PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS

MATERI PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII-F

SMP NEGERI 7 PATI SEMESTER GASAL

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Siti Rofiatin

Guru Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Negeri 7 Kabupaten Pati

 

ABSTRAK

Tujuan umum penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, berlokasi di SMP Negeri 7 Pati, dengan subjek penelitian siswa kelas VIII-F berjumlah 33 siswa. Prosedur penelitian melalui empat alur: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan, dianalisis dengan menghitung persentase penilaian: keterampilan mengajar guru, aktivitas siswa dan hasil belajar serta ketuntasan belajar. Hasil penelitian menunjukkan kualitas pembelajaran IPS mengalami peningkatan dari setiap siklus. Pada siklus I, siswa “aktif” nilai sebesar 80%; hasil belajar kategori “baik” nilai sebesar 80 poin, diikuti siswa tuntas belajar ada 24 orang dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 73%. Siklus II, siswa sangat aktif belajar nilai sebesar 90%, ada peningkatan sebesar 10%; hasil belajar kategori “sangat baik” nilai sebesar 91 poin, ada peningkatan sebesar 9 poin dengan diikuti siswa yang tuntas belajar ada 33 orang dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 100%. Berarti terjadi peningkatan siswa yang tuntas belajar sebanyak 9 orang dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 27%. Disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajarIPS materi permasalahan kependudukan bagi siswa kelas VIII-F di SMP Negeri 7Pati semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, model kooperatif, Jigsaw, audiovisual

 

PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 1 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakasa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter individu yang lebih baik. Dalam proses pembelajarannya lebih menekankan pada kemampuan dan keterampilan siswa untuk memahami serta menanamkan nilai-nilai bersosial yang baik dan menuntut siswa untuk aktif. Menurut NCSS dalam Sapriya et al. (2011: 6) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang memiliki kekuatan (powerful), yaitu bermakna (meaningful), terpadu (integrative), berbasis nilai (value-based), menantang (challenging) dan aktif (active).

Terkait pada hasil observasi awal, menunjukkan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru kurang efektif, karena metode ceramah yang selama ini guru terapkan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran IPS. Hal ini menyebabkan siswa kurang antusias pada pelajaran IPS, terlihat dari banyaknya siswa yang merasa bosan. Siswa lebih banyak mengobrol dengan temannya sendiri. Tidak sedikit juga siswa yang berpura-pura mendengarkan penjelasan guru, tetapi pikiran tidak berkonsentrasi pada pembelajaran. Hal itu terlihat saat siswa hanya terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi yang baru dijelaskan.

Kenyataan tersebut diperkuat dengan pencapaian hasil belajar mata pelajaran IPS materi Permasalahan Kependudukan menunjukkan nilai rata-rata klasikal sebesar 71 poin kategori kurang baik. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah sebesar 65 poin dan nilai tertinggi sebesar 77 poin. Hal ini membuktikan hasil belajar belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 75 poin. Dari 33 orang siswa, ada 26 orang atau 79% siswa belum mencapai KKM. Sementara yang mencapai ketuntasan hanya 7 orang 21% siswa memperoleh nilai rata-rata secara klasikal di atas KKM. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS bagi siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, pada pembelajaran IPS di sekolah akan optimal bila ditunjang dengan adanya media pembelajaran. Media yang sesuai dalam pembelajaran IPS adalah media audiovisual. Media ini dianggap sesuai karena audiovisual merupakan media yang tidak hanya dapat dipandang atau diamati tetapi juga dapat didengar (Sumantri, 2011: 161). Peneliti memilih audiovisual untuk membantu guru menjelaskan materi Permasalahan Kependudukan, melalui audiovisual yang berisi tayangan-tayangan tentang komposisi penduduk, dan permasalahan kependudukan di Indonesia. Dengan adanya tayangan video tersebut siswa diharapkan dapat memahami materi pembelajaran IPS dan dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan baik. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan dan kreativitas serta tanggung jawab siswa.

Berpijak pada latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka permasalahan yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut: mengapa siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran IPS; mengapa hasil belajar IPS belum mencapai ketuntasan optimal; adakah faktor penyebab rendahnya aktivitas siswa dan hasil belajar IPS, khususnya materi permasalahan kependudukan; usaha-usaha apa saja yang perlu dilakukan peneliti agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS; dan apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS bagi siswa?

