Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI PERUBAHAN KEDUDUKAN BULAN
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV SDN BAKARAN WETAN 03 JUWANA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sri Nari
SDN Bakaran Wetan 03 Juwana Kabupaten Pati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran numbered head together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi perubahan kedudukan bulan pada siswa kelas IV SDN Bakaran Wetan 03 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas IV semester 2 SD Negeri Bakaran Wetan 03 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2014/2015. Model PTK yang digunakan model Kemmis dan Target dengan dua siklus dan langkah-langkah mulai dari perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi. Teknik analisis yang digunakan statistik diskripsi yaitu distribusi frekuensi, skor minimal-maksimal, dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran numbered head together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi perubahan kedudukan bulan pada siswa kelas IV semester 2 SD Negeri Bakaran Wetan 03 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Hal ini nampak pada (1) jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran sebelum penerapan model pembelajaran numbered head together (NHT) 19,2 %, setelah menerapkan model pembelajaran numbered head together (NHT) pada siklus 1 sebesar 65,4% dan pada siklus 2 sebesar 88,5% yaitu peningkatan ketuntasan terjadi sebesar 46,2% dan 23,1%. (2) Skor rata-rata kelas dalam pembelajaran sebelum menerapkan model pembelajaran numbered head together (NHT) sebesar 66,15 setelah menerapkan model pembelajaran numbered head together (NHT) pada siklus 1 sebesar 77 dan pada siklus 2 sebesar 84,69 jadi peningkatan nilai rata-rata kelas 10,85 dan 7,69 (3) Skor minimal dan skor maksimal dalam pembelajaran sebelum menerapkan model pembelajaran numbered head together (NHT) adalah 50 dan 80, setelah menerapakan model pembelajaran numbered head together (NHT) pada siklus 1 adalah 50 dan 95 dan pada siklus 2 adalah 65 dan 100. Ini berarti skor minimal mengalami kenaikan.
Kata Kunci: Prestasi Belajar, Model pembelajaran numbered head together (NHT)
PENDAHULUAN
Guru sebagai pelaku pendidikan mempunyai tugas yang sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia agar terbebas dari buta teknologi. Terkait dengan hal tersebut, dalam kurikulum sekolah Dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diberikan kepada siswa sebagai dasar untuk belajar tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi-materi sesuai dengan apa yang ada dalam kurikulum merupakan modal penting keberhasilan siswa (Nuryani Rustaman,2011:17)
Pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru dikatakan berhasil apabila materi yang disampaikan dapat diterima, dikuasai, serta dapat dipahami oleh siswa. Tidak hanya terbatas pada seberapa banyak materi yang telah dikuasainya, tetapi ada hal lain yang tidak kalah penting untuk dikuasai yaitu bagaimana menggunakan suatu pendekat-an tertentu dalam suatu proses pembela-jaran.
Peneliti sebagai guru yang mengajar di kelas IV SD Negeri Bakaran Wetan 03 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati menyadari bahwa ada permasalahan terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan, karena setelah guru meng-analisa hasil evaluasi tes tertulis materi perubahan kedudukan bulan dengan bentuk soal yang terdiri atas pilihan ganda, isian dan uraian ditemukan bahwa dari 20 siswa hanya 7 siswa (35%) yang mencapai target Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 pada Mata Pelajaran IPA, sedangkan 13 siswa (65%) belum mencapai target Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Mata Pelajaran IPA. Hal ini perlu mendapat perhatian dari guru karena yang terjadi pada siswa sangat berhubungan dengan kinerja guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. Dari data hasil evaluasi dengan hasil yang kurang memu-askan peneliti melakukan perbaikan pem-belajaran dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe numbered head together (NHT) untuk meningkatkan prestasi belajar IPA tentang perubahan kedudukan bulan.
