Pembelajaran Tematik Dapat Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bangun Datar
PEMBELAJARAN TEMATIK DAPAT MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN DATAR
MELALUI MEDIA GAMBAR DAN STYROFOAM BAGI KELAS I SEMESTER II SD NEGERI GROWONG LOR 01 JUWANA PATI 2014/2015
Rasmini
SD Negeri Growong Lor 01 Juwana Pati
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan mengetahui Pembelajaran tematik dapat meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar melalui media gambar dan styrofoam bagi kelas I semester II SD Negeri Growong lor 01 Juwana Pati 2014/2015 Penelitian yang dilakukan menggunakan model kuantitatif deskriptif. Subyek penelitian ini adalah 29 siswa Kelas I SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2014/2015. Teknik pengumpulan data keterampilan belajar Membaca Pemahaman dilakukan dengan model test. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase itu akan dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa. Analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil tes awal nilai rata-rata 72. Siswa yang mendapat nilai di atas 65 sebanyak 9 siswa atau 31%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas naik menjadi 74. Siswa yang mendapat nilai di atas 65 sebanyak 24 siswa atau 79,2%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas naik menjadi 88. Siswa yang mendapat nilai di atas 65 sebanyak 28 siswa atau 96,6%. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan bahwa kemampuan mengenal bangun datar siswa kelas I SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tuntas ditentukan apabila 80% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas. Dari hasil tindakan dengan penerapan Pembelajaran tematik dapat meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar melalui media gambar dan styrofoam terdapat peningkatan yang signifikan, dari analisis data diketahui jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas mencapai 96,6 (28 siswa) sehingga diasumsikan bahwa sebagian besar siswa telah menuntaskan belajar mengenal bangun datar. Dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dengan Pembelajaran tematik dapat meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar melalui media gambar dan styrofoam dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus. Pada siklus I aktivitas belajar siswa mencapai 54,46%, pada siklus ke II mengalami meningkatan menjadi 83,93 persen, yang dapat diasumsikan bahwa dengan Pembelajaran tematik dapat meningkatkan kemampuan mengenal bangun datar melalui media gambar dan styrofoam, siswa semakin antusias mengikuti pelajaran.
Kata Kunci: Tematik, kemampuan, media gambar, styrofoam
PENDAHULUAN
Gerakan atau reformasi untuk memperbaiki matematika di sekolah selalu terjadi dan mengalir dari waktu ke waktu. Isi, metode pembelajaran, urutan pembela–jaran, dan cara evaluasi pembelajaran dimodivikasi, direvormasi, dan direstruk–turisasi.
Seiring dengan perkembangan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada peserta didik (student centered), berkembang pula cara pandang terhadap bagaimana peserta didik belajar dan memperoleh pengetahuan. Kenyataan bahwa peserta didik adalah makhluk hidup yang mempunyai kemampuan berfikir maka tentu mereka mempuanyai kemam-puan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar dan lingkungan hidup. Mereka secara individual atau berkelom–pok, dapat membangun sendiri pengetahu–an mereka dari bebagai sumber belajar di sekitar mereka, tidak hanya yang berasal dari guru (Gatot Muhsetyo, 2010).
Oleh karena itu, seorang guru harus melakukan tugasnya dengan profe–sional sehingga dapat membawa keber–hasilan anak didiknya. Keberhasilan siswa dapat dilihat dari penguasaan materi dengan ditunjukkan nilai yang diperoleh pada waktu tes. Di samping itu guru harus mampu dan mau melakukan inovasi dan perbaikan pembelajaran. Perbaikan itu sendiri dapat dilaksanakan jika mampu mengendalikan serta menganalisa hasil kerjanya melalui Penilitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan cara merefleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru dan mampu melaksanakn tugas secara profesional. Dari refleksi tersebut guru dapat menemukan kelemahan dan kekuatan tindakan yang telah dilakukan. Untuk selanjutnya guru memperbaiki kelemahan dan menyempur–nakan tindakan yang dianggap telah baik, sehingga proses serta hasil belajar siswa meningkat.
