MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION

POKOK BAHASAN MENUMBUHKAN KESADARAN BERKONSTITUSI DI KELAS VIII-B SEMESTER GANJIL

SMP NEGERI 1 PARANGINAN TP. 2019/2020

 

Lumba Sihombing

SMP Negeri 1 Paranginan

 

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan penerapan Problem Based Instruction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi pelajaran Menumbuhkan kesadaran berkonstitusi serta sejauhmanakah terdapat peningkatkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa materi pelajaran Menumbuhkan kesadaran berkonstitusi setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem-based instruction (PBI) untuk materi pelajaran Menumbuhkan kesadaran berkonstitusi di Kelas VIII-b semester ganjil SMP Negeri 1 Paranginan T.P 2019/2020. Subjek dalam penelitian ini siswa kelas VIII-b SMP Negeri 1 Paranginan dengan sampel berjumlah 28 orang terdiri dari 22 perempuan dan 6 laki-laki penelitian kelas ini diambil berdasarkan hasil observasi terhadap kelas yang akan diteliti dengan dasar penarikan sampel bahwa seluruh populasi dijadikan sampel penelitian disebut dengan total sampling. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 7,18, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 6 orang (21,43%) dan belum tuntas sebanyak 22 orang (78,57%). Setelah dilakukan penerapan model problem based instruction pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 53,57% dari nilai awal menjadi 75,00% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 21 orang dan yang belum tuntas 7 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 27 orang (96,43%) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3,57%) dengan nilai rata-rata 81,2. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 21,43%. Setelah dilakukan penerapan model problem based instruction pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,62% dari nilai awal menjadi 57% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 13 orang dan yang belum tuntas 12 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 23 orang (92,00) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (8,00%) dengan nilai rata-rata 8,19. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,20%.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Problem Based Introduction

 

PENDAHULUAN

Dalam melakukan proses belajar siswa harus mengikuti aturan dan rambu-rambu tertentu yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang sudah di rencanakan secara baik dan terukur. Melalui proses pembelajaran yang baik dengan kemampuan guru tang cukupuntuk dapat menerapan problem-based instruction akan dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Melalui model ini siswa dapat mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.), guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. Pembelajaran merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dalam bentuk praktek dimana cara menyampaikan pelajaran siswa langsung dengan keterlibatan siswa sebagai focus pembelajaran. Proses pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa yang lebih dikenal dengan pembelajaran interaktif akan lebih meningkatkan motivasi dan minat belajar anak karena proses tersebut mengutamakan keterlibatan siswa dalam proses pembalajaran, dengan hal tersebut akan menjauhkan rasa bosan sisiwa dalam pembelajaran.

Prinsip belajar antara lain belajar harus menjangkau banyak segi, baik segi penerapan konsep, pemahaman konsep, menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan konsep, hasil belajar diperoleh berkat pengalaman melakukan suatu kegiatan dan belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yang sepatutnya dirasakan dan dimiliki oleh setiap Peserta didik maka dalam kegiatan belajar Peserta didik harus memenuhi prinsip-prinsip belajar tersebut dengan cara misalkan menggunakan model dan media yang menarik yang sesuai dengan materi dan keadaan Peserta didik, yang dapat merangsang Peserta didik untuk belajar dengan aktif tanpa paksaan dan tanpa merasakan kejenuhan saat belajar, sehingga belajar seperti terasa bermain, dan setiap Peserta didik dapat ikut serta secara aktif belajar didalamnya. Dengan kondisi seperti ini akan meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari pencapaian KKM yang sudah di tentukan di SMP Negeri 1 Paranginan, berdasarkan pengalaman dari semester sebelumnya pencapaian belajar siswa hanya 72% yang mengalami ketuntasan belajar.

Terlebih lagi pada pembelajaran mata pelajaran PKn jika disajikan hanya dengan metode ceramah cendrung menyebabkan pembelajaran yang membosankan siswa, untuk menarik keterlibatan dan partispasi siswa, seorang guru harus mengawali kegiatan dengan penanaman konsep harus benar-benar dipehatikan, karena sangat mempengaruhi pada pemahaman-upemahaman pada jenjang berikutnya, sehingga tidak terjadi kesalahan pada masa berikutnya berakibat fatal.

