MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SISWA KELAS IV SDN 1 NGAWEN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SISWA KELAS IV SDN 1 NGAWEN
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Lewiyono
Guru SD Negeri 1 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa Melalui Metode Ceramah pada siswa kelas IV SDN 1 Ngawen.Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap terjadi proses pembelajaran di kelas ada kecenderungan bahwa siswa sangat tidak aktif atau pasif dalam menanggapi proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, baik karena kurang menariknya cara guru menjelaskan, jenuhnya siswa karena terlalu panjang guru menerangkan, atau disebabkan kurang dimengertinya permasalahan yang dijelaskan.Melihat kenyataan ini perlu diadakan penelitian agar dapat dilihat penyebab utama mengapa terjadi hal seperti itu dan dapat diberikan solusi yang terbaik demi tercapainya hasil pembelajaran yang baik dan menarik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang dilaksanakan di SDN 1 Ngawen.Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana karakter siswa pada umumnya dan bagaimana caranya memperbaiki sehingga didapatkan siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan, ternyata dengan menggunakan metode presentasi dalam pembelajaran dapat membangkitkan keaktifan siswa, terbukti dengan presentasi setiap siklus meningkat. Aplikasi penelitian ini diharapkan dapat diterapkan baik oleh diri sendiri maupun oleh teman sejawat apabila mempunyai permasalahan yang sama yaitu kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran yang kita berikan.
Kata kunci : Hasil belajar, Metode Ceramah
LATAR BELAKANG MASALAH.
Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar merupakan hal yang sering ditemukan dan dialami dalam kegiatan belajar mengajar. Masalah tersebut merupakan hal yang akan menghambat tercapainya suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dengan kefakuman siswa dan pasifnya siswa dalam Proses Belajar Mengajar dapat mengakibatkan beberapa hal yang kemungkinan dapat merugikan berbagai pihak. Bagi siswa sendiri, selain kurang terlatihnya pengetahuan dalam mengemukakan pendapat juga dapat mengakibatkan kejenuhan ketika dalam kegiatan belajar mengajar, atau bahkan mengakibatkan kurangnya ilmu pengetahuan yang dapat ditransfer oleh siswa sendiri.. Di lain pihak guru juga akan merasakan hal yang kurang baik, selain merasakan keragu-raguan apakah materi yang diberikannya sudah cukup diterima atau sebaliknya tidak dapat dimengerti oleh para siswa, juga hal lain, bagi guru yang suka membutuhkan dorongan – dorongan, motivasi waktu menyampaikan materi akan terhambat, sebab dorongan dari siswa sendiri tidak ada, misalnya penjelasan guru akan lebih bagus dan menarik jika dibangkitkan dengan berbagai masalah dari siswa yaitu berupa pertanyaan – pertanyaan atau pendapat – pendapat.
Jika keadaan seperti ini dibiarkan tanpa ada respon, kemungkinan saja nilai pendidikan di sekolah akan rendah dan menjadi sempit. Oleh karena itu penanganan masalah ini sangat mendesak agar nilai pendidikan dapat meningkat.
Disadari secara cermat bahwa faktor penyebab terjadinya hal ini sangat banyak, maka perlu mengadakan suatu penelitian dimana letak penghambat itu berada.
Hal utama yang harus dilakukan adalah mengadakan penambahan metode pembelajaran atau mengadakan suatu perubahan metode pembelajaran, misalnya dengan mencoba menggunakan metode presentasi. Dengan menggunakan metode presentasi ini sangat dirasakan akan lebih memicu dan memberikan rangsang terhadap siswa untuk aktif karena akan adanya keterpaksaan yang muncul secara otomatis yaitu karena merasa malu oleh siswa lain jika siswa tidak mampu untuk mempresentasikan materi tersebut, atau siswa tersebut akan dipaksa untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menghadapi pertanyaan – pertanyaan yang diberikan oleh siswa lain.
RUMUSAN MASALAH.
Idealnya para siswa yang sudah berada pada tingkat kelas IV dapat lebih aktif dan agresif dalam pembelajaran dikarenakan tingkat kedewasaan mereka sudah lebih tinggi jika dibanding dengan keadaan waktu berada di tingkat Sekolah Dasar, akan tetapi pada kenyataannnya para siswa pasif dan tidak aktif.
