Peningkatan Keaktifan dan Keterampilan Dengan Model Pembelajaran Secara Bertahap
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN SERVICE BAWAH PERMAINAN BOLA VOLI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
SECARA BERTAHAP PADA SISWA KELAS VII A SEMESTER 1
SMP NEGERI 1 PUCAKWANGI TAHUN PELAJARAN 2016-2017
Suwarso
Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
SMP Negeri 1 Pucakwangi Kabupaten Pati
ABSTRAK
Penelitian Tindakan kelas ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan Keterampilan Service Bawah Permainan Bola Voli dengan Model Pembelajaran Secara Bertahap pada Siswa Kelas VII A Semester 1 SMP Negeri 1 Pucakwangi tahun pelajaran 2016-2017. Pada pembelajaran permaianan bola voli terdapat kesulitan, kesulitan ini terletak pada beberapa gerakan dasar misalnya service bawah. Service bawah memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan awal serangan untuk mematikan permainan lawan. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kesulitan bagi siswa untuk menguasai teknik service bawah adalah tinggi net, dibanding postur tubuh anak-anak dan orang dewasa, tinggi net dirasakan masih cukup tinggi, selain tinggi net adalah kemampuan otot anak-anak masih belum kuat untuk melakukan service bawah dalam permainan bola voli. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Pucakwangi Kabupaten Pati Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 26 anak, terdiri dari 13 laki-laki dan 13 perempuan. Objek penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni keaktifan dan teknik service bawah. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pucakwangi tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah sebanyak 26 siswa. Selain itu untuk menambah data dalam penelitian ini, peneliti membaginya dalam dua sumber yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer peneliti peroleh langsung dari sumbernya, data ini merupakan data yang peneliti ambil dan catat pada saat pembelajaran berlangsung untuk kali pertama. Sedangkan data sekunder peneliti peroleh bukan dari sumbernya, data ini diambil dari guru serumpun dengan tujuan untuk menambah kelengkapan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu teknik tes dan non tes Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik non tes dilakukan untuk memperoleh data yang menunjukkan respon siswa dan keadaan kelas yang terjadi selama proses pembelajaran pra siklus, siklus pertama, dan siklus kedua. Teknik non tes yang digunakan adalah melalui observasi, angket dan dokumentasi. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa nilai baik dan amat baik pada prasiklus 11 siswa, pada siklus I menjadi 18 siswa dan pada siklus II menjadi 21 sehingga dapat dikatakan ketuntasan belajar siswa pada prasiklus 42%, pada siklus I menjadi 65% dan pada siklus II menjadi 81%. Berarti ada peningkatan dari prasiklus sampai siklus II.
Kata kunci: Keaktifan, service bawah, model pembelajaran, bertahap
PENDAHULUAN
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) untuk kelas VII SMP/MTs pembelajarannya dirancang berbasis aktivitas terkait dengan sejumlah jenis gerak jasmani/olahraga dan usaha-usaha menjaga kesehatan yang sesuai dengan peserta didik kelas VII. Aktivitas-aktivitas tersebut dirancang untuk membuat peserta didik terbiasa melakukan gerak jasmani dan berolahraga dengan senang hati.
Salah satu materi yang dipelajari di kelas VII SMP/MTs adalah permainan bola bola besar (bola voli). Permainan bola voli sangat cepat perkembangannya di masyarakat karena tidak memerlukan lapangan yang luas, mudah dimainkan, alat-alat yang digunakan untuk bermain sangat sederhana, permainan ini sangat menyenangkan, kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat kecil, dapat dimainkan di alam bebas maupun di ruang tertutup, dan dapat dimainkan banyak orang.
Pembelajaran permaianan bola voli terdapat kesulitan. Kesulitan ini terletak pada beberapa gerakan dasar misalnya service bawah. Service bawah memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan awal serangan untuk mematikan permainan lawan. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kesulitan bagi siswa untuk menguasai teknik service bawah adalah tinggi net, dibanding postur tubuh anak-anak dan orang dewasa, tinggi net dirasakan masih cukup tinggi, selain tinggi net adalah kemampuan otot anak-anak masih belum kuat untuk melakukan service bawah dalam permainan bola voli.
