Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Melalui Metode Pembelajaran Cooperative Learning
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
PAI MATERI BERIMAN KEPADA ROSUL ALLAH SWT MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALAPULANG
SEMESTER 2 TAHUN 2018/2019
Muslich Masruri
SMPN 2 Balapulang Kabupaten Tegal
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar PAI materi beriman kepada Rosul Allah SWT melalui penerapan metode pembelajaran cooperative learning pada peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 2 Balapulang semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Metode Penelitian ini adalah merupakan jenis penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan selama 2 Siklus, tiap siklus terdiri atas 4 (empat) langkah yaitu: Perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa adanya peningkatan ketuntasan keaktifan belajar peserta didik secara klasikal adalah sebesar 22%, yang diperoleh dari tingkat ketuntasan keaktifan belajar pada siklus I sebesar 68%, namun pada siklus II naik menjadi 90% dan peningkatan ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal adalah sebesar 16% yang diperoleh dari tingkat tuntas belajar peserta didik (n ≥ 83) secara klasikal pada siklus I sebesar 71%, namun pada siklus II meningkat menjadi 87% sehingga terjadi peningkatan sebesar 16%. Dengan demikian pembelajaran melalui model Cooperative Learning dapat meningkatkan Keaktifan dan hasil belajar PAI materi beriman kepada Rosul Allah SWT melalui model pembelajaran Cooperative Learning. Subjek penelitian siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
Kata Kunci: Keaktifan dan Hasil Belajar PAI, Metode Pembelajaran Cooperatif Learning
PENDAHULUAN
Dalam kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, Pendidikan Agam Islam di sekolah dasar dan sekolah menengah digabung dengan Pendidikan Budi Pekerti, sehingga namanya menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ini diajarkan selama 4 jam pelajaran per minggu di jenjang sekolah dasar dan 3 jam pelajaran per minggu di jenjang sekolah menengah. Agama islam memiliki ruang lingkup aqidah, akhlaq, ibadah, dan mu’amalah, atau dapat juga dikatakan bahwa agama islam mengatur hunbungan antara menusia dengan Allah (Akhlaq bil Khaaliq), dan manusia dengan sesama manusia (Akhlaq bil Mujtama’), bahkan mengatur hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya (Akhlaq bil Kaun). Akhlaq yang merupakan salah satu dari ruang lingkup agama Islam, mengajarkan cara berperilaku yang baik dan benar kepada siapapun menurut kitab suci Al Qur’an, baik itu kepada Allah, kepada sesama manusia dan kepada alam sekitar. Sedangkan Pendidikan Budi Pekerti memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral, pendidikan karakter, pendidikan akhlak dan pendidikan nilai. Secara umum ruang lingkup Pendidikan Budi Pekerti adalah penanaman dan pengembangan nilai, dan perilaku peserta didik sesuai nilai-nilai budi pekerti luhur. Diantara nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah sopan santun, disiplin, beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab, jujur, dan lain-lain.
Agama memiliki peran amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Dengan memperhatikan pentingnya pendidikan agama maka Pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah atau madrasah. Tujuan pemberian Pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan agama Islam juga mempunyai tujuan pembentukan kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Dengan demikian tujuan pendidikan agama Islam haruslah diarahkan pada pencapaian tujuan akhir tersebut, yaitu membentuk insan yang senantiasa berhamba kepada Allah, dalam semua aspek kehidupannya.
Begitu sangat pentingnya pendidikan agama islam bagi peserta didik, namun realitanya banyak peserta didik yang sering mengabaikan pembelajaran Pendidikan agama Isalam ini. Bukti dari bayaknya peserta didik sering mengabaikan Pendidikan agama Islam ini adalah rendahnya nilai ulangan harian yang dilaksanakan di kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019, tingkat ketuntasan belajar yanng diperoleh hanya sebesar 42% atau hanya 13 peserta didik yang mencapai nilai KKM (≥83 dengan kriteria baik), dan tingkat ketidaktuntasan sebesar 58% atau 18 peserta didik tidak mencapai nilai KKM (< 83). Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik, antara lain: 1) banyaknya materi pembelajaran yang harus dikuasai; 2) kurangnya media pembelajaran yang disediakan; 3) kurangnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran; 4) metode dan model pembelajaran yang tidak cocok dalam proses pembelajaran dan lain sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut, maka seorang guru dituntut untuk menemukan jawaban dari faktor penyebab rendahnya hasil belajar pendidikan agama islam ini.
