MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS II

SDN WIRUN KECAMATAN WINONG

DALAM PELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Purwiyanto

SDN Wirun Kecamatan Winong, Kabupaten Pati

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan karena hasil yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Banyaksiswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran matematika. Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan hasil belajar tematik siswa kelas II SDN Wirun Kecamatan winong melalui pembelajaran kooperatif NHT Tahun Pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini terdiridari 2 siklus dilaksanakan di SD Negeri Wirun Kecamatan Winong denganjumlah 13 siswa.Tehnikpengumpulan data menggunakan lembar pengamatana ktivitas guru, lembar pengamatan aktivitas peserta didik, lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik .Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan belaja rsiswa mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam pembelajaran prasiklus siswa yang tuntashanya 2 siswa atau 15% dari 13 siswa.Pada perbaikan pembelajaran siklus 1 meningkat, siswa yang nilainya di atas 65 menjadi 9 siswaatau 69% darijumlah 13 siswa, danpadaperbaikansiklus 2 menjadi 11 siswaatau 85% dari 13 siswa. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan hasil belajar tematik siswa kelas II SDN Wirun Kecamatan Winong dalam pelajaran matematika Tahun Pelajaran 2013/2014. Sehingga model pembelajaran kooperatif NHT juga sangat tepat bila diterapkan pada pelajaran lain.

Kata Kunci: Hasil belajar tematik, pelajaran matematika, kooperatif NHT (Number Head Together)


PENDAHULUAN

Dalam Permendiknas RINo. 41 (2007: 6) disebutkan bahwa proses pem-belajaran pada setiap satuanpendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspi-ratif, menyenangkan,menantang, dan me-motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikanruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat, dan perkem-bangan fisik serta psikologis siswa. Hal ini menunjukkanbahwa dalam pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalanmasalah yang sesuai dengan situasi mengajar dan sekaligus melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembe-lajarannya.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutupendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulankompetitif dan komparatif sesuai standar nasional, Depdiknas melakukanpergeseran paradig-ma dalam proses pembelajaran, yaitu dari teacher activeteaching menjadi student active learning. Maksudnya adalah per-ubahan orientasi pembelajaran yang ber-pusat pada guru (teacher centered) men-jadi pembelajaranyang berpusat pada siswa (student centered). Dalam pembela-jaran yang berpusatpada siswa, guru diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator yang akanmemfasilitasi siswa dalam belajar, dan siswa sendirilah yang harus aktif belajardari berbagai sumber belajar.

Dikemukakan Suparman (1997: 156), bahwa kemampuan mengatur urutan kegiatan pembelajaran, pemilihan metode dan media tertentu serta pembagian waktu dalam kegiatan pembelajaran bagi seorang guru akan menjadi modal utama dalam merencanakan kegiatan pembelajaran se-cara sistematik. Karena apa yang diajarkan guru, bukan saja relevan dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran yang ber-sangkutan, melainkan juga harus dikuasai dengan baik oleh siswa yang diajarnya serta kegiatan pembelajarannya harus menarik dan bervariasi.

Untuk pembelajaran tematik pada siswa kelas rendah sangat penting, sebab setiap saat apa yang kita lakukan, apa yang kita lihat adalah sumber dari pembelajaran tematik tersebut adalah kehidupan sehari-hari. Pokok bahasan dalam pembelajaran tematik memadukan banyak hal dan mengembangkan pola berfikir anak.

Namun demikian, kenyataan di lapangan guru masih mengalami kesulitan bagaimana menyelenggarakan pembelajar-an yang efektif. Seperti dikemukakan Zamroni (dalam Sutarto Hadi, 2000: 1), orientasi pendidikan di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) cenderung memperlakukan siswa berstatus sebagai obyek; (2) guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator; (3) materi bersifat subject-oriented; dan (4)manajemen bersifat sentralistis. Ciri-ciri tersebut, mengidentifikasikan bahwabelum adanya peran aktif siswa dalam pembela-jaran. Guru di sekolah lebih berperan sebagai subyek pembelajaran (pembelajar-an berpusat pada guru), sedangkan siswa sebagai obyek, serta pembelajaran tidak mengaitkan dengankehidupan sehari-hari siswa.

Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan di atas, maka perlu kiranya bagi guru bagaimana sebaiknya mengatur urutan kegiatan pembelajarannya sehingga relevan dengan tujuan pembelajaran, dan dikuasai dengan baik oleh siswa yang diajarnya, serta kegiatan pembelajarannya kooperatif, menarik, bervariasi, dan meli-batkan peran aktif siswa. Menciptakan kondisi yang menyenangkan, sehingga anak didik lebih menarik dan tertantang terhadap materi yang diberikan.

Permasalahan yang selama ini penulis hadapi adalah.hasil pembelajaran yang dilakukan sangat rendah, sehingga hasil belajar yang didapat kurang maksimal. Dari 13 siswa kelas II SD Negeri Wirun Kecamatan Winong 2 siswa/15% yang tuntas ( nilai > 65 ), sedangkan 11 siswa/85% belum tuntas (nilai < 65 ).Dari data diatas berarti menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalammenggunakan alat ukur berat. Berdasarkan temuan permasalahan di kelas II SD Negeri Wirun Kecamatan Winong Kabupaten Pati, untuk memecahkan masa-lah dan memperbaiki proses pembelajaran tersebut, guru menetapkan alternatif tindakan yang dapat di ambil adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat. Adapun model pembelajaran yang diterap-kan yaitu pembelajaran kooperatif NHT (Number Head Together) sehingga diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif NHT (Number Head Together) adalah suatu metode belajar yang melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.Tugas guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai, guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor awal,guru membagi kelas dalam beberapa kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama, guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelom-pok, guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (na-ma) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok, guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran, guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual, guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Berdasarkan analisis masalah di atas maka penulis memberikan alternatif dan prioritas pemecahan masalah sebagai berikut:

a. Guru harus mengunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa agar materi yang disampaikan dapat dikua-sai oleh siswa

b. Guru harus memberikan contoh contoh soal yang berhubungan dengan materi sehingga siswa mudah dalam menger-jakan soal latihan.

c. Lebih sering memberiakan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dalam kegiatan belajar mengajar

d. Semakin sering memberikan motivasi kepada siswa agar siswa lebih berse-mangat dalam pembelajaran

e. Menggunakan metode dan model pembelajaran yang sesuai atau tepat agar pembelajaran lebih bervariatif tidak monoton dan tidak membosan-kan.

f. Dalam pembelajaran kelas rendah harus berdasar tema dan ada jalinan antara mata pelajaran satu dan mata pelajaran yang lain (saling dikaitkan)

g. Pemanfaatan alat peraga dan media pembelajaran secara maksimal agar peserta didik aktif dapat terlibat dalam kegiatan belajar itu sehingga terhindar dari gejala verbalisme.

h. Menanamkan disiplin atau pembiasaan peserta didik agar tertib, aktif (tidak malas) dan tidak ribut saat pembe-lajaran berlangsung

i. Mengatur alokasi waktu dengan tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis mencoba untuk mengkaji tentang permasalahan mengenai metode atau model pembelajaran yang dilakukan kurang tepat. Dengan demikian penulis mencoba Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas II SDN Wirun Keca-matan Winong. Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Koopera-tif NHT Tahun Pelajaran 2013/2014.

Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Apakah dengan model pembelajaran NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan hasil pembelajaran te-matik siswa kelas II SDN Wirun Kecamatan Winong?

b. Apakah dengan model pembelajaran NHT (Number head Together) dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran Tema-tik bagi siswa kelasII SDN Wirun Kecamatan Winong?

c. Apakah dengan model pembelajaran NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang alat ukur berat bagi siswa kelas II SDN Wirun Kecamatan Winong?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian adalah: Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas II SDN Wirun Kecamatan Winong Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif NHT Tahun Pelajaran 2013/2014, Meningkatkan aktivi-tas siswa dalam pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran NHT (Number Head Together). Meningkatkan keterampil-an guru dalam mengelola pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran NHT (Number Head Together). Meningkat-kan hasil belajar Matematika pada siswa kelas II SDN Wirun Kecamatan Winong melalui Pendekatan Tematik berbasis NHT (Numbr Head Together).