Perumusan masalah dimaksudkan memperjelas masalah yang diteliti. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS materi “Permasalahan Kependudukan” bagi siswa dan apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi “Permasalahan Kependudukan” bagi siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual bagi siswa, meningkatkan aktivitas belajar dan meningkatkan hasil belajar IPS materi “Permasalahan Kependudukan” melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual bagi siswa.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada dunia pendidikan tentang model pembelajaran inovatif. Bahan masukan bagi lembaga pendidikan sebagai aplikasi teoretis dan teknologi pembelajaran. Sumbangan pemikiran bagi para tenaga pengajar, pengelola, pengembang, dan lembaga pendidikan dalam memahami dinamika dan karakteristik siswa. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau pendukung penelitian selanjutnya serta menambah kajian tentang hasil penelitian pembelajaran IPS.

TINJAUAN PUSTAKA

Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Pengalaman belajar siswa di kelas dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa. Siswa yang terlibat dalam kelas menunjukkan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan objek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik.

Menurut Kunandar (2010: 277) menyatakan bahwa “aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media Audiovisual di antaranya: 1) Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran (aktivitas emosional); 2) Memperhatikan penjelasan guru dengan baik (aktivitas lesan dan mendengarkan); 3) Kemampuan menyimak tampilan audiovisual (aktivitas melihat); 4) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw (aktivitas lisan, mental dan emosional); 5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPS (aktivitas melihat, lisan dan mental); 6) Kemampuan mempresentasikan hasil diskusinya (aktivitas lisan); 7) Kemampuan menjawab pertanyaan guru (aktivitas lisan dan mental); 8) Menyimpulkan hasil aktivitas pembelajaran (aktivitas menulis, lisan dan mental) dan 9) Kemampuan mengerjakan evaluasi (aktivitas menulis dan mental).

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2012: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar berupa: Keterampilan intelektual atau penngetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah; Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat dan berpikir; Informasi verbal yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan; Keterampilan motorik yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot; Sikap yaitu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Jigsaw menurut Susanto (2001: 49) yaitu: Kelompok asal yang terdiri dari beberapa siswa. Masing-masing anggota kelompok diberi materi yang berbeda namun masih dalam satu topik. Masing-masing siswa yang mendapatkan materi yang sama membentuk kelompok tim ahli. Setelah berdiskusi dalam tim ahli, kembali ke kelompok asal. Kemudian secara bergantian masing-masing siswa memberikan informasi kepada yang lain. Kelompok asal membuat rangkuman kemudian dipresentasikan.

Audiovisual (Video)

Media video merupakan salah satu jenis media audiovisual. Media audiovisual adalah media yang mengandalkan indera pendengaran dan indera penglihatan. Media audiovisual merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS. Media ini dapat menambah minat siswa dalam belajar IPS karena siswa dapat memperhatikan sekaligus melihat gambar

Manfaat media video menurut Andi Prastowo (2012: 302), dijelaskan sebagai berikut memberikan pengalaman yang tak terduga kepada siswa; memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa dilihat; menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu; memberikan pengalaman kepada siswa untuk merasakan suatu keadaan tertentu, dan menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang dapat memicu diskusi siswa.

Berdasarkan kajian teori dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1.     Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual diduga dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS materi “Permasalahan Kependudukan”

2.     Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi “Permasalahan Kependudukan”

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2017/2018 selama lima bulan, mulai tanggal 14 Agustus 2017 sampai dengan 31 Desember 2017, dilakukan dengan menggunakan dua kali siklus. Pada siklus I dan Siklus II dilakukan 5 kali pertemuan (10 x 40 menit) dilaksanakan setiap hari Senin, jam pelajaran ke-3 s.d. ke-4 dan setiap hari Sabtu, jam pelajaran ke-2 s.d. ke-3. Penelitian bertempat di SMP Negeri 7 Pati yang beralamat di Desa Mulyoharjo Kecamatan Pati Kabupaten Pati.

 Subjek pelaku tindakan adalah peneliti (guru). Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VIII-F SMP Negeri 7 Pati pada semester gasal tahun pelajaran 2017/2018, dengan jumlah siswa 33 siswa yang terdiri atas 17 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 16 siswa berjenis kelamin perempuan. Kelas VIII-F digunakan sebagai subjek penelitian sebab kelas ini memiliki permasalahan pokok yaitu rendahnya kualitas pembelajaran IPS yang ditunjukkan pada ketidakaktifan siswa mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar IPS belum memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 75 poin.