Permasalahan ini dapat dirumus-kan sebagai berikut :
1. Apa yang dialami siswa waktu diadakan pembelajaran?
2. Apakah siswa lebih aktif jika menghadapi pembelajaran yang sudah
3. dikuasainya ?
4. Apakah siswa lebih aktif jika pembelajaran dilakukan dengan menggunakan Metode ceramah ?
5. Apa ada perbedaan antara prestasi siswa yang menggunakan Metode ceramah dengan siswa menggunakan metode tradisional ?
TUJUAN PENELITIAN.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menemukan metode pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan lain untuk mendapatkan cara – cara lain yang dapat menunjang keberhasilan jika dipadukan dengan metode pembelajaran yang disajikan.
KAJIAN TEORI.
Hakikat Pendidikan Agama Kristen.
Hakikat Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinyu dalam rangka mengembangkan kemampuan pada siswa agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari – hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya.
Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu bentuk usaha yang harus dilakukan secara terus menerus agar dapat mengem-bangkan kemampuan siswa dalam kehidupan sehari – hari.
Menurut Tata Gereja, mengung-kapkan bahwa “Pendidikan Agama Kristen adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus, dinyatakan dalam kehidupan sehari – hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya”. (Exodus, 2005 : 3)
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha dalam menumbuhkembangkan kemampuan siswa lewat tuntunan Roh Kudus agar dapat memahami Kasih Allah dalam Roh Kudus.
Hakikat ini pada pusat dari Pendidikan Agama Kristen SD ialah Yesus Kristus. Sumber dan pokok kegiatan Pendidikan Agama Kristen SD dimanapun dan dalam kesempatan apapun adalah Yesus Kristus.Pendidikan Agama Kristen dilakukan dalam rangka pembinaan agar anak bertumbuh dan berkembang menjadi dewasa dalam imannya, dewasa dalam gereja dan dewasa dalam bermasyarakat.
Dewasa dalam iman dapat berarti : orang selalu memiliki hubungan erat dengan Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan, bertobat dan percaya, bahwa iman berasal dari Allah. Dewasa dalam bergereja berarti : sebagai umat yang percaya harus memiliki keteguhan akan Yesus Kristus, dasar dan pegangan hidup mereka adalah Kristus, hidup dalam semangat persaudaraan dan saling mencintai. Dewasa dalam bermasyarakat berarti : sadar mewujudkan imannya dalam bermasyarakat, ikut serta mengembangkan masyarakat menjadi terang dan garam dunia, berani memberikan kesaksian iman dimana saja serta menjalankan karya kasih bagi sesame manusia.
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristensecara umum bertujuan untuk memperkenalkan Allah, Bapa, Putera dan Roh Kudus dan karya – karyaNya serta menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab di tengah masyarakat. Dan secara khusus bertujuan menanamkan nilai – nilai kristiani dalam kehidupan pribadi dan sosial sehingga siswa mampu menjadikan nilai kristiani sebagai acuan.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka kompetensi dalam Pendidikan Agama Kristen di tingkat SMP hanya terbatas pada aspek nlai – nilai iman kristiani.
Melalui penyajian kurikulum maka Pendidikan Agama Kristen diharapkan siswa mampu mengalami suatu proses transformasi nilai – nilai kehidupan berdasarkan iman kristiani yang dipelajari dalam Pendidikan Agama Kristen.
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen bukan saja diberikan oleh gereja di dalam lingkungannya sendiri, tetapi juga di luar lingkungannya itu, yaitu di dalam lingkungan sekolah.Pembelajaran Pendidik-an Agama Kristen di sekolah merupakan kesatuan yang utuh dengan pendidikan yang dterima baik di rumah maupun di keluarga, gereja dan masyarakat. Pembela-jaran Pendidikan Agama Kristen berpusat pada siswa artinya bahwa perkembangan, keberadaan, pergumulan, kebutuhan, kon-disi kongkrit siswa yang seringkali berbeda – beda haruslah menjadi pertimbangan utama guru dalam merancang pembelajaran sehingga Pendidikan Agama Kristen benar – benarmenyentuh eksistensi guru, dan siswa mengalami perubahan baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor, serta nilai – nilai dalam dirinya.