Untuk itu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Pendidikan agama Islam ini maka peneliti akan menerapkan metode pembelajaran cooperative learning pada proses pembelajaran Beriman kepada Rosul Allah SWT melalui penelitian tindakan kelas. Materi ini sangat penting karena beriman kepada Rosul Allah SWT adalah meyakini kebenaran bahwa rasul Allah SWT merupakan utusan Allah swt. yang membawa wahyu, untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup dunia dan akhirat.
Salah satu yang akan ditempuh peneliti untuk mengatasi rendahnya hasil belajar Pendidikan agama Islam adalah menerapkan metode pembelajaran yang dapat membangkitkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran adalah jalan yang harus kita tempuh dalam rangka memberikan sebuah pemahaman terhadap peserta didik tentang pelajaran yang mereka pelajari. Metode sangat penting dimiliki oleh seorang guru sebelum memasuki ruang belajar, dan harus dipakai oleh seorang guru. Metode sangat berpengaruh besar dalam proses pembelajaran, dangan metode pula pembelajaran bisa sukses atau gagal, kebanyakan seorang guru yang menguasai materi akan tetapi bisa gagal dalam pembelajaran karna ia tidak mendapatkan metode yang tepat untuk memahamkan peserta didik.
Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat penting untuk mencapai tujuan belajar mencapai hasil belajar yang maksimal. Menurut Aunurrahman (2009: 119) menyatakan keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan peserta didik perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui aktifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya menurut Nana Sudjana (2005: 72) keaktifan peserta didik dapat dilihat dari keikutsertaan peserta didik dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam memecahkan masalah, bertannya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal, serta menilai kemampuan diri sendiri dan hasil-hasil yang diperoleh.
Menurut Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam meyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Prinsip model pembelajaran kooperatif menurut Aniata Lie (2000: 32). yaitu 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung jawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5) evaluasi proses kelompok. Manfaat dari cooperative learning antara lain: meningkatkan keaktifan belajar siswa dan prestasi akademiknya, membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan, mengembangkan keterampilan sosial siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, membantu Menurut Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam meyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil judul: “Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar PAI Materi Beriman Kepada Rosul Allah SWT Melalui Penerapan Metode Cooperative Learning Pada Peserta didik Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Bedasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah melalui penerapan metode pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan keaktifan belajar PAI materi Beriman Kepada Rosul Allah SWT pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019?; 2) Apakah melalui penerapan metode pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi Beriman Kepada Rosul Allah SWT pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019?; 3) Berapa besar peningkatan keaktifan belajar PAI materi beriman kepada rosul Allah SWT pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning?; 4) Berapa besar peningkatan hasil belajar PAI materi beriman kepada rosul Allah SWT pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning?
Tujuan Penelitian ini adalah: 1) Untuk meningkatkankeaktifan belajar PAI materi beriman kepada rosul Allah SWT pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning; 2) Untuk meningkatkan hasil belajar PAI materi beriman kepada rosul Allah SWT pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning; 3) Untuk mengetahui besarnya peningkatan keaktifan belajar PAI materi beriman kepada rosul Allah SWT pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning; 4) Untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar PAI materi beriman kepada rosul Allah SWT pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning.
KAJIAN PUSTAKA
Keaktifan Belajar
Menurut Aunurrahman (2009: 119) menyatakan keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan peserta didik perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui aktifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih lanjut menurut Trinandita (2008: 78) menyatakan bahwa, “Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan peserta didik”. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik maupun dengan peserta didik itu sendiri.
Dari tiga pendapat para ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa keaktifan belajar adalah kegiatan perubahan tingkah laku peserta didik dalam proses pembelajaran dengan melakukan interaksi dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan.
Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2009: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Sudjana juga membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita. Menurut Suprijono (2013: 7), pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Menurut Jihad dan Haris (2012: 14), hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru berupa keterampilan, sikap dan keterampilan sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Drs.Ahmad.D.Marimba (1989: 20), Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam atau memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Selanjutnya menurut Abdul Rahman Nahlawi (1995: 48) ; اَلتربيّةُ الإسْلاَ مِيَّةُ هِيَ ا لتَّنْظيمُ المُنْفَسِيُّ والإجتماعيُّ الَّذيْ يُؤْديْ إلى اعْتنَاق الإسْلاَم وتَطْبيْقَة كلّيّا فى حَياة الْفرْدِ وَالْجمَاعَةِ Artinya; “Pendidikan Islam ialah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan kolektif.