Berdasarkan latar belakang perma-salahan yang adala dalam SD negeri Bakar-an Wetan 03 Kecamatan Juwana Kabupa-ten Pati dapat di identifikasi sebagai berikut: Siswa tidak bersemangat meng-ikuti pembelajaran karena menganggap materi yang disampaikan guru bisa dibaca sendiri dari buku-buku pelajaran. Siswa tidak tertarik mengikuti pembelajaran karena guru tidak menggunakan alat peraga yang sesuai dan guru dalam menyampaikan materi masih monoton Siswa kurang motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran karena guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal yang berhubungan dengan materi perubahan kedudukan bulan.
Berdasarkan hasil indentifikasi dan analisis masalah dapat dikemukakan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut: Dalam proses pembelajaran guru hendanya membuat suasana yang menarik sehingga siswa merasa senang dan kelas menjadi hidup. Guru dalam memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan pen-dekatan yang inovatif sehingga siswa termotivasi untuk belajar menemukan sendiri. Guru memanfaatkan media di sekitar yang sesuai dengan materi yang diberikan.
Dasar pembahasan masalah-masa-lah yang menjadikan penyebab ketidak berhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran IPA tentang perubahan kedudukan bulan, maka masalah yang dapat dirumuskan yaitu
1. Bagamanakah melalui pendekatan ko-operatif tipe numbered head together (THT) dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas IV SD Negeri Bakaran Wetan 03 Juwana Pati?
2. Apakah melalui pendekatan kooperatif tipe numbered head together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas IV SD Negeri Bakaran Wetan 03 Juwana Pati?
Tujuan yang akan dicapai peneliti dalam kegiatan perbaikan pembelajaran, juga merupakan pengalaman peneliti sebagai guru di SD sebagai berikut: Men-diskripsikan dampak penerapan pembela-jaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA tentang perubahan kedudukan bulan pada siswa kelas IV SD Negeri Bakaran Wetan 03 Juwana Pati. Dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang perubahan kedudukan bulan pada siswa kelas IV SD Negeri Bakaran Wetan 03 Juwana Pati dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe numbered head together (NHT) akan lebif aktif, berani bertanya, berani menyampaikan pendapat dan senang, sehingga penguasaan materi dapat meningkat dan hasilnya akan memuaskan. Dapat meningkatkan kreativi-tas mengajar. Dapat meningkatkan kreati-vitas belajar siswa. Dapat memperkaya pengalaman menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA .Dapat menumbuhkan motivasi untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui perbaikan pembelajaran di kelas. Dapat menghasilkan lulusan (out put) yang ber-kualitas untuk memasuki tingkat sekolah yang lebih tinggi. Dapat dijadikan bahan kajian menentukan kebijakan pelaksanaan proses pembelajaran selanjutnya. Dapat dijadikan sebagai langkah awal pelaksana-an inovasi pendidikan.
KAJIAN PUSTAKA
Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terrdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan suatu perubahan perilaku (Gagne, dalam Catharina Tri Anni 2006: 4).
Menurut Catharina Tri Anni (2006:2) belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
Dalam penelitian ini belajar diartikan segala usaha ataupun kegiatan yang diberikan oleh guru agar siswa dapat menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah materi pelajaran. Menurut James O. Wittaker dalam Wasty Soemanto (1998:104), belajar dapat didefi-nisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Gagne (dalam Siddiq, 2008) me–nyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku positif individu yang relative permanen yang dilakukan secara sadar melalui interaksi dengan lingkungan untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman nyata.
Belajar lebih ditekankan pada proses kegiatannya dan proses belajar lebih ditekankan pada hasil belajar yang dicapai oleh subjek belajar atau siswa. Hasil belajar dari kegiatan belajar disebut juga dengan prestasi belajar. Hasil atau prestasi belajar subjek belajar atau peserta didik dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran yang diperoleh.
Menurut Djalal (2006: 4) bahwa “prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran”. Prestasi adalah kemampuan-kemampuan yang di-miliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsteley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam prestasi belajar mengajar: (1) Ketrampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan dan pengarahan. (3) Sikap dan Cita-cita (Sudjana, 2004:22).