Hal ini terlihat dari hasil belajar kelas VII A semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 SMP Negeri 1 Pucakwangi, dari 26 siswa terdiri 14 putra dan 12 putri, hanya 15 siswa atau 57.7% yang dapat melakukan teknik service bawah dengan baik dengan nilai KKM 73. Padahal pembelajaran klasikal dapat dikatakan berhasil jika 85% siswa mampu menguasai teknik dengan baik. Kegagalan siswa melakukan service bawah juga berakibat terhadap rendahnya keaktifan siswa terhadap cabang permainan bola voli, rendahnya keaktifan siswa menjadikan siswa kurang aktif dalam mempelajari materi service bawah.
Dari latar belakang di atas maka muncul permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah dengan model pembelajaran secara bertahap dapat meningkatkan keaktifan terhadap permaianan bola voli siswa kelas VII A semester 1 SMP Negeri 1 Pucakwangi tahun pelajaran 2016/2017?
2. Apakah dengan model pembelajaran secara bertahap dapat meningkatkan keterampilan service bawah pada siswa kelas VII A semester 1 SMP Negeri 1 Pucakwangi tahun pelajaran 2016/2017?
Tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan terhadap service bawah permaianan bola voli dan meningkatkan keterampilan service bawah dengan model pembelajaran secara bertahap pada siswa kelas VII A semester 1 SMP Negeri 1 Pucakwangi tahun pelajaran 2016/2017.
Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk mencari cara agar siswa dapat menguasai teknik service bawah dengan baik dan agar dapat meningkatkan keaktifan siswa terhadap permainan bola voli dan bagi siswa untuk meningkatkan penguasaan teknik service bawah dengan baik dan meningkatkan keaktifan terhadap permainan bola voli sehingga permainan ini menjadi lebih menyenangkan.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian Keaktifan
Keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja, melainkan juga keaktifan rohani. Menurut Sriyono, dkk (1992: 75) keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
Keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya. Peserta didik harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. Mendikte dan menyuruh mereka menulis sepanjang jam pelajaran akan menjemukan. Demikian pula dengan menerangkan terus tanpa menulis sesuatu di papan tulis. Maka pergantian dari membaca ke menulis, menulis ke menerangkan dan seterunya akan lebih menarik dan menyenangkan.
Keaktifan akal; akal peserta didik harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan. Keaktifan ingatan; pada saat proses belajar mengajar peserta didik harus aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan menyimpannya dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
Keaktifan emosi dalam hal ini peserta didik hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya, karena dengan mencintai pelajarannya akan menambah hasil belajar peserta didik itu sendiri. Peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan peserta didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya kegaiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang berlangsung melalui proses, tentunya tidak terlepas dari pengaruh baik dari dalam individu yang mengalaminya. Keaktifan belajar peserta didik dalam proses kadang-kadang berjalan lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, dan kadang-kadang terasa amat sulit. Berjalannya proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat berpengaruh terhadap keaktifan belajar peserta didik.
Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri, yang meliputi aspek fisiologis yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran; aspek psikologis peserta didik yaitu (a) inteligensi, tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) peserta didik tidak dapat diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan keberhasilan belajar peserta didik, (b) sikap, adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif, (c) bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir yang berguna untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing, (d) minat adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; dan (e) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
b. Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Adapaun yang termasuk dari faktor ekstrenal di anataranya adalah: (a) lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas; serta (b) lingkungan non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.
c. Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Manfaat Pedidikan Jasmani (Penjasorkes)
Adapun manfaat pendidikan olahraga jasmani bagi siswa adalah mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial, mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani, mendapatkan dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali, mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan, berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan ketrampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang, dan menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Sarana dan Pemain Bola Voli
Permainan ini memerlukan sarana belajar berupa lapangan dan pemain. Lapangan permainan bola voli berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 18 m dan lebar 9 m. Pada tengah lapangan tersebut dipasang sebuah net, sehingga lapangan terbagi menjadi dua bagian, masing-masing bagian berukuran 9 m x 9 m, selanjutnya tiap bagian tersebut dibagi menjadi dua bagian, bagian dekat net dengan ukuran 3 m x 9 m disebut daerah serang, dan dibelakangnya daerah serang disebut daerah bertahan, dengan ukuran 6 m x 9 m. Garis batas lapangan permainan bola voli diberi tanda dengan menggunakan tali, kayu, cat/kapur, yang lebarnya tidak lebih dari 5 cm.
Daerah service adalah daerah selebar 9 meter di belakang setiap garis akhir. Daerah ini dibatasi oleh dua garis pendek sepanjang 15 cm yang dibuat 20 cm di belakang garis akhir, sebagai kepanjangan dari garis samping. Kedua garis pendek tersebut sudah termasuk di dalam batas daerah service, perpanjangan daerah service adalah ke belakang sampai batas akhir daerah bebas.
Jaring atau net untuk permainan bola voli berukuran tidak lebih dari 9,50 meter dan lebar tidak lebih dari 1,00 meter dengan mata jaring berukuran 10 x 10 cm, tinggi net untuk putra 2,43 meter dan untuk putri 2,24 meter, tepian atas terdapat pita putih selebar 5 cm.
Di dalam pertandingan permainan bola voli yang sifatnya nasional maupun internasional, di atas batas samping jaring dipasang tongkat atau rod yang menonjol ke atas setinggi 80 cm dari tepi jaring atau bibir net. Tongkat itu terbuat dari bahan fibergelas dengan ukuran panjang 180 cm dengan diberi warna kontras.
Bola harus bulat terbuat dari kulit yang lentur atau terbuat dari kulit sintetis yang bagian dalamnya dari karet atau bahan yang sejenis. Warna bola harus satu warna atau kombinasi dari beberapa warna. Bahan kulit sintetis dan kombinasi warna pada bola dipergunakan pada pertandingan resmi internasional harus sesuai dengan standar FIVB. Keliling bola 64 – 67 cm dan beratnya 260 – 280 grm, tekanan didalam bola harus 0, 39 – 0, 325 kg/cm2 (4,26 – 4,61 Psi) (294,3 – 318,82 mbar/hpa).
Jumlah pemain dalam lapangan permainan sebanyak 6 orang setiap regu ditambah 5 orang sebagai pemain cadangan dan satu orang pemain libero. Satu tim maksimal terdiri dari 12 pemain, satu coach, satu sistem coach, satu trainer, dan satu dokter medis. Kecuali libero, satu dari para pemain adalah kapten tim, dia harus diberi tanda dalam scoresheet. Hanya pemain terdaftar dalam scoresheet yang dapat memasuki lapangan dan bermain dalam pertandingan. Pada saat coach dan kapten tim menandatangani scoresheet pemain yang terdaftar tidak dapat diganti.
Teknik Dasar Permainan Bola Voli
Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu peraktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga. Teknik dikatakan baik apabila dari segi anatomis dan fisiologis (mekanik dan mental) terpenuhi secara benar persyaratannya. Penguasaan teknik yang baik dalam cabang olahraga berfungsi untuk efisiensi dan efektifitas untuk mencapai prestasi maksimal; mencegah dan mengurangi terjadinya cidera; menambah macam-macam teknik atlet ada saat pertandingan. (Soeharno, H.P., 1982); Atlet akan lebih mantap dan optimis dalam memasuki arena pertandingan (Engkos Kosasih, 1984).
Dalam permainan bola voli dikenal ada bermacam-macam teknik dasar yaitu teknik penguasaan bola, passing bawah, passing atas, service bawah, service atas, service samping, service lompat, smash (spike) dan bloking (membendung).