Laporan yang akan penulis sampaikan di sini adalah mengenai penguasaan mata pelajaran matematika tentang bangun datar kelas I semester dua di SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Dalam pembela–jaran tersebut ternyata belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini tercermin dari hasil ulangan dari 29 siswa, yang memperoleh nilai lebih dari 75 hanya 9 siswa, serta 20 siswa memperoleh nilai di bawah 75.
Melihat hasil yang diperoleh siswa menunjukkan rendahnya tingkat penguasa–an siswa terhadap materi pelajaran matematika dengan materi bangun datar. Maka peneliti malaksanakan perbaikan pelajaran melalui Penelitian Tindakan kelas (PTK). Dengan tujuan agar siswa mampu mengenali dan mengelompokkan bangun datar.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang tersebut diatas, penulis melakukan refleksi diri terhadap apa yang telah dilaksanakan pada pembelajaran dan mengingat kembali apa yang dilakukan dalam kelas yang pelaksanaanya dibantu oleh teman sejawat agar memperoleh pemecahan masalah yang muncul dalam pembelajaran matema-tika yang dilaksanakan penulis. Setelah penulis berdiskusi dengan obsever terung–kap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu:
a. Suasana kelas kurang kondusif.
b. Perhatian siswa terhadap materi pem–belajaran kurang
c. Interaksi siswa dan respon siswa masih kurang.
d. Penjelasan guru terlalu abstak
Proses pembelajaran dengan mate–ri bangun datar di kelas I SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati bisa berjalan dengan efektif dan berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) harus disertai dengan inovasi pembelajaran. Penulis beserta teman sejawat berusaha menentukan alternatif pembelajaran agar mencapai ketuntasan. Adapun alternatif pembelajar-annya adalah sebagai berikut: Pemberian motivasi pada awal pembelajaran atau apersepsi sangat diperlukan untuk meng-ajak siswa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran. Dengan adanya motivasi di awal pembelajaran, siswa akan merasa tertan–tang untuk menerima materi. Pembelajaran akan efektif apabila guru tidak mendo–minasi kelas. Guru harus mengajak siswa untuk belajar bersama dan memberi kesempatan siswa untuk maju ke depan atau mengemukakan pendapat. Untuk menciptakan suasana kelas lebih hidup guru harus mengajak siswa untuk tanya jawab tentang materi yang diajarkan. Tujuan mengajak siswa untuk tanya jawab adalah mengukur sampai dimana siswa tersebut menguasai materi. Penggunaan media yang tepat sesuai dengan pembelajar membuat siswa merasa senang dan lebih cepat menerima materi.Dalam pembelajaran bangun datar guru dapat menggunakan media gambar dan styrofoam untuk proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah di atas penulis kemudian berdiskusi dengan teman sejawat untuk merumuskan masalah dalam PTK ini. Adapun rumusan masalahnya adalah seba–gai berikut: “Apakah media gambar dan styrofoam dapat meningkatkan kemampu–an Mengenal bangun datar bagi kelas I di SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2014/2015”?
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang akan dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal ba-ngun datar melalui media gambar dan styrofoam bagi kelas I di SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
Penelitian ini mempunyai manfaat bagi siswa, guru maupun sekolah. Adapun manfaat itu adalah sebagai berikut: Memotivasi siswa untuk lebih aktif dan semangat dalam mengikuti kegiatan pem–belajaran. Meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan KKM. Membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelola–nya untuk meningkatkan kualitas pembela–jaran. Membantu guru untuk berkembang secara profesional. Mengangkat rasa percaya diri dalam proses pembelajaran sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dalam mengajar. Memberi kesempatan guru untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya. Membantu sekolah untuk berkembang lebih maju dalam meningkat–kan hasil belajar siswa. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dalam menangani masalah yang serupa atau sama. Sebagai alternatif model pembelajaran di sekolah.
KAJIAN PUSTAKA
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal (Mulyani Sumantri, 2009).
Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembang-nya pemahaman terhadap ruang dan waktu (Agus Taufiq, 2010).