Manfaat penelitian ini adalah: Meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran Matematika, sehingga men-jadi mata pelajaran yang menarik dan disukai oleh siswa. Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Meningkatkan hasil belajar dan menambah pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika. Sebagai sarana bagi guru untuk mampu mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan. Menjadikan guru dapat memecahkan masalah-masalah da-lam proses pembelajaran. Membuat guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksana-kan pembelajaran. Digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasiguru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisiendengan menerapkan mo-del pembelajaran yang inovatif. Menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di sekolah. Meningkatkan kualitas lulusan terutama mata pelajaran matemati-ka, IPA dan bahasa Indonesia. Melaksana-kan inovasi pendidikan di sekolah dasar. Sebagai arah kebijakan sekolah terhada pelaksanaan pembelajaran. Digunakan untuk acuan untuk melakukan penelitian lain dalam kasus yang sama. Digunakan sebagai referensi dalam melakukan peneli-tian sejenis dilembaga lain

KAJIAN PUSTAKA

Gagne (dalam Siddiq, 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu prosesdi mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

a. Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasa-kan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif.

b. Perubahan perilaku

Hasil belajar perubahan-perubah-an perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya.

c. Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antarindividu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Menurut James, (dalam Winatapu-tra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk menda-patkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) tersebut di peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian belajar sepanjang hayat.

Muhibbin (dalam Suhartinah, 2007) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempenga-ruhi perilaku orang tersebut.

Slameto (dalam Kurnia, 2007:1) merumuskan belajarsebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mem-peroleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan ling-kungannya.

Dari pernyataan para ahli tersebut apat dinyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku individu dengan ling-kungannya melalui pengalamannya berupa kemampuan, keterampilan, serta sikapnya.

Menurut Gagne (dalam Dimyati 1999:10-12) memaparkan bahwa hasil belajar terdiri dari informasi verbal yang berupa pengetahuan, ketrampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Untuk mengetahui seberapa penyampaian hasil belajar yang diperoleh individu (siswa) harus dilakukan suatu penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan degan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrument test maupun non test.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudja-na, 2004: 22).

Sedangkan menurut Kingsley (da-lam Sudjana, 2004: 22). membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Kete-rampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemam-puan yang dimilikinya. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembe-lajaran

Clark (1981: 21) menyatakan bah-wa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Dari uraian beberapa ahli di atas dapat dirumuskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami pengalaman belajar berupa perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal berupa kemampuan personal dari dalam individu siswa dan faktor eksternal dari luar diri siswa yakni lingkungan.

Menurut Isjoni bahwa pembelajar-an adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar.Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.Pihak-pihak yan terlibat dalam pembelajaran adalah guru dan siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya.Isi kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah guru dan siswa yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui guru dan siswa dalam pembelajaran.

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi.

Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebiherat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat dinyata-kan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru melalui penggu-naan metode tertentu untuk membantu siswa dalam belajar.

Menurut Joni, T.R (1996:3), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi mengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisi-pasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.

Hadisubroto (2000:9), pembelajar-an terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara sepontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Ujang Sukandi, dkk. (2001:3), pengajaran terpadu pada dasarnya dimak-sudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema.

Hilda K. & Margaretha S.Y, (2007). Kegiatan pembelajaran berlangsung di seputar tema kemudian baru membahas masalah konsep-konsep pokok yang terkait dalam tema. Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa SD kelas 1,2, dan 3, pembelajaran pada tahap ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung pada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menjadikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran bersifat fleksibel, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa. Pembelajaran tematik memiliki kekuatan diantaranya pengalamaan dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, menyenangkan karena bertolak dari kebutuhan dan minat siswa, hasil belajar akan bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna, mengem-bangkan ketrampilan berpikir siswa dengan permasalahn yang dihadapi dan menum-buh kembangkan ketrampilan sosial dalam bekerja sama, bertoleransi, berkomunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Melalui pembelajaran tematik, sis-wa mengalami proses pembelajaran yang mencakup jalinan materi dari 5 mta pelajaran yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Pengetahuan alam, pengetahua Sosial dan Seni Budaya. Pada pembelajaran tematik guru membimbing siswa secara individual maupun klasikal untuk mencurahkan gagasan mengenai topik yang akan dipelajari (proses eksplorasi) melalui tema yang diangkat dari kehidupan sehari-hari sehingga menaarik untuk memicu minat belajar siswa. Tujuan dari tema adalah memahami berbagai mata pelajarn, konsep, ketrampilan yang dapat dijadikan alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi tema yang dipelajari.