Dalam penelitian ini digunakan penjaringan data melalui observasi, tes, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dan tes selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengukur tingkat keberhasilan sebelum dan setelah diberi tindakan. Langkah-langkah PTK secara prosedurnya dilaksanakan secara partisipatif atau kolaboratif antara peneliti dengan tim lainnya bekerjasama, mulai dari tahap orientasi hingga penyusunan rencana tindakan dalam siklus pertama. Setiap tindakan upaya pencapaian tujuan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni (1) Perencanaan Tindakan; (2) Pelaksanaan Tindakan; (3) Observasi dan Interpretasi; (4) Analisis dan Refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian direncanakan dalam 2 siklus.

DESKRIPSI PENELITIAN

Kondisi Awal

Hasil pra observasi yang dilakukan peneliti ditemukan permasalahan rendahnya aktivitas belajar IPS yang berimplikasi pada hasil belajar IPS yang belum mencapai ketuntasan optimal. Berpijak pada hasil diskusi dengan teman sejawat menyimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa mata pelajaran IPS disebabkan oleh (1) pembelajaran yang berlangsung cenderung monoton, karena proses pembelajaran hanya berjalan satu arah (teacher centered); (2) guru kurang mampu mengorganisasikan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran; (3) guru kurang variatif dalam penyampaian materi, karena belum mampu menerapkan metode/ model/ strategi pembelajaran; dan (4) guru tidak kreatif menciptakan alat peraga serta belum menggunakan media pembelajaran.

Aktivitas siswa sebelum diadakan tindakan (pra siklus) terlihat belum ada siswa yang sangat aktif Ada 4 atau 12% siswa yang “aktif”. Ada 7 atau 21% siswa cukup aktif. Ada 19 atau 58% siswa memperoleh nilai antara 70%-74%. Ada 3 atau 9% siswa sangat pasif (tidak aktif) dan memperoleh nilai antara 0%-69%.

Hasil belajar siswa dikategorikan “kurang baik”. Dari penilaian hasil belajar IPS Pra Siklus memperlihatkan tidak ada siswa yang dikategorikan sangat baik dan baik. Ada 7 atau 21% siswa dikategorikan “cukup baik”. Ada 23 atau 70% siswa memperoleh nilai “kurang baik”. Ada 3 atau 9% siswa dikategorikan “tidak baik (gagal)” dalam menguasai materi Permasalahan Kependudukan.

Dengan demikian, hasil penilaian tahap Pra Siklus, diperoleh nilai rata-rata secara klasikal sebesar 71 yang dikategorikan “kurang baik”. Hasil pra siklus menunjukkan siswa yang tuntas ada 7 siswa atau 21%, sedangkan siswa yang belum tuntas ada 26 dengan persentase sebesar 79%.

Siklus I

Aktivitas siswa setelah diadakan tindakan (siklus I) terlihat ada 5 atau 15% siswa sangat aktif. Ada 6 atau 18% siswa aktif. Aktivitas siswa dikategorikan cukup aktif ada 13 atau 39% siswa. Sedangkan siswa dikategorikan “kurang aktif” ada 9 atau 27% siswa dan tidak ada siswa yang dikategorikan “tidak aktif”.

Hasil belajar siswa dikategorikan “baik”. Dari penilaian hasil belajar IPS Siklus I memperlihatkan 5 atau 15% siswa dikategorikan “sangat baik”. Ada 10 atau 30% siswa dikategorikan “baik”. Terlihat 9 atau 27% siswa dikategorikan “cukup baik”. Hasil belajar dikategorikan “kurang baik”, dialami 9 atau 27% siswa. Tidak ada siswa yang dikategorikan “tidak baik/gagal. Siswa yang tuntas 24 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 73%, sedangkan siswa yang belum tuntas ada 9 orang dengan persentase ketuntasan 27%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan meskipun rata-rata kelas belum mencapai KKM 75 yakni rata-rata kelas awal adalah 71 meningkat menjadi 80.

Siklus II         

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas siklus II ini lanjutan kegiatan siklus I. Hasil observasi Siklus II diketahui siswa sangat aktif dalam proses pembelajaran IPS. Aktivitas siswa setelah diadakan tindakan (siklus II) terlihat 14 atau 42% siswa sangat aktif mengikuti proses pembelajaran. Ada 14 atau 42% siswa terlihat aktif dan ada 5 atau 15% siswa cukup aktif.

Hasil belajar siswa kelas dikategorikan “Sangat Baik”. Dari penilaian hasil belajar Siklus II memperlihatkan ada 16 atau 48% siswa dikategorikan “Sangat Baik”. Terlihat ada 16 atau 19% siswa dikategorikan “Baik” dan 1 atau 3% siswa dikategorikan “Cukup Baik”. Pada siklus II sudah terjadi perubahan dengan ditandai peningkatan hasil belajar IPS. Terbukti tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Seluruh siswa diteliti sebanyak 33 orang memperoleh nilai di atas KKM dinyatakan tuntas belajar dengan persentase ketuntasan sebesar 100%. Nilai rata-rata klasikal sebesar 91 poin kategori “sangat baik”, terjadi peningkatan sebesar 11 poin nilai rata-rata klasikal siklus I sebesar 80 poin kategori “baik”.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Hasil observasi setiap siklus menunjukkan peningkatan aktivitas belajar IPS. Peningkatan ini secara rinci direkap pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar IPS pada Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Taraf Kemampuan

Taraf Keberhasilan

Persentase Siswa

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

90% – 100%

Sangat Aktif

0

15

42

80% – 89%

Aktif

12

18

42

75% – 79%

Cukup Aktif

21

39

15

70% – 74%

Kurang Aktif

58

27

0

0% – 69%

Tidak Aktif

9

0

0

Nilai Rata-rata Aktivitas (%)

72

80

90

Kategori

Kurang Aktif

Aktif

Sangat Aktif

Peningkatan

 

8

10

 

Terkait hasil pengamatan yang diamati oleh observer menunjukkan peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS pada setiap siklusnya. Adapun tiap-tiap aspek yang diamati pada aktivitas belajar siswa tersaji pada Tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9 Peningkatan Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa

No

Aspek yang Diamati

Siklus I

Siklus II

Kenaikan

Skor

% Nilai

Skor

% Nilai

Skor

% Nilai

1

Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran (aktivitas emosional)

3,3

83

3,8

95

0,5

12

2

Memperhatikan penjelasan guru dengan baik (aktivitas lesan dan mendengarkan)

3,3

83

3,7

92

0,4

9

3

Kemampuan menyimak tampilan audiovisual (aktivitas melihat)

3,0

75

3,7

92

0,7

17

4

Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw (aktivitas lisan, mental dan emosional)

3,0

75

3,4

86

0,4

11

5

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPS (aktivitas melihat, lisan dan mental)

3,7

92

3,9

98

0,2

6

6

Kemampuan mempresentasikan hasil diskusinya (aktivitas lisan)

2,7

68

3,4

84

0,7

16

7

Kemampuan menjawab pertanyaan guru (aktivitas lisan dan mental)

3,2

79

3,4

84

0,2

5

8

Menyimpulkan hasil aktivitas pembelajaran (aktivitas menulis, lisan dan mental)

3,4

85

3,7

93

0,3

8

9

Kemampuan mengerjakan evaluasi (aktivitas menulis dan mental)

3,2

79

3,4

84

0,2

5

 

Pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 menunjukkan peningkatan aktivitas belajar IPS dari pra siklus ke Siklus I dan Siklus II yaitu dari 72% ke 80% ke 90%. Artinya ada peningkatan 8% dari pra siklus ke siklus I dan 10% dari siklus I ke siklus II.

Penilaian hasil belajar IPS pada setiap siklusnya menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Peningkatan ini secara rinci direkap pada Tabel 4.10 di bawah ini.

Tabel 4.10 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar IPS pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Rentang Nilai

Kriteria Kemampuan

Ketercapaian KKM

Persentase

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

90 – 100

Sangat Baik

Tuntas

0

15

48

80 – 89

Baik

Tuntas

0

30

48

75 – 79

Cukup Baik

Tuntas

21

27

3

70 – 74

Kurang Baik

Belum Tuntas

70

27

0

0 – 69

Tidak Baik/ Gagal

Belum Tuntas

9

0

0

 

Tabel 4.10 menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar setelah peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual. Kondisi ini berimplikasi pada meningkatnya hasil belajar dibuktikan dengan ketuntasan belajar yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Dari hasil tindakan tersebut menunjukkan peningkatan nilai ketuntasan hasil belajar IPS disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.11 Rekapitulasi Peningkatan Nilai Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Tahap

Nilai Rata-rata Klasikal

Kategori

Ketuntasan

Tuntas

Belum Tuntas

F

%

F

%

Pra Siklus

71

Kurang Baik

7

21

26

79

Siklus I

80

Baik

24

73

9

27

Siklus II

91

Sangat Baik

33

100

0

0

 

Terjadi peningkatan aktivitas belajar IPS setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual dari Siklus I ke Siklus II. Besarnya peningkatan aktivitas belajar IPS dijabarkan sebagai berikut. Pada siklus I, aktivitas belajar IPS sebesar 80% kategori “aktif”, berarti ada peningkatan sebesar 8% (nilai pra Siklus sebesar 72% kategori “kurang aktif”). Pada siklus II, aktivitas belajar IPS sebesar 90% kategori “sangat aktif”, berarti ada peningkatan aktivitas belajar IPS sebesar 10%.

Peningkatan hasil belajar IPS, ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, dijelaskan sebagai berikut. Pada siklus I, hasil belajar IPS yang dicapai sebesar 80 poin kategori “baik”. Siswa yang tuntas sebanyak 24 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 73%. Berarti ada peningkatan sebesar nilai rata-rata klasikal sebesar 9 poin dan peningkatan siswa yang tuntas belajar sebanyak 17 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 52% (nilai rata-rata klasikal pra Siklus sebesar 71 poin kategori “kurang baik”, dan peningkatan siswa yang tuntas 7 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 21%). Pada siklus II, hasil belajar IPS yang dicapai sebesar 91 poin (kategori “sangat baik”), berarti ada peningkatan hasil belajar sebesar 11 poin. Siswa yang tuntas sebanyak 33 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 100%. Ada peningkatan 9 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 27%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan keseluruhan siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1.     Terjadi peningkatan aktivitas belajar IPS setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual dari Siklus I ke Siklus II. Besarnya peningkatan aktivitas belajar IPS dijabarkan sebagai berikut:

a.      Pada siklus I, aktivitas belajar IPS sebesar 80% kategori “aktif”, berarti ada peningkatan sebesar 8% (nilai pra Siklus sebesar 72% kategori “kurang aktif”)

b.      Pada siklus II, aktivitas belajar IPS sebesar 90% kategori “sangat aktif”, berarti ada peningkatan aktivitas belajar IPS sebesar 10%.

2.     Terjadi peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) setelah diterapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Media Audiovisual dari Siklus I ke Siklus II. Besarnya peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, dijelaskan sebagai berikut:

a.      Pada siklus I, hasil belajar IPS yang dicapai sebesar 80 poin kategori “baik”. Siswa yang tuntas sebanyak 24 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 73%. Berarti ada peningkatan sebesar nilai rata-rata klasikal sebesar 9 poin dan peningkatan siswa yang tuntas belajar sebanyak 17 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 52% (nilai rata-rata klasikal pra Siklus sebesar 71 poin kategori “kurang baik”, dan peningkatan siswa yang tuntas 7 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 21%)

b.      Pada siklus II, hasil belajar IPS yang dicapai sebesar 91 poin (kategori “sangat baik”), berarti ada peningkatan hasil belajar sebesar 11 poin. Siswa yang tuntas sebanyak 33 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 100%. Ada peningkatan 9 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 27%.

Saran                                              

Berdasarkan hasil Penilaian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan, maka peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut:Guru diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa supaya siswa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran karena mereka tidak hanya menerima apa yang diberikan oleh guru melainkan juga dilibatkan secara langsung di dalamnya. Sehingga melalui pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diharapkan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Media Audiovisual. Diharapkan peneliti lain dapat menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan berbantuan media pembelajaran yang interaktif untuk mata pelajaran yang lain, sehingga lebih banyak lagi temuan-temuan yang bisa menyempurnakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Arends, R. 1997. Classroom Instructional and Management. New York: Mc. Graw Hill Comapanies.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Hipotesis Penelitian. Bandung: Rosdakarya.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Cahyanta, Hari. 2011. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. Diakses Hari: Sabtu, Tanggal: 7 Oktober 2017, Pukul: 12.21 WIB, dari: htpp://dasar-teori.blogspot.com/2011/08/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html.

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: GAVA MEDIA.

Faisal, Sanapiah. 2011. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3.

Ipotes. 2008. Prestasi Belajar. Diakses Hari: Sabtu, Tanggal: 16 September 2017, Pukul: 21.24 WIB, dari: https://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-belajar/

Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Lie, A. 2010. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grassindo.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

Sapriya. 2011. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo.

Sumantri, Mulyani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surya, Mohamad. 2013. Psikologi Guru. Bandung: STKIP Garut Press

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah. Jakarta: PT Kharisma Utama.

Suwandi, Sarwiji. 2011. Model-model Asesmen Dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Trinandita. 1984. Aktivitas dan Prestasi Belajar. Diakses Hari: Senin, Tanggal: 18 September 2017, Pukul: 20.24 WIB, dari: http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/

Widoyoko, Eko Putra. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.