), nilai rata-rata IPS meningkat lagi pada siklus II mencapai 79,87 dengan siswa yang mencapai KKM sebanyak 30 siswa (93,73%).
Kata Kunci: Hasil Belajar, Kooperative Learning Tipe Make A Match.
PENDAHULUAN
Tingkat kemajuan pendidikan di wilayah Indonesia masih kalah dibandingkan dengan pendidikan di negara-negara barat. Pendidikan di Indonesia yang dulunya mempunyai kualitas yang cukup tinggi sekarang justru tertinggal oleh pendidikan di negara tetangga. Keadaan seperti ini bukan hanya menjadi tanggung jawab dari pihak negara, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama warga Indonesia untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Mengajar adalah proses dimana terdapat siswa, guru, kurikulum dan variabel lainnya yang disusun secara sistematis guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Abdul Azis Wahab, 2009: 7). Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa dalam menyampaikan pengetahuan di suatu lingkungan dengan mengacu pada sumber belajar. Guru tidak sekadar menyampaikan pembelajaran kepada siswa, namun guru juga bertugas memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar.
Kenyataan yang terjadi, pembelajaran di kelas belum sepenuhnya melibatkan siswa secara langsung, seperti yang terjadi di kelas IX B SMP Negeri 3 Pangkah.. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 3 Pangkah , peneliti menemukan permasalahan di kelas IX B dimana proses pembelajaran masih dilakukan dengan metode ceramah (konvensional). Guru belum menguasai keterampilan bertanya secara optimal.
Permasalahan tersebut menimbulkan perolehan prestasi belajar siswa menjadi kurang maksimal. Berdasarkan data prestasi siswa kelas IX B Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018 diperoleh hasil bahwa nilai mata pelajaran IPS lebih rendah dari pada nilai Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 80, Matematika 78, IPA 78, dan IPS Dari data tersebut terlihat bahwa prestasi belajar IPS masih belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 77. Nilai terendah 40, nilai tertinggi 85 dan nilai rata-rata 66,72. Data menunjukkan dari 32 siswa, 10 siswa (34,48%) mendapat nilai di atas KKM, 22 siswa (65,52%) belum mencapai KKM yang ditetapkan. Rendahnya prestasi belajar IPS dan jumlah siswa yang masih banyak memperoleh nilai dibawah KKM maka perlu dilakukan pemecahan masalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IX B
Salah satu cara yang bisa dilakukan guru yaitu dengan menggunakanmodel pembelajaran yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran.Model pembelajaran merupakan suatu bentuk atau pola dalam merancang pembelajaran, dapat juga diartikan sebagai langkah-langkah pembelajaran dan perangkatnya untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sa’dun Akbar: 2013, 49-50). Terdapat berbagai macam model pembelajaran diantaranya adalah model pembelajaran group investigation, kontekstual, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran berbasis masalah.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat diterapkan pada proses pembelajaran IPS karena selain mengajak siswa untuk dapat berpikir cepat, tipe pembelajaran ini juga mengajak siswa untuk melakukan aktivitas fisik ketika mencari pasangan, sehingga siswa merasa senang dengan permainan yang dilakukan. Model pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa tentu akan menambah motivasi siswa untuk belajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada proses pembelajaran IPS materi Berakhirnya Orde Baru diharapkan siswa dapat lebih aktif selama proses pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta permasalahan yang kompleks, maka penelitian ini akan dibatasi pada rendahnya prestasi belajar mata pelajaran IPS materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi pada siswa kelas IX B Semester Genap SMP Negeri 3 Pangkah.
Berdasarkan latar belakang sebagaimana dipaparkan di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi pada siswa kelas IX B Semester Genap SMP Negeri 3 Pangkah Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth berlangsung sebagaiupaya meningkatkan hasil belajar IPS materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya reformasi pada siswa kelas IX B Semester Genap SMP Negeri 3 Pangkah Tahun Pelajaran 2017/2018
Tujuan Penelitian adalah: (1) Meningkatkan hasil belajar IPS materi pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas IX B Semester Genap SMP Negeri 3 Pangkah Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Memperoleh gambaran proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berlangsung sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPS materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi pada siswa kelas IX BSemester Genap SMP Negeri 3 Pangkah Tahun Pelajaran 2017/2018
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang yang disyaratkan. Model pembelajaran adalah sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain, materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda.
Komalasari (2010: 57) menjelaskan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan suatu bungkus atau bingkai dari penerapan suatu suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaraan.
Berdasarkan uraian para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu konsep atau rancangan pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir secara sistematis, serta pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Make A Match (mencari pasangan) merupakan model yang dikembangkan pertama kali oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Make A Match ini merupakan model yang mengajarkan siswa untuk dapat aktif dalam mencari/mencocokkan jawaban dan disiplin terhadap waktu yang telah ditentukan. Huda (2014: 251) menyatakan bahwa Make A Match saat ini merupakan salah satu strategi penting dalam ruang kelas. Tujuan dari strategi ini antara lain, pendalaman materi, penggalian materi, dan edutainment.
Rusman (2014: 223) menjelaskan bahwa Make A Match merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Komalasari (2010: 85) menyatakan bahwa Make A Match merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan model pembelajaran kelompok yang mengajak siswa memahami suatu konsep atau topik melalui permainan kartu pasangan. Permainan tersebut dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Kerangka Berpikir
Kegiatan awal penelitian ini adalah dengan melakukan observasi. Kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IX B Semester Genap SMP Negeri 3 Pangkah. Hasil observasi tersebut adalah rendahnya hasil belajar IPS kelas IX B Semester Genap SMP Negeri 3 Pangkah yang diperoleh dari data mid Semester Ganjil. Hasil observasi ini digunakan sebagai acuan dalam menentukan kelas eksperimen (kelompok yang diberi perlakuan) dan kelas kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan) serta menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kelas eksperimen. Penelitian eksperimen ini, dilaksanakan dengan memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan tidak memberikan perlakuan pada kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen diberikan perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make AMatch. Hasil belajar yang diperoleh setelah diberi perlakuan kemudian diujihipotesis untuk melihat signifikansi pengaruhnya antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Seperti yang telah diungkapkan dalam tinjauan pustaka bahwa variabel bebas berkaitan dengan variabel terikat. Sebab model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan model pembelajaran yang menekankan padapemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga memungkinkan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang diterapkan saat proses pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa lebih mudah menguasai dan memahami materi pelajaran karena siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Siswa harus mengerjakan tugas secara berpasangan dalam model pembelajaran ini. Siswa harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Belajar menjadi lebih menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan lebih aktif karena dapat bergerak leluasa di dalam kelas untuk mencari kartu jawaban/pertanyaan yang cocok dengan kartu yang dipegangnya.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka peneliti membuat suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas IX B Semester Genap SMP Negeri 3 Pangkah Tahun Pelajaran 2017/2018 .
METODE PENELITIAN
Obyek Tindakan
Obyek tindakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS materi Berakhirnya Orde Baru dan lahirnya Reformasi yang akan ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas IX B Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018
Setting Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 3 Pangkah Kelas IX B Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.
Metode Pengumpulan data
Pada penelitian ini data diperoleh melalui pelaksanaan tindakan atau perilaku belajar dalam mengikuti pembelajaran IPS menggunakan model kooperatif tipe Make A Match.Penjelasan mengenai metode pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut: (1) Tes, (2) Observasi, (3) Dokumentasi, dan (4) Catatan Lapangan.
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang valid. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Soal Tes Hasil Belajar, (2) Lembar Observasi, (3) Pedoman Wawancara.
Cara Pengambilan Simpulan
Jenis data yang di dapat adalah data kuantitatif dan kualitatif yaitu:
1. Data hasil belajar di ambil dengan cara memberikan tes kepada siswa setelah selesai tindakan
2. Data pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari hasil pengamatan kolaborator selama pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru dan siswa pada saat KBM.