Sedangkan menurut Piaget, siswa usia SD (7 – 11 tahun) perkembangan berpikirnya berada pada tahap operasional konkrit. Anak pada tahap ini memerlukan pengalaman fisik seperti memanipulasi benda-beda konkrit untuk membentuk pengalaman logika berpikirnya.Pada tahap ini siswa sudah dapat berpikir logis tetapi masih memelukan benda-benda konkrit (nyata) yang dapat diotak-atik sesuai dengan keinginannya sehingga dapat dapat memahami konsep-konsep abstrak. Kegiat-an ini dapat membantu perkembangan in-telektualnya. Proses pembelajaran dengan memberi kesempatan pada siswa untuk memanipulai benda konkrit da meng-eksplorasi informasi (hand on activities) sangat penting untuk membantu proses berfikir.

Secara etimologi matematika ber-asal dari bahasa latinmanthanein atau mathemata yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari” berkaitan dengan penalar-an. Matematika adalah ilmu yang tidak bisa lepas dari realitas kehidupan manusia sehari-hari. Matematika mengalami per-ubahan. Sepanjang sejarah matematika dengan segala perkembangan dan penga-laman sekarang.

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep- konsep yang saling berhu-bungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri, James (dalam Ruseffendi, dkk 1996:27).

Johnson (dalam Ruseffendi, dkk. 1996: 28), Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuk-tian yang logis. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisi-kan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat.
Menurut Reys (dalam Ruseffendi 1996:28) mengemukakan bahwa Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau cara berpikir, suatu seni suatu bahasa dan suatu alat.

Puskur-Dit PTKSD (2003: 2), Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterlibatan antar konsep dalam Matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

Berdasarkan pengertian yang dike-mukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika pola berpikir yang membutuh-kan pembuktian logis yang terbagi dalam bidang yaitu aljabar, geometri, dan analisis yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993).Pada umumnya NHT (Number Head Together) digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pem-belajaran.

Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Togeher) pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelom-pok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan otalsema siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Rahayu, (2006) NHT (Number Head Together) adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresenta-sikan di depan kelas.Model pembelajaran NHT (Number Head Together) adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struk-tur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaki siswa.Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.Strktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari struktur kelas tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemuian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbul-kan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan guru.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran NHT (Number Head Together) adalah variasi pembelajar-an kelompok dengan cara melibatkan setiap individu aktif bertanggung dalam kegiatan kelompoknya.

Menurut Meilan Selly Putriana S.T (2009) NHT mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan NHT adalah sebagai berikut: Menyebabkan siswa aktif dalam menjawab pertanyaan, Melatih siswa berani dalam menyampaikan pendapat dan berani bicara di depan kelas. Memotivasi dalam belajar. Melatih siswa untuk bekerja-sama dan menghargai pendapat teman dalam kelompok. sedangkan kelemahan NHT adalah:     Pengkondisian kelas ku-rang. Waktu pembelajaran yang diperlukan menjadi lebih panjang.

Penerapan metode NHT mempu-nyai kelebihan yang lebih banyak daripada keurangannya sehingga tepat apabila digunakan dalam pembelajaran tematik.

Setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya untuk menghadapi problematika dalam pembela-jaran. Karena model pembelajaran koope-ratif adalah salah satu pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Diantara berbagai model pembelajaran kooperatif adalah NHT (Number Head Together).

Dalam kondisi awal guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembe-lajaran Matematika materi penggunaan alat ukur berat sehingga kualitas pembelajaran Matematika (aktifitas, keterampilan guru, hasil belajar siswa) rendah.Untuk perbaik-an selanjutnya, tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT (Number Head Together).Dalam model pembelajar-an kooperatif NHT (Number Head To-gether), guru menggunakan kartu soal sebagai medianya, sehingga siswa dengan mudah mempelajari Matematika terutama pada materipenggunaan alat ukur berat. Dengan menerapkan model pembelajaran NHT (Number Head Together), maka kualitas pembelajaran Matematika (aktivi-tas siswa, keterampilan guru, hasil belajar siswa) akan meningkat.