Menurut Burlian Shomad (1981: 340), Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah. Secara rinci Beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut Pendidikan Agama Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu: 1) Tujuannya untuk membentuk individu menjadi bercocok diri tertinggi menurut ukuran Al-Qur`an. 2) Isi pendidikannya ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap dalam Al-Qur`an dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dari ketiga pengertian Pendidikan Agama Islam di atas maka dapat peneliti menarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang mencerminkkan nilai-nilai Islam sehingga memiliki derajat tinggi menurut ukuran Allah atau sesuai ajaran Allah.
Pengertian Model Cooperatif Learning
Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok. Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Menurut Isjoni (2011: 15), Cooperative Learning adalah suatu metode pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.
Sementara menurut Azizah (1998: 65) Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa cooperative learning adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Hipotesis Tindakan
Terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar PAI materi beriman kepada rosul Allah SWT setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subyek Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai bulan Januari sampai bulan Juni 2019 pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Jenis perlakuan tindakan kelas (class room action research) dengan menggunakan 2 siklus dan tiap siklus dilaksanakan dua pertemuan.
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII A SMPN 2 Balapulang Kabupaten Tegal yang terdiri dari 31 siswa,, laki-laki sebanyak 17 orang dan perempuan sebanyak 14 orang. Kelas ini termasuk sebagai kelas bermasalah tidak hanya pada pelajaran PAI juga pada pelajaran lain. Kondisi kelas sering kurang kondusif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa cenderung pasif dan kurang kreatif. Akibatnya hasil belajar siswa relatif rendah dibanding dengan kelas lainnya.
Adapun objek dari penelitian ini adalah untuk peningkatan keaktifan dan hasil belajar PAI materi pokok beriman kepada rosul Allah SWT melalui penerapan metode cooperative learning yang dilakukan di SMPN 2 Balapulang kabupaten Tegal.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik pengumpul data peneliti menggunakan metode sebagai berikut: (a) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan keaktifan siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi; (b) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi; (c) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan kreativitas belajar siswa dikumpulkan dengan teknik observasi; (d) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dikumpulkan dengan teknik tes tertulis
Validasi dan Analisis Data
Validasi data tentang aktivitas belajar anak diperoleh melalui observasi yang melibatkan observer (teman sejawat). Jadi sumber data tidak hanya satu sumber saja. Untuk data pengamatan dapat diperoleh dari guru peneliti, guru sejawat bahkan siswa dapat dilibatkan sebagai pengamat dimana hasil pengamatan siswa berupa catatan pengamatan yang berisi kesan dan pesan terkait dengan kelebihan dan kekurangan metode dan suasana kelas yang dirasakan oleh siswa.
Validasi Data Hasil belajar diperoleh dari tes tertulis agar valid isinya (content validity) maka perlu dibuat kisi-kisi soal sebelum soal disusun. Hal ini penting dilakukan dengan alasan diantaranya: (a) Kisi-kisi dibuat dengan maksud supaya materi yang dibuat sesuai dengan kurikulum yang berlaku; (b) Kisi-kisi perlu dibuat agar butir soal yang dibuat tidak mengelompok pada satu bahasan.
Prosedur Tindakan
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan.
Kegiatan penelitian dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap: perencaana (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observating), refleksi (reflectif).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh oleh teman guru sejawat (obsrver) tentang aktivitas siswa pada siklus I dibuat rekap penilaian seperti tabel berikut.
Dari laporan penelitian, bahwa perolehan hasil pengamatan indikator keaktifan belajar pada siklus I antara lain: 1) Mampu mendengar keterangan guru dilakukan oleh 25 peserta didik atau 81%; 2) Mampu membaca informasi pembelajaran dilakukan oleh 24 peserta didik atau 77%; 3) Mampu bertanya dilakukan oleh 18 peserta didik atau 58%; 4) Mampu bekerja secara kelompok dalam mengerjakan tugas-tugas guru dilakukan oleh 21 peserta didik atau 68%; 5) Mampu memecahkan masalah dilakukan oleh 19 peserta didik atau 61%; 6) Mampu mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya dilakukan oleh 26 peserta didik atau 84%; 7) Mampu menjawab pertanyaan guru dilakukan oleh 23 peserta didik atau 74%; 8) Mampu menarik kesimpulan dilakukan oleh 29 peserta didik atau 94%; 9) Mampu mengidentifikasi masalah dilakukan oleh 21 peserta didik atau 64%; 10) Memiliki minat dalam mengikuti pelajaran dimiliki oleh 27 peserta didik atau 87%; 12) Memiliki rasa senang mengikuti proses pembelajaran dilakukan oleh 26 peserta didik atau 84%; 13) Tidak membuat gaduh kelas dilakukan oleh 19 peserta didik atau 61%
Selanjutnya hasil nilai skor keaktifan belajar peserta didik yang dilakukan pada proses pembelajaran siklus I dapat dilihat pada laporan berikut:
Dari data hasil pengamatan, dijelaskan bahwa: 1) nilai keaktifan belajar yang tuntas (≥75) sebesar 68% atau 21 peserta didik; 2) nilai keaktifan belajar yang tidak tuntas (<75) sebesar 32% atau 10 peserta didik; nilai tertinggi keaktifan belajar sebesar 91,7 (keaktifan belajar sangat baik), nilai keaktifan belajar terendah sebesar 58,3 (keaktifan belajar kurang) ; nilai rata-rata keaktifan belajar sebesar 74,7 (keaktifan belajar cukup).
Dari laporan pengamatan, dapat dijelaskan bahwa peserta didik yang mendapat skor nilai yang telah ditetapkan sebagai berikut;1) Skor Nilai 93 -100 (kriteria baik sekali) dicapai oleh 4 peserta didik atau 13%; 2) Skor Nilai 83 – 92 (kriteria baik) dicapai oleh 16 peserta didik atau 52%; 3) Skor Nilai 75 – 82 (kriteria cukup) dicapai oleh 5 peserta didik atau 16%; 4) Skor Nilai <75 (kriteria kurang) dicapai oleh 6 peserta didik atau 19%
Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh oleh teman guru sejawat (obsrver) tentang aktivitas siswa pada siklus 2 dibuat rekap penilaian seperti laporan berikut.
Dari laporan, perolehan hasil pengamatan indikator keaktifan belajar pada siklus I antara lain; 1) Mampu mendengar keterangan guru dilakukan oleh 29 peserta didik atau 94%; 2) Mampu membaca informasi pembelajaran dilakukan oleh 29 peserta didik atau 94%; 3) Mampu bertanya dilakukan oleh 26 peserta didik atau 84%; 4) Mampu bekerja secara kelompok dalam mengerjakan tugas-tugas guru dilakukan oleh 30 peserta didik atau 97%; 5) Mampu mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya dilakukan oleh 28 peserta didik atau 90%; 6) Mampu memecahkan masalah dilakukan oleh 26 peserta didik atau 84%; 7) Mampu menjawab pertanyaan guru dilakukan oleh 27 peserta didik atau 87%; 8) Mampu menarik kesimpulan dilakukan oleh 30 peserta didik atau 97%; 9) Mampu mengidentifikasi masalah dilakukan oleh 26 peserta didik atau 84%; 10) Memiliki minat dalam mengikuti pelajaran dimiliki oleh 28 peserta didik atau 90%; 11) Tidak membuat gaduh kelas dilakukan oleh 27 peserta didik atau 87%; 12) Memiliki rasa senang mengikuti proses pembelajaran dilakukan oleh 30 peserta didik atau 97%. Dari tabel yang terdapat pada tabel 14 dan grafik 4 dapat dijelaskan bahwa: 1) nilai keaktifan belajar yang tuntas (≥75) sebesar 90% atau 28 peserta didik; 2) nilai keaktifan belajar yang tidak tuntas (<75) sebesar 10% atau 3 peserta didik; nilai tertinggi keaktifan belajar sebesar 100 (keaktifan belajar sangat baik), nilai keaktifan belajar terendah sebesar 66,7 (keaktifan belajar kurang) ; nilai rata-rata keaktifan belajar sebesar 90,3 (keaktifan belajar sangat tinggi).
Dari laporan di atas dapat dijelaskan bahwa peserta didik yang mendapat skor nilai yang telah ditetapkan sebagai berikut; 1) Skor Nilai 93 -100 (kriteria baik sekali) dicapai oleh 15 peserta didik atau 48%; 2) Skor Nilai 83 – 92 (kriteria baik) dicapai oleh 12 peserta didik atau 39%; 3) Skor Nilai 75 – 82 (kriteria cukup) dicapai oleh 2 peserta didik atau 6%; 4) Skor Nilai <75 (kriteria kurang) dicapai oleh 2 peserta didik atau 6%
Dari laporan di atas dapat dijelaskan bahwa peserta didik yang mencapai tingkat ketuntasan belajar sebanyak 27 orang atau 87% dan peserta didik yang belum tuntas belajarnya sebanyak 4 orang atau 13%.