Pembelajaran pada siswa kelas 7 dan 8 pada sekolah menengah, sebaiknya dilaksanakan dengan berkelompok karena dapat menanamkan semangat dan gairah kerjasama bagi sesama peserta didik. Sosialisasi yang positif dikalangan siswa saatu hal yang baik untuk membentuk karakter siswa, karena dengan berdiskusi dalam kelompok akan menciptakan keakraban sesama peserta didik. Pembelajaran dengan tingkat keikut sertaan anak yang tinggi akan membentuk karakter anak dalam menyikapi berbagai seluruh permasalahan secara konferhensif. Jean Piaget mengemukakan belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, ditunjang oleh interaksi dengan temannya dan dibantu oleh pndidik. Pendidik hendaknya memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif mencari dan menerima berbagai hal dari lingkungan.

KAJIAN TEORITIS

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan secara terus menerus, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makluk hidup belajar. Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa “Pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula”. Sedangkan belajar adalah “Suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses perberbagai gambar yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan bertambah, berkembang daya pikir,sikap dan lain-lain, “ (Soetomo, 1993-120) Pasal 1 undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat keberhasilan dari target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertemuan. Adapun prosedur penelitian yang dipilih yaitu dengan menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart (1998).

 Hasil belajar adalah merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam kelas. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Menurut Benyamin.S. Bloom (1956) yang dapat mengatakan bahwa “Hasil belajar mencakup, aspek kognitif, efektif, dan psikomotor Romizosoki (1982)

Nilai-Nilai Pancasila

Dalam sejarah kita, sistem pemerintahan yang relatif stabil di mulai sejak tahun 1959, ketika Bung Karno mendapat kepercayaan besar dari militer dan berbagai komponen bangsa memimpin secara presidensial atau dikenal dengan masa dekrit presiden 5 Juli 1959. Pada tahun-tahun sebelumnya, sejak kemerdekaan, sistem pemerintahan jatuh bangun, dan sibuk mempertahankan kemerdekaan serta berdebat arah Konstitusi kita. Pemerintahan saat itu juga dikendalikan oleh seorang perdana menteri, di mana Presiden terkesan hanya simbol saja. Pada pemilihan umum pertama di Indonesia 1955, demokrasi ini dimaksudkan untuk memilih anggota DPR yang akan membentuk perdana menteri. Sukarno sendiri, tercatat dalam antrian peserta pencoblos di kotak suara pada tahun 1955 itu. Jadi praktik demokrasi pertama kita sebenarnya bernuansa demokrasi liberal. Setelah dekrit 1959, membubarkan Konstitusi dan juga akhirnya membubarkan DPR pada 1960. Untuk mengemban fungsi legislatif, sesuai Konstitusi UUD45, Sukarno membentuk MPRS (Majlis Permusyawartan Rakyat Sementata), DPR GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) dan DPAS (Dewan Penasehat Agung Sementara). Dalam pandangan Sukarno, demokrasi bangsa kita bukanlah demokrasi liberal ala barat, melainkan demokrasi terpimpin (guided democracy). Dalam model ini, demokrasi bukan untuk membentuk sistem pemeritahan yang liberal, melainkan pemerintahan yang sosialistik dengan cita-cita negara yang juga sosialistik. “Guided Democracy” ini adalah Implementasi dari persepsi bung Karno atas konstitusi kita saat itu.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam kelas. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari

Menurut Benyamin.S. Bloom (1956) yang dapat mengatakan bahwa “Hasil belajar mencakup, aspek kognitif, efektif, dan psikomotor Romizosoki (1982) Menyebutkan dan skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu:

  1. Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis
  2. Keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan konseptual.
  3. Keterampilan berkaitan dengan sikap kebijaksanaan perasaan dan self control
  4. Keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur Penelitian Tindakan

Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini memiliki beberapa tahapan pelaksanaan tindakan berupa siklus-siklus yaitu perencanaan tindakan observasi dan refleksi. Prosedur dalam penelitian ini direncanakan dua siklus. Adapun tahapannya adalah sbb:

Siklus I

  1. Tahap Perencanaan, Kegiatan yang dilakukan adalah:
  • Merencanakan tindakan yaitu penyusunan skenario pembelajaran tentang Menumbuhkan kesadaran berkonstitusi.
  • Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
  • Mempersiapkan materi ajar dengan menggunakan problem based instruction (PBI)
  • Merancang pembagian kelompok dibagi menjadi 5 kelompok dari 25 siswa
  • Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam setiap siklus dengan diterapkannya problem based instruction (PBI).
  • Tahap Pelaksanaan Tindakan
  • Setelah perencanaan disusun, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu:
  • Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
  • Guru memberikan LKS kepada masing-masing siswa
  • Guru meminta siswa melakukan pengamatan menganalisis mengkaji untuk menjawab soal yang ada di lembar kerja siswa (LKS).
  • Guru menjelaskan secara singkat tentang materi pembelajaran
  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran
  • Guru memberikan kesimpulan bersama dengan siswa
  1. Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat perkembangan pelaksanaan membuat kesimpulan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan kelemahan maupun kekurangan dalam pembelajaran siswa, untuk kemudian diperbaiki pada siklus II.

Setelah siklus I dilakukan belum mendapat hasil yang maksimal, maka dalam hal ini dilakukan Siklus II dengan tahapan yang sama sebagai berikut:

Siklus II

Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan siklus II merupakan tahap refleksi dari siklus I. Pada tahap ini guru dapat mengetahui seberapa banyak siswa yang kurang berhasil dalam belajar dan mempokuskan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I.

Dari hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan pada tindakan pertama dengan menemukan alternatif permasalahan yang muncul pada siklus I yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II dengan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan yaitu:

  1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran baru sesuai dengan permasalahan yang muncul pada siklus I dengan terhadap materi pelajaran Menumbuhkan kesadaran berkonstitusi, setelah dilakukan diagnose tentang kemampuan siswa.
  2. Sebelum masuk materi baru terlebih dahulu membahas soal mengenai tes pada siklus I sehingga siswa dapat menyelesaikan soal tentang materi Menumbuhkan kesadaran berkonstitusi
  3. Guru memberi pengarahan kepada siswa untuk lebih teliti dan semangat lagi untuk mengatasi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap tindakan ini berusaha mungkin memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada siswa. Tahap ini mempokuskan kepada pengembangan daya nalar siswa untuk menemukan sendiri hal penting dari pada Menumbuhkan kesadaran berkonstitusi. Hasil yang diharapkan yaitu agar seluruh materi yang diajarkan kepada siswa dapat di mahami dan benar-benar dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Berikut Pelaksanaan siklus II:

  1. Membahas materi yang dianggap sulit oleh siswa sehingga siswa kurang memahami konsep materi Menumbuhkan kesadaran berkonstitusi tersebut semakin mengerti.
  2. Menjelaskan tahap-tahap penggunaan penerapan problem based instruction (PBI) pada materi pelajaran Menumbuhkan kesadaran berkonstitusi sehingga siswa yang kurang memahami memberikan kesempatan bertanya kepada tentang hal yang masih belum diketahui siswa
  3. Memberikan contoh penerapan problem based instruction (PBI) sesuai dengan tahap-tahap prosedur penggunaannya
  4. Peneliti mengarahkan siswa yang tidak termotivasi untuk mempraktekkan hasil pembelajarannya serta memberikan kesempatan untuk bertanya
  5. Memotivasi siswa agar selalu aktif dalam memperhatikan materi pembelajaran
  6. Memberikan pengarahan kepada siswa yang masih kurang memahami pembelajaran
  7. Memantau aktivitas siswa selama melakukan diskusi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum perencanaan tindakan siklus I dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pre tetst yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mengetahui gambaran kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada yang disajikan untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik tentang pokok dengan pola pembelajaran yang lazim dilaksanakan oleh guru.