LANGKAH – LANGKAH TINDAKAN PEMECAHAN MASALAH DAN INDIKATOR KEBERHASILAN.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan cara menjelaskan materi pelajaran dengan langkah – langkah sebagai ,berikut :
1. Menyiapkan dan mengarahkan perha-tian siswa pada Kegiatan Belajar Mengajar.
2. Mengadakan kegiatan Tanya jawab.
3. Membentuk pembagian kelompok.
4. Menugaskan siswa untuk membahas materi yang sudah dibagikan.
5. Mempresentasikan materi yang sudah dibahas lewat kelompok.
Dari langkah – langkah tersebut diatas kemudian dibuat instrument yang berupa lembar observasi Kegiatan Belajar Mengajar dalam rangka mengamati keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar
PENGUMPULAN DATA.
1. Sumber Data.
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa.
2. Sasaran.
Sasaran penelitian ini adalah guru dengan menggunakan metode presentasi dalam Proses Belajar Mengajar.
3. Jenis Data.
Berdasarkan apa yang diteliti, maka jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang didapat dari cara observasi pelaksanaan tindakan.
4. Cara mengumpulkan Data.
Data tentang Proses Belajar Mengajar pada saat dilaksanakan siklus pertama, kedua dan ketiga, diambil dengan menggunakan lembar observasi.
5. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data.
Adapun tehnik pengumpulan data dilakukan secara langsung dalam kelas yakni mengisi lembaran observasi berda-sarkan pengamatan.
PELAKSANAAN PENELITIAN.
Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas ini, dikembangkan berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru di SDN 1 Ngawen. Pada perencanaan tindakan akan tergambar seluruh proses pembelajaran yang akan disajikan, waktu yang diperlukan serta langkah – langkah pelaksanaannya.
Pada pelaksanaan Penelitian Tin-dakan Kelas ini dilakukan dalam dua kali putaran atau siklus atau dua kali tatap muka.
PEMANTAUAN PENELITIAN
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang akan memantau kegiatan pelaksanaan pembelajaran adalah melalui lembar penelitian. Lembar observasi dibuat agar dapat menghasilkan peningkatan dalam pendidikan dan pengajaran pada kelas yang menjadi subjek penelitian.
REFLEKSI HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diperoleh melalui data hasil observasi melalui pengamatan dalam kegiatan belajar mengajar. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti yang hasilnya sebagai berikut :
TABEL 1. Hasil Pembelajaran Secara Konvensional (TO).
No |
Kelompok |
Jumlah Siswa |
Jumlah Siswa Bertanya |
Jumlah Siswa Menjawab |
Jumlah Siswa Berpendapat |
1. |
I |
6 |
3 |
1 |
1 |
2. |
Ii |
6 |
2 |
3 |
1 |
3. |
Iii |
6 |
2 |
2 |
1 |
4. |
Iv |
6 |
3 |
2 |
1 |
Jumlah |
24 |
10 |
8 |
4 |
|
Prosentase |
100% |
31,25% |
25 % |
12, 50% |
Dari hasil penelitian awal yang dilakukan lewat tes awal (TO), diperoleh : jumlah siswa yang bertanya 31,25%, siswa yang menjawab 25%, siswa yang berpendapat 12,50%.
Selanjutnya peneliti membagi tahapan – tahapan penelitian dengan menggunakan 2 (dua) siklus.
Pertemuan Pertama/siklus 1.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti maka didapatkan hasil sebagai berikut : jumlah siswa yang bertanya 43,75%, siswa yang menjawab 15,62% dan siswa yang berpendapat 18,75% dengan tabel sebagai berikut :
TABEL 2
No |
Kelompok |
Jumlah Siswa |
Jumlah Siswa Bertanya |
Jumlah Siswa Menjawab |
Jumlah Siswa Berpendapat |
1. |
I |
6 |
3 |
1 |
2 |
2. |
Ii |
6 |
4 |
2 |
1 |
3. |
Iii |
6 |
4 |
1 |
2 |
4. |
Iv |
6 |
3 |
1 |
1 |
Jumlah |
24 |
24 |
5 |
6 |
|
Prosentase |
100% |
43,75% |
15,62 % |
18,75% |
Dengan demikian dari siklus pertama dapat diketahui adanya peningkatan keaktifan siswa.Walaupun dari hasil pengamatan ada beberapa hal yang belum tercapai yaitu banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan dan siswa yang berpendapat mengenai materi yang disajikan.