Pada mulanya, sevice hanya merupakan pukulan pembukaan untuk memulai suatu permainan. Sesuai dengan kemajuan permainan, service ditinjau dari sudut taktik merupakan suatu serangan awal untuk mendapatkan nilai agar suatu regu berhasil meraih kemenangan. Keberhasilan suatu service tergantung pada kecepatan bola, jalan dan perputaran bola serta penempatan bola ke tempat kosong.
Macam-macam service dalam permainan bola voli adalah service bawah, service atas, service samping dan service lompat. Service bawah adalah cara melakukan pukulan permulaan dengan memukul bola dari depan perut sebagai usaha menghidupkan bola ke dalam permainan. Service bawah banyak variasinya, bola dapat dilambungkan dengan satu tangan atau dua tangan, tinggi lambungan bola tergantung dari maksud pukulan dan kesenangan pribadi pemain. Namun pada prinsipnya harus diusahakan agar bola dilambungkan sedemikian rupa tingginya, sehingga seluruh rangkaian gerakan memukul menjadi satu gerakan yang tidak terputus-putus.
Service bawah pada permainan bola voli merupakan teknik dasar yang penting untuk dikuasai dan dilatih dengan baik. Service bawah yang dilakukan dengan teknik yang salah akan menyangkut atau keluar lapangan lawan. Apabila hal ini terjadi, maka kesempatan untuk memperoleh angka akan sulit. Oleh sebab itu, perlu diajarkan teknik service bawah dengan menurunkan jarak service agar tingkat keberhasilan service ini tinggi dan keaktifan siswa terhadap permainan bola voli meningkat.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menurunkan jarak service, diduga dapat meningkatkan keaktifan siswa terhadap permaianan bola voli siswa kelas VII A semester 1 SMP Negeri Pucakwangi I tahun pelajaran 2016/2017 dan apakah dengan menurunkan jarak service, diduga dapat meningkatkan kemampuan melakukan service bawah pada siswa kelas VII A semester 1 SMP Negeri 1 Pucakwangi tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas yang mengkaji Peningkatan keaktifan dan keterampilan sevice bawah permainan bola voli dengan model pembelajaran secara bertahap pada siswa kelas VII a ini dilakukan di SMP Negeri 1 Pucakwangi, Jalan Raya Pucakwangi Kabupaten Pati pada semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017. Waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini pada bulan Juli hingga November 2016.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Pucakwani Kabupaten Pati Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 26 anak, terdiri atas 13 laki-laki dan 13 perempuan. Objek penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yakni keaktifan dan teknik service bawah.
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pucakwangi tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah sebanyak 26 siswa. Selain itu untuk menambah data dalam penelitian ini, peneliti membaginya dalam dua sumber yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer peneliti peroleh langsung dari sumbernya, data ini merupakan data yang peneliti ambil dan catat pada saat pembelajaran berlangsung untuk kali pertama. Sedangkan data sekunder peneliti peroleh bukan dari sumbernya, data ini diambil dari guru serumpun dengan tujuan untuk menambah kelengkapan data.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data yang diperlukan, karena hasilnya sangat menentukan untuk penelitian. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes.
Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Sudjana, 2012: 96). Peneliti mengumpulkan data dengan mengadakan tes. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pra siklus, siklus pertama, dan siklus kedua. Bentuk tes dan kriteria penilaian yang digunakan dalam pra siklus, siklus pertama, dan siklus kedua sama berbentuk tes unjuk kerja. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa angka.
Teknik non tes dilakukan untuk memperoleh data yang menunjukkan respon siswa dan keadaan kelas yang terjadi selama proses pembelajaran pra siklus, siklus pertama, dan siklus kedua. Teknik non tes yang digunakan adalah melalui observasi, angket dan dokumentasi.