Prestasi adalah kemampuan-ke-mampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudja-na, 2004: 22). Sedangkan menurut Hor-wart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam prestasi belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasa-an, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22). Prestasi belajar menurut Hamalik adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu (2004: 45). Ada banyak pengertian tentang prestasi belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran. “Pengukuran adalah proses penentuan luas/kuantitas sesuatu” (Nurkancana, 2006: 2). Dalam kegiatan pengukuran hasil belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan yang harus dipecahkan/dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang belum dapat memberikan informasi ke-mampuan siswa. Agar dapat memberikan informasi yang diharapkan tentang kemam-puan siswa maka diadakan penilaian terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3 aspek yaitu ”kognitif, afektif dan psikomotorik”. Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
Prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar siswa biasanya pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan dalam buku laporan prestasi belajar siswa atau raport. Raport merupa-kan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar (Suryabrata, 2004: 21). Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi anak didik, pendidik, wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Benyamin S. Bloom dalam Nurman (2-006: 36), prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas: pengetahu-an, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Saifudin Azwar prestasi belajar merupakan dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan (2006:44).
Nasution (2001: 439) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazim diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Bila angka yang diberikan guru rendah, maka prestasi seseorang dianggap rendah. Bila angka yang diberikan guru tinggi, maka prestasi seorang siswa dianggap tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa yang sukses dalam belajar. Ini berarti prestasi belajar menuju kepada optimal dari kegiatan belajar, hal senada diungkapkan oleh Woodworth dan Marquis dalam Supartha (2004: 33) bahwa prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggu-nakan tes. Bloom dalam Nurman (2006: 37) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Wirawan seperti dikutip Supartha mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam usaha belajar yang dilakukan dalam periode tertentu. Prestasi belajar dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui materi pelajaran yang telah diajarkan atau dipelajari (2004: 34). Sehubungan dengan itu, Masrun dan Martaniah dalam Supartha (2004: 34) menyatakan bahwa kegunaan prestasi belajar diantaranya adalah: (1) untuk mengetahui efisiensi hasil belajar yang dalam hal ini diharapkan mendorong siswa untuk belajar lebih giat, (2) untuk menyadarkan siswa terhadap tingkat kemampuannya; dengan melihat hasil tes atau hasil ujiannya siswa dapat menyadari kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat mengevaluasi dan bagaimana caranya belajar selama ini, (3) untuk petunjuk usaha belajar siswa, dan (4) untuk dijadikan dasar untuk memberikan penghargaan.
Melihat dari pengertian prestasi atau hasil belajar di atas, dapat disim-pulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud perubahan ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat diukur secara aktual sebagai hasil dari proses belajar.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil yang dicapai yang berwujud prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berupa: (1) faktor belajar yang berasal dari luar diri si pelajar yaitu lingkungan (lingkungan alami dan ling-kungan sosial), instrumental (kurikulum, program, sarana dan guru), (2) faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar faktor fisiologis (kondisi fisik secara umum, kondisi panca indera dan faktor psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif), (Suryabrata, 2007: 233), membagi kondisi belajar atas kondisi belajar interen dan kondisi belajar eksteren. Sardiman; ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: faktor yang berasal dari dalam siswa (internal), faktor internal ini biasanya berupa minat, motivasi, kondisi fisik sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), biasanya berupa: hadiah, guru/dosen, keluarga (2009: 39).
Dari pengertian di atas jelaslah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua macam yaitu faktor inter-nal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi belajar yang mempengaruhi perbuatan belajar berasal dari diri anak itu sendiri (Natawijaya, 2009: 30), yang antara lain adalah: motif, kematangan, kondisi jasmani, keadaan alat indera, minat dan kemampuan. Faktor eksternal dalam belajar adalah faktor yang berasal dari luar diri pelajar seperti penghargaan, hadiah, maupun hukuman. Belajar akan lebih berhasil bila individu yang belajar diberikan hadiah yang dapat memperkuat stimulus dan respon.