Pembahasan Hasil Penelitian Antar Siklus
Berdasarkan hasil penilaian pengamatan terhadap keaktifan belajar peserta didik yang dilakukan oleh observer pada proses pembelajaran PAI materi beriman kepada rosul Allh SWT melalui penerapan metode pembelajaran cooperative learning yang dilakukan pada siklus I dan siklus II maka diperoleh hasil penilaian sebagai berikut;
Dari laporan diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan keaktifan belajar pada siklus I sebesar 68%, namun pada siklus II naik menjadi 90%, sehingga terjadi peningkatan 22%, sementara ketidaktuntasan keaktifan belajar pada siklus I sebesar 32% pada siklus II turun menjadi 10%, sehingga terjadi penurunan sebesar 22%.
Dari laporan diatas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II, peningkatan hasil belajar tersebut meliputi: a) Nilai 93 – 100 (baik sekali) yang dicapai peserta didik pada siklus I hanya 13%, namun pada siklus II naik menjadi 48%, sehingga mengalami peningkatan sebesar 35%; b) Nilai 83 – 92 (baik) yang dicapai peserta didik pada siklus I hanya 52%, namun pada siklus II turun menjadi 39%, sehingga mengalami penurunan sebesar 13%; c) Nilai 75 – 82 (cukup) yang dicapai peserta didik pada siklus I hanya 16%, namun pada siklus II turun menjadi 6%, sehingga mengalami peningkatan sebesar 10% Nilai < 75 (kurang) yang dicapai peserta didik pada siklus I sebesar 19%, namun pada siklus II turun menjadi 6%, sehingga mengalami penurunan sebesar 13%.
Dari laporan di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal sebagai berikut; a) Tingkat tuntas belajar peserta didik (n ≥ 83) secara klasikal pada siklus I sebesar 71%, namun pada siklus II meningkat menjadi 87% sehingga terjadi peningkatan sebesar 16%; b) Tingkat tidak tuntas belajar peserta didik (n < 83) secara klasikal pada siklus I sebesar 29%, namun pada siklus II turun menjadi 13%, sehingga terjadi penurunan sebesar 16%.
Simpulan
Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti dengan menerapkan metode pembelajaran cooperative learning dalam proses pembelajaran PAI materi beriman kepada rosul Allah SWT pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Tahun Pelajaran 2018/2019 maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat peningkatan keaktifan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran PAI materi beriman kepaa rosul Allah SWT setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning pada peserta didik Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019; 2) Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran PAI materi beriman kepaa rosul Allah SWT setelah penerapan metode pembelajaran cooperative learning pada peserta didik Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Balapulang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019; 3) Besarnya peningkatan ketuntasan keaktifan belajar peserta didik secara klasikal adalah sebesar 22%, yang diperoleh dari tingkat ketuntasan keaktifan belajar pada siklus I sebesar 68%, namun pada siklus II naik menjadi 90%, sehingga terjadi peningkatan 22%, sementara ketidaktuntasan keaktifan belajar pada siklus I sebesar 32% pada siklus II turun menjadi 10%, sehingga terjadi penurunan sebesar 22%; 4) Besarnya peningkatan ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal adalah sebesar 16% yang diperoleh dari tingkat tuntas belajar peserta didik (n ≥ 83) secara klasikal pada siklus I sebesar 71%, namun pada siklus II meningkat menjadi 87% sehingga terjadi peningkatan sebesar 16%. Sebaliknya tingkat tidak tuntas belajar peserta didik (n < 83) secara klasikal pada siklus I sebesar 29%, namun pada siklus II turun menjadi 13%, sehingga terjadi penurunan sebesar 16%.
Saran
Berdasarkan simpulan tersebut di atas penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: Bagi guru model pembelajaran Cooperative Learning dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran PAI, karena dapat meningkatkan kerja sama dan interaksi sosial sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan sekolah dan pengembangan ketrampilan guru dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Ahmadi. 2008. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, Muhammad. 2007. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo: Bandung.
Anita, Lie. 2000. Cooperatif learning. Jakarta. Alfabeta: Grafindo
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ahmad D Marimba. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma`Arif
Departemen Pendidikan Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati Mahmud. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Hasan Langgulung, 1992, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna
Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. University Press. Surabaya.
Isjoni. 2011. Cooperative learning: Mengembangkan kemampuan belajar berkelompok. Bandung: Alfabet