Penerapan model pembelajaran kooperatif NHT (Number Head Together) dengan pendekatan tematik diterapkan dalam pembelajaran Matematika di SDN Wirun Kecamatan Winong pada pokok bahasan menggunakan alat ukur berat akan menjadikan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas II SDN Wirun Kecamatan Winong Kabupaten Pati akan meningkat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

No

Tahap

KKM

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Rata-rata

T

%

BT

%

1

Pra siklus

65

100

20

41

15

85

2

Siklus 1

65

100

30

67

69

31

3

Siklus 2

65

100

40

86

85

15

Berdasarkan tabel diatas tampak jelas bahwa ada peningkatan hasil belajar dalam tiap siklusnya. Hal tersebut ditunjukkan dari pra siklus peserta didik yang nilainya di atas 65 atau telah tuntas KKM hanya 15% kemudian siklus 1 meningkat menjadi 69% dan siklus 2 meningkat lagi menjadi 85%.

Keberhasilan tersebut dapat tercapai karena adanya perbaikan pembelajaran yaitu pemilihan model dan metode yang tepat pada pembelajaran Matematika tematik kelas II pada materi penggunaan alat ukur berat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT (Number Head Together). Dengan demikian penggunaan metode kooperatif NHT ternyata dapat meningkat-kan hasil pembelajaran tematik tentang alat ukur berat.Peningkatan hasil belajar itu ditandai dengan semakin meningkatnya aktivitas guru, aktivitas siswa, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar siswa.

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LAN-JUT

Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siswa kelasII SD Negeri Wirun Kecamatan Winong Kabupa-ten Pati, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dengan menggunakan model pembelajaran NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan hasil pem-belajaran tematik siswa kelas II SDN Wirun Kecamatan Winong. Dengan menggunakan model pembelajaran NHT (Number head Together) dapat meningkatkan keterampil-an guru dalam mengelola pembelajaran Tematik bagi siswa kelasII SDN Wirun Kecamatan Winong. Apakah dengan model pembelajaran NHT (Number Head Together) dapat meningkatkan pemaha-man siswa tentang alat ukur berat bagi siswa kelas II SDN Wirun Kecamatan Winong

Setelah mengadakan penelitian tindakan kelas maka disarankan pada: Pemberian apersepsi serta motivasi sebelum penyampaian materi diperlukan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru perlu merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan mengguna-kan strategi (model dan metode) yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi siswa yang akan diberi pelajaran. Guru harus menerapkan pembelajaran tematik yang terpadu dan holistik (utuh) pada siswa usia 7 sampai 9 tahun karena sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, serta perkembangan berpikirnya berada pada tahap operasional konkrit. Guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang dinamis dan bermakna sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran ada hubungan timbal balik. Pemberian nilai itupenting, karena dapat memotivasi siswa meningkat-kan hasil belajar. Guru harus memanfaat-kan alat peraga secara maksimal dalam pembelajaran. Guru harus memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, sehing-ga terjalin komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik Kepada supervisor dalam hal ini pengawas TK/SD Kecamatan Winong Kabupaten Pati selalu memberikan bimbingan – bimbingan terhadap persoalan yang dihadapi para guru dalam pembela-jaran

DAFTAR PUSTAKA

Siddiq, M. Djauhar. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Slameto. 2007. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syah, Muhibin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT raja Grafindo Persada

Arsyad, Ashar, 1997, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo.

Karli, H. 2007. Panduan Belajar Tematik untuk Sekolah Dasar Kelas II Semester 2. Jakarta. Erlangga.

Eddy Wibowo, Mungin dkk. 2007. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Djuanda, D. et al. 2009. Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI   Kampus Sumedang.

Hermawan, Ruswandi, dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar.Bandung: UPI PRESS.

Kurnia,Inggridwati.dkk. 2007.Perkembangan belajar peserta didik. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Wardhani, IGKA dan Kuswaya Wihardit. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

 

Wibawa, B dan Mukti.(1991). Media Pengajaran.Jakarta: Depdikbud.