Muhammad Surya, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain dari sudut si pembelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut situasi belajar. Dari sudut si pembelajar (siswa), prestasi belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan jasmani siswa, kecerdasan, bakat, minat dan motivasi, penyesuaian diri serta kemampuan ber-interaksi siswa (2009:135). Sedangkan yang bersumber dari proses belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat, mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa untuk belajar, akan memberi pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa untuk belajar. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi situasi ling-kungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi terhadap perkembangan dan kemajuan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum. Fungsi penilaian dapat dikatakan sebagai suatu evaluasi yang dilakukan sekolah mempu-nyai tiga fungsi pokok yang penting, yaitu: (1) untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan, dalam rangka waktu tertentu, (2) untuk mengetahui sampai di mana perbaikan suatu metode yang digunakan guru dalam mendidik dan mengajar, dan (3) dengan mengetahui kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam evaluasi selanjutnya dapat diusahakan perbaikan, (Purwanto, 2000: 10). Pendapat lain me-nyatakan bahwa fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar antara lain: (1) untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar serta memperbaiki belajar bagi murid, (2) untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari murid, (3) untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid, dan (4) untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan belajar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan itu, (Harahap dalam Supartha, 2004:37).
Penilaian dalam pendidikan ada beberapa jenis, yaitu penilaian formatif, sumatif, penempatan, dan diagnostik, (Harahap dalam Supartha, 2004:37). Di samping itu, dapat juga dikatakan bahwa jenis-jenis penilaian sebagai berikut: (1) ulangan harian mencakup bahan kajian satu pokok bahasan atau beberapa pokok bahasan untuk memperoleh umpan balik bagi guru, (2) ulangan umum merupakan ulangan yang mencakup seluruh pokok bahasan, konsep, tema, atau unit dalam catur wulan atau semester yang bersangkutan dalam kelas yang sama. Hasil ulangan umum selain untuk mengetahui pencapain siswa juga digunakan untuk keperluan laporan kepada orang tua siswa dan keperluan administrasi lain, bentuk alat penilaiannya adalah berupa pilihan ganda dan sering dilakukan secara bersama-sama pada suatu wilayah maupun wilayah tingkat I, (3) ujian akhir, ujian akhir ada yang bersifat nasional, ada yang bersifat regional, dan ada yang bersifat lokal. Hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kelulusan siswa dan digunakan untuk pemberian surat tanda tamat belajar (Depdikbud, 2007: 7). Teknik dan alat penilaian yang sering digunakan kepala sekolah adalah: (1) teknik tes, terdiri dari tes tertulis, yaitu: tes objektif dan tes uraian, tes lisan, dan tes perbuatan, (2) teknik non tes yang dilaksanakan melalui observasi maupun pengamatan (Depdik-nas, 2000: 4).
Menurut Dr. Oemar Hamalik Pem-belajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. (dalam file:///G:/-pengertian%20pembelajaran%202.htm).
Dari beberapa pengertian menge-nai pembelajarn di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan, pembelajaran adalah suatu peristiwa interaksi antara peserta didik, guru, sumber belajar dengan tujuan pemerolehan suatu ilmu.
Menurut Sri Sulistyorini (2007), IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan dari segi pengembangan sikap. Artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi tersebut.
Menurut Leo Sutrisno (2007) IPA merupakan usaha manusia dalam mema–hami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpul–an yang betul (truth). Jadi, IPA mengan–dung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).
Dari beberapa pengertian diatas secara umum, dapat dikatakan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan tentang alam yang tersusun secara sistematis dan bermanfaat yang diperoleh berdasarkan praktik, metode ilmiah dan penelitian yang ilmiah.
IPA sebagai salah satu disiplin ilmu dan penerapannya di masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Dengan belajar tentang IPA diharapkan para siswa dapat berpikir dan memiliki sikap ilmiah, maka pengajaran IPA dan ketrampilan proses IPA perlu dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya. Karena pada umumnya siswa SD berusia 6-12 tahun, secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Tahapan ini ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkrit/nyata. Siswa mulai mampu berpikir logis yang elementer, misalnya menge-lompokkan, merangkaikan sederetan objek, dan menghubungkan satu dengan yang lain. Konsep reversibilitas mulai berkem-bang. Pada mulanya bilangan, kemudian panjang, luas, dan volume. Siswa masih berpikir tahap demi tahap tetapi belum dihubungkan satu dengan yang lain.
Jadi dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut antara lain:
a. Pemahaman kita tentang dunia di seki–tar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.
b. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.
c. Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten de–ngan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki. Penge–tahuan yang demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.
d. Setiap pengetahuan mengandung fak–ta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA adalah mengajak sis-wa untuk mengelompokkan pengeta-huan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.
e. IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan kedua aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat. Sebagai seorang guru harus bisa mengembangkan IPA sebagai proses, sehingga dapat memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru hasus mengenal bahkan memahami cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data cara mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan
Pembelajaran kooperatif merupa-kan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah Jadi pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang member kesempatan kepada siswa untuk memecahkan maslah, mengerjakan tugas secara bekerjasama untuk tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif sangat baik untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar dan siswa akan berperan serta dalam pembelajaran sehingga mam-pu memahami materi yang dipelajarinya dan hasil belajarpun akan baik. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif siswa juga berlatih berinteraksi dengan teman-teman-nya, menghargai pendapat dari temannya dalam mengerjakan tugas kelompok.
Pembelajaran model NHT ini didi-sain untuk menigkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan guru dalam kelompok sehinga siswa tidak hanya menggantungkan tugas kelompok pada beberapa anggota kelomppok saja. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18) (http://herdy07.wordpress.-com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/), antara lain adalah: (1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi; (2) Memperbaiki kehadiran; (3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; (4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; (5) Konflik antara pribadi berkurang; (6) Pemahaman yang lebih mendalam; (7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; (8) Hasil belajar lebih tinggi.
Dalam (Trianto, 2007:62-63) terda-pat empat fase sebagai sintak NHT dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa: (1) Fase 1: penomoran; (2) Fase 2: mengajukan pertanyaan; (3) Fase 3: berfikir bersama; dan (4) Fase 4: menjawab.
Sebagai seorang pengajar harus memiliki berbagai ketrampilan mengajar dan memahami berbagi strategi dam model-model pembelajaran serta mampu menerapkannya sesuai dengan materi yang diajarkan. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pemelajaran alternative yang dapat mengaasi permasa-lahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Numbered Head Together (NHT) merupa-kan salah satu model pembelajaran koope-ratif yang cukup relefan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran. Model pembelajaran NHT dapat menigkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan guru dalam kelompok sehinga siswa tidak hanya menggantungkan tugas kelompok pada beberapa anggota kelom-pok saja. Selain itu siswa akan berperan aktif dalam pembelajaran dan berlatih berinteraksi dengan temannya.
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) antara lain: (1) Guru me-nyampaikan tujuan pembelajaran.(2) Me-nyajikan materi sebagai pengantar; (3) Penomoran; (4) Mengajukan pertanyaan; (5) Berfikir bersama; (6) Menjawab pertanyaan; (7) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan-nya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas; (8) Simpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa permasalahan yang terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri Bakaran wetan 03 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dapat diatasi dengan Alternatif menggunakan model pembelajar–an Numbered Head Together (NHT) karena dengan Numbered Head Together (NHT), dapat menigkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan guru dalam kelompok sehinga siswa tidak hanya menggantungkan tugas kelompok pada beberapa anggota kelomppok saja. Selain itu dalam proses pembelajaran NHT akan memacu keaktifan siswa, kreativitas guru dalam mengajar dan hasil belajar siswa.
Dengan menggunakan model pem-belajaran Numbered Head Together (NHT ) maka aktivitas siswa, keterampilan guru dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Bakaran Wetan 03 Kecamatan Juwana Pati diharapkan dapat meningkat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: siswa yang nilainya 75 keatas pada evaluasi sebelum perbaikan pembelajaran ada 5 siswa dari 20 siswa atau 25 %. Pada perbaikan pembelajaran siklus I meningkat siswa yang nilainya 75 keatas menjadi 14 siswa atau 70% dan pada perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 19 siswa atau 95 % .