Sesuai dengan tahapan perkem-bangan anak, karakteristik cara anak belajar dan konsep belajar, sebaiknya siswa kelas I SD dalam melakukan pembe–lajaran harus menggunakan Pembelajaran Tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2010) Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep- konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Muatan seni budaya dan keteram–pilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.
Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfa-atan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pembe-rian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan ber-apresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.
Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki peranan dalam pem–bentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuh–an perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas kecer–dasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.
Bidang seni rupa, musik, tari, dan keterampilan memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam pendidikan seni dan keterampilan, aktivitas berkesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.
Siswa kelas satu sekolah dasar merupakan usia pada tahap belajar sambil bermain. Siswa cenderung semangat dalam mengikuti pembelajaran apabila dalam penyampaian materi diintegrasikan dengan permainan atau ketrampilan lain yang bersifat menghibur. Guru kelas satu harus pintar mengkolaborasikan materi pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya demi terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan.
Dalam mengenalkan bangun datar pada kelas satu, guru dapat meng–gabungkan pelajaran matematika dengan pelajaran seni budaya dan ketrampilan (SBK). Proses pembelajarannya dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk maju ke depan kelas membentuk kelompok kecil menarikan gerakan sederhana dengan gerakan bangun datar yang ditunjuk gurunya. Siswa akan merasa senang sekaligus mengerti bentuk bangun datar tanpa menghafal bentuknya karena sudah dipraktikkan dengan tarian di depan kelas.
Pembelajaran bangun datar dengan seni tari dapat menyeimbangkan otak kiri dan kanan siswa. Hal itu sangat perlu diberikan oleh siswa kelas rendah karena siswa kelas satu masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indera, sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten (Piaget dalam Fadjar Shadiq, 2011).
Pembelajaran matematika adalah pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Gatoto Muhsetyo, 2010).
Merupakan suatu kenyataan bahwa suatu Standar Kompetensi (SK) maupun suatu Kompetensi Dasar (KD) harus diajar–kan mendahului SK maupun KD lainnya. Namun apa dasar pengurutan pembela–jaran itu? Apakah hanya didasarkan pada kata hati para guru dan pakar saja?
Gagne dalam Fadjar shadiq (2011) memberikan dasar tentang cara mengurut-kan materi pembelajaran dengan selalu menanyakan pertanyaan seperti ini: “Pengetahuan apa yang lebih dahulu harus dikuasai siswa agar ia berhasil mempelajari suatu pengetahuan tertentu?” Setelah mendapat jawabannya, ia harus bertanya lagi seperti pertanyaan di atas tadi untuk mendapatkan pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai dan dipelajari siswa sebelum ia mempelajari pengetahuan tersebut. Begitu seterusnya sampai didapat urut-urutan pengetahuan dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Karena itu, hirarki belajar harus disusun dari atas ke bawah. Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan, atau pengeta-huan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan di atasnya itu.
Seorang siswa SD/MI dapat me–nentukan bangun datar hanya jika ia sudah berturut-turut menguasai konsep bangun datar. Seorang guru harus dapat menjelas-kan bahwa agar siswa mampu melaksa-nakan kegiatan tertentu, maka siswa tersebut terlebih dahulu harus mampu melaksanakan kegiatan di bawahnya sebagai pengetahuan prasyaratnya. Untuk memudahkan para siswa selama proses pembelajaran di kelas, proses pembelajar–an harus dimulai dengan mengecek, mengingatkan kembali, dan memperbaiki pengetahuan-pengetahuan prasyaratnya.
Pada kegiatan mengenal bangun datar (di kelas I semester 2) anak belum mengenal nama-nama bangun secara spesifik, baru mengenal lingkaran dan bukan lingkaran, segitiga dan bukan segitiga, segiempat dan bukan segiempat. Di antara tiga macam bangun tersebut guru mengenalkan bangun yang sering ditemui siswa agar siswa mudah mengingat dan memahaminya. Dalam mengenalkan bentuk dan nama bangun sebaiknya guru tidak langsung mengumumkan nama dari bangun tersebut, namun terlebih dahulu guru menggali pengalaman siswa baru kemudian mengambil kesepakatan nama bangun dalam matematika (Agus Suharjana, 2008).