Analisis data yang digunakan dalam peneletian ini sesuai dengan metode dan jenis data yang dikumpulkan. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar kondisi awal, hasil dari pelaksanaan belajar mandiri kondisi siklus I dan hasil dari pelaksanaan belajar mandiri pada siklus 2, kemudian direfleksikan.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dan tiap siklus terdiri atas 2 pertemuan. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi Sebelum tindakan dilakukan, guru melakukan observasi awal tentang kemampuan melakukan service bawah dan keaktifan siswa kelas VII A terhadap permainan bola voli.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dari hasil observasi terhadap kinerja 26 siswa yang terdiri dari 14 siswa putra dan 12 siswa putri dalam melakukan service bawah dan angket keaktifan siswa maka diperoleh data sebagai berikut:
1. Nilai Kinerja Siswa dalam Melakukan Service bawah
Tabel 4.1. Nilai Kinerja Siswa dalam Melakukan Service bawah
No |
Nilai |
Kategori Kinerja |
Jumlah Siswa |
||
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
1 |
0 -4 |
Kurang (K) |
12 |
3 |
2 |
2 |
5 – 11 |
Cukup (C) |
3 |
6 |
3 |
3 |
12 – 18 |
Baik (B) |
10 |
14 |
15 |
4 |
19 – 25 |
Amat Baik (A) |
1 |
3 |
6 |
Jumlah siswa yang nilainya kurang dan cukup (belum tuntas) |
15 |
9 |
5 |
||
|
|
Prosentase |
58% |
35% |
19% |
Jumlah siswa yang nilainya baik dan amat baik (tuntas) |
11 |
18 |
21 |
||
|
|
|
|||
|
|
Prosentase |
43% |
65% |
81% |
Untuk melihat lebih jelas prosentase siswa yang nilainya tuntas (baik dan amat baik) dan yang belum tuntas (kurang baik dan cukup baik) sebelum dan sesudah penelitian dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
2. Jawaban Angket Keaktifan Siswa terhadap Permainan Bola Voli
Tabel 4.2. Jawaban Angket Keaktifan Siswa terhadap Permainan Bola Voli
No |
Pertanyaan |
Jumlah Siswa Menjawab |
|||
Prasiklus |
Akhir Siklus |
||||
Ya |
Tidak |
Ya |
Tidak |
||
1. |
Apakah setiap ada jam pelajaran Penjasorkes, mengikuti dengan serius? |
15 |
11 |
24 |
2 |
2. |
Apakah kalian mendengarkan dan memperhatikan, apabila guru sedang menerangkan materi pelajaran? |
15 |
11 |
20 |
6 |
3. |
Apakah kalian berusaha bertanya kepada teman yang telah paham apabila saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru? |
21 |
5 |
21 |
5 |
4. |
Apakah kalian berusaha mengeluarkan pendapat untuk menjawab pertanyaan guru saat pelajaran berlangsung? |
11 |
15 |
17 |
9 |
5. |
Apakah jika kalian gagal melakukan servis bawah dengan baik kalian akan tetap menyukai permainan bola voli? |
12 |
14 |
22 |
4 |
6. |
Apakah kalian mengikuti pelajaran Penjasorkes membuat suasana gembira? |
17 |
9 |
16 |
10 |
7. |
Apakah kalian mengerjakan tugas dengan sungguh – sungguh? |
22 |
4 |
22 |
4 |
Pembahasan
Nilai Kinerja Siswa dalam Melakukan Service bawah
Pada observasi yang dilakukan sebelum tindakan, dari 26 siswa, 15 siswa atau 58% belum dapat melakukan service bawah dengan baik, sedangkan 11 siswa atau 42% sudah dapat melakukan dengan baik. Kebanyakan yang dapat melakukan service bawah dengan baik adalah yang mempunyai postur tubuh tinggi. Sebagian besar siswa sudah dapat mengambil posisi service dengan baik, tetapi gerakan memukul bolanya banyak yang kurang baik sehingga bola menyangkut pada net atau keluar lapangan.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I yaitu dengan cara menurunkan jarak garis service sebesar 120 cm untuk latihan service bawah kemudian pada pengambilan data dikembalikan lagi ke jarak semula yaitu 9m, jumlah siswa yang belum dapat melakukan service bawah dengan baik berkurang menjadi 9 siswa atau 35% dan yang dapat melakukan dengan baik meningkat menjadi 17 siswa atau 65%.