Prosedur Penelititian
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) merupakan suatu penelitian yang mencermati kegiatan belajar siswa dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan. Kegiatan mengamati suatu objek untuk memperoleh data yang bermanfaat bagi kepentingan bersama. Pelaksanaan tindakan PTK dilaksanakan dalam beberapa periode atau siklus.
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang sengaja dimunculkan pada suatu masalah di kelas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang terjadi di kelas. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi Berakhirnya Orde baru dan Lahirnya Reformasi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 0% atau tidak ada , yang mendapat nilai B (baik) sebanyak 6.% atau sebanyak 2 siswa dan yang mendapat nilai C (cukup) sebanyak 34% atau 11 siswa , dan yang mendapat nilai D ( kurang) 38% atau sebanyak 12 siswa , sedangkan yang mendapat nilai E (sangat kurang) 22% atau sebanyak 7 siswa.
Berdasarkan data hasil tes, diketahui bahwa siswa kelas IX B yang memiliki nilai kurang dari KKM 7,5, sebanyak 19 siswa. Dengan demikianjumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum untuk kompetensi dasar keragaman kenampakan alam dan suku bangsa dan budaya Indonesia sebanyak 19 siswa (83,34). Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 13 siswa ( 40,62 0%).
Deskripsi Hasil Siklus I
Hasil pengamatan pada siklus I dapat dideskripsikan seperti laporan berikut ini. Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 0 siswa (0%), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 19 siswa atau (59,37%), sedangkan dari jumlah 32 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 9 siswa (28,4%) , sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 1 siswa (53,1%), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) 3 atau 9,4% .
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 32 siswa terdapat 19 atau 59,38% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 13 siswa atau 40,62% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 8,5 , nilai terendah 50, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 69,28.
Refleksi
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria ketuntasan Minimal. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 19 anak dan pada akhir siklus I berkurang menjadi 13 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 50,83 menjadi 69,28. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan data pada laporan pengamatan, dapat disimpulkanbahwa pembelajaran kooperatif tipe Make A Macthmampu meningkatkan hasil belajar, khususnya pada materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi . Oleh karena itu, rata-rata kelas pun mengalami kenaikan menjadi 6,67. Walaupun sudah terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran, karena sebagian siswa beranggapan bahwa kegiatan secara kelompok akan mendapat prestasi yang sama. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Deskripsi Hasil Siklus II
Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada laporan hasil pengamatan berikut ini. Bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 25% atau 8 siswa, sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 68,75% atau 22 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 6,25% atau sebanyak 2 siswa.Sedangkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas 79,87
Berdasarkan laporan tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 30 siswa ( 93,75%) yang berarti sudah ada peningkatan . Rata-rata kelas pun menjadi meningkat Hasil Nilai Rata- rata Siklus II dapat diperjelas di bawah ini: Nilai tertinggi 100, nilai terendah 50, nilai rata-rata 79,87.
Refleksi
Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth dapat meningkatkan hasil belajar IPS, khususnya pada materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi.
Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal , siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa saat kondisi awal rata- rata kelas sebesar 50,83 , sedangkan nilai rata- rata kelas siklus I sudah ada peningkatan menjadi 69,28. Adapun kenaikan rata – rta pada siklus II menjadi 779,87.
Atas dasar informasi pada tabel 14 dan 15 di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Make A Macht khususnya pada materi Berakhirnya Orde Baru dan Lahirnya Reformasi ada peningkatan .
Pembahasan Siklus I
Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non tes.Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:
Hasil Belajar
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 0 siswa (0%), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 19 siswa atau (59,37%), sedangkan dari jumlah 32 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 9 siswa (28,12%) , sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 1 siswa (3,12%), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) 3 Siswa (9,37% ).
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 32 siswa terdapat 7 atau 38,88% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 11 siswa atau 61,11% belum mencapai ketuntasan. Adapun dari Hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 8 , nilai terendah 2, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 6,67.