Pada nilai rata-rata juga meng-alami peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata pada pra siklus yaitu 66,15 nilai rata-rata pada siklus I yaitu 77, nilai rata-rata siklus II yaitu 84,69. Perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II, tidak perlu dilanjutkan perbaikan pembelajaran siklus III karena hanya 1 siswa yang belum tuntas tetapi nilai rata-rata sudah menunjukkan hasil ketuntasan.
Pada perbaikan pembelajaran si-klus I menerapkan model pembelajaran model Numbered Head Together (NHT) hasil evaluasi yang diperoleh dari 20 siswa ada 14 siswa atau 70 % siswa yang tuntas belajar, sedangkan 6 siswa atau 30% siswa belum tuntas belajar. Nalai rata-rata yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus I dibandingkan sebelum perbaikan pembelajaran ada peningkatan dari 66,15 menjadi 77.
Pada model pembelajaran Num-bered Head Together (NHT) siswa yang pasif tidak perduli akan pembelajaran, malah bermain-main sendiri atau tidak memperhatikan penjelasan yang disampai-kan guru sehingga berakibat kegagalan dalam pembelajaran. Dengan adanya siswa yang gagal dalam perbaikan pembelajaran siklus 1,maka penelitian masih perlu melaksanakan pembelajaran siklus II .
Pada perbaikan pembelajaran siklus II menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan melibatkan seluruh siswa dan mengguna-kan media disekitar maka hasil evaluasi yang diperoleh dari 20 siswa ada 19 siswa atau 95% siswa yang tuntas belajar, sedangkan 1 siswa atau 5 % siswa belum tuntas belajar nilai rata – rata yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus II dibandingkan pada nilai rata-rata perbaikan siklus I ada peningkatan dari 77 menjadi 84,69 maka peneliti tidak melajutkan perbaikan pembelajaran siklus III dikarenakan nilai rata-rata kelas sudah mencapai ketuntasan.
Dari uraian di atas dapat disimpul-kan bahwa untuk materi perubahan kedu-dukan bulan penerapan model pembela-jaran Numbered Head Together (NHT) lebih efektif sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Bakaran Wetan 03 Juwana Pati.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan per-baikan pembelajaran IPA yang dilakukan selama dua siklus pada materi perubahan kedudukan bulan di kelas IV SD Negeri Bakaran Wetan 03 Juwana Pati tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar tentang per-ubahan kedudukan bulan dengan kenaikan prosentase yang signifikan dari sebelum perbaikan sampai dengan perbaikan pem-belajaran siklus II yaitu dari 25% , menjadi 70% kemudian 95% begitu juga dalam kenaikan nilai rata-rata mengalami pening-katan dari 66,15 menjadi 77 kemudian 84,69. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tentang materi perubahan kedudukan bu-lan 3. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan ke-trampilan guru dalam proses pembelajaran sehingga hasilnya lebih baik dari pada sebelumnya.
Dari hasil uraian diatas peneliti selama melakukan Penelitian Tindakan Kelas pada kelas IV semerter II SD Negeri Bakaran Wetan 03 Juwana Pati, peneliti kemukakan saran dan tindak lanjut sebagai berikut. 1. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran sebaiknya guru menerapkan beberapa metode yang sesuai sehingga siswa dapat menerima materi yang disampaikan dengan mudah dimengerti. 2. Dalam proses pembelajaran pada materi perubahan kedudukan bulan di kelas IV semester II lebih tepat menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media di sekitar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. 3. Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) tidak hanya diterapkan pada mata pelajaran IPA saja tetapi dapat diterapkan mata pelajaran yang lain dengan tujuan untuk meningkatkan ketrampilan proses belajar mengajar. 4. Hasil laporan ini dapat dijadikan bahan kajian dan diskusi dalam forum KKG khususnya yang mempunyai permasalahan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Rifa’I, Achmad. dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT UNNES
Siddiq, M. Djauhar. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Renika Cipta.
Sumantri, Mulyani dan H. Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. MAULANA
Tri Anni, Catharina, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi pustaka