Setelah sebagian besar siswa dapat melakukan service bawah dengan baik, maka pada siklus II dilakukan tindakan dengan cara latihan service dari jarak service sesungguhnya di kurangi 60 cm menjadi 8.40 m, pada pengambilan data selanjutnya jarak service dikembalikan ke posisi normal yaitu 9 m. Karena siswa sudah sering berlatih pada siklus I baik sebelum permainan maupun dalam permainan yang sesungguhnya, maka jarak garis service dari net tidak menjadi hambatan untuk melakukan service bawah dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil observasi yaitu yang belum mampu melakukan service bawah dengan baik hanya 5 siswa atau 19% sedangkan 21 siswa atau 81% dapat melakukan dengan baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran berhasil dengan baik tetapi belum tuntas secara klasikal, dinyatakan tuntas secara klasikal apabila hasil dari tes unjuk kerja siswa sebanyak 85% siswa sudah dapat melakukan service bawah dengan baik.
Keaktifan Siswa terhadap Permainan Bola Voli
Sebelum dilakukan tindakan atau prasiklus, sebagian besar siswa tidak menyukai permainan bola voli karena mereka tidak menguasai teknik-teknik dasarnya terutama servive atas sehingga jika mereka gagal melakukan service tersebut, motivasi mereka untuk melanjutkan proses pembelajaran menjadi turun. Oleh sebab itu mereka setuju jika tinggi net diturunkan karena memudahkan mereka untuk berlatih.
Pada saat tindakan atau siklus I dan II, terlihat antusiasme siswa untuk berlatih service bawah dan melakukan permainan bola voli meningkat. Apalagi jika guru memberikan reward nilai baik kepada siswa yang dapat melakukannya dengan baik. Pada akhir siklus, keaktifan siswa terhadap permainan bola voli meningkat dan mereka menyatakan bahwa teknik service bawah sebenarnya tidak sulit untuk dilakukan.
PENUTUP
Simpulan
1. Dengan menurunkan jarak garis service maka kemampuan melakukan service bawah pada siswa kelas VII A semester 1 SMP Negeri 1 Pucakwangi tahun pelajaran 2016/2017 meningkat.
2. Dengan menurunkan jarak garis service maka keaktifan terhadap permaianan bola voli siswa kelas VII A semester 1 SMP Negeri Pucakwangi I tahun pelajaran 2016/2017 meningkat.
Saran
1. Bagi siswa yang memiliki keaktifan yang tinggi terhadap permainan bola voli agar rajin berlatih misalnya mengikuti ekstrakurikuler karena selain menyehatkan juga dapat untuk meraih prestasi yang baik.
2. Bagi guru. Guru sedapat mungkin mengelola proses pembelajaran secara profesional yaitu suasananya santai, akrab, siswa tidak merasa tertekan tetapi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
3. Bagi sekolah. Pihak sekolah harus memperhatikan sarana belajar olah raga misalnya bola yang sudah tidak layak pakai harus segera diganti baru serta kondisi lapangan bola voli terawat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Soeharno H.P. 1982. Dasar-Dasar permainan Bola Voli. FPOK IKIP Yogyakarta.
Syarifuddin, Aip. 1991. Pengetahuan Olahraga. Jakarta: CV Baru.
http://www.sarjanaku.com/2011/09/bola-voli-sejarah-pengertian-teknik.html diakses tanggal 2 April 2015.
http://www.elastico7.com/manfaat-dari-pedidikan-jasmani- penjasorkes.html#.VVMK_lKpjIU diakses tanggal 2 April 2015.
http://www.rancahbetah.info/2010/04/pengertian-definisi-pendidikan-jasmani. html diakses tanggal 2 April 2015.
http://www.sarjanaku.com/2011/09/bola-voli-sejarah-pengertian-teknik.html diakses tanggal 2 April 2015.