Proses Pembelajaran
Hasil antara kondisi awal dengan siklus I menyebabkan adanya perubahan walau belum bisa optimal, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar . Dari hasil tes akhir siklus I ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum dilakukan tindakan.
Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth siswa mengalami peningkatan baik dalam mencapai ketuntasan belajar yaitu dari 13 siswa belum tuntas pada pra siklus 19 siswa yang belum tuntas. Sedangkan nilai rata – rata kelas ada kenaikan sebesar 36,29% . Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan karena ada sebagian siswa berpandangan bahwa kegiatan yang bersifat kelompok , penilaiannya juga kelompok.
Pembahasan Siklus II
Hasil Belajar
Dari pelaksanan tindakan siklus II dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 25% atau 8 siswa, sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 68,75% atau 22 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 6,25% atau sebanyak 2 siswa.Sedangjkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas 79,87.
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran . Hal ini dikarenakan sekalipun kegiatan bersifat kelompok namun ada tugas individual yang harus dipertanggung jawabkan, karena ada kompetisi kelompok maupun kompetisi individu.. Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan permainan perlu kecermatan dan ketepatan . Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok , serta antar kelompok. Masing- masing siswa ada peningkatan latihan bertanya jawab sehingga disamping terlatih ketrampilan bertanya jawab, siswa terlatih berargumentasi. Ada persaingan positif antar pasangan untuk penghargaan dan menunjukkan jati diri pada siswa.
Hasil antara siklusI dengan siklus II ada perubahan secara signifikan , hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar . dari hasil tes akhir siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa.
Nilai tertinggi pada siklus I sudah ada peningkatan dengan mendapat nilai 85 sebanyak 19 siswa, hal ini karena 19 siswa tersebut disamping mempunyai kemampuan cukup , didukung rasa senang dan dalam belajar, sehingga mereka dapat nilai yang optimal. Dari nilai rata- rata kelas yang dicapai pada siklus II ada peningkatan sebesar 15,28% dibandingkan nilai rata- rata kelas pada siklus I. Secara umum dari hasil pengamatan dan tes sebelum pra siklus, hingga siklus II, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Berakhirnya Orde Baru dan lahirnya Reformasi
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran penerapan model kooperatif tipe Make A Match terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas 9 B SMP Negeri 3 Pangkah. Pembelajaran IPS menggunakan model kooperatif tipe Make A Match dilakukan melalui permainan mencari pasangan kartu sebagai salah satu cara agar siswa menjadi aktif dan semangat dalam mengikuti pelajaran.
Hal tersebut ditunjukkan dari adanya peningkatan nilai rata-rata yaitu 50,83 pada kondisi awal menjadi 69,28 pada siklus I dan menjadi 79,87 pada siklus II.Nilai rata –rata siklus I meningkat 18,45% dari kondisi awal, nilai rata-rata siklus II meningkat 15,28% dari siklus I.
Saran
Berdasarkan pengamatan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada siswa kelas 9 B SMP Negeri 3 Pangkah , maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk siswa, diperlukan kerjasama antar siswa dan guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
2. Untuk guru, model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran yang selanjutnya.
3. Untuk sekolah, diperlukan adanya sarana dan prasarana yang dapat mendukung penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make AMatch pada proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung:Alfabeta.
Anita Lie. 2004. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning diRuang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.
Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan ModelTerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Isjoni. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. RefikaAditama.Bandung.
————. 21. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung.
Kurniasih, Imas & Sani, Berlin. 2015. Ragam Model Pembelajaran untukPeningkatan Profesionalitas Guru. Kata Pena.
Lie, Anita. 2014. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning diRuang-ruang Kelas. PT Gramedia Widiasarana. Jakarta.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Rita Eka Izzaty. 2008. Perkembangan Perserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Sa’dun Akbar. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugihartono. 2012. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY press.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
————. 2015. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
SuharsiniArikunto. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.