UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI ARITMETIKA SOSIAL

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 ADIWERNA

 

Sri Murwati Hastuti

SMP Negeri 3 Adiwerna

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi aritmetika sosial menggunakan model pembelajaran kooperatif bagi siswa VII D SMP Negeri 3 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian tindakan kelas yang berlangsung 2 siklus penelitian dan data disimpulkan aktivitas masih rendah, setelah dilakukan tindakan kelas pada siklus I sebesar 63.3% dan siklus II mencapai 86.5%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada analisis nilai tes hasil belajar diketahui pada kondisi awal persentase ketuntasaan klasikal 44%, pada siklus I sebesar 69% dan pada iklus II sebesar 88%. Saran perlunya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teaam Assisted Individualization hasilnya cukup signifikan sehingga berdampak positif baik peningkatan aktivitas hasil belajar siswa.

Kata kunci:    Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Team Assisted individualization (TAI), Aritmetika Sosial.

 

PENDAHULUAN

Prinsip dari pembaharuan pendidikan adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan diharapkandilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

 Situasi pembelajaran kelas VII D SMP Negeri 3 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017 / 2018 dari pengamatan kelas tampak pasif terlihat kurang respon siswa terhadap pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dan adanya kenyataan bahwa hasil belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini terlihat dari hasil penilaian harian matematika pada materi Perbandingan siswa Kelas VII D SMP Negeri 3 Adiwerna. Masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan KKM yang ditetapkan sebesar 75, prosentase siswa yang sudah mencapai KKM hanya sebesar 37,5% dan yang belum mencapai KKM sebesar 62,5%. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajarnya adalah 65,63.

Dari kondisi ini menuntut guru melakukan inovatif dalam pembelajaran dengan metode yang tepat, agar siswa mau merespon materi sesuai konsep PAIKEM. Pada hal ukuran profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan tetaapi lebih pada kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu menarik dan bermakna bagi siswanya (Sugiyanto , 2007: 1).

Upaya yang diperkirakan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi Aritmetika Sosial adalah mengggunakan model pembelajaan Team Assisted Individualization (TAI). Penelitian ini digunakan untuk menerapkan strategi pemecahan masalah sebagai jawaban dari permasalahan. Adapun model TAI adalah pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab kepada siswa yang lemah.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi, berupa permasalahan yang ada antara lain: (1) Metode pembelajaran ceramah bervariasi yang dipergunakan di sekolaah belum mengarah pada tercapainya keterampilan kooperatif siswa. (2) Metode pembelajaran yang diterapakn oleh guru kurang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga perrlu dicari metode pembelajaran lain. (3) Kemampuan belajar siswa yang berbeda – beda dan kurang aktifnya siswa dalam setiap pembelajaran.

Untuk memberikan arah peenelitian yang operasional, berdasarkan latar belakang masalah di atas , maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan keaktifan belajar Matematika pada materi Aritmetika Sosial pada siswa kelas VII D Semester 2 SMP N 3 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018 ? (2) Seberapa besar hasil belajar Matematika materi Aritmetika Sosial mengalami peningkatan melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siswa kelas VII D Semester 2 SMP N 3 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018 ? (3) Bagaimanakah proses pembelajaran tipe TAI berlangsung sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada materi Aritmeetika Sosial pada siswa kelas VII D Semester 2 SMP N 3 Adiwerna Tahun Pelajaran 20172018 ?

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan keaktifan belajar Matematika pada materi Aritmetika Sosial melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siswa kelas VII D Semester 2 SMP Negeri 3 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi Aritmetika Sosial melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siswa kelas VII D Semester 2 SMP Negeri 3 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018. (3) Mendeskripsikan langkah – langkah pembelajaran model kooperatif tipe TAI dalam upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada materi Aritmetika Sosial bagi siswa kelas VII D Semester 2 SMP Negeri 3 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Keaktifan

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman: 2001: 98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas , baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktifitas dengan badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasip. Siswa yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak – banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Thorndike mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan hokum Law of exercise nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan – latihan dan MC Keachie menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “ manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu “ (Dimyati, 2009: 45). Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, baik secara rohani maupun teknik.

 Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.

Klasifikasi Keaktifan

 Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah aktivitas tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah – sekolah tradisional. Jenis – jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah sebagai berikut: (1) Visual activities, (2) Oral activities, (3) Listening activities, (4) Writing activities, (5) Drawing activities, (6) Motor activities, (7) Mental activities, dan (8) Emotional activities. (Sardiman,1986: 99)

Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities) mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa bertanya, keberanian siswa, memecahkan soal (mental activities).

Hasil Belajar

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya banyak permanen (The Liang Gie, 1982: 6). Belajar merupakan perubahan – perubahan melalui aktivitas praktik dan pengalaman (Hamalik, 1990: 55).

Hasil belajar merupakan kemampuan maksimal yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1989: 22).

Penerapan model pembelajaran kooperatif mengacu pada penerapan prinsip – prinsip belajar mengajar sebagaimana di atas, sehingga diharapkan keaktifan dan hasil belajar siswa akan maksimal terutama pada pembelajaran matematika.

Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009: 56) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas – tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya agama dan strata social. Kemampuan dan ketidakmampuan (Ibrahim, dkk, 2000: 9) pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

 Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Menurut Robert Slavin (1984) dalam (Huda M, 2014: 200) Team Assisted Individualization (TAI) merupakan sebuah program paedagogik yang berusaha mengadaptasi pembelajaran dengan perbedaan individu siswa secara akademik. Pengembangan TAI dapat mendukung praktik – praktik ruang kelas, seperti pengelompokan siswa, pengelompokan kemampuan di dalam kelas, pengajaran terprogram, dan pengajaran individual yang kurang efektif, seelain juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, serta motivasi siswa dengan belajar kelompok.

TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif.Dalam model pembelajaran TAI siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan individu bagi siswa yang memerlukan. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok diskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama,menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Masing – masing anggota dalam kelompok memiliki tugas setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut (Suyitno, 2002: 9).

Berdasarkan paparan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Team Assisted Individualization meerupakan suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar menyelesaikan tugas secara berkelompok kecil yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan individu bagi siswa yang memerlukannya. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok diskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain dan lain sebagainya.

Aritmetika Sosial

Aritmetika sosial merupakan salah satu materi matematika yang mempelajari operasi dasar suatu bilangan yang beerkaitan dengan kehidupan sehari – hari.

Dalam kehiupan sehari – hari kegiatan jual beli atau perdagangan sering dijumpai. Jika kita ingin memperoleh barang yang kita inginkan maka harus melakukan pertukaran untuk mendapatkannya. Misalnya penjual menyerahkan barang kepada pembeli sebagai gantinya pembeli menyerahkan uang sebagai pengganti barang kepada penjual.

Seorang pedagang membeli barang dari pabrik untuk dijual lagi di pasar. Harga barang dari pabrik disebut modal atau harga pembelian sedangkan harga dari hasil penjualan barang disebut harga penjualan.

Kerangka Berpikir

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang mempunyai arti kegiatan – kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Metode pembelajaran model Team Assisted Individualization , model pembelajaran yang mempunyai strategi pembelajaran penerapan bimbingan antar teman. Melalui metode ini siswa diajak belajar mandiri, dilatih untuk mengoptimalkan kemampuan dalam menyerap informasi ilmiah yang dicari, dilatih menjelaskan temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah.

Hipotesis Tndakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada materi Aritmetika Sosial pada siswa kelas VII D Semester 2 SMP N 3 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Objek Tindakan

Objek tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individulization (TAI) sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada materi Aritmetika Sosial pada siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelaajaran 2017/2018 yang berjumlah 32 siswa.

Setting Penelitian

Lokasi Penelitian Tindakan Kelas adalah di Siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Adiwerna Kabupaten Tegal. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Adiwerna Kabupaten Tegal. Penelitian ini direncanakan pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dari bulan Januari 2018 – Juni 2018.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) Metode Tes, (2) Metode Observasi , (3) Metode Dokumentasi, dan (4) Metode Catatan Lapangan.

Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat dua jenis data yang dikumpulkan peneliti dengan teman sejawat untuk selanjutnya dianalisis, analisis kedua data tersebut antara lain: (1) Data hasil belajar, (2) Data Hasil Observasi.

Sumber Data

Data – data dalam penelitian ini yang akan dikumpulkan dan dikaji berupa:

1.     Sumber data primer yang diperoleh dari siswa melalui tes tertulis.

2.     Sumber data sekunder yang diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi.

Adapun bentuk data yang didapat dari penelitian ini adalah:

1.     Data kuantitatif merupakan data hasil belajar siswa yang diambil dengan cara memberikan tes kepada siswa setelah selesai tindakan

2.     Data kualitatif untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar diperoleh dari hasil pengamatan peneliti selama pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar.

Indikator Keberhasilan Penelitian    

Indikator kinerja yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah norma penilaian mendeskripsikan materi Aritmetika Sosial yang telah ditetapkan diawal semester yaitu 75 untuk ketuntasan belajar perorangan dan 85% untuk ketuntasan belajar secara klasikal. Disamping itu peneliti juga menggunakan norma untuk penilaian aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran telah mencapai lebih dari 76% ke atas atau kriteria sangat aktif.

Prosedur Penelitian

Penelitiian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) kegiatan ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam (Suharsini, Suharjono, Supardi: 2008: 16). Penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga tahap pada satu siklus, apabila dalam tindakan kelas ini ditemukan kekurangan dan tidak terciptanya target yang telah dditentukan maka diadakan perbaikan pada perencanaan dan pelaksanaan siklus berikutnya. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral Kemmis dan Mc Taggart dengan melalui beberapa siklus tindakan dan terdiri dari empat komponen yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil pre tes yang dilakukan pada bulan Januari 2018 mengenai Aritmetika sebelum materi ini diajarkan hanya menggunakan pengalaman belajar waktu sekolah dasar (SD) diperoleh data nilai seperti berikut:

Dari hasil pengamatan awal, dapat diketahui bahwa siswa kelas VII D SMP N 3 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 , pada saat diadakan pre tes belum mencapai batas KKM kelas VII 75, diperoleh dari 32 siswa kelas VII D yang tuntas ada 14 siswa atau 44% sedangkan yang belum tuntas ada 18 siswa atau 56%.

Deskripsi Hasil Siklus I

Observasi pembelajaran pada siklus I secara garis besar dapat disampaikan hasil observasi sebagai berikut:

1.     Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I diperoleh hasil observasi sebagai berikut ini

Dari hasil observasi diketahui bahwa siswa kelas VII D SMP N 3 Adiwerna Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 pada Siklus I, baru indikator perhatian terhadap guru sebesar 81% dan indikator mengerjakan tugas individu/kelompok sebesar 84% yang sudah memenuhi kriteria sangat aktif, sedangkan untuk indikator keaktifan dalam diskusi kelompok, kemampuan siswa mengemukakan pendapat, kemampuan siswa bertanya, kemampuan menjawab atas pertanyaan guru belum memenuhi kriteria sanagat aktif.

 

2.     Nilai Tes Hasil Belajar

Nilai tes hasil belajar pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut ini:

Dari hasil observasi, dapat diketahui bahwa siswa kelas VII D SMP N 3 Adiwerna Semeseter 2 Tahun pelajaran 2017/2018, pada siklus I yang mencapai batas KKM kelas VII 75, diperoleh dari 32 siswa yang tuntas belajar baru 22 siswa atau 69% sedangkan yang belum tuntas belajar sebanyak 10 siswa atau 31%.

Deskripsi Hasil Siklus II

Observasi tindakan pembelajaran pada siklus II secara garis besar dapat disampaikan hasil observasi sebagai berikut:

1.     Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Aktivitas dalam pembelajaran Siklus II diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

Menurut laporan observer, besarnya presentase indikator perhatian terhadap penjelasan guru dan keaktifan dalam diskusi adalah 97%, untuk indikator kemampuan siswa mengemukakan pendapat serta kemampuan siswa bertanya sama mencapai 81%, indikator mengerjakan tugas individu/kelompok sebesar 88%, sedangkan untuk indikator kemampuan menjawab atas pertanyaan guru belum maksimal baru mencapai kriteria cukup aktif.

2.     Nilai Tes Hasil Belajar

Nilai tes hasil belajar pada siklus II diperoleh sebagai berikut ini:

Dari laporan pengamatan pada siklus II siswa yang tuntas belajar telah mencapai 88% dan yang belum tuntas belajar ada 12%.

Pembahasan Antar Siklus

Deskripsi data hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan baik pada kondisi awal maupun kedua siklus sebagaimana ddiuraikan pada deskripsi di atas dapat disampaikan perbandingan hasil penelitian antar siklus sebagai berikut:

1.     Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diobservasi menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran Kooperatif tipe TAI mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitiaan tindakan kelas ini. Peningkatan aktivitas siswa terbesar diperoleh pada indikator keaktifan dalam diskusi kelompok dimana pada siklus I hanya 19 siswa atau 59% pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 31 siswa atau 97%. Indikator kemampuan siswa mengemukakan pendapat juga mengalami peningkatan dimana siklus I hanya 15 siswa atau 47% sedangkan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 26 siswa atau 81%. Pada indikator kemampuan menjawab atas pertanyaan guru juga mengalami peningkatan, dimana pada siklus I hanya 17siswa atau 50% , pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 24 siswa atau 75%.

2.     Nilai Hasil Belajar

Nilai hasil belajar siswa yang diukur melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitian tindakan ini. Peningkatan terdapat pada enam indikator nilai antar siklus yaitu jumlah nilai siswa siklus I 2325 sedangkan siklus jumlah nilai siswa sebanyak 2575, begitu juga jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I 22 siswa dan pada siklus II mengalami peningkatan ada 22 siswa.

PENUTUP

Simpulan

1.     Sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization yang digunakan peneliti pada pembelajaran Matematika dapat diketahui kondisi awal aktivitas siswa dalam pembelajaran bersifat pasif. Setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization aktivitas siswa dalam belajar meningkat sebagaimana hasil penelitian pada siklus I mencapai persentase rata – rata aktivitas siswa sebesar 63,3% dan dilanjutkan pada siklus II mencapai persentase aktivitas siswa sebesar 86,5%.

2.     Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran akan berdampak pada siswa dalam menguasai materi pelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga akan meningkat. Hal ini dapat diketahui sebagaimana hasil belajar dengan indikator ketuntasan klasikal pada kondisi awal hanya sebesar 44%, sedangkan pada siklus I sebesar 69% dan pada siklus II meningkat mencapai 88%.

Saran

1.     Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topic yang benar – benar bisa diterapkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dalam proses belajar, sehingga memperoleh hasil yang optimal.

2.     Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan ketrampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah – masalah yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, 1998. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara

Amin, Suyitno. 2002. Mengadopsi Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Dalam Pembelajaran Matematika, Semarang: Seminar Nasional

A Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada

Arend, R. 1997. Classroom Instructional Management, New York: The MC Grow Hill Company

Dimyati, 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar, 1990. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo

Huda. M.,2014.Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran,Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ibrahim. M.,at al.2000. Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: University Press.

Kemdikbud.2016. Matematika Kelas VII SMP/MTs Edisi Revisi: Buku Siswa. Jakarta: Puskurbuk

Mohh.Uzer Usman, 2009, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Erlangga

Nana Sudjana, 1989. Model – Model Mengajar CBSA, Bandung: Sinar Baru Algesindo

Nana Sudjana, 2004. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo

Suharsini Arikunto, Suharjono dan Supardi, 2008, Penelitian Tndakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyanto, 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif: Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta

The Liang Gie, 1982, Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta: UGM Press