Siklus I

Perencanaan

Selanjutnya setelah mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, peneliti merancang suatu alternatif pemecahan masalah bagi siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

Guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Materi pembelajaran

  1. Membuat lembar observasi, guru mengamati proses pembelajaran
  2. Membuat Lembar Observasi, teman mengamati siswa selama proses pembelajaran
  3. Mempersiapkan berbagai gambar materi ajar mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran dengan menggunakan model problem based instruction (PBI)
  4. Merancang pembagian kelompok, siswa dibagi menjadi 4 kelompok
  5. Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa di akhir pelajaran

Pelaksanaan

Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran. Selanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran sekaligus memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan sesuai dengan model Penerapan problem based instruction. Peneliti menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan alat dan bahan serta model pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Selanjutnya dibagikan LKS yang telah disusun oleh peneliti sesuai dengan materi dan model pembelajaran. Selanjutnya peneliti memanggil salah satu kelompok untuk melakukan presentasi atas hasil kerja kelompok masing-masing. Pada akhir pelajaran, peneliti dan siswa sama-sama menyimpulkan pelajaran. Di akhir pertemuan siklus I, peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 53,57% dari nilai awal menjadi 75,00% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 21 orang (75,00%) dan yang belum tuntas 7 orang (25%).

Siklus I di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal, dengan nilai rata-rata 7,64. Siswa yang tuntas sebanyak 21 orang, artinya Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) =  Serta siswa yang Belum Tuntas sebanyak 7 orang dengan PKK =  selisih% ketuntasan.

Siklus II

Pada Siklus II, siswa yang aktif mengutarakan pendapatnya masih tergolong sedikit.

Perencanaan

Alternatif pemecahan masalah yang dirancang pada siklus II ini adalah sebagai berikut:

  1. Menyusun RPP dan menentukan soal-soal latihan yang akan diberikan kepada siswa pada saat pelajaran berlangsung
  2. Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran
  3. Peneliti kembali membagi kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa per kelompok
  4. Peneliti bersama-sama dengan siswa akan menyaksikan video (alat Peraga) tentang materi pembelajaran.

Diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 21,43% dari nilai awal menjadi 96,43% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 27 orang (96,43%) dan yang belum tuntas 1 orang (3,57%).

PEMBAHASAN

Pembelajaran dengan penerapan model problem based instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 7,18, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 6 orang dan belum tuntas sebanyak 22 orang.

Setelah dilakukan penerapan model problem based instruction pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 53,57% dari nilai awal menjadi 75,00% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 21 orang dan yang belum tuntas 7 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 27 orang (96,43%) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3,57%) dengan nilai rata-rata 8,19. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 21,43%.

 

 

KESIMPULAN

Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 7,18, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 6 orang (21,43%) dan belum tuntas sebanyak 22 orang (78,57%). Setelah dilakukan penerapan model problem based instruction pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 53,57% dari nilai awal menjadi 75,00% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 21 orang dan yang belum tuntas 7 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 27 orang (96,43%) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3,57%) dengan nilai rata-rata 81,2. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 21,43%.

Setelah dilakukan Penerapan problem based instruction pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,62% dari nilai awal menjadi 57% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 13 orang dan yang belum tuntas 12 orang. Pada siklus II nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 23 orang (92,00) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (8,00%) dengan nilai rata-rata 8,19. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,20%.

SARAN

Hendaknya guru dapat menggunakan media dan model pembelajaran yang bervariasi sehingga Pembelajaran menyenangkan dapat terwujud. Siswa diharapkan dapat membangun pola interaksi dan kerjasama, baik dengan sesama siswa, dengan guru, dan lingkungan demi terlaksananya proses belajar mengajar yang baik Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan jenis penelitian yang sama, hendaknya dapat memperbaiki tahapan-tahapan dalam model ini serta mengkombinasikannya dengan model pembelajaran yang lain sehingga dapat menghasilkan data penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Suharto dan Iriyanto, Tata. (1998). Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Indah.

Sumaadmadja , Nursid. 1980. Metodologi Pengajaran: Alumni Bandung

Sunaryo Kartadinata dkk (1997), Landasan-landasan Pendidikan Sekolah Dasar, Depdikbud, Jakarta.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

WIS Purwadarminta (1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Zainal Aqib Elham Rohmanto,2006, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, Bandung, Yrama Widya, Bandung.