Adapun hal lain yang terjadi adalah banyaknya siswa yang tidak ikut diskusi dan cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Untuk mengurangi masalah tersebut pada siklus kedua diberikan tambahan perangkat yaitu disediakannya materi yang luas oleh guru, sehingga siswa dapat meneliti dan mempelajari materi tersebut sebelum presentasi dijalankan.
Pertemuan Kedua/siklus 2.
Pada waktu melakukan presentasi dan prosesnya, peneliti langsung melakukan penilaian dengan cara mencatat dan menghitung siswa yang mengajukan pertanyaan, menjawab dan member tanggapan, dan ini disebut sebagai tes – 2 (t -2).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti maka didapatkan hasil sebagai berikut : jumlah siswa yang bertanya 50%, siswa yang menjawab 21,81%, dan siswa yang berpendapat 25% dengan table sebagai berikut :
TABEL 3 Prosentase Presentasi Siswa Dengan Materi Disediakan Guru Dan Diadakan Penilaian Khusus Bagi Mereka Yang Aktif Dan Sanksi (Nilai 0) Bagi Yang Pasif
No |
Kelompok |
Jumlah Siswa |
Jumlah Siswa Bertanya |
Jumlah Siswa Menjawab |
Jumlah Siswa Berpendapat |
1. |
I |
6 |
5 |
1 |
2 |
2. |
Ii |
6 |
5 |
2 |
2 |
3. |
Iii |
6 |
4 |
2 |
2 |
4. |
Iv |
6 |
3 |
3 |
2 |
Jumlah |
32 |
17 |
8 |
8 |
|
Prosentase |
100% |
50,12% |
25 % |
25% |
Dari hasil observasi selama siklus dua berlangsung, didapatkan kondisi berikut ini : selama pembelajaran dengan metode presentasi siswa lebih banyak aktif baik dengan cara bertanya, mengemukakan pendapat atau menambah jawaban yang telah diberikan kelompok lain, suasana kelas menjadi hidup dan siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan metode ini.
KESIMPULAN.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut : sebelum dijalankannya metode ceramah siswa cenderung pasif atau tidak aktif dalam mengikuti pelajaran, dimana jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat sangatlah minim
Setelah diadakan pembelajaran dengan metode ceramah siswa dapat menunjukkan keaktifannya dan lebih aktif ketika terlebih dahulu diberikan materi atau bahan yang cukup banyak oleh guru, daripada mereka harus mencari sendiri. Bahkan keaktifan mereka signifikan bertambah ketika diberitahukan bahwa selama presentasi dilakukan, guru mengadakan penilaian bagi mereka yang aktif dan sangsi (nilai 0) bagi mereka yang pasif.
Jadi pada akhirnya bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah lebih baik daripada menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu ceramah.
SARAN
Berdasarkan temuan – temuan yang didapat, maka peneliti memberikan saran kepada pihak sekolah agar lebih memperhatikan cara pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, misalnya dengan menyediakan alat – alat presentasi yaitu LCD PROJECTOR, Komputer/ Laptop dan tempat khusus untuk kegiatan cermah.
DAFTAR PUSTAKA
Alma. B, Guru Profesioanl, Alfabeta Bandung, 2008.
Arif s. Sadirman, dkk. 1993. Media Pendidikan. Jakarta. Cv. Grafindo.
Arikunto suharsimin. 1998. Pengelolaan kelas dan Siswa. Jakarta. CV Rajawali.
Hadis. A, Psikologi dalam Pendidikan, Alfabeta bandung, 2008
Homrighausen, E.G, dkk. 2004. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta. PT BPK Gunung Mulia.
Hutabarat. O, 2004, Model-model Pembelajaran aktif Pendidikan Agama Kristen SD, SMP, SMA berbasis Kompetensi, Bina Media Informasi.
Hutabarat. O, dkk, 2006, Pedoman untuk Guru PAK SD-SMA dalam melaksanakan kurikulum baru, Bina Media Informasi.
Mautang. Th, Pengembangan Profesi. Pedoman Praktis Menyusun Karya Ilmiah, ArtGym Press, Universitas Negeri Manado, 2005
Munandir. 1987. Rancangan Sistem Pengajaran. Jakarta. Depdikbud, Dikti.
Sudarwan Danim. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Sudjana. 1989. Metode Penelitian. Bandung. Tarsito.
Winarno Surakhmand. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung. Tarsito.