UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI)

MATERI TEOREMA PYTHAGORAS PADA SISWA KELAS VIII-A

SMP NEGERI 1 WERU SEMESTER GASAL

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Sri Sunarna

SMP Negeri 1 Weru-Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) materi Teorema Pythagoras pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru semester gasal tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif dan partisipatif dengan subjek penelitian siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, pengisian angket oleh siswa, dan tes tertulis. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dilakukan dengan; (1) siswa mengerjakan tes penempatan yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa, skor yang didapat digunakan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok; (2) siswa belajar secara individu untuk mengerjakan LKS tentang materi teorema Pythagoras; (3) siswa belajar kelompok untuk saling mengoreksi hasil pekerjaan pada saat belajar secara individu; (4) kelompok presentasi, kelompok lain menanggapi; (5) setelah waktu untuk presentasi selesai, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari; (6) siswa mengerjakan kuis secara mandiri untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mempelajari materi. Berdasarkan hasil observasi sebanyak 23 siswa atau 74,19% dari 31 siswa mengalami peningkatan motivasi belajar matematika berdasarkan skor total semua aspek motivasi. Berdasarkan hasil tes, kemampuan komunikasi meningkat yaitu: (1) Sebanyak 17 siswa atau 54,83% dari 31 siswa mengalami peningkatan pada aspek kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan, (2) Sebanyak 20 siswa atau 64,52% dari 31 siswa mengalami peningkatan pada aspek kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika, dan (3) Sebanyak 26 siswa atau 83,87% dari 31 siswa mengalami peningkatan pada aspek kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan. Sedangkan peningkatan kemampuan komunikasi matematika berdasarkan skor total dari ketiga aspek kemampuan komunikasi matematika adalah sebanyak 25 siswa atau 80,65% dari 31 siswa mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matematika.

Kata kunci: motivasi, komunikasi matematika, Model Pembelajaran TAI

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang penuh problematika dan persoalan. Problematika yang dimaksud adalah penggunaan simbol secara tepat dan kemampuan yang harus dikuasai agar belajar matematika menjadi bermakna yaitu kemampuan komunikasi matematika (Gerald Folland, 2001:16).

Siswa yang tidak memahami bahasa matematika akan memandang matematika sebagai ilmu hafalan berbagai macam simbol dan rumus yang abstrak. Siswapun akan berpikir bahwa kebenaran dalam solusi matematika yang diperolehnya merupakan kebenaran yang sudah semestinya dan harus diterima. Padahal, kebenaran tersebut dapat ditelusuri asal-usulnya melalui berbagai cara pembuktian dengan argumen yang logis. Akibatnya, belajar matematika menjadi tidak bermakna. Siswapun tidak akan merasakan fungsi matematika sebagai alat bantu untuk mengatasi berbagai macam masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga matematika menjadi mata pelajaran yang tidak disukai dan sulit dipelajari.

Bentuk komunikasi dalam matematika merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran matematika. Kemampuan mengemukakan ide matematika dari suatu teks, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan merupakan bagian penting dari standar komunikasi matematika yang perlu dimiliki siswa. Kemampuan ini diperlukan guna tercapainya tujuan pembelajaran matematika.

Menurut Depdiknas (2004: 18) tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, 2) mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, 4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan, antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta dan diagram dalam menjelaskan gagasan.

Kemampuan komunikasi matematika penting untuk dibina dan ditingkatkan karena mencakup kemampuan mengkomunikasikan pemahaman konsep, penalaran dan pemecahan masalah sebagai tujuan pembelajaran matematika (Sri Wardhani: 2006). Dari pengalaman mengajar sebagai guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 1Weru, peneliti mengetahui bahwa secara umum kemampuan komunikasi matematika siswa SMP Negeri 1 Weru masih kurang. Karena siswa tidak terbiasa membuat visualisasi untuk mendeskripsikan masalah matematika, seringkali siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika tersebut. Hal ini menunjukkan kurangnya kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika ke dalam bentuk uraian yang relevan. Tentu saja hal ini berpengaruh pada kurangnya kemampuan siswa dalam mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika. Selain itu siswa tidak terbiasa berhadapan dengan masalah matematika yang menggunakan kata tanya ”mengapa” dan ”bagaimana”, sehingga kemampuan siswa dalam memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan dianggap kurang.

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa. Selama ini dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih banyak guru yang mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru. Umumnya metode yang digunakan adalah metode ceramah sehingga proses pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif.

Pengembangan pembelajaran kooperatif dilakukan melalui diskusi dan komunikasi. Hal itu bertujuan agar siswa saling memotivasi, berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Harapan dalam pembelajaran kooperatif tersebut adalah agar diperoleh motivasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika siswa meningkat.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualizations atau Team Accelerated Instructions (TAI). Model pembelajaran TAI merupakan model kelompok berkemampuan heterogen (Slavin, 2005: 188). Pada dasarnya siswa satu berbeda dengan siswa yang lainnya, baik dalam hal kemampuan maupun cara belajarnya. Perbedaan itu menyebabkan adanya kebutuhan yang berbeda dari setiap anak. Dalam pembelajaran klasikal perbedaan individu jarang mendapatkan perhatian, semua siswa dalam satu kelas dianggap mempunyai kebutuhan dan kemampuan yang sama sehingga diperlakukan dengan cara yang sama pula. Perbedaan itu perlu mendapat perhatian yang memadai hal itu bukan berarti bahwa pembelajaran diubah menjadi pembelajaran individual melainkan diperlukan alternatif pembelajaran yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan individual siswa.

Rumusan Masalah

Apakah motivasi belajar teorema Pythagoras siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 dapat meningkat setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipeTAI ? Apakah komunikasi matematika siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 dapat meningkat setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipeTAI?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan motivasi dan komunikasi matematika. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran Teorema Pythagoras melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI.

LANDASAN TEORI

Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar dan mengajar dengan segala interaksi di dalamnya yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Paul Suparno, 1997: 18). Pengertian pembelajaran menurut paham konstruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali.

Sedangkan menurut Suherman (2003: 56), fungsi pembelajaran matematika adalah sebagai berikut, (a) Alat, siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan suatu informasi. (b) Pola pikir, belajar matematika bagi siswa merupakan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. (c) Ilmu dan pengetahuan, matematika selalu mencari kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima.

Dalam pembelajaran matematika, seorang guru dituntut memiliki kemampuan untuk dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel yang sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran.

Motivasi Belajar Matematika

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald (dalam Sutikno, 2007) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Menurut Hudojo (2005:2) guru memberikan motivasi belajar matematika kepada peserta didik, bagaimana guru mengharapkan timbulnya kemauan untuk belajar, mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan yang diberikan.

Menurut Isjoni (2012:157) pembelajaran matematika hendaknya diarahkan untuk memotivasi siswa dalam berpikir. Berdasarkan teori-teori diatas peneliti simpulkan bahwa motivasi belajar matematika sangat penting dilakukan untuk membantu siswa dalam berfikir, dan membangkitkan semangat siswa.

Kemampuan Komunikasi Matematika

Secara umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup keterampilan/kemampuan menulis, membaca, mendiskusikan dan menaksir. Melakukan komunikasi matematika merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran matematika. Kemampuan mengemukakan ide matematika dari suatu teks, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan merupakan bagian penting dari standar komunikasi matematika yang perlu dimiliki siswa.

Matematika merupakan bahasa untuk menyampaikan suatu ide. Kemampuan berkomunikasi memegang peranan penting dalam membantu siswa membangun hubungan antara aspek informal dan intuitif dengan bahasa yang abstrak dan simbol-simbol dari bahasa matematika serta antara uraian secara fisikal, grafik, simbolik dan verbal, dengan gambaran mental dari gagasan matematis (Hari Suderadjat, 2004: 44)

Mengacu pada aspek kemampuan komunikasi matematika yang diungkapkan oleh Ujang Wihatma (2004), maka dalam penelitian ini kemampuan komunikasi matematika meliputi: (a) Kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan. Siswa yang berfikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan, bagaimana (how) dan mengapa (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan, bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan dugaan-dugaan (Muhibbin Syah, 2002:120). (b) Kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika. Kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika merupakan kemampuan mengubah uraian ke dalam model-model matematika, seperti: rumus, grafik, tabel, dan skema. (c) Kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan.

Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2005: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah berbagai macam metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing

Sedangkan Suherman, dkk (2003: 260) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Siswa dalam kelompok tidak menyelesaikan masalah secara sendiri-sendiri dan tidak juga menyelesaikan hanya salah satu orang di antara mereka.

Dalam pembelajaran kooperatif, pengelompokan dilakukan berdasarkan heterogenitas yaitu memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang, agama, sosio-ekonomi, etnik, serta kemampuan akademis. Beberapa kelebihan pengelompokan secara heterogen (Anita Lie, 2005: 41-43) adalah: memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan mendukung diantara anggota kelompok, meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender, serta memudahkan pengelolaan kelas karena dalam setiap kelompok paling tidak ada satu siswa yang berkemampuan akademis tinggi sehingga secara tidak langsung menjadi asisten guru bagi teman-teman dalam kelompoknya.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelarated Intruction(TAI)

Model pembelajaran TAI merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab bersama. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman kelompoknya.

Pada pembelajaran dengan menggunakan TAI, siswa bekerja pada kemampuan mereka sendiri-sendiri, sehingga jika mereka tidak cukup mampu pada konsep awal, maka konsep berikutnya akan sulit untuk dipelajari dan akan terhambat untuk melangkah lebih lanjut. Sebaliknya, jika siswa dapat berkembang lebih cepat dan menguasai konsep sebelumnya, mereka tidak harus menunggu teman sekelas mereka(Slavin, 2005: 16)

Menurut Domingo, dkk (2001: 28) tahapan-tahapan dalam TAI antara lain: tes penempatan dan pembentukan kelompok, belajar secara individu, belajar kelompok, tes, perhitungan nilai kelompok dan pemberian penghargaan bagi kelompok.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan tahap-tahap: tes penempatan dan pembentukan kelompok, belajar secara individu, belajar kelompok, pelaksanaan tes, perhitungan nilai kelompok dan penghargaan bagi kelompok, dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru semester gasal tahun pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Seting dan Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelasVIII-A. Siswa kelas tersebut berjumlah 31 orang, terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Sementara itu, guru yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Sri Sunarna, S.Pd. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo untuk mata pelajaran matematika pada materi Teorema Pythagoras dan dilaksanakan pada bulan Juli 2015 sampai dengan bulan Desember 2015.

Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses dan hasil pembelajaran teorema Pythagoras dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri I Weru tahun pelajaran 2015/2016.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) observasi untuk pengumpulan data motivasi belajar siswa (2) angket untuk pengumpulan data motivasi belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran, (3) tes/kuis untuk pengumpulan data daya serap dan pemahaman siswa terhadap bahan ajar dan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

Validasi dan Analisa Data

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi (triangulasi metode dan triangulasi sumber). Analisis data dari sumbersumber informasi hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: (1) analisa data observasi, data motivasi belajar matematika dianalisis menggunakan teknik diskripsi komparatif dilanjutkan refleksi. (2) analisa data angket, skor yang diperoleh pada tiap-tiap variabel dipersentase dan dikualifikasi untuk membuat kesimpulan mengenai respon siswa terhadap pembelajaran. (3) analisa data dari nilai tes, hasil tes pada siklus I dan tes pada siklus II yang dikerjakan siswa, setiap indikator tersebut diberi skor kemudian didapat skor untuk setiap siswa. Setelah itu, ditentukan skor ratarata tes. Setelah dihitung nilai rata-rata dari masing-masing tes kemudian dikualifikasikan menggunakan pedoman/kategori yang telah ditentukan.

Prosedur Peneltian

Penelitian tindakan kelas menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin MC Taggart yang dikutip oleh Pardjono (2007: 22-23) yang terdiri dari siklus-siklus dan masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang terkait.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Data hasil kuis siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Data Hasil Kuis Siswa Siklus I

 

Kuis 1

Kuis 2

Rata-rata

53,11

59,44

Nilai maksimal

68

80

Nilai minimal

40

40

Skor yang diperoleh siswa saat mengerjakan kuis dan tes akhir siklus I diperoleh rata-rata sebagai berikut:

Tabel 2. Rata-rata Nilai Kelompok Siklus I

Kelompok

Rata-rata nilai kuis

Rata-rata nilai tes pada akhir siklus I

Rata-rata nilai siswa

Kriteria

A

52

62

57

Great team

B

56

70,5

63,25*

Great team

C

60,5

55

57,75

Great team

D

59,5

74,5

67*

Great team

E

54,5

65,5

60

Great team

F

54

63

58,5

Great team

G

60

60,5

60,25*

Great team

: kelompok yang memperoleh penghargaan

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Data hasil kuis siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Data Hasil Kuis Siswa Siklus II

 

Kuis 1

Kuis 2

Rata-rata

76,5

79,28

Nilai maksimal

100

94

Nilai minimal

40

48

 

Skor yang diperoleh siswa saat mengerjakan kuis dan tes akhir siklus II diperoleh rata-rata sebagai berikut:

Tabel 4. Rata-rata Nilai Kelompok Siklus II

Kelompok

Rata-rata nilai kuis

Rata-rata nilai tes pada akhir siklus II

Rata-rata nilai

Kriteria

A

74,5

71

72,75

Great team

B

71,75

77

74,38

Great team

C

84,5

75

79,75*

Super team

D

86,5

78

82,25*

Super team

E

79,5

72

75,75

Great team

F

63,5

73,5

68,5

Great team

G

78,5

82

80,25*

Super team

: kelompok yang memperoleh penghargaan

 

 

 

 

Hasil Tes Siklus I dan II

Tabel 5. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Berdasarkan Skor Total Aspek Kemampuan komunikasi matematika siswa

No Siswa

Tes Siklus I

Tes Siklus II

Keterangan

Aspek

Skor Total

Aspek

Skor Total

A

B

C

A

B

C

1

7

24

3

34

8

25

8

41

Meningkat

2

4

14

5

23

5

24

10

39

Meningkat

3

7

22

9

38

6

23

15

44

Meningkat

4

5

24

5

34

4

25

12

41

Meningkat

5

4

23

6

33

5

24

6

35

Meningkat

6

3

25

6

34

6

20

14

40

Meningkat

7

7

25

6

38

5

25

15

45

Meningkat

8

5

24

7

36

7

25

8

40

Meningkat

9

5

13

10

28

8

25

12

45

Meningkat

10

2

12

4

18

3

21

6

30

Meningkat

11

2

20

5

27

3

24

10

37

Meningkat

12

5

22

7

34

3

25

4

32

Tidak

13

4

23

5

32

7

24

11

42

Meningkat

14

5

21

2

28

7

24

7

38

Meningkat

15

5

20

5

30

5

23

5

33

Meningkat

16

7

16

5

28

8

23

8

39

Meningkat

17

6

24

5

35

4

24

7

35

Tidak

18

3

23

6

32

6

23

5

34

Meningkat

19

4

18

6

28

5

25

10

40

Meningkat

20

6

23

3

34

7

25

9

41

Meningkat

21

3

22

10

35

5

24

12

41

Meningkat

22

4

24

3

31

4

22

6

32

Meningkat

23

3

18

4

25

2

21

5

28

Meningkat

24

4

22

6

32

6

22

6

34

Meningkat

25

8

24

4

38

5

20

7

32

Tidak

26

4

21

5

30

6

25

7

38

Meningkat

27

4

25

9

38

2

22

14

38

Tidak

28

3

25

7

35

2

23

9

34

Tidak

29

5

24

2

31

2

23

5

30

Tidak

30

7

25

5

37

4

21

13

38

Meningkat

31

10

18

4

32

7

25

13

45

Meningkat

Total Meningkat

25 siswa

Persentase Banyaknya Siswa yang Mengalami Peningkatan

80,65%

Keterangan:

A: Kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan

B: Kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika

C: Kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan.

Hasil Angket

Tabel 6. Hasil Analisis Data Angket Motivasi Siswa

Indikator

Siklus I (%)

Kriteria

Siklus II (%)

Kriteria

Tekun dalam menghadapi tugas

82,36%

83,31%

Senang bekerja mandiri

73,59%

74,60%

Cepat bosan pada tugas rutin

79,38%

67,75%

Senang mencari dan memecahkan masalah soal – soal

80,82%

81,27%

 

 

 

 

 

Tabel 7. Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa

Variabel

Siklus I (%)

(Kriteria)

Siklus II (%)

(Kriteria)

Aktivitas komunikasi matematika siswa secara lisan dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI)

 

82,12 (T)

 

83,06 (T)

Aktivitas komunikasi matematika siswa secara tertulis dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI)

81,18 (T)

82,93 (T)

Sikap dan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran

76,61 (T)

80,97 (T)

Keterangan:T: Tinggi, S: Sedang dan R: Rendah

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa motivasi siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI secara umum adalah mengalami peningkatan dan mencapai kategori tinggi. Sedangkan berdasarkan table 7 dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe TAI secara umum untuk semua variabel mengalami peningkatan dan mencapai kategori tinggi.

Hasil Observasi

Tabel 8. Hasil Analisis Data Observasi Motivasi Siswa

Variabel

Siklus I (%)

(Kriteria)

Siklus II (%)

(Kriteria)

Perhatian terhadap pelajaran

63,71%

70,97%

Keuletan dalam menghadapi kesulitan

62,90%

67,74%

Rasa percaya diri

62,90%

69,25%

Keaktifan dalam diskusi (pembelajaran)

65,32%

70,16%

Interaksi positif antar siswa

66,13%

70,14%

 

Dari hasil pelaksanaan tes, rata-rata nilai yang diperoleh siswa meningkat. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 63,7, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 74,9. Data hasil observasi motivasi siswa terhadap pembelajaran yang meningkat dari 64,19% pada siklus I menjadi 69,68% pada siklus II.

Dari hasil angket yang diberikan siswa, menunjukan bahwa siswa menyukai pembelajaran matematika dengan pembelajaranTAI. Mereka dapat saling bertukar ide dan saling mengkoreksi kesalahan teman. Hasil angket pada siklus I respon siswa terhadap model pembelajaran TAI dalam ketegori tinggi yaitu 76, 61%. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 80,97% dalam kategori tinggi.

Pembelajaran kooperatif ini dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat mengarahkan siswa agar memiliki kemampuan komunikasi matematika yaitu meliputi kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan, kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika, kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan.

Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematika meningkat ketika pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TAI. Selain itu peningkatan kemampuan komunikasi matematika juga dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Sebanyak 25 siswa atau 80,65% dari 31 siswa mengalami peningkatan komunikasi matematika berdasarkan skor total aspek kemampuan komunikasi matematika. (b) Sebanyak 17 siswa atau 54,84% dari 31 siswa mengalami peningkatan pada aspek kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan. (c) Sebanyak 20 siswa atau 64,52% dari 31 siswa mengalami peningkatan pada aspek kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika. (d) Sebanyak 26 siswa atau 83,87% dari 31 siswa mengalami peningkatan pada aspek kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan.

PENUTUP

Simpulan

Hasil peneltian menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII-A SMP Negeri 1 Weru. Peningkatan motivasi belajar siswa ditunjukkan dengan hasil sebanyak 23 siswa atau 74,19% dari 31 siswa mengalami peningkatan motivasi belajar matematika berdasarkan skor total semua aspek motivasi.

Peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa ditunjukkan dengan hasil sebanyak 25 siswa atau 80,65% dari 31 siswa mengalami peningkatan komunikasi matematika berdasarkan skor total aspek kemampuan komunikasi matematika, sebanyak 17 siswa atau 54,84% dari 31 siswa mengalami peningkatan pada aspek kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan, sebanyak 20 siswa atau 64,52% dari 31 siswa mengalami peningkatan pada aspek kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika dan sebanyak 26 siswa atau 83,87% dari 31 siswa mengalami peningkatan pada aspek kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. (1) Bagi siswa, hendaklah selalu berusaha mengetahui manfaat dari materi yang dipelajari sehingga motivasi belajar akan selalu ada pada diri siswa. (2) Bagi guru, hendaknya selalu kreatif dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa tidak cepat merasa bosan. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang mampu meningkatkan motivasi dan komunikasi matematikasiswa. (3) Bagi Kepala Sekolah, sebaiknya memberikan pembinaan bagi guru agar menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif dan dapat memotivasi siswa untuk belajar, salah satunya pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. (2005). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo.

Depdiknas. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Buku 3 Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Domingo P. Anastacio. (2003). Contructivist Approaches to the Effective Teaching of Fraction. Malaysia. Penang

Erman Suherman, Turmudi, Tatang Herman, Suhendra, Sufyani Prabawanto, Nurjanah, & Ade Rohayati. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA

Gerald Folland. (2001). Comunication in the Mathematial Sciences.http://match.washinton.edu/~folland/commun/comm.html. Diakses 9Januari 2016.

Hari Suderadjat. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung: CV Cipta Cekas Gravika.

Herman Hudoyo. (1998). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Matematika. Malang: IMSTEP-JICA.

Isjoni. (2012). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhibbin Syah. (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Paul Suparno.(1997). Filsafat Konstruktivitisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Pardjono, dkk.(2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: LP UNY.

Slavin, Robert E. (2005).Cooperative Learning: Theory, Research and Practise. Boston: Allyn and Bacon.

Sri Wardhani. (2006). Pembelajaran dan Penilaian Kecakapan Matematika di SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika Yogyakarta.

Sutikno, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum. Bandung: Refika Aditama.

Ujang Wihatma. (2004). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SLTP Melalui Kooperatif Learning Tipe Teams-Achievement Divisions (STAD). (Suatu Penelitian Tindakan Kelas Pada Sebuah SLTP Negeri di Bandung). Diambil dari: http://pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakmat/abstrak04.html. Diakses tanggal 9 Januari 2016