Pengenalan bangun datar pada kelas I yang disertai contoh langsung membuat anak lebih mudah mengerti dan cepat mengenal bangun yang dimaksud. Adapun guru selaku pentranfer ilmu harus mempunyai inovasi dalam pembelajaran bangun datar supaya siswa termotivasi dalam pembelajaran. Misalanya pengguna–an media pembelajaran dan bentuk – bentuk bangun datar secara langsung.
Pada saat kegiatan pembelajaran, tidak semua siswa mampu berkonsentrasi dalam waktu relatif lama atau menyerap semua pelajaran yang diberikan guru. Mereka sering terpengaruh dengan hal-hal sepele antara sesama siswa di dalam kelas. Guru harus mampu menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran yang ber–langsung, sehingga siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran agar tercapai hasil belajar yang optimal.
Menurut Djamarah (2002), media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Djamarah membagi media ke dalam:
1. Media auditif, yaitu media hanya mengandalkan kemampuan suara.
2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan penglihatan.
3. Media audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar
Dalam penelitian ini peneliti me-milih pembelajaran langsung yang dikola-borasikan dengan media gambar. Untuk menyampaikan materi bangun datar penulis memilih media gambar yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari–hari. Peneliti berharap agar siswa lebih dapat memahami konsep bangun datar dengan media gambar.
Karakteristik anak yang berada di kelas awal adalah yang berada pada rentang usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini guru pada waktu proses belajar mengajar harus menggunakan contoh benda yang nyata bagi kehidupan anak.
Piaget dalam gemuruh (2009) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterprestasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep ang ada dalam pikiran sebagai hasil pengamatan terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada yahapan operasional konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:
1. Mulai memandang dunia secara objektif
2. Mulai berfikir ke arah opersional
3. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda – benda
4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan – aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat
5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Pembelajaran matematika dikelas rendah harus memperhatikan aspek kehidupan anak. Pemberian materi harus sesuai dengan pola pikir dan prilaku anak dalam kehidupan sehari – hari. Pengguna–an media styrofoam dalam pembelajaran bangun datar sangat membantu anak da–lam memahami konsep. Anak akan tertarik jika dalam pelaksanaan pembelajaran diberikan media yang mengarah kepada permainan tetapi tidak meninggalkan tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran menggunakan media styrofoam dapat dilakukan pada saat menerangkan konsep bangun datar di kelas satu. Guru menyediakan media bangun datar dari styrofoam yang berwarna warni kemudian anak disuruh maju ke depan memilih bangun yang disebutkan. Anak akan termotivasi untuk belajar karena tertarik dengan bentuk – bentuk styrofoam yang menarik. Dengan proses pembelajaran seperti itu anak tidak merasa bosan dengan pengajaran yang monoton dan indikator pembelajaran akan tercapai.
Proses pembelajaran yang diharapkan ialah kegiatan pembelajaran yang melibatkan dan mengembangkan kemampuan siswa secara optimal agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa seangkah demi selangkah melalui demonstrasi Pembelajaran langsung me-miliki lima fase, yaitu menyiapkan siswa dan menerima pembelajaran, demonstrasi, pelatihan terbimbing, pengecekan dan umpan balik serta pelatihan lanjutan.
Pembelajaran langsung memerlu-kan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati–hati oleh guru. Didalam pembelajaran langsung diharapkan guru mampu menciptakan suasana pembelajar-an yang dapat menjamin terwujudnya keterlibatan siswa agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Penggunaan media gambar dan styrofoam yang dilakukan setelah siswa diajak maju untuk menari membentuk bangun datar dalam pembelajaran lang-sung menunjukkan dengan jelas kegiat-an–kegiatan yang dilakukan guru dan siswa, memberikan siswa mempelajari keterampilan dasar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keteram-pilan yang dipelajari kedalam kehidupan nyata. Pelaksanaan latihan yang menggu-nakan media gambar dan styrofoam dalam pembelajaran langsung membuat siswa menjadi lebih termotivasi dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari guru sebagai salah satu sumber belajar. Peran guru sebagai sumber belajar sangatlah penting dimana guru harus lebih menguasai materi pelajaran/bahan ajar. Selain itu, guru harus lebih banyak memiliki bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan diajarkan. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) guru dituntut untuk lebih menguasai informasi dan kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran agar siswa lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa melalui pembelajaran tematik dengan media gambar dan stryrofoam dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran bangun datar, dimana hakikat pembelajaran tematik dengan media gambar dan stryrofoam yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan 1 hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran. Selain itu pembelajaran tematik dengan media gambar dan stryrofoam ini juga mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk mene-rapkan pengetahuan dan keterampilan da-lam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Kemunculan pembelajaran tematik dengan media gambar dan stryrofoam disebabkan adanya indikasi bahwa siswa jenuh terhadap pembelajaran yang selama ini diterapkan. Pembelajaran yang monoton (tidak kreatif), hanya mendengarkan guru berceramah (pasif, tidak aktif), kurangnya transfer ilmu yang dapat bertahan lama pada siswa (tidak efektif), dan terakhir membosankan (tidak menyenangkan). Pembelajaran yang demikian itu, yang selama ini banyak dilakukan oleh guru-guru, yang disebut juga pembelajaran konvensional.
Salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa adalah pelajaran Matematika dan beberapa siswa yang tidak menyenangi pelajaran Matematika sehingga menimbulkan motivasi yang kurang dalam mengikuti pembelajaranya. Melalui pembelajaran tematik dengan media gambar dan stryrofoam siswa lebih mudah memahami dan menguasai mata pelajaran matematika karena di kemas dalam bentuk pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan.
Setelah peneliti mengamati kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan yang dapat diambil penelitian ini adalah pembelajaran tematik dengan media gambar dan stryro–foam dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran bangun datar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS–AN
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Dan Peningkatan Nilai Rata-Rata
No |
Ketuntasan |
Pembelajaran awal |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1 |
Tuntas |
9 |
31 |
24 |
79,2 |
28 |
96,6 |
2 |
Belum tuntas |
20 |
69 |
5 |
20,8 |
1 |
3,4 |
3 |
Nilai rata-rata |
72 |
74 |
88 |
Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan kualitas tes formatif siswa yang diperoleh dalam penelitian kelas I semester 2 SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu prestasi belajar siswa juga meningkat. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran cukup baik dengan nilai rata – rata 74 pada perbaikan siklus I.
Peningkatan prestasi belajar siswa kelas I semester 2 SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati terjadi karena dalam perbaiakan pembelajaran secara konsisten penulis melaksanakan aktivitas- aktivitas secara tepat, aktivitas perbaikan pembelajaran mencakup keaktifan siswa menggunakan media pembelajaran dan keberanian siwa dalam bertanya.
Ketepatan pemilihan media pembe–lajaran gambar bangun datar dan bentuk bangun datar dari styrofoam membuat siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.
Media pembelajaran memberi siswa memahami konsep secara konkret sedangkan fungsinya yaitu untuk meng-atasi berbagai hambatan proses komuni-kasi, sikap positif siswa dalam belajar dan mengatasi keterbatasan fisik kelas. Kegiatan pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi guru berperan sebagai komunikator yang akan menyampaikan bahan ajar kepada siswa sebagai penerima pesan. Agar pesan atau bahan ajar yang disampaikan guru dapat diterima siswa maka perlukan wahana penyalur pesan yaitu media pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Abin Samsudin bahwa 3 faktor yang mempunyai proses pembelajar-an yaitu
a. Raw Input (peserta didik dengan segala karakteristiknya minat, bakat dan sebagainya).
b. Instrument Input (masukan sarana) kurikum, media, guru, metode dan sebagainya.
c. Environment Input (masukan lingkung-an, lingkungan sosial, budaya dan sebagainya).
Dari ketiga faktor tersebut yang menjadi penekanan penulis adalah faktor Instrumen input terutama penggunaan media pembelajaran. Di sini penulis menggunakan media gambar bangun datar dan bentuk – bentuk bangun datar dari styrofoam yang bertujuan membantu siswa memahami konsep bangun datar secara langsung. Ternyata dengan menggunakan media gambar bangun datar dan bentuk – bentuk bangun datar dari styrofoam siswa dapat menguasai materi dengan baik, tetapi masih ada sebagian siswa (lima anak) yang belum juga memahami konsep bangun datar. Dengan adanya siswa yang gagal dalam perbaikan siklus I, maka peneliti masih perlu melaksanakan perbaikan pada siklus II.
Pada perbaikan pelajaran siklus II menggunakan metode pengaktifan siswa secara langsung, yaitu dengan diajak maju menari menunjukkan bangun datar dan media gambar serta bentuk bangun sesuai dengan aslinya menggunakan styrofoam membuat anak merasa senang dalam pembelajaran. Selain itu media yang digunakan juga dapat membantu siswa memahami materi dengan cepat.
Mengefektifkan media pembelajar–an akan memperjelas pemahaman siswa dalam memahami konsep bangun datar dengan jelas. Pemanfaatan panca indra dapat mengoptimalkan kemampuan siswa. penggunaan media pembelajaran menggu–nakan indra penglihat, menurut penelitian pengetahuan 50% dari menglihat. Maka dari itu media pembelajaran juga sangat berperan dalam pembelajaran.
Peneliti memperoleh hasil pada perbaikan pembelajaran siklus II dari siswa 29 siswa hanya 1 belum tuntas belajar, dengan nilai rata – rata 88 atau 96,6% nilai mencapai KKM. Dengan hasil yang sudah hampir 100% mecapai KKM, maka peneliti tidak melakukan perbaikan pembelajaran siklus III mata pelajaran matematika dengan materi bangun datar di kelas I SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2014/2015.
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah peneliti melaksanakan proses perbaikan pembelajaran Matematika melalui perbaikan pembelajaran siklus I dan perbaikan pembelajaran siklus II dengan materi bangun datar di kelas I SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2014/ 2015 dapat disimpulkan bahwa: Media gambar langsung dan styrofoam dapat meningkat–kan pemahaman siswa terhadap materi bangun datar. Pembelajaran dengan melibatkan siswa secara langsung dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi bangun datar. Pembelajaran yang menyenangkan (mengajak siswa maju ke depan untuk menari menunjukkan bangun datar) membuat siswa merasa termotivasi dan tidak bosan terhadap materi yang diajarkan. Prosentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dari 31% atau 9 siswa, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I menjadi 79,2% atau 24 siswa dan akhirnya pada siklus II menjadi 96,6% atau 28 siswa.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di kelas I SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun pelajaran 2014/2015, peneliti kemukakan saran sebagai berikut: Pembelajaran akan efektif apabila disertai dengan pemberian madia pembelajaran. Media pembelajaran kelas I harus sesuai dengan kehidupan anak. Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran tematik. Untuk itu guru harus merancang proses pembela–jaran semenarik mungkin supaya siswa tidak merasa bosan. Saat menyampaikan materi pelajaran matematika guru sebaik–nya menerangkan proses dari materi yang diajarkan. Secara umum disarankan agar guru SD selalu tertantang untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK terhadap pelajaran yang lain sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2003. Madia Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Balajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Gemuruh, Jantur. 2009. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Awal SD. infopendidikankita.blogspot.com
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2010. Seni Budaya dan Ketrampilan. Jakarta: Depdiknas
Muhsetyyo, gatot. 2010. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Sadiman, Arief. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Garafindo Persada
Shadiq, Fadjar. 2011. Penerapan Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas
Suharjana, Agus. 2008.Pengenalan Bangun Datar dan Sifat – Sifatnya di SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Matematika
Sumantri, Mulyani. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka
Taufiq, Agus